Tindakan Komunikatif

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

TINDAKAN KOMUNIKATIF MASYARAKAT “KAMPUNG

PREMAN” DALAM PROSES PEMBERDAYAAN


Yuli Setyowati
Prodi Ilmu Komunikasi Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta
Jalan Timoho Nomor 317 Baciro Gondokusuman Kota Yogyakarta 55225, Telp 0274-561971.
E-mail: gracedista@yahoo.co.id

Abstract
This study aims to identify and analyze the process of community empowerment at “Badran thugs village”
in Yogyakarta through PT. Sarihusada CSR program and to analyze communicative action of “Badran thugs
village” in the empowerment process. This study is qualitative in nature using case study design. Data were
collected by in-depth interviews, observation, and documentation. Data were analyzed using interactive model.
This research concludes that (1) the people in Badran have lived with the stigma of “thugs village” characterized
by poor condition of social and economic. Socially, people in Badran are less educated. Economically, people
were unable to pay credit to moneylenders. The process of empowerment in Badran was initited by community
leaders by taking various efforts, such as forming group activities in order to release people from the bondage
of moneylenders, establishing Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (Community Learning Center) and early
childhood program, and also to improve family health and environment. PT. Sarihusada CSR program
becomes accelerator of the community empowerment process. (2) Communicative action in the community
empowerment process is characterized by interaction based on the awareness and willingness to communicate
empathically and ethically.

Keywords: communicative action, empowerment, CSR

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi dan menganalisis secara mendalam proses
pemberdayaan masyarakat “kampung preman” Badran Yogyakarta melalui program CSR PT.
Sarihusada; (2) menganalisis secara mendalam tindakan komunikatif masyarakat “kampung
preman” dalam proses pemberdayaan tersebut. Penelitian menggunakan metode kualitatif
dengan desain studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam,
observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan model analisis interaktif. Penelitian ini
menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu: (1) masyarakat Badran telah lama hidup dengan stigma
“kampung preman” yang ditandai dengan karakteristik sosial dan ekonomi yang memprihatinkan.
Secara sosial, masyarakat Badran hidup dalam ketidakberdayaan dalam hal pendidikan. Secara
ekonomi masyarakat sangat terpuruk akibat terjerat utang kepada rentenir. Proses pemberdayaan
di Badran awalnya dipelopori oleh para tokoh masyarakat dengan melakukan berbagai upaya,
yaitu membentuk berbagai kelompok kegiatan yang bertujuan melepaskan masyarakat dari
jeratan rentenir, mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan PAUD, serta upaya
peningkatan kesehatan keluarga dan lingkungan; Program CSR PT. Sarihusada menjadi akselerator
proses pemberdayaan masyarakat (2) tindakan komunikatif masyarakat dalam proses pemberdayaan
tersebut, ditandai dengan interaksi yang didasari oleh kesadaran dan kesediaan berkomunikasi
…cara empatik dan beretika.

Kata kunci: tindakan komunikatif, pemberdayaan, CSR

16
Yuli Setyowati. Tindakan Komunikatif Masyarakat... 17

Pendahuluan seolah sulit untuk dilepaskan dari kampung


Setiap masyarakat pasti mengharapkan Badran. Masyarakat mengalami masalah-
kehidupan yang layak dan sejahtera. masalah sosial, antara lain kemiskinan,
Mewujudkan suatu kondisi masyarakat pengangguran, rendahnya pendidikan,
yang sejahtera sejatinya merupakan tujuan dan kekerasan dalam rumah tangga. Hal
dari berdirinya Negara Republik Indonesia. ini berlangsung cukup lama dan membuat
Terkait dengan tujuan pembangunan di keadaan masyarakat semakin terpuruk.
Indonesia, para pendiri Negara Kesatuan Dengan kondisi yang demikian, Badran
Republik Indonesia telah merumuskannya menjadi kampung yang sangat fenomenal.
di dalam Pembukaan UUD 1945 alinea Dalam kurun waktu 10 hingga 15 tahun
keempat, yang berbunyi: terakhir, kampung Badran mengalami
“…………melindungi segenap bangsa perubahan yang cukup signifikan. Kampung
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, yang dulu kumuh sekarang menjadi bersih,
dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan kehidupan sosial masyarakat semakin
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, membaik, kondisi ekonomi masyarakat
dan keadilan sosial…….” semakin meningkat, serta kemandirian dan
kesadaran masyarakat meningkat sangat baik.
Namun demikian, problem masyarakat
Proses ini melibatkan masyarakat, para tokoh
modern saat ini semakin kompleks. Usman
(2012) mencatat terdapat beberapa problem masyarakat, pemerintah dan pihak swasta.
masyarakat yang perlu mendapatkan Sejak ditetapkannya Undang-Undang
perhatian dalam kerangka pembangunan Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
dan pemberdayaan masyarakat, yaitu: (1) Terbatas, implementasi CSR semakin
problem manusia dan kerja, (2) problem etos menguat di Indonesia. Dalam Bab V pasal
kerja, (3) problem membangun komunitas 74 dijelaskan tentang tanggung jawab
professional, (4) problem kemitrasejajaran sosial dan lingkungan dari perusahaan atas
wanita-pria, (5) persoalan kemiskinan, (6) eksistensinya dalam kegiatan bisnis. Oleh
problem kekerasan dan kesenjangan di sebab itu, sebagai wujud dari tanggung
perkotaan, (7) problem kenakalan anak dan jawab sosial perusahaan, pada tahun 2009
remaja, serta (8) problem pergeseran peran PT Sarihusada mulai masuk ke kampung
keluarga. Badran melakukan pemberdayaan masya­
Beberapa problem tersebut juga rakat melalui aktivitas Corporate Social
dialami oleh masyarakat kampung Badran Responsibility (CSR) dalam bentuk
Yogyakarya. Bagi masyarakat Yogyakarta, pendampingan dalam bidang kesehatan,
kampung Badran dahulu dikenal sebagai pendidikan, dan ekonomi.
“kampung preman”. Stigma ini melekat Fenomena inilah yang melatarbelakangi
erat, karena memang kondisi sosial munculnya ide/gagasan untuk melaku­
masyarakatnya pada waktu itu sedemikian kan kajian tentang tindakan komunikatif
negatif dan hingga sekarang stigma itu masyarakat dalam proses pemberdayaan
18 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 1, Juli 2016, hlm 16-32

masyarakat menuju pada suatu peru­ bahan menciptakan lapangan pekerjaan bagi
kehidupan yang lebih baik dan bermakna. kaum perempuan.
Dengan demikian, fokus permasalahan dalam Ketiga, Adhi Iman Sulaiman (2013)
penelitian ini ada­
lah “bagaimana tindakan dalam penelitiannya yang berjudul
komunikatif masyarakat “kampung preman” “Model komunikasi Formal dan Informal
dalam proses pemberdayaan?”. Penelitian dalam Proses Kegiatan Pemberdayaan
ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi Masyarakat” di Kecamatan Binangun
dan menganalisis secara mendalam proses Cilacap mendapatkan hasil bahwa
pem­berdayaan masyarakat “kampung pre­ komunikasi formal tidak bisa dipisahkan
man” Badran Yogyakarta melalui program dari komunikasi informal dalam proses
CSR PT. Sarihusada; (2) meng­­analisis secara pemberdayaan. Kegagalan proses komu­
mendalam tindakan komunikatif masya­ nikasi informal mengakibatkan resistensi,
rakat “kampung preman” dalam proses kurang mendapatkan dukungan, timbul
pemberdayaan tersebut. kecurigaan, bahkan bisa terjadi penolakan
dari masyarakat.
Penelitian tentang pemberdayaan Keempat, penelitian Andi Mapisangka
masyarakat dan CSR terdahulu yang (2009) tentang “Implementasi CSR
berkaitan, dengan penelitian ini yaitu terhadap Kesejahteraan Hidup masya­
pertama. penelitian Dewangga Nikmatullah rakat”. Penelitian ini mengkaji dampak
(2012) tentang Pemberdayaan masyarakat implementasi program CSR PT. BIC Batam
Miskin Melalui Program Corporate terhadap kesejahteraan hidup masyarakat
Social Responsibility oleh PTPN-7. Hasil meluli penerapan program-program CSR
penelitian ini memperlihatkan bahwa PT. BIC tersebar pada berbagai aktivitas
program CSR telah berhasil meningkatkan utama, seperti: pendidikan, kesehatan,
produktivitas kegiatan ekonomi kerakyatan kemiskinan, sosial, agama, infrastruktur
berbasis lingkungan dan tumbuhnya sikap dan lingkungan hidup. CSR Goal, Corporate
perilaku masyarakat yang peduli terhadap Social Issue dan Corporate Relation
kelestarian lingkungan. Program secara signifikan memiliki pengaruh
Kedua, penelitian oleh Dimple positif terhadap peningkatan kesejahteraan
Tresa Abraham (2013) yaitu kajian tentang hidup masyarakat.
“CSR and Empowerment of Women: The Kelima, Etty Soesilowati, Dyah Rini
way Forward”. Penelitian dilakukan di Indriyanti, dan Widiyanto. (2011) dengan
India, menyatakan bahwa aktivitas CSR judul “Model Corporate Social Responsibility
membawa dampak positif secara sosial dan dalam Program Pemberdayaan Petani
ekonomi bagi pemberdayaan perempuan Hortikultura”. Melalui penelitian ini
di India. Dampaknya dapat dilihat diperoleh hasil bahwa sangat perlu
dengan adanya perusahaan rumahan. Ini dilakukan pengintegrasian CSR yang
semua terbingkai dalam kreativitas untuk melibatkan berbagai komponen, yaitu
Yuli Setyowati. Tindakan Komunikatif Masyarakat... 19

pemerintah desa, daerah dan provinsi, serta dengan tujuan yakni memengaruhi perilaku
BUMN, swasta dan masyarakat. tertentu. Sedangkan Zareksky (Liliweri,
Komunikasi. Pada dasarnya seluruh 2011) memaparkan definisi komunikasi
hidup manusia tidak terlepas dari sebagai interaksi untuk menopang koneksi
komunikasi. Bahkan dapat dikatakan antarmanusia sehingga dapat menolong
bahwa komunikasi adalah cara manusia mereka memahami satu sama lain bagi
meng(ada) dalam dunianya. Dengan pengakuan terhadap kepentingan bersama.
demikian, komunikasi merupakan proses Dalam upaya menjelaskan konsep­
yang berlangsung terus-menerus dan tualisasi komunikasi dalam perspektif
akan mengalami perkembangan yang konfergensi, Miller (2002) mengemukakan
berarti sejalan dengan perkembangan bahwa komunikasi dapat dilihat dalam tiga
masyarakat. Ruben dan Stewart (2013) hal, yaitu: (1) communication is a process,
semakin menegaskan bahwa dalam (2) communication is transactional, dan
setiap situasi kehidupan manusia, proses (3) communiction is symbolic. Pertama,
komunikasi adalah hal yang benar-benar dalam communication is a process, David
mendasar. Tidak ada kegiatan yang lebih Berlo menyatakan: ”If we accept the
mendasar untuk kehidupan manusia concept of process, we view events and
secara pribadi, sosial, atau profesional relationships as dynamic, on-going, ever-
kecuali komunikasi. cara kita bertindak changing, continuous. When we label
dan berhubungan dengan orang lain, pada something as a process we also mean that
gilirannya dapat membuat perbedaan it does not have a beginning, an end, a
besar tentang cara orang lain merespon fixed sequence of events. It is not static, at
dirinya. Cepat atau lambat konsekuensi rest. It is moving. The ingredients within a
dari aksi dan reaksi yang dilakukan oleh process interact; each affects all aothers”
seseorang akan memiliki implikasi yang Komunikasi adalah suatu proses dimana
signifikan terhadap jenis-jenis hubungan setiap peristiwa dan relasi-relasi yang
yang terbentuk, dengan siapa seseorang terjadi bersifat dinamis, on-going, selalu
sebagai anggota masyarakat, dan caranya berubah dan berkesinambungan. Dalam
memberikan kontribusi sebagai anggota proses seperti ini, komunikasi tidak dapat
keluarga, kelompok, organisasi, dan dilihat dari kapan dimulai, kapan berakhir,
masyarakat dimana dirinya hidup. dan bagian-bagian yang jelas dari setiap
Demikian mendasarnya komunikasi prosesnya, karena komunikasi itu tidak
bagi kehidupan manusia, Miller statis, tidak pernah berhenti, dan selalu
(2002) menyatakan bahwa komunikasi bergerak. Dalam proses itu, masing-masing
merupakan center of interest yang ada pihak saling mempengaruhi satu sama
dalam suatu situasi perilaku manusia lain. Formula Lasswell merupakan konsep
yang memungkinkan suatu sumber secara awal yang menjelaskan bahwa komunikasi
sadar mengalihkan pesan kepada penerima merupakan suatu proses.
20 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 1, Juli 2016, hlm 16-32

Kedua, communication is perspektif perilaku, Skinner (Bungin, 2006)


transactional, melihat bahwa komunikasi memandang komunikasi sebagai perilaku
merupakan proses interaksi dimana verbal atau simbolis dimana sender
antarpartisipan komunikasi berpartisipasi (pengirim pesan) berusaha mendapatkan
secara aktif, saling memberi umpan balik, satu efek yang dikehendakinya pada receiver
berbicara, merespon, melakukan aksi dan (penerima pesan). Sedangkan Dance
reaksi serta saling mempengaruhi. Secara lebih menegaskan lagi bahwa komu­nikasi
lebih jelas Burgoon dan Ruffner mencatat ada karena adanya satu respon melalui
bahwa:”People are simultaneously acting as lambang-lambang verbal dimana simbol
source and receiver in many communication verbal tersebut bertindak sebagai stimulus
situations. A person is giving feedback, untuk memperoleh respon.
talking, responding, acting, and reacting Tindakan Komunikatif. Menurut
continually through a communication event. Habermas (Hardiman, 2009), masyarakat
Each person is constantly participating in pada hakikatnya komunikatif, dan yang
the communication activity. All of these menentukan perubahan sosial bukanlah
things can alter the order elements in the semata-mata perkembangan kekuatan
process and create a completely different produksi atau teknologi, melainkan
communication event. This is what we mean proses belajar dalam dimensi praktis-etis.
by transaction”. Jadi komunikasi hanya Teknologi dan faktor objektif lain baru
dapat dipahami dalam konteks hubungan bisa mengubah masyarakat jika masyarakat
(relationship) di antara dua orang atau lebih. mengintegrasikannya ke dalam tindakan
Proses komunikasi ini menekankan semua komunikatif yang memiliki logikanya
perilaku adalah komunikatif dan masing- sendiri-sendiri.
masing pihak yang terlibat di dalamnya Tindakan komunikatif menurut
memiliki konten pesan yang dibawanya dan Haber­mas (Hardiman, 2009) mengacu
saling bertukar dalam transaksi (Sendjaja pada tindakan yang diarahkan oleh
dalam Bungin, 2006). norma-norma yang disepakati bersama
Ketiga, communiction is symbolic, berdasarkan harapan timbal balik diantara
dalam arti bahwa proses komunikasi subjek-subjek yang berinteraksi dengan
melibatkan simbol–simbol, baik menggunakan simbol-simbol, khususnya
verbal maupun nonverbal, yang saling bahasa sehari hari sebagai medium bagi
berhubungan satu satu sama lain. Dalam tindakan tersebut. Komunikasi menjadi titik
perspektif kognitif, Colin Cherry (Bungin, tolak dalam teori ini, dan praksis menjadi
2006) menyatakan bahwa komunikasi konsep sentralnya. Praksis bukan diartikan
merupakan penggunaan lambang-lambang sebagai tingkah laku buta berdasarkn naluri
(simbol-simbol) untuk mencapai kesamaan belaka, melainkan tindakan dasar manusia
makna atau berbagi informasi tentanf suatu sebagai makhluk sosial yang diterangi oleh
objek atau kejadian. Sedangkan menurut kesadaran rasional. Rasio tidak hanya
Yuli Setyowati. Tindakan Komunikatif Masyarakat... 21

tampak dalam kegiatan menaklukkan rakat (Adisasmita, 2006).


alam melalui kerja, melainkan juga dalam Dalam pemberdayaan masyarakat,
interaksi intersubjektif yang menggunakan potensi atau kemampuan masyarakat
bahasa sehari-hari. men­jadi hal yang sangat penting. Seperti
Ada empat macam klaim dalam Teori diungkapkan oleh Sumodiningrat (1999),
Tindakan Komunikatif, yaitu: (1) klaim bahwa pemberdayaan masyarakat merupa­
kebenaran (truth) yaitu kesepakatan tentang kan upaya untuk memandirikan masyarakat
dunia alamiah dan objektif ; (2) klaim lewat perwujudan potensi kemampuan
ketepatan (rightness) yaitu kesepakatan yang mereka miliki.
tentang pelaksanaan norma-norma dalam Senada dengan pendapat Sumodiningrat,
dunia sosial; (3) klaim autentisitas/ Karsidi (2001) menegaskan bahwa konsep
kejujuran (sincerity) yaitu kesepakatan pemberdayaan masyarakat secara mendasar
tentang kesesuaian antara dunia batiniah berarti menempatkan masyarakat beserta
dan ekspresi seseorang; dan (4) klaim institusi-institusinya sebagai kekuatan
komprehensibilitas (comprehensibility) yaitu dasar bagi pengembangan ekonomi, politik,
kemampuan menjelaskan klaim-klaim di atas sosial, dan budaya. Menurut Robbins,
dan mencapai kesepakatan atasnya. Setiap Chatterjee & Canda (dalam Mardikanto,
komunikasi yang efektif harus mencapai 2010), pemberdayaan masyarakat adalah:
klaim keempat dan orang yang mampu ”process by which individuals and groups
berkomunikasi dalam arti menghasilkan gain power, acces to resources and control
klaim-klaim tersebut memiliki “kompetensi over their own lives. In doing so, they gain
komunikasi.” the ability to achieve their highest personal
Pemberdayaan Masyarakat. Secara and collective aspirations and goals”.
kon­septual, pemberdayaan masyarakat adalah Pemberdayaan masyarakat merupakan
upaya untuk meningkatkan harkat dan proses dimana individu-individu dan
martabat lapisan masyarakat yang dalam kelompok-kelompok memiliki kekuatan,
kondisi tidak mampu untuk melepaskan kesempatan mengakses sumber daya yang
diri dari perangkap kemiskinan dan keter­ ada dan mengontrol kehidupan mereka
belakangan. Berarti memberdayakan sendiri. Selain itu, mereka juga mempunyai
adalah memampukan dan memandirikan kemampuan untuk mencapai aspirasi
masyarakat (Mardikanto, 2013). dan tujuan-tujuan yang lebih tinggi, baik
Pemberdayaan masyarakat diartikan personal maupun kelompok.
sebagai aktivitas yang dilakukan oleh Ciri-ciri masyarakat telah berdaya
masyarakat, dimana masyarakat mampu adalah mampu memahami diri dan
mengidentifikasi kebutuhan dan masalah potensinya, serta mampu merencanakan
secara bersama-sama dan merupakan dan mengantisipasi perubahan ke depan;
perpaduan antar pembangunan sosial mampu mengarahkan dirinya sendiri;
ekonomi dengan pengorganisasian masya­ memiliki kemampuan untuk berunding;
22 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 1, Juli 2016, hlm 16-32

memiliki bargaining power yang memadai (Mardikanto, 2013) menyatakan hal


dalam melakukan kerjasama yang saling tersebut, bahwa ”Empowerment is a process
menguntungkan, dan bertanggungjawab atas through which those excluded are able to
tindakannya (Nugroho dan Randy, 2007). participate more fully in decisions baout
Dalam konsep pemberdayaan, manusia forms of growth strategies of development,
adalah subjek dari dirinya sendiri. and distribution of their product.” Dalam
Proses pemberdayaan menekankan pada upaya memberdayakan masyarakat
proses memberikan kemampuan kepada tersebut dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu:
masyarakat agar menjadi berdaya, men­ Pertama, menciptakan suasana atau iklim
dorong atau memotivasi individu agar yang memungkinkan potensi masyarakat
mempunyai kemampuan atau keberdayaan berkembang (enabling). Asumsinya adalah
untuk menentukan pilihan hidupnya. bawa tiap manusia memiliki potensi
Proses ini harus ditujukan pada kelompok yang dapat dikembangkan. Artinya,
atau lapisan yang tertinggal (Prijono dan tidak ada masyarakat yang sama sekali
Pranarka dalam Mardikanto, 2010). tanpa daya. Pemberdayaan adalah
Ketika manusia bertindak sebagai upaya untuk membangun daya itu,
subjek atas dirinya sendiri, maka manusia dengan cara mendorong, memotivasi,
akan memiliki kemampuan untuk melakukan dan membangkitkan kesadaran akan
pilihan-pilihan atas hidupnya, keluarganya, potensi yang dimilikinya serta berupaya
dan masyarakatnya. Seperti yang dinyatakan mengembangkannya. Kedua, memperkuat
oleh World Bank (Mardikanto, 2013), potensi atau daya yang dimiliki masyarakat
yang mengartikan pemberdayaan sebagai (empowering). Aspek ini meliputi
upaya untuk memberikan kesempatan dan langkah-langkah nyata dan menyangkut
kemampuan kepada kelompok masyarakat penyediaan berbagai masukan (input) serta
(miskin) untuk mampu dan berani bersuara membuka akses ke dalam berbagai peluang
(voice) atau menyatakan pendapat, ide, (opportunities) yang akan membuat
atau gagasan-gagasannya serta kemampuan masyarakat menjadi berdaya. Upaya
dan keberanian untuk memilih (choice) yang amat pokok adalah peningkatan
sesuatu (konsep, metoda, produk, tindakan, taraf pendidikan, derajat kesehatan dan
dll) yang terbaik bagi pribadi, keluarga, akses ke dalam sumber-sumber kemajuan
dan masyarakatnya. Dengan kata lain, ekonomi seperti modal, teknologi,
pemberdayaan masyarakat merupakan informasi, lapangan kerja, dan pasar.
proses meningkatkan kemampuan dan sikap Dalam hal ini, pemberdayaan bukan hanya
kemandirian masyarakat. menyangkut penguatan individu anggota
Pemberdayaan masyarakat juga masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya.
selalu dikaitkan dengan aspek demokratis, Menanamkan nilai-nilai budaya modern,
partisipasi yang berfokus pada lokalitas seperti kerja keras, hemat, keterbukaan,
dan isu-isu lokal. Anthony Bebbington dan tanggung jawab adalah bagian pokok
Yuli Setyowati. Tindakan Komunikatif Masyarakat... 23

dari upaya pemberdayaan ini. Demikian sosial (termasuk kepedulian terhadap


pula pembaharuan institusi-institusi sosial lingkungan hidup) lebih dari batas-batas
dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan yang dituntut peraturan Undang-Undang.
pembangunan serta peranan masyarakat Dalam perspektif yang lebih luas, definisi
di dalamnya. Oleh sebab itu, partisipasi CSR menurut Trinidads & Tobacco Bureau
masyarakat dalam proses pengambilan of Standards (Rahman, 2009) dinyatakan
keputusan menjadi hal yang sangat penting. bahwa CSR merupakan komitmen usaha
Ketiga, memberdayakan mengandung arti untuk bertindak secara etis, beroperasi
melindungi. Hal ini mengandung makna secara legal, dan berkontribusi untuk
bahwa dalam proses pemberdayaan harus peningkatan ekonomi bersamaan dengan
dicegah yang lemah menjadi semakin peningkatan kualitas hidup karyawan
lemah oleh karena kekurangberdayaan dan keluarganya, komunitas lokal dan
dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena masyarakat yang lebih luas.
itu, perlindungan dan pemihakan kepada Berkaitan dengan pembangunan
yang lemah menjadi aspek yang sangat ekonomi berkelanjutan, definisi CSR yang
mendasar dalam konsep pemberdayaan. hampir sama menurut The World Business
Pemberdayaan masyarakat me­nyang­ Council for Sustainable Development
kut faktor internal dan eksternal. Faktor (Kartini, 2013), CSR merupakan komitmen
internal berkaitan dengan potensi dan bisnis untuk berkontribusi dalam pem­
sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat bangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja
itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal dengan karyawan perusahaan, keluarga
berkaitan dengan keterlibatan pihak lain karyawan tersebut, berikut komunitas
dalam upaya pemberdayaan tersebut, setempat dan masyarakat secara keseluruhan
misalnya dengan adanya pendamping, dalam rangka meningkatkan kualitas hidup.
fasilitator, yang berperan sebagai pihak CSR juga dapat diartikan sebagai
yang memfasilitasi atau membantu suatu aktivitas perusahaan untuk ikut
masyarakat melakukan identifikasi masalah, mengatasi permasalahan sosial dengan
perencanaan, pelaksanaan, hingga peman­ peningkatan ekonomi, perbaikan kualitas
faatan hasil pembangunan. hidup masyarakat dan mengurangi
Corporate Social Responsibility berbagai dampak operasionalnya terhadap
(CSR). Saat ini definisi CSR sangat lingkungan, mengikuti peraturan yang
beragam, bergantung pada visi dan misi berlaku, yang dalam jangka panjang
perusahaan yang disesuaikan dengan needs, mempunyai keuntungan bagi perusahaan
desire, wants, dan interest komunitas dan pembangunan masyarakat (Fajar, 2013).
(Rahman, 2009). Beberapa definisi CSR Filosofi CSR berkaitan dengan gagasan
yang dimaksud diantaranya adalah definisi tentang pentingnya menggabungkan
yang dikemukakan oleh Chambers (Irianta, masalah ekonomi, sosial dan lingkungan,
2004), CSR artinya melakukan tindakan yang tidak dapat dilepaskan dari pemikiran
24 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 1, Juli 2016, hlm 16-32

John Elkington tentang rumusan triple awal, maka jenis strategi penelitian kasus
bottom line (people, planet, profit) pada ini dapat disebut studi kasus terpancang
akhir tahun 1990-an yang kemudian (embedded case study research) (Soetopo,
disepakati oleh banyak pihak sebagai 2006). Creswell (1998) juga menyatakan
landasan pengelolaan korporasi yang bahwa fokus studi kasus adalah spesifikasi
berkelanjutan (corporate sustainability). kasus dalam suatu kejadian, baik yang
Bergmans (Jonker dan de Witte, 2006) mencakup individu, kelompok budaya
menyarankan agar perusahaan meng­ ataupun suatu potret kehidupan.
integrasikan profit, people dan planet Data penelitian ini dikumpulkan
dengan tujuan membangun kekuatan dalam dengan tiga cara, yaitu wawancara men­
kreasi penambahan nilai bagi profit, people, dalam, observasi, dokumentasi. Pemilihan
dan planet dalam perusahaan. Hal ini sangat informan dilakukan dengan menggunakan
berguna bagi perusahaan untuk menentukan teknik purposive sampling.
prioritas yang dianggap penting bagi Observasi dilakukan untuk mendapat­
perusahaan. Dengan demikian, konsep 3P kan data tentang situasi, lokasi dan
semestinya diterapkan secara integratif dan peristiwa-peristiwa yang dapat diamati.
seimbang. Sedangkan dokumentasi digunakan untuk
Metode Penelitian
mendokumentasikan aktivitas-aktivitas
pem­ber­dayaan yang dilakukan di kampung
Berdasarkan permasalahan yang di­
Badran.
teliti, jenis penelitian ini adalah kualitatif
Data yang diperoleh dianalisis dengan
deskripstif. Penelitian kulatitatif deskriptif
menggunakan model analisis interaktif.
akan mampu menangkap berbagai informasi
Menurut Miles dan Haberman (1984) model
kualitatif dengan deskripsi teliti dan penuh
analisis ini terdiri dari tiga komponen analisis
nuansa (Soetopo, 2006). Sedangkan menurut
yaitu: reduksi data, sajian data, dan penarikan
Moleong (2004), penelitian kualitatif adalah
simpulan. Aktivitas atas tiga komponen
penelitian untuk memahami fenomena yang
tersebut dilakukan dalam bentuk interaktif
dialami subjek penelitian seperti perilaku,
dengan proses pengumpulan data sebagai
persepsi, motivasi, tindakan secara holistik,
suatu proses siklus. Data divalidasi dengan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata
mengunakan triangulasi sumber dan metode.
dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai Hasil Penelitian dan Pembahasan
metode ilmiah. Pemberdayaan masyarakat merupakan
Strategi penelitian yang digunakan kegiatan yang memerlukan proses
adalah studi kasus tunggal, sebab penelitian yang berkelanjutan, maka dibutuhkan
ini terarah pada sasaran dengan satu komunikasi yang baik antara inisiator
karakteristik yang berada di satu lokasi program dengan masyarakat maupun antar
(Yin, 1987). Karena permasalahan dan warga masyarakat. Proses pemberdayaan
fokus penelitian sudah ditentukan sejak tersebut tidak akan mencapai tujuannya,
Yuli Setyowati. Tindakan Komunikatif Masyarakat... 25

jika tidak didukung oleh proses komunikasi Malioboro dan stasiun Yogyakarta. Secara
yang partisipatif. Dalam hal ini dibutuhkan historis, di kampung ini dulu hidup seorang
partisipasi aktif dari seluruh warga preman yang sangat terkenal dan disegani
masyarakat untuk mewujudkan cita-cita di wilayah Yogyakarta. Masyarakat
perubahan yang diinginkan. Partisipasi mengalami masalah-masalah sosial,
masyarakat sangat berpengaruh terhadap antara lain kemiskinan, pengangguran,
terbentuknya tindakan komunikatif yang rendahnya pendidikan, dan kekerasan
sesuai dengan karakteristik masyarakatnya. dalam rumah tangga. Para perempuan
Resistensi masyarakat dalam proses banyak terjerat hutang kepada rentenir.
pemberdayaan masih sering muncul karena Kaum laki-laki banyak terjerat pada
perasaan saling curiga diantara komponen kebiasaan judi, mabuk, berkelahi, dan tidak
masyarakat tentang kepentingan-kepen­ jarang melakukan tindak kriminal. Dari
tingan di balik upaya pemberdayaan, kehidupan keluarga yang demikian, anak-
terutama dari kelompok masyarakat yang anak kampung Badran banyak yang putus
tidak menjadi sasaran utama program sekolah, akhirnya mereka turun ke jalan
CSR. Walaupun resistensi terhadap upaya- menjadi anak jalanan. Kehidupan sosial
upaya pemberdayaan untuk membawa mereka menjadi tidak teratur dan semakin
pada perubahan masyarakat cukup tinggi, memprihatinkan. Namun kondisi tersebut
komunikasi memainkan peran yang sangat sekarang telah mengalami perubahan.
penting dalam terbentuknya tindakan Berbagai upaya pemberdayaan
komunikatif masyarakat. Dengan tindakan untuk keluar dari stigma negatif sebagai
komunikatifnya, masyarakat mengalami “kampung preman” telah dilakukan, baik
perubahan demi perubahan yang lebih baik. oleh masyarakat, pemerintah, maupun pihak
Proses pemberdayaan di “kampung swasta. Dari pihak masyarakat, inisiasi
preman” Badran Yogyakarta melalui pemberdayaan beberapa tokoh masyarakat
program CSR PT. Sarihusada. Kampung kampung Badran. Salah satunya adalah
Badran terdiri dari 3 Rukun Warga (RW) seorang ibu yang bernama Endang Rohjiani.
dengan tipe masyarakat yang heterogen, Endang Rohjiani berinisiatif melakukan
baik dari segi usia, agama, pendidikan, dan upaya pemberdayaan dilatarbelakangi oleh
pekerjaan. Kampung Badran saat ini terdiri pengalamannya sebagai warga kampung
dari 1042 KK, dengan total penduduk Badran dan keprihatinannya tentang
sejumlah 3151 jiwa. keberadaan warga kampung Badran.
Kampung Badran merupakan wilayah Banyak anak-anak yang terjun sebagai
yang termasuk kategori slum area, terletak anak jalanan, mereka putus sekolah karena
di sisi barat kota Yogyakarta dan berbatasan faktor ekonomi, merebaknya pernikahan
langsung dengan salah satu sungai besar dini yang berakibat pula pada perceraian
yang melintas di Yogyakarta, yaitu sungai dini, serta kekerasan dalam rumah tangga.
Winongo. Lokasinya tidak jauh dari Pengalaman ini yang mendorong Endang
26 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 1, Juli 2016, hlm 16-32

Rohjiani untuk melakukan sesuatu agar sebuah wadah yang diberi nama “Rumah
kampungnya keluar dari stigma negatif Bambu” yang dapat digunakan oleh
sebagai “kampung preman”. Upaya masyarakat untuk belajar berbagai hal,
Endang Rohjiani dilakukan melalui yaitu kegiatan membaca di perpustakaan,
berbagai kegiatan pemberdayaan dengan kegiatan ibu-ibu menjahit, dan kegiatan
“membangun budaya malu” di kalangan untuk bersantai.
masyarakat kampung Badran. Selain PKBM, Endang Rohjiani
Beberapa hal yang dilakukan ibu juga memelopori terbentuknya wadah
Endang adalah mencari cara supaya anak- pengembangan ekonomi produktif
anak jalanan dari kampung Badran ini masyarakat yang diberi nama “Lintas
diberdayakan secara positif, agar ibu- Winongo”. Wadah ini berawal dari
ibu dapat lepas dari kebiasaan hutang perkumpulan dasa wisma yang berfokus
kepada rentenir, dan agar kehidupan warga pada bank sampah, kemudian berkembang
kampung Badran menjadi lebih baik menjadi kegiatan simpan pinjam dan
terutama dalam hal pendidikan anak-anak persewaan perkakas.
serta agar kaum ayah tidak lagi berperilaku Upaya yang dilakukan Endang
kasar kepada anak-anaknya. Kemudian Rohjiani bukanlah upaya yang mulus.
Endang Rohjiani berinisiatif mendirikan Tidak semua masyarakat mendukungnya.
wadah belajar bersama. Kegiatan ini Bahkan sering muncul celotehan warga
dikembangkan menjadi Pusat Kegiatan yang menyebut gerakan-gerakan Endang
Belajar Masyarakat (PKBM) yang telah Rohjiani ini dengan istilah ”endangisasi”.
dirintis pada tahun 2006. PKBM didirikan “Bahkan warga sempat melakukan boikot
untuk memberdayakan anak-anak jalanan, kegiatan jika ada Endang. Respon mereka,
agar anak-anak jalanan ini tidak kembali ke katanya saya jual kampung dan jual
jalan dan justru mendapatkan ketrampilan kemiskinan kepada pihak lain. Biasanya
dan pendidikan yang memadai, sehingga respon tersebut muncul dari orang-rang
masa depan mereka menjadi lebih yang jika perubahan itu ada, eksistensinya
baik.  Pada akhirnya, kegiatan PKBM ini tergoyak. Tapi motto saya yang penting
semakin berkembang hingga mempunyai adalah bagaimana perubahan itu terjadi”
taman bacaan, memiliki bimbingan belajar demikian dituturkan oleh Endang Rohjiani
untuk anak-anak SD berbiaya murah, saat wawancara. Dalam melakukan pem­
dan memberikan pengajaran kepada berdayaan Endang Rohjiani memiliki
masyarakat sekitar yang masih buta huruf. motto “tetap semangat dalam berkarya”.
Kegiatan ini kemudian disebut dengan Dan atas kegigihannya tersebut, Endang
kegiatan keaksaraan fungsional (KF). Rohjiani pernah meraih Juara I Tingkat
Pesertanya mayoritas ibu-ibu yang belum Nasional Lomba Karya Nyata Pengelola
memiliki kemampuan baca tulis. Untuk PKBM 2011.
menghidupkan PKBM tersebut, didirikan Upaya pemberdayaan juga dilakukan
Yuli Setyowati. Tindakan Komunikatif Masyarakat... 27

oleh para tokoh masyarakat yang lainnya, forum anak Patriot, dan kelompok Muda-
terutama adalah para pemangku wilayah mudi Badran (Mudiba). Sedangkan untuk
Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga para lansia, pemberdayaan dilakukan
(RW). Nilai-nilai utama yang mendasari dengan mengadakan Posyandu Lansia.
upaya pemberdayaan “kampung preman” Pemberdayaan lingkungan juga
Badran adalah nilai agama dan pendidikan. telah dilakukan dengan membentuk Pam
Badran merupakan wilayah dengan Swakarsa untuk pengelolaan air bersih bagi
masyarakat yang heterogen, baik dari seluruh warga daerah bawah yang diberi
sisi agama maupun karakteristik sosial nama Banyu Bening Winongo (B2W), serta
lainnya. Heterogenitas ini justru menjadi membentuk Kelompok Tani Makmur, yaitu
kekuatan kampung Badran menuju pada kelompok pertanian perkotaan dengan
perubahan sosial yang lebih baik. Para memanfaatkan lahan sempit.
tokoh dari berbagai agama ada di kampung Pada tahun 2009 PT. Sarihusada mulai
Badran. Para tokoh agama melakukan masuk ke kampung Badran melakukan
upaya pemberdayaan masyarakat berbasis pemberdayaan masyarakat melalui aktivitas
pada agamanya masing-masing. Dengan Corporate Social Responsibility (CSR)
cara tersebut, dampak yang timbul sangat dalam bentuk pendampingan dalam bidang
signifikan, yaitu semakin banyak warga kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.
yang insyaf dari perbuatannya. Program CSR ini diberi nama Program
Pemberdayaan masyarakat untuk me­ Rumah Srikandi. Misi ini merupakan
lepaskan diri dari jeratan rentenir dilakukan wujud komitmen dan kepedulian dari
dengan membentuk dan menggiatkan perusahaan untuk meningkatkan kesehatan
berbagai kelompok kegiatan, yaitu kelompok ibu dan balita, pendidikan anak usia dini,
PKK RT dan RW, Griya Rumpun (kumpulan dan ekonomi mikro.
18 dasa wisma), Apsari (di dalamnya terdapat Dasar pertimbangan pemilihan lokasi
Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Remaja, Badran sebagai sasaran program CSR
dan Bina Keluarga Lansia), kelompok jahit PT. Sarihusada adalah adanya potensi
dan jumputan Sartika, koperasi Panca Arta, masyarakat untuk diberdayakan serta
dan Desa Prima. Semua kelompok kegiatan terpenuhinya kriteria keberadaan pemimpin
ini memiliki aktivitas rutin yaitu arisan dan lokal (local leader) yang dianggap mampu
simpan pinjam. Hal ini dilakukan dengan menggerakkan masyarakat kampung
maksud agar masyarakat tidak lagi tergantung Badran menuju perubahan yang diinginkan.
pada rentenir. Dengan adanya aktivitas Dibutuhkan waktu satu tahun untuk
simpan pinjam, masyarakat banyak terbantu melakukan proses penjajagan dan adaptasi
perekonomian keluarganya. oleh PT. Sarihusada sebelum program
Untuk segmen anak-anak, remaja dan CSR diimplementasikan. Selama satu
pemuda, pemberdayaan dilakukan dengan tahun itulah, pihak PT. Sarihusada banyak
menggiatkan Posyandu Balita, PAUD, melakukan komunikasi dengan masyarakat
28 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 1, Juli 2016, hlm 16-32

dengan cara mendatangi dan mengadakan hingga 2014, dihitung dari mulai proses
forum-forum untuk menggali informasi analisis sosial hingga exit program.
tentang permasalahan dan kebutuhan Dalam pemberdayaan masyarakat,
masyarakat, yang nantinya dapat digunakan masyarakatlah yang menjadi aktor dan
untuk menyusun program pendampingan penentu pembangunan. Dalam kaitan ini,
melalui program CSR. Hal ini sangat usulan-usulan masyarakat merupakan
bergantung pada visi dan misi perusahaan dasar bagi pembangunan lokal, regional,
yang disesuaikan dengan needs, desire, bahkan menjadi titik pijak bagi program
wants, dan interest komunitas (Rahman, nasional. Masyarakat difasilitasi untuk
2009). mengkaji kebutuhan, masalah dan
Pemberdayaan bidang kesehatan peluang pembangunan dan perikehidupan
dilakukan melalui Program Pondok mereka sendiri. Selain itu mereka juga
Gizi dengan aktivitas mengembangkan menemukenali solusi yang tepat dan
posyandu dan peningkatan nilai gizi anak. mengakses sumber daya yang diperlukan,
Sebagai perusahaan produsen susu, PT baik sumber daya eksternal maupun
Sari Husada sangat menaruh perhatian sumber daya milik masyarakat itu sendiri
terhadap masalah kesehatan, terutama (Mardikanto, 2013).
anak-anak. Oleh sebab itu, pengembangan Pemberdayaan dilakukan dengan
posyandu digalakkan sebagai wadah melalui tahapan-tahapan yang jelas dan
untuk mendukung tumbuh kembang anak, sistematis, mulai dari membangun diskusi-
terutama dalam aspek kesehatan. diskusi tentang masalah dan kebutuhan yang
Pemberdayaan bidang pendidikan dirasakan masyarakat kampung Badran
dilakukan dengan mendirikan PAUD dan (common felt need). Dalam konteks ini,
Forum Anak. Sedangkan pemberdayaan forum-forum masyarakat menjadi ajang
bidang ekonomi dilakukan dalam wujud dimana warga memiliki akses untuk saling
Koperasi Amal Srikandi dengan kegiatan bertukar informasi, termasuk cara mereka
simpan pinjam dan pengolahan sampah. “membangun budaya malu” terhadap perilaku
Program yang menjadi unggulan dari anggota masyarakat yang “memalukan”.
beberapa program di atas adalah pengolahan Seperti dikatakan oleh Robbins,
sampah. Selain bernilai ekonomi produktif, Chatterjee & Canda (dalam Mardikanto,
pengolahan sampah juga digalakkan untuk 2010), bahwa pemberdayaan masyarakat
kepentingan mengelola lingkungan. Proses adalah: ”process by which individuals
pendampingan masyarakat dilakukan oleh and groups gain power, acces to resources
PKPU (Pos Keadilan Peduli Ummat), and control over their own lives. In doing
sebuah lembaga kemanusiaan nasional so, they gain the ability to achieve their
yang bergerak di bidang sosial. Program highest personal and collective aspirations
CSR PT SARIHUSADA ini berlangsung and goals”. Pemberdayaan masyarakat
selama 5 (lima) tahun, mulai tahun 2009 merupakan proses dimana individu-
Yuli Setyowati. Tindakan Komunikatif Masyarakat... 29

individu dan kelompok-kelompok memiliki Tindakan komunikatif pada


kekuatan, kesempatan mengakses sumber masyarakat dengan tipologi yang dulu
daya yang ada dan mengontrol kehidupan penuh dengan kekerasan kemudian
mereka sendiri. Melalui pemberdayaan mengalami perubahan-perubahan yang
masyarakat di kampung Badran, masyarakat cukup signifikan tentunya tidak lepas dari
mempunyai kemampuan untuk mencapai persepsi dan partisipasi mereka dalam
aspirasi dan tujuan-tujuan yang lebih tinggi, implementasi CSR yang diwujudkan dalam
baik personal maupun kelompok. Terbukti bentuk pemberdayaan masyarakat. Hal ini
dengan adanya responsivitas masyarakat memerlukan partisipasi dan dukungan dari
yang tinggi terhadap perubahan. Sikap berbagai pihak, antara lain: pemerintah,
responsif tersebut sangat didukung oleh kelompok-kelompok masyarakat, per­guru­
adanya kesukaan belajar yang tinggi. Setiap an tinggi, serta masyarakat itu sendiri.
informasi baru selalu dapat ditransfer Namun demikian, hal itu bukanlah hal
secara efektif mulai dari pemangku wilayah yang mudah, sebab resistensi masyarakat
kepada kelompok-kelompok kegiatan dan juga cukup tinggi. Masyarakat yang
diteruskan sampai ke setiap keluarga. terbiasa hidup dengan norma dan nilai yang
Tindakan komunikatif masyarakat berbeda dengan masyarakat pada umumnya
“kampung preman” dalam proses pem­ akan mempersepsi proses pemberdayaan
berdayaan. Perubahan sosial suatu masya­ berdasarkan pengalaman hidupnya selama
rakat terjadi karena ketika ada kesediaan ini.
anggota masyarakat untuk meninggalkan Atas fenomena tersebut, pemberdayaan
unsur-unsur budaya dan sistem sosial telah dimulai dari tokoh-tokoh lokal yang
lama dan mulai beralih menggunakan tergerak untuk memajukan kampungnya.
unsur-unsur budaya dan sistem sosial yang Walaupun resistensi masyarakat cukup
baru. Perubahan sosial dipandang sebagai tinggi, tetapi upaya ini dapat dikatakan
konsep serba mencakup seluruh kehidupan cukup efektif. Terbentuknya kelompok-
masyarakat baik pada tingkat individual, kelompok sosial di kampung Badran dapat
kelompok, dan masyarakat (Bungin, 2006). dijadikan sebagai wadah komunikasi
Hal yang menarik adalah tipologi antarwarga, walaupun hingga saat ini masih
masyarakat yang memiliki stigma sebagai banyak ruang komunikasi yang belum
“kampung preman” dengan kebiasaan- berfungsi secara baik.
kebiasaan berkomunikasi yang tentunya Upaya pemberdayaan yang telah
berbeda dengan masyarakat pada dilakukan tersebut merupakan proses yang
umumnya. Banyak ruang komunikasi yang panjang hingga saat ini, namun demikian
tidak berfungsi sebagaimana mestinya. perubahan demi perubahan sudah dapat
Masyarakat mengalami polarisasi akibat dilihat. Kampung Badran yang dahulu
tidak berfungsinya ruang komunikasi kelihatan mengerikan, sekarang berubah
tersebut. menjadi kampung yang sangat terbuka.
30 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 1, Juli 2016, hlm 16-32

Masyarakatnya telah banyak mengalami tindakan komunikatif diarahkan oleh norma-


perubahan, baik dalam hal pola pikir norma yang disepakati bersama berdasarkan
maupun perilaku, bahkan khusus RW 11 harapan timbal balik diantara subjek-subjek
terdapat banyak kegiatan masyarakat yang yang berinteraksi dengan menggunakan
dapat membawa banyak perubahan di simbol-simbol, khususnya bahasa sehari
bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi hari sebagai medium bagi tindakan tersebut.
peroduktif. Kampung Badran sudah sering Dalam hal ini bahasa dalam komunikasi
mendapat kunjungan dari daerah lain untuk menjadi unsur yang sangat penting untuk
tempat studi banding, khususnya mengenai menghasilkan tindakan komunikatif tertentu.
bank sampah. Atas dasar perubahan- Tindakan komunikatif ini muncul sebagai
perubahan tersebut, kampung Badran hasil interaksi antar subjek sesuai dengan
sering mendapat penghargaan, diantaranya kesepakatan di antara subjek tersebut.
Penghargaan Juara 1 Launching Kampung Efektifitas tindakan komunikatif
Ramah Anak BPPM (Badan Pemberdayaan masyarakat “kampung preman” dapat
Perempuan dan Masyarakat) Tahun 2013, dilihat dari klaim kebenaran bahwa terjadi
Penghargaan Trophy Gubernur DIY Terbaik kesepakatan antar anggota masyarakat
1 Program DIY Green & Clean selama tiga tentang keadaan masyarakat yang secara
tahun berturut-turut, yaitu tahun 2013, alamiah mereka alami dan bersama-sama
2014, dan 2015. Hal-hal inilah yang mampu seolah-olah terjadi kesepakatan untuk keluar
membawa perubahan stigma Badran yang dari stigma sebagai “kampung preman”.
dulu dikenal sebagai “kampung preman”. Klaim ketepatan (rightness) dapat
Dalam proses waktu, masyarakat dilihat saat adanya kesepakatan tentang
Badran yang dulu hidup dengan stigma pelaksanaan norma-norma dalam
“kampung preman” mengalami perubahan masyarakat. Kehidupan “kampung preman”
dalam tindakan komunikasinya. Bentuk yang diwarnai oleh kebiasaan berjudi,
komunikasi yang digunakan lebih banyak mabuk, kekerasan dalam rumah tangga,
menggunakan komunikasi interpersonal. tindakan kasar satu dengan yang lain, dan
Meskipun masyakakat Badran termasuk emosional seolah sudah menjadi nilai dan
dalam wilayah perkotaan, namun sifat-sifat norma yang dianggap pantas. Namun setelah
tindakankomunikasinyalebihmencerminkan menguatnya nilai agama dan pendidikan di
tindak komunikasi yang menjunjung tinggi kampung Badran, kebiasaan yang tadinya
solidaritas dan rasa empati. Bahasa sehari- dianggap pantas lama kelamaan menghilang,
hari sebagai simbol berkomunikasi saat dan diganti dengan norma-norma yang lebih
ini merupakan bahasa yang lebih beretika, berbudaya dan beretika. Secara otomatis
artinya bahasa yang tidak mengandung hal ini mempengaruhi dunia batiniah dan
kekerasan dan dapat membangun harmoni tindakan yang terekspresikan sehari-hari
kehidupan masyarakat. Seperti pendapat (klaim autentisitas/kejujuran (sincerity).
Habermas (Hardiman, 2009) bahwa Dalam konteks inilah komunikasi dapat
Yuli Setyowati. Tindakan Komunikatif Masyarakat... 31

dipandang sebagai proses yang dinamis, Daftar Pustaka


transaksional dan simbolik. Abraham, Dimple Tresa. (2013). CSR and
Simpulan Empowerment of Women: The way
Forward. AIMA Journal of Management
Tidak ada masyarakat yang tidak & Research, Feb 2013, Volume 7
mengalami perubahan. Tiap masyarakat
Sulaiman, Adhi Iman. (2013). Model
memiliki kemampuan “self regulation” Komunikasi Formal dan Informal
untuk mengantarkan pada suatu perubahan dalam Proses Kegiatan Pemberdayaan
yang diinginkan. Keadaan masyarakat Masyarakat. Jurnal Penelitian
Badran yang telah lama hidup dengan stigma Komunikasi, 16(2), 173-188.
“kampung preman” yang ditandai dengan Adisasmita, Raharjo. (2006). Pembangunan
karakteristik sosial dan ekonomi yang Pedesaan dan Perkotaan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
memprihatinkan telah mengalami dinamika
perubahan melaui proses pemberdayaa. Bungin, Burhan. (2006). Sosiologi Komunikasi.
Teori, Paradigma, dan Diskursus
Program CSR PT. Sarihusada menjadi
Teknologi Komunikasi di Masyarakat.
akselerator proses pemberdayaan masyarakat Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
di kampung Badran. Komunikasi yang
Creswell, John W. (1998). Qualitative
terjadi di “kampung preman” Badran dapat Inquiry and Research Design: Choosing
dilihat dari adanya tindakan komunikatif Among Five Tradition. London: SAGE
dalam proses pemberdayaan tersebut yang Publications.
ditandai oleh adanya interaksi antar subjek Etty Soesilowati, Dyah Rini Indriyanti, dan
yang didasari oleh kesadaran dan kesediaan Widiyanto. (2011). Model Corporate
Social Responsibility dalam Program
berkomunikasi secara empatik dan beretika.
Pemberdayaan Petani Hortikultura. Jurnal
Nilai agama dan pendidikan merupakan Ekonomi Pembangunan, 12(1), 102-117.
faktor yang berpengaruh sangat besar
Fajar, Mukti. (2013). Tanggung Jawab Sosial
terhadap munculnya tindakan komunikatif Perusahaan di Indonesia. Studi tentang
tersebut. Penerapan CSR pada Perusahaan
Pemberdayaan masyarakat “kampung Multinasional, Swasta Nasional dan
…eman” Badran sebaiknya didorong ke BUMN di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
arah pengintegrasian kelompok-kelompok
kegiatan yang memiliki aktivitas yang Hardiman, F. Budi. (2009). Menuju
Masyarakat Komunikatif. Yogyakarta:
sama, yaitu simpan pinjam. Hal ini akan
Penerbit Kanisius.
berpengaruh terhadap keberdayaan
Irianta, Yosal. (2004). Community Relations.
individu, keluarga, dan kelompok kegiatan
Konsep dan Aplikasinya. Bandung:
itu sendiri. Untuk itu dibutuhkan proses Simbiosa Rekatama Media.
komunikasi yang dialogis antar kelompok
Jonker, J and Witte, M. (2006). Management
kegiatan untuk mewujudkan integrasi Models for Corporate Social
kegiatan masyarakat. Responsibility. Netherland: Springer.
32 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 1, Juli 2016, hlm 16-32

Kartini, Dwi. (2013). Corporate Social Pengantar dan Panduan untuk Pember­
Responsibility. Transformasi Konsep dayaan Masyarakat. Jakarta: Elex media
Sustainability Management dan Komputindo
Implementasi di Indonesia. Bandung: Nikmatullah, Dewangga. (2012). Pem­
Refika Aditama. ber­
dayaan masyarakat Miskin
Karsidi, Ravik. (2001). Paradigma Baru Melalui Program Corporate Social
Penyuluhan Pembangunan dalam Respon­sibility. (Disertasi). Program
Pemberdayaan Masyarakat. MEDIATOR, Pascasarjana Universitas Sebelas Maret,
116 2 (1). Surakarta, Indonesia.
Mardikanto, Totok. (2013). Konsep-Konsep Rahman, Reza. (2009). Corporate Social
Pemberdayaan Masyarakat. Acuan Bagi Responsibility. Antara teori dan
Aparat Birokrasi, Akademisi, Praktisi, Kenyataan. Yogyakarta: Media
dan Peminat/Pemerhati Pemberdayaan Pressindo.
Masyaraka. Surakarta: UNS Press. Ruben, Brent D & Steward, Lea P. (2013).
………………… (2010). Komunikasi Komunikasi dan Perilaku Manusia.
Pembangunan. Acuan bagi Akademisi, Edisi Kelima. Terjemahan Ibnu Hamad
Praktisi, dan Peminat Komunikasi dari buku Communication and Human
Pembangunan. Surakarta: Sebelas Maret Behavior (Fifth Edition). Jakarta:
University Press RajaGrafindo Persada.
Mapisangka, Andi. (2009). Implementasi Sumodiningrat, G. (1999). Pemberdayaan
CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia
Masyarakat. JESP 1(1). Pustaka Utama.
Miles, M.B. & Huberman, A.M. (1984). Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007
Qualitative Data Analysis: A Sourcebook Tentang Perseroan Terbatas.
of New Methods. New York: Holt, Usman, Sunyoto. (2012). Pembangunan dan
Rinehart, and Winston. Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta:
Moleong, Lexy. J. (2004). Metodologi Penelitian Pustaka Pelajar.
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Yin, R.K. (1987). Case Study Research:
Nugroho, Riant dan Randy W. (2007). Design and Methods. Beverly Hills, CA:
Manajemen Pemberdayaan: Sebuah Sage Publication.

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy