Cinta Allah Di Atas Segala Cinta: Jamaah Shalat Jumat Yang Dirahmati Allah Azza Wajalla
Cinta Allah Di Atas Segala Cinta: Jamaah Shalat Jumat Yang Dirahmati Allah Azza Wajalla
Cinta Allah Di Atas Segala Cinta: Jamaah Shalat Jumat Yang Dirahmati Allah Azza Wajalla
Saya wasiatkan kepada diri saya dan kepada jamaah rahimakumullah. Marilah
bersama-sama kita meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah ‘azza wajalla
dengan berusaha melaksanakan perintah Allah ‘azza wajalla dan menjauhi
larangan-Nya.
ــو ُل
ْ س ُ أ َ ْشـــ َهــدُ ا َ ْن الَ ّإ لـــــهَ ّإ الَّ الـلهــــــــــــهُ َوأ َ ْشــ َهــدُ أ َ َّن ُم َحـــ َّمـــدً ا َّر
ُالـلهـــــــــه
“Saya bersaksi tidak ada Illah yang berhak disembah kecuali Allah dan saya
bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah.”
Surat at-Taubah, surat kesembilan, disebut juga surat al-Bara’ah ayat 111, Allah
‘azza wajalla mengingatkan,
Apa yang dibeli oleh Allah ‘azza wajalla dan apa yang dijual orang-orang yang
beriman? Jiwa-jiwa dan harta-harta mereka dibeli oleh Allah ‘azza wajalla
dengan jannah.
Sekali lagi, sejak dua kalimat syahadat kita ikrarkan. Pada hakekatnya, segala
sesuatu yang adalah milik kita, yang merupakan karunia dan pemberian Allah
‘azza wajalla, telah dibeli oleh Allah ‘azza wajalla dengan Jannah.
Artinya apa? kepada orang lain kita bisa berkata, “Ini istriku, aku lamar dengan
cara yang Islami, aku nikahi sesuai dengan sunnahyan dibawa oleh Rasulullah,
anak-anak yang berada di samping kiri dan kanannya adalah anak-anakku,
badannya menyerupai wajahku, hidungnya menyerupai hidungku”, dan seterusnya
dan seterusnya.
Kepada orang lain kita bisa berkata seperti itu, tapi hatta idzaa hadhara
ahadakumul maut, di saat orang yang kita akui sebagai istri, sebagai anak, sebagai
keluarga itu terbaring di dalam salah satu bangsal rumah sakit, kita minta agar
dipilihkan dokter yang paling baik untuk mengobati sakitnya, kita minta agar
diberi obat yang paling mujarab meskipun paling mahal harganya, untuk
mempercepat perjalanan dia menuju kesembuhan.
Dan akhirnya semua dokter sudah angkat tangan. Semua obat sudah tidak bisa
membujuk agar nyawa bisa lebih ‘kerasan’ berada di dalam tubuhnya. Di saat
botol infus tidak mengeluarkan cairan lagi, tidak menetes ke dalam salah satu
bagian dari tubuhnya. Ketika gelembung-gelembung oksigen yang dimasukkan di
kedua lobang hidungnya juga sudah tidak lagi mengeluarkan gelembung lagi.
Sehingga terjadi keributan di kalangan keluarga, bahkan dokter pun ikut berusaha
untuk meyakinkan, dan keyakinan itu dia ucapkan dengan kata-kata, ‘Allah ‘azza
wajalla sang pemilik, telah mengambilnya untuk menghadap keharibaan-Nya
untuk selama-lamanya’.
Sisa-sisa iman yang ada di dalam benak kita. Cairan uap terkapling di dalam hati,
terucap dari kedua bibir mereka, “inna lillahi wainna ilaihi rojiun.”
Cairan bening mengalir deras dari sudut pelupuk mata. Bibir juga terisak-isak
melepas kepergiannya. Tapi hati harus dimantapkan, ini adalah pilihan yang
terbaik bagi Allah ‘azza wajalla, dan kenyataan yang pahit itu harus kita terima
dengan suatu keyakinan akan Maha Adil dan Bijaksananya Allah ‘azza wajalla.
Jamaah shalat dan Khutbah Jumat yang dirahmati Allah ‘azza wajalla,
Kecintaan kita kepada Allah harus melebihi kecintaan kita kepada keluarga, istri
anak dan harta benda yang kita miliki. Cinta Allah harus di atas segala cinta.
Permohonan itu bukan karena beliau seorang Nabi. Bukan karena beliau seorang
Rasul ulul azmi. Bukan pula karena beliau adalah salah satu di antara
dua khalilullah; Ibrahim ‘alaihissalam dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Doa tadi tidak serta merta dikabulkan oleh Allah.
Muhamad Ali Ash-Shabuni, di dalam kitab tafsir beliau, mengatakan, bahwa Allah
‘azza wajalla karuniakan kepada Ibrahim ‘alaihissalam keturunan yang pertama,
ketika beliau berusia 120 tahun sedangankan istri beliau Maisarah berumur 100
tahun.
Doa itu baru dikabulkan oleh Allah sekitar 75 sampai 80 tahun setelah usia
pernikahan mereka.
Jamaah shalat dan Khutbah Jumat yang dirahmati Allah ‘azza wajalla,
Kita bisa membayangkan betapa besar cinta beliau kepada Nabi Ismail
‘alaihissalam yang mana adalah putra pertama dari Hajar, dan kepada Nabi Ishaq
‘alaihissalam yang mana adalah putra kedua dari Sarah. Tetapi kecintaan yang
begitu besar. Kecintaan yang begitu sangat tinggi harus ia korbankan.
ُ ي إّ ّنهي أ َ َرى فّي ْال َمن َّام أ َ ّنهي أ َ ْذبَ ُح َك فَا ْن
ظ ْر َماذَا ت َ َرى قَا َل َّ َي قَا َل يَابُن
َ س ْعَّ فَلَ َّما بَلَ َغ َم َعهُ ال
َصا ّب ّرين َّ ست َ ّجدُنّي ّإ ْن شَا َء
َّ ّٰللاُ ّمنَ ال َ ت ا ْف َع ْل َما تُؤْ َم ُر ّ َيَاأَب
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata, ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia
menjawab, ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya
Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar’.” (QS. Ash-
Shafat: 102)
Di dalam ayat ini Allah ‘azza wajalla perintahkan kepada Nabi Ibrahim
‘alaihissalam untuk mengorbankan putra tercinta. Bukan hanya membunuh, untuk
menyembelih putra tercinta yang kehadiranya harus ditunggu di atas usia rata-rata
manusia hidup.
Ketika nabi Ismail ‘alaihissalam sudah diikat kedua tangannya dibelakang, sudah
diikat kedua kakinya. Ketika kaki kanan Nabi Ibrahim sudah menginjak tangan
Nabi Ismail, tangan kiri Nabi Ibrahim ‘alaihissalam sudah menjambak rambutnya
agar kepalanya terdongkak ke atas supaya memudahkan beliau dalam
menyembelih, ketika tangan beliau sudah siap membawa pedang sangat tajam,
kecintaan ia kepada Allah ‘azza wajalla menyebabkan ia siap untuk memisahkan
kulit, urat-urat lehernya, kerongkongan dan tenggorokan. Siap menyaksikan darah
segar tersembur dari leher anak yang tercinta yang kelahirannya ditunggu sekitar
80 tahun.
“Cukup-cukup”, kata Allah ‘azza wajalla, kira-kira begitu bahasanya. “Kamu sudah
membuktikan kecintaan kamu kepada anak yang sudah kamu tunggu kelahirannya
selama 80 tahun. Tetapi kamu jauh lebih besar mencintai Aku dari pada anak-
anak kamu.”
Jamaah shalat dan Khutbah Jumat yang dirahmati Allah ‘azza wajalla,
Jangan sampai karena gaji satu bulan 2 juta rupiah kita terlambat shalat Zuhur
berjamaah. Jangan sampai karena gaji 2 juta rupiah kita masuk masjid dalam
keadaan sudah bubar. Jangankan 2 juta rupia, 2 juta dollar, 2 juta euro. Semuanya
boleh kita cintai, tapi mencintaicinta Allah ‘azza wajalla harus kita dahulukan di
atas semua itu.
Allahu Akbar, dikumandangkan adzan dari masjid yang paling dekat dengan
tempat anda tinggal, tempat anda bekerja mencari nafkah, mencari rizki, menjadi
buruh, menjadi karyawan, ketika azan berkumandang, tinggalkan itu semua.
Allahu Akbar, yang besar hanyalah Allah ‘azza wajalla yang lainnya kecil. Jika itu
yang terjadi maka Allah ‘azza wajalla akan mencatat kita sebagai manusia-manusai
pewaris Ibrahim ‘alaihissalam. Pewaris-pewaris Ismail ‘alaihissalam. Manusia-
manusia yang mencintai hartanya, mencintai keluarganya, tetapi kecintaanya
terhadap itu semua menjadi kecil ketika harus berbenturan dengan kecintaan
kepada Allah ‘azza wajalla.