Keterampilan Proses Sains Pada Konsep Ekosistem Melalui Outdoor Learning Dan Post To Post Di Sma Negeri 1 Sungai Kakap

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Pedagogi Hayati Vol 2 No 1 Maret 2018 Aulia, K.T., dkk.

KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA KONSEP


EKOSISTEM
MELALUI OUTDOOR LEARNING DAN POST TO POST
DI SMA NEGERI 1 SUNGAI KAKAP

Kurnia Tiara Aulia1), Adi Pasah Kahar1), Hanum Mukti Rahayu1)


Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Muhammadiyah Pontianak
Jalan. Ahmad Yani No. 111, Pontianak, Kalimantan Barat
email_adipasahkahar@gmail.com

ABSTRACT. This research motivated by student’s science proses skills which is low
and one of them influenced by the teaching methods provided. A comparison of science
process skills on different application of learning methods can determine appropriate
methods for improving students process skills. This research purposes is, 1) to know the
difference of students science process skills which is taught using outdoor learning and
post to post, 2) to know which learning methods is the most affective to increase students
science process skills in both of cognitive and psychomotor aspect. This research uses
Quasi Experimental with Nonequivalent Control Group Design. The Sampling technique
used purposice sampling. Data collection techniques uses measurement techniques for
the cognitive science process skills and observation for the psychomotor science process
skills. The gain value of reasearch result cognitive aspect in outdoor learning class is
35,39, post to post is 31,41and the test result of U-Mann whitney is 0,022 . The average
value of psychomotor science process skills in outdoor learning class is 82,05, post to
post class is 85,82 and the test result of U-Mann whitney is 0,006. The conclusion in this
research there is a difference of cognitive science process skills between outdoor learning
and post to post. the most effective of learning method for improving the cognitive science
process skills is outdoor learning, and to improving the psychomotor science process
skills is post to post..

Keywords: Ecosystem, Science Process Skills, Outdoor Learning, Post To Post

ABSTRAK. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keterampilan proses sains siswa yang
tergolong rendah, salah satunya dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang diberikan
oleh guru. Perbandingan keterampilan proses sains terhadap penerapan metode
pembelajaran yang berbeda dapat menentukan metode yang tepat untuk meningkatkan
keterampilan proses sains siswa. Tujuan penelitian ini, 1) mengetahui perbedaan
ketarampilan proses sains siswa yang diajarkan menggunakan outdoor learning dan post
to post, 2) mengetahui metode pembelajaran mana yang paling efektif untuk
meningkatkan keterampilan proses sains siswa baik aspek kognitif maupun psikomorik.
Bentuk penelitian ini menggunakan Quasi Experimental dengan rancangan
Nonequivalent Control Group Design. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengukuran untuk
keterampilan proses sains aspek kognitif dan observasi untuk keterampilan proses sains

1
2

aspek psikomotorik. Hasil penelitian nilai gain KPS aspek kognitif di Kelas outdoor
learning sebesar 35,39, kelas post to post sebesar 31,41 diperoleh hasil uji U-Mann
Whitney yaitu 0,022. Sedangkan rata-rata nilai KPS aspek psikomotorik kelas outdoor
learning sebesar 82,05, kelas post to post 85,82. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah
terdapat perbedaan KPS aspek kognitif antara outdoor learning dan post to post dan hasil
uji U-Mann Whitney yaitu 0,006. Metode pembelajaran yang paling efektif untuk
meningkatkan KPS aspek kognitif adalah outdoor learning sedangkan aspek
psikomotorik yaitu metode post to post..

Kata Kunci: Ekosistem, Keterampilan proses sains, Outdoor Learning, Post To


Post.

1. PENDAHULUAN
Biologi sebagai salah satu bidang dalam ilmu pengetahuan alam (IPA)
menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami suatu konsep
dan proses sains (BSNP, 2006:451). Pembelajaran biologi berkaitan dengan
cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis, sehingga
biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar (Trianto, 2007:99).
Materi ekosistem merupakan salah satu materi yang berkaitan dengan
alam. Konsep ekosistem sendiri meliputi berbagai komponen seperti
komponen biotik , interaksi antar organisme dan lingkungan, daur energi dan
lain sebagainya yang dapat diamati secara langsung di lingkungan sekitar.
Sitanggang (2015:157) menyatakan bahwa pembelajaran langsung dapat
menggali potensi peserta didik dalam bertanya, beraktifitas, menemukan dan
mengumpulkan data serta menganalisis dan membuat kesimpulan sendiri.
Sehingga perlu dilakukannya proses pembelajaran langsung pada materi
ekosistem agar siswa dapat memahami materi secara utuh berdasarkan objek
yang diamatinya secara langsung.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di SMAN 1 Sungai Kakap,
dalam proses pembelajaran guru cenderung hanya menggunakan metode
pembelajaran yang masih bersifat konvensional, seperti ceramah dan diskusi.
Guru kurang memanfaatkan lingkungan sekolah untuk proses pembelajaran,
padahal lingkungan sekolah sangat mendukung untuk proses pembelajaran
khususnya pembelajaran ekosistem. Sehingga perlu dilakukannya perbaikan
3

metode pembelajaran, salah satunya dengan menekankan proses


pembelajaran secara langsung. Diantaranya yaitu pembelajaran outdoor
learning dan post to post. kedua proses pembelajaran ini dilakukan di luar
kelas. Husamah (2013:19) mengatakan bahwa pembelajaran outdoor learning
merupakan metode pembelajaran sains dengan melakukan pertualangan
dilingkungan sekitar. Pembelajaran post to post juga dilakukan diluar kelas
yang dilengkapi dengan post untuk melakukan pengamatan (Istiani, 2015:72).
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara langsung dapat
meningkatkan keterampilan proses siswa, siswa akan mampu
mengembangkan pemikirannya sendiri berdasarkan objek yang mereka amati.
Kartimi (2013:76) menyatakan bahwa keterampilan proses sains merupakan
keseluruhan keterampilan yang berupa aspek kognitif dan psikomotorik
dalam melatih kemampuan mental, fisik dan sosial. Keterampilan proses sains
aspek kognitif menekankankan kepada kemampuan kognitif (Astuti,
2016:341), sedangkan aspek psikomotorik lebih menekankan pada
keterampilan siswa. Abungu (2014:341) menyatakan bahwa pengembangan
keterampilan proses sains akan membantu siswa memperoleh pengalaman
yang bersifat long term memory.
Keterampilan proses sains dimaksudkan untuk melatih dan
mengembangkan keterampilan intelektual atau kemampuan berpikir siswa.
Keterampilan proses sangat penting digunakan sebagai jembatan dalam
menyampaikan pengetahuan/ informasi baru kepada siswa atau
mengembangkan pengetahuan/informasi yang telah dimiliki oleh siswa.
Keterampilan proses pada pembelajaran sains lebih menekankan
pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan
mengkomunikasikan hasilnya (Buanarinda, 2014:9).
Berdasarkan hal tersebut sehingga perlu dilakukan penelitian dengan
memanfaatkan metode outdoor learning dan post to post pada materi
ekosistem untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
4

2. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan
bentuk quasi experiment design. Jenis desain yang digunakan dalam
penelitian yaitu nonequivalent control group design. Teknik pengambilan
sampel yang dipilih adalah purposive sampling.Analisis data dalam penelitian
ini diantaranya Pengolahan data hasil observasi KPS, pengolahan data pretest
dan posttest, pengolahan perbedaan nilai keterampilan proses sains siswa dan
menentukan metode yang paling efektif terhadap keterampilan proses sains
menggunakan pembelajaran outdoor learning dan post to post.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Perbedaan Keterampilan Proses Sains Aspek Kognitif
Hasil analisis lanjut uji U-Mann Whitney disajikan sebagi berikut :
Tabel 1 Uji U-Mann Whitney Nilai Gain kelas Outdoor Learning dan Post To
Post
NILAI
Mann-Whitney U 521.500
Wilcoxon W 1.301.500
Z -2.295
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.022

Berdasarkan tabel diatas angka probabilitas yang diperoleh dari uji Mann
Whitney yaitu 0,022<0,05 maka Ha diterima yang berarti terdapat perbedaan
keterampilan proses sains aspek kognitif antara kelas outdoor learning dengan
kelas post to post.
Tabel 2 Rata-Rata Persentase Indikator KPS Aspek Kognitif

Kelas
Indikator
Outdoor Learning Post To Post
Menerapkan Konsep 74,73 74,95
Klasifikasi 86,17 83,97
Prediksi 80,25 78,20
Interpretasi 86,16 78,20
Berhipotesis 76,31 72,64
5

Berdasartan tabel diatas terlihat perbedaan persentase KPS aspek kognitif


antara outdoor learning dan post to post. Perbedaan hasil keterampilan proses
sains aspek kognitif antara outdoor learning dan post to post disebabkan
karena pada pembelajaran post to post siswa kurang mendapat kesempatan
untuk mengembangan pemikiran mereka, mereka lebih terfokus kepada
pertanyaan yang disediakan oleh guru pada tiap post. proses mengamati,
mengklasifikasi, mempredikasi dan lainnya menjadi lebih terbatas. Selain itu
tahapan pembelajaran outdoor learning mendukung keterampilan proses sains
aspek kognitif seperti adanya kegiatan eksporasi melalui proses discovery
(penemuan) dan inquiry (pemecahan masalah), adanya kegiatan meramalkan,
pengamatan (observasi), adanya laporan dan mengkomunikasikan (Nisa,
2015:4). Dengan adanya tahapan-tahapan kegiatan seperti itu dalam outdoor
learning dapat membuat siswa menjadi lebih mampu mengembangkan
pemikiran mereka, sehingga dapat lebih meningkatkan KPS aspek kogntif
siswa.
Perbedaan Keterampilan Proses Sains Aspek Psikomotorik
Tabel 3 Uji Mann Whitney U Hasil KPS Aspek Psikomotorik
NILAI
Mann-Whitney U 483.000
Wilcoxon W 1.224.000
Z -2.756
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.006

Berdasarkan Tabel diatas diperoleh angka probabilitas, yaitu 0,006<0,05.


Angka probabilitas uji Man Whitney lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima
yang berarti terdapat perbedaan keterampilan proses sains aspek psikomotorik
antara kelas outdoor learning dengan kelas post to post.
Tabel 4 Rata-Rata Persentase Indikator KPS Aspek Psikomotorik

Kelas
Indikator
Outdoor Learning Post To Post
Observasi 86,18 87,82
Analisis Data 81,9 84,26
6

Berkomunikasi 79,6 86,85

Berdasarkan tabel diatas diketahui terdapat perbedaan keterampilan proses


sains aspek psikomotorik dimana rata-rata persentase kelas post to post lebih
tinggi dibandingkan kelas outdoor learning. Hal ini disebabkan karena proses
pembelajaran yang diajarkan menggunakan post to post membuat siswa
menjadi lebih terfokus dalam kegiatan lapangan. Dengan adanya pemberian
waktu pada tiap post membuat siswa tidak memiliki waktu untuk bermain-
main, siswa lebih fokus ke tujuan menyelesaikan permasalahan dalam setiap
post yang sudah disediakan guru. Seperti yang dijelaskan oleh Istiani
(2015:72) bahwa metode pembelajaran post to post digunakan untuk
menggatasi kendala alokasi waktu yang kurang dan ketidakfokusan siswa
dalam pembelajaran diluar kelas. Selain itu adanya penugasan pada tiap post
ditujukan agar siswa lebih fokus, dan terlihat ketika proses pembelajaran
berlangsung siswa menjadi lebih fokus dalam menyelesaikan permasalah
dalam tiap post seperti pada kegiatan observasi, menganalisis data dan juga
berkomunikasi.
Efektivitas Metode Pembelajaran Outdoor Learning dan Post To Post
Terhadap Keterampilan Proses Sains
Tabel 5 Rekapitulasi Keefektivan Keterampilan Proses Sains Aspek Kognitif
Kelas Outdoor Learning dan Post To Post.
Kelas
Kriteria
Outdoor Learning Post To Post
Rata-rata posttest 80,65 76,92
Rata-rata N-Gain 0,64 0,57
Ketuntasan Klasikal(%) 94,73 82,05

Nilai efektifitas yang diperoleh yaitu 1,12>1 maka metode pembelajaran


outdoor learning lebih efektif terhadap keterampilan proses sains siswa aspek
kognitif dibandingkan metode pembelajaran post to post.
7

Nisa (2015:4) menjelaskan ciri dari outdoor learning adalah adanya


kegiatan eksplorasi melalui proses discovery dan inquiry, sementara itu objek
yang dipelajari adalah lingkungan sekitar peserta didik. Ciri kedua adalah
selalu ada kegiatan berupa peramalan (prediksi), pengamatan, dan penjelasan.
Ciri ketiga adalah ada laporan untuk dikomunikasikan baik secara lisan,
tulisan, gambar, foto, atau audiovisual. Ciri keempat kegiatan dirancang
menyenangkan sehingga menimbulkan minat untuk belajar lebih lanjut.
Adanya proses discovery dan inquiry dalam proses pembelajaran outdoor
learning menunjukan bahwa pada proses pembelajaran siswa dituntut untuk
melakukan suatu penemuannya sendiri kemudian mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari permasalahan tersebut. Sehingga dapat meningkatkan
hasil kognitif siswa.
Selain itu Ramadhani (2015:2) juga menyatakan bahwa selama proses
pembelajaran siswa pada kelas outdoor learning dapat melakukan eksplorasi
dengan bebas selama proses pembelajaran. Dengan membiarkan siswa
melakukan eksplorasi dengan bebas dilingkungan, maka semakin banyak pula
pengetahuan yang diperolehnya, hal ini tentunya akan berpengaruh positif
terhadap kemampuan kognitif siswa.
Tabel 6 Rekapitulasi Keefektivan Keterampilan Proses Sains Aspek
Psikomotorik Kelas Outdoor Learning dan Post To Post.
Kelas
Kriteria
Outdoor Learning Post To Post
Rata-rata nilai 82,05 85,82
Ketercapaian indikator (%) 92,1 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa rata-rata nilai keterampilan


proses sains aspek psikomotorik pada materi ekosistem yang diajarkan
menggunakan metode pembelajaran post to post yaitu lebih tinggi
dibandingkan KPS aspek psikomotorik yang diajarkan menggunakan metode
outdoor learning. Hal ini menunjukan bahwa metode pembelajaran post to
post lebih efektif meningkatkan KPS aspek psikomotorik siswa.
8

Istiani (2015:72) menyatakan bahwa metode pembelajaran post to post


digunakan untuk menggatasi kendala alokasi waktu yang kurang dan
ketidakfokusan siswa dalam pembelajaran diluar kelas. Selain itu adanya
penugasan pada tiap post ditujukan agar siswa lebih fokus, dan terlihat ketika
proses pembelajaran berlangsung siswa menjadi lebih fokus dalam
menyelesaikan permasalah dalam tiap post.
Metode pembelajaran post to post juga mampu mendorong siswa
menghubungkan apa yang diamatinya langsung di lapangan dengan
pengetahuan yang didapatnya dari guru ataupun buku. Hal ini sejalan dengan
Arihi (2012:77) bahwa dengan mendorong siswa menghubungkan antara
pengetahuan dengan penerapannya di kehidupannya adalah untuk membekali
siswa pengetahuan dan kemampuan untuk mendekatkan hal yang teoritis ke
praktis. Sehingga dapat dikatakan bahwa hal ini dapat mengasah kemampuan
psikomotorik siswa seperti kemampuan mengobservasi, menganalisis data
dan berkomunikasi.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut terdapat perbedaan keterampilan proses sains yang diajarkan
menggunakan metode outdoor learning dan post to post. metode
pembelajaran outdoor learning lebih efektif dalam meningkatkan
keterampilan proses sains aspek kognitif sedangkan metode pembelajaran
post to post lebih efekif dalam meningkatkan keterampilan proses sains
aspek psikomotorik.

DAFTAR PUSTAKA
Abungu,H.E., Okere,M.I.,& Wachanga, S.M. 2014. The Effect of Science Skills
Teaching Approach on Secondart School Students’ Achievement in
Chemistry in Nyando District, Kenya. Journal of Educational and Social
Research.Vol 4(6):359-372.

Buanarinda,Tiara.P, & Hidayah,R. 2014. Meningkatkan Keterampilan Proses


Sains Melalui Model Pembelajaran Guided Inquiry pada Pembelajaran
9

Konsep Asam Basa Kelas XI SMA Negeri Ploso Jombang. Unnesa


Journal of Chemical Education.Vol 3(3):8-12.

Husamah.2013. Pembelajaran Luar Kelas Outdoor Learning. Jakarta:Prestasi


Pustakaraya.

Iru, La. Arihi, La Ode Safiun. 2012. Analisis Penerapan Pendekatan, metode,
Strategi, dan Model-Model Pembelajaran. Bantol: Multi Presindo.

Istiani,Rina.M, & Retnoningsih,A. 2015. Pemanfaatan Lingkungan Sekolah


Sebagai Sumber Belajar Menggunakan Metode Post To Post pada Materi
Klasifikasi Makhluk Hidup. Unnes Journal of Biology Education. 4(1):70-
80.

Kartimi, Gloria,Ria.Y., & Ayani. 2013. Penerapan Pendekatan Keterampi lan


Proses dalam Pengajaran Biologi untuk Mengetahui Hasil Belajar Siswa
Pada Pokok Bahasan Ekosistem kelas VII di SMPN 1 Talun. Jurnal
Scientiae Educatia. Vol 2(1): 73-85.

Nisa, Jakiatin. 2015. Outdoor Learning Sebagai metode Pembelajaran IPS dalam
Menumbuhkan Karakter Peduli Lingkungan. Social Science Education
Journal. Vol 2(1)..

Sitanggang & Yulistiana. 2015. Peningkatan Hasil Belajar Ekosistem Melalui


Penggunaan Laboratorium Alam. Jurnal Formatif. Vol 5(2): 156-167

Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy