34-Article Text-132-1-10-20170308
34-Article Text-132-1-10-20170308
34-Article Text-132-1-10-20170308
2, September 2016
ABSTRACT
Onion (Allium ascalonicum, L.) is one horticulture commodity that is widely cultivated by
Indonesian society. There are many benefits that can be drawn from the onion and high economic
value of these vegetables make farmers in various regions interested to cultivate them to earn huge
profits. Purpose of this study was to analyze the needs of heat energy in the drying process of
onions. Method used in this research was experimental methods by using Greenhouse Gasses
(GHG) dryer for drying onion. This dryer utilizes solar energy as the only source of heat to raise
temperature of the material in the drying process. On the first experimental stage (without
materials) the highest temperature inside the dryer was 52°C and the lowest was 27°C, while the
maximum temperature in the environment was 34°C and the minimum was 25°C. The average
temperature difference between the dryer and the environment was 14°C with average solar
radiation of 445 W/m². On the experiment using materials, the average temperature of the dryer
during 4 days, the lowest was 37.75°C and the highest was 51.75° C; whereas the lowest and the
highest environment temperature respectively was 25.8°C and 37.0°C. The average light intensity
was 545 W/m², with average total amount of solar energy received was 2,227,262.7 kJ and the
average drying efficiency was 39.9%.
ABSTRAK
Bawang Merah (Allium ascalonicum, L.) merupakan salah satu komoditas holtikultura yang banyak
dibudidayakan masyarakat Indonesia. Banyaknya manfaat yang dapat diambil dari bawang merah
dan tingginya nilai ekonomi yang dimiliki sayuran ini membuat para petani di berbagai daerah
tertarik membudidayakannya untuk mendapatkan keuntungan besar. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis kebutuhan energi panas pada proses pengeringan bawang merah. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimental, yaitu melakukan percobaan
terhadap alat pengering bawang merah Efek Rumah Kaca (ERK). Alat pengering ini merupakan
alat pengering yang memanfaatkan energi matahari sebagai satu-satunya sumber panas untuk
menaikkan suhu bahan pada proses pengeringan. Pada pengujian alat tahap pertama (tanpa bahan)
suhu tertinggi pada alat pengering yaitu 52°C dan suhu terendah 27°C, sedangkan suhu tertinggi
pada lingkungan, yaitu 34°C dan terendah 25°C. Selisih suhu udara alat pengering dengan
lingkungan rata-rata 14°C dengan radiasi surya rata-rata 445 W/m². Adapun pada pengujian
menggunakan bahan, suhu rata-rata alat pengering selama 4 hari, yaitu suhu terendahnya 37,75°C,
suhu tertinggi 51,75°C; sedangkan suhu terendah dan tertinggi lingkungan berturut-turut 25,8°C
dan 37,0°C. Intensitas cahaya rata-rata 545 W/m², jumlah energi matahari total yang di terima rata-
rata 2.227.262,7 kJ dengan efisiensi rata-rata pengeringan 39,9%.
264
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 2, September 2016
Kata kunci: Alat Pengering Efek Rumah Kaca (ERK), bawang merah, energi, sebaran suhu
265
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.4, No. 2, September 2016
efek rumah kaca (ERK) adalah alat pengering GM816 untuk mengukur kecepatan angin,
berenergi surya yang memanfaatkan energi Light meter untuk menghitung iradiasi harian
surya yang terjadi karena adanya penutup matahari.
transparan pada dinding bangunan (Fekawati, Bahan-bahan yang digunakan dalam
2010). penelitian ini adalah bawang merah yang baru
Salah satu faktor yang sangat penting dipanen dalam bentuk ikatan dengan kadar air
disini adalah pemanfaatan energi panas berkisar 87-90%.
matahari yang digunakan dalam proses Parameter yang diukur dalam
pengeringan tersebut. Dengan mengetahui penelitian pengeringan, massa bahan (kg,
pemanfaatan energi panas yang dihasilkan massa bahan yang ditimbang dalam penelitian
pada alat pengering tersebut kita dapat ini yaitu sebesar 5 kg, dengan dibagi menjadi
memaksimalkan proses pengeringan. Oleh beberapa ikatan dengan berat satu ikatan 0,250
karena itu perlu dilakukan penelitian tentang kg), suhu (oC), kelembaban udara (%RH).
analisis pemanfaatan energi panas pada
pengeringan bawang merah (Allium 1. Kadar air bahan (%bb dan %bk)
ascalonicum L.) dengan menggunakan alat Pada perhitungan kadar air bahan selama
Pengering Efek Rumah Kaca (ERK). proses pengeringan digunakan persamaan
Tujuan dari penelitian ini adalah yaitu (Fekawati, 2010) sebagai berikut:
𝑚ᵢ
mengamati sebaran suhu pada alat pengering, Ka (%bb) = 𝑚ᵢ+𝑚ᵣ×100% ....................... 1)
menghitung jumlah total kebutuhan energi
pengeringan, menghitung efisiensi 𝑚ᵢ
pengeringan, mempelajari pemanfaatan energi Ka (%bk) = 𝑚ᵣ×100% ............................ 2)
panas pada proses pengeringan bawang merah
menggunakan alat pengering Efek Rumah 2. Iradiasi surya (lh)
Kaca (ERK). Pengukuran iradiasi surya
Manfaat yang diharapkan dari menggunakan alat lightmeter, dengan cara
penelitian ini yaitu untuk memberikan diukur langsung di dekat alat pengering, yaitu
informasi dan referensi dalam melakukan di tempat yang terkena sinar matahari secara
proses pengeringan bawang merah terutama langsung. Total iradiasi surya harian (Ih)
untuk para petani bawang merah untuk dihitung secara matematis dengan
menggunakan pengering Efek Rumah Kaca menggunakan metode Simpson (Purcell &
(ERK) sehingga menghasilkan mutu produk Vanberg, 1992).
∆𝑡
akhir (kering) dan sebagai referensi bagi para Ih= 3 [ 𝐼𝑖 +4Ʃ𝐼𝑡𝑔𝑙 +2Ʃ𝐼𝑡𝑔𝑓 +𝐼𝑓 ] .............. 3)
peneliti untuk mengembangkan alat pengering
tenaga surya lainnya, sehingga dapat 3. Kebutuhan energi yang digunakan dalam
dimanfaatkan oleh masyarakat petani bawang proses pengeringan, energi surya yang
sebagai alternatif pengeringan terbaru. diterima oleh alat model pengering (ERK)
(Fekawati, 2010)
METODE PENELITIAN Q1 = 3,6.IR AP (τα).t .............................. 4)
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 4. Panas yang digunakan untuk menguapkan
Agustus-November 2015, mulai dari pukul air produk dengan persamaan Siebel
08:00 sampai 17:00 WITA di laboratorium (Heldman & Singh, 1984)
Daya dan Mesin Fakultas Teknologi Pangan 𝑄3 = 𝑚𝑢 × ℎ𝑓𝑔 ...................................... 5)
dan Agroindustri Universitas Mataram.
Alat-alat yang digunakan dalam 𝑀0−𝑀𝑓
penelitian ini adalah: satu alat pengering Efek 𝑀𝑢 = 𝑚0 .(100−𝑀 ) .............................. 6)
𝑓
Rumah Kaca (ERK), termodigital tipe
ebro/EBI TIB-400 untuk membaca suhu dari 𝐻𝑓𝑔 = 2502 – 2,3775 T ........................ 7)
Thermokopel tipe-K dengan kisaran suhu 0-
800°C, yang dihubungkan dengan alat, tali 5. Panas yang diterima udara model
untuk mengikat bawang yang dikeringkan, pengering
timbangan digital untuk menentukan massa 𝑄3 = 𝑚𝑢𝑑 .𝐶𝑢𝑑 .(𝑇𝑅 − 𝑇𝐼 ).3600t.............. 8)
(bawang), termometer bola kering dan bola
basah untuk menghitung RH, anemometer tipe
266
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 2, September 2016
Suhu (° C)
40
7. Panas yang digunakan untuk menaikkan
suhu produk 20 Suhu Ruangan (°C)
𝑄2 = 𝑚0 .𝐶𝑃. (𝑇2 -𝑇1 ) .............................. 10) Suhu Lingkungan (°C)
0
𝐶𝑝 = 0,837 + 0,034.𝑀0 ....................... 11)
0
Suhu Lingkungan (°C) Parameter 1 2 3
T. Ruang
pengering (°C) 34-50 27-49 35-52
Waktu (Jam) T. Lingkungan
(°C) 27-34 25-33 26-34
Gambar 1. Grafik perubahan suhu udara alat
Perubahan intensitas cahaya matahari
pengering dalam keadaan tanpa bahan
merupakan salah satu faktor penting dalam
(Percobaan hari 1)
proses perubahan suhu pengeringan ,semakin
tinggi intensitas cahaya matahari semain
tinggi pula suhu dalam ruang pengering.
267
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.4, No. 2, September 2016
400
matahari
200
0
17:00
09:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
Waktu (Jam)
Hari Ke-1 Hari Ke-2 Hari Ke-3
268
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 2, September 2016
269
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.4, No. 2, September 2016
270
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 2, September 2016
setelah mencapai kadar air penyimpanan matahari per hari, yaitu 508,9 W/m², dengan
bawang, hal ini sesuai dengan pendapat Hall lamanya penyinaran selama 10 jam/hari.
(1980). Proses pengeringan bawang merah Rata-rata iradiasi mencapai titik maksimum
ketika dikeringkan untuk penyimpanan proses pada pukul 13.00, karena pada saat ini posisi
pengeringan di hentikan jika beratnya matahari berada pada posisi tegak lurus
menyusut 15%-20%. dengan bumi. Dan terus menurun sampai
mencapai titik 0 W/m² pada sore hari
Kebutuhan Energi Pengering dan menjelang tenggelamnya matahari.
Efisiensinya Rata-rata besarnya iradiasi surya yang
Energi Surya diterima oleh model alat pengering bergantung
Penggunaan energi surya dalam pada lamanya penyinaran dan kondisi cuaca
sistem pengeringan alami sangat penting selama proses pengeringan berlangsung
sekali karena satu-satunya sumber yang (Fekawati, 2010). Hal ini dapat kita lihat
digunakan sebagai energi pengeringan. Energi fluktuasi intensitas matahari yang berbeda-
yang digunakan dalam proses pengeringan ini beda disebabkan karena setiap waktu
ada dua macam yang pertama energi listrik intensitas cahaya matahari mengalami
dan energi matahari. Energi listrik hanya perubahan pada waktu tertentu. Intensitas
digunakan untuk menggerakkan kipas Exhaust cahaya matahari mengalami penurunan secara
(pembuang) untuk mengeluarkan uap bahan mendadak hal ini dapat kita lihat pada gambar
yang ada di dalam alat pengering menuju grafik hari (I dan III) dapat dilihat penurunan
lingkungan sehingga dapat mengurangi intensitas secara tiba-tiba kemudian naik lagi.
kelembaban yang tinggi. Hal ini disebabkan karena pada jam
Energi surya yang digunakan pada pengambilan data terjadi cuaca mendung
alat ini berfungsi untuk mengeringkan bahan sehingga pengukuran intensitas cahaya yang
dengan cara menaikkan suhu yang ada pada didapatkan mengalami penurunan.
alat. Besarnya energi surya yang masuk pada Keadaan cuaca pada saat penyinaran
alat pengering tergantung pada lamanya berbeda-beda hal ini juga akan berpengaruhi
penyinaran matahari dan keadaan cuaca intensitas cahaya matahari dan energi yang
lingkungan selama proses pengeringan akan diterima pada model alat pengering.
berlangsung. Pada pengukuran intensitas Iradiasi total dan energi yang diterima selama
cahaya matahari dilakukan dengan bantuan proses pengeringan dapat dilihat pada Tabel
alat ukur berupa Lux meter yang diukur mulai 5.
pukul 08:00 WITA sampai dengan pukul Tabel 5. Iradiasi total dan energi yang diterima
17:00 WITA. Intensitas cahaya matahari yang selama proses pengeringan
diterima model alat pengering selama proses
pengeringan dapat dilihat pada Gambar 8.
271
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.4, No. 2, September 2016
yang ada di dalam alat pengering menuju hari semakin berbeda. Hal ini sesuai dengan
lingkungan. Sehingga dapat kita lihat secara perbedaan cuaca dan tingkat intensitas cahaya
khusus energi yang paling berperan dalam matahari nilainya dapat dilihat pada Tabel 5.
proses pengeringan bahan adalah energi
matahari karena proses pengeringannya Penggunaan Energi Panas
tergantung pada ketersedian matahari setiap Sumber energi yang digunakan pada
waktu. Besarnya radiasi total dan energi yang proses pengeringan ini adalah iradiasi surya
dihasilkan pada proses pengeringan ini dapat serta listrik yang digunakan untuk
dilihat pada Tabel 5 di atas. Penggunaan menggerakkan kipas exhaust. Iradiasi surya
energi matahari hampir sekitar 99%, merupakan sumber energi termal yang
sedangkan penggunaan energi yang lain, dimanfaatkan sebagai supply panas pada alat
seperti energi listrik yang fungsinya hanya pengering. Energi yang diterima selama proses
untuk menggerakkan kipas exhaust sekitar di pengeringan dari hari (I-IV) dapat dilihat pada
bawah 0%. Tabel 7.
Energi yang Diterima Model Alat Tabel 7. Penggunaan energi panas pada alat
Pengering Tipe (ERK) pengering
Sumber energi yang digunakan pada
proses pengeringan ini, yaitu energi yang
berasal dari iradiasi surya dan listrik. Iradiasi
surya merupakan satu-satunya sumber energi
termal yang dimanfaatkan sebagai supply
panas pada alat pengering. Energi listrik
digunakan untuk menggerakkan kipas exhaust.
Energi yang diterima model alat pengering
selama proses pengeringan dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 6. Komposisi Energi yang diterima Dari tabel 7 dapat dilihat jumlah rata-
Model alat pengering selama rata energi panas yang dapat diserap atau
proses pengeringan dihasilkan dari alat pengering tersebut berkisar
antara 1173,0W-1482,9 W, dengan jumlah
kehilangan panas rata-rata 246,9 W tiap
harinya. Diduga komponen-komponen
penyebab kehilangan panas yang besar ada di
bagian dinding (L1), atap (L2), lantai (L3) dan
Kipas Exhaust (L4). Sehingga perlu analisis
pindah panas untuk mengetahui kehilangan
Dari Tabel 6, sumber energi terbesar panas tersebut.
yang diterima oleh model alat pengering Hasil analisis ini dapat digunakan
berasal dari Iradiasi matahari. Penggunaan untuk melihat bagian alat yang perlu
energi surya sebagai sumber energi utama modifikasi untuk mengurangi kehilangan
pada alat ini sangat penting. Hal ini terlihat panas tersebut. Hasil analisis pindah panas
dari tidak adanya pemanas tambahan yang yang terjadi pada alat pengering ini dapat
digunakan sebagai sumber energi lain, dilihat pada tabel di bawah ini.
penggunaan energi listrik tidak memiliki
pengaruh besar terhadap perubahan suhu pada Tabel 8. Panas yang hilang pada alat
ruang pengering karena energi yang dihasilkan pengering
hanya untuk menggerakkan kipas exhaust
dimana fungsinya untuk mengeluarkan uap
aiar bahan yang berada pada bangunan
pengering selama proses pengeringan
berlangsung.
Besarnya energi matahari yang
diterima model alat pengering ini dari hari ke
272
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 2, September 2016
Efisiensi Pengeringan Bangunan Efek 3. Jumlah energi panas yang diterima model
Rumah Kaca. alat pengering, yaitu sebesar 1228,3 Watt
Efisiensi energi pada proses yang termanfaatkan sebesar 981,4 Watt
pengeringan adalah perbandingan antara total dengan kehilangan panas 246,9 Watt.
input energi pada sistem pengering ERK
dengan output energi yang terpakai oleh 4. Nilai efisiensi pengeringan 95,9%; 27,7%;
produk yang dikeringkan. Input energi yang 27,2%; dan 8,8%; dengan rata-rata 39,9%.
digunakan berupa energi panas dari matahari
dan energi listrik. Sedangkan outputnya Saran
berupa energi yang yang digunakan utuk Untuk penelitian selanjutnya
menaikkan suhu bahan dan menguapkan air diharapkan model alat ini dimodifikasi lagi
pada bahan. Semakin tinggi efisiensi, maka supaya dapat ditingkatkan suhunya, sehingga
akan semakin kecil energi yang yang dapat meminimalisasi kehilangan panas pada
dibutuhkan untuk mengeringkan tiap kg alat dan sebaiknya digunakan juga biomassa
bahan. sebagai pemanas tambahan untuk
Efisiensi ini menunjukkan baik meningkatkan efisiensi pengeringannya.
tidaknya performansi alat untuk pengeringan
atau efektif tidaknya energi panas yang
DAFTAR PUSTAKA
termanfaatkan. Besarnya efisiensi total sistem
pengering selam 4 hari berturut-turut adalah
Abdullah, K. 1995. Pengering Energi Surya
sebagai berikut 95,9%; 27,7%; 27,2%; dan
dengan Efek Rumah Kaca.
8,8%. Efisiensi terbesar dicapai pada hari 1
Laboratorium Energi dan Elektrifikasi
dan efisiensi terkecil dicapai pada hari IV,
Pertanian. Jurusan Mekanisasi
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
Pertanian. IPB. Bogor.
9.
Anonim. 2015. Data Badan Pusat Statistik
Tabel 9. Efisiensi pengeringan
(BPS) NTB.
273
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.4, No. 2, September 2016
Asgar, A., dan R.M. Sinaga. 1992. Heldman, D.R. & R.P. Singh. 1984. Food
Pengeringan Bawang Merah (Allium Engineering 2nd edition. The AVI
ascalonicum L.) dengan menggunakan Publishing Co. Inc. Wesport,
Ruangan Berpembangkit Vorteks. J. Connectitut.
Hort. 12 (1): 48-55.
Henderson, S.M. and Perry, R.L. 1976.
Catur. D.S. 1991. Studi Pengeringan Bawang Agricultural Process Engineering.The
Merah (Allium ascalonicum L.) AVI Publishing Co. Inc. Wesport,
dengan menggunakan Ruang Connecticut.
Berpembangkit Vorteks. Skripsi.
Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Lesmana, I. 2001. Mempelajari Keseimbangan
Bogor. Energi dan Kecepatan Aliran Udara
berdasarkan Letak Kipas pada Model
Fatonah, K. 2000. Studi Pemanfaatan Efek Alat Pengering. Skripsi. Jurusan
Rumah Kaca Dalam Pengeringan Teknik Pertanian. IPB. Bogor.
Benih Kacang Panjang (Vigna
unguiculata). Skripsi. Jurusan Purcell & Varberg. 1992. Kalkulus dan
Budidaya Pertanian. IPB. Bogor. Geometri Analitis. Jilid 1, edisi ke-5
(terjemahan I N. Susila & B.
Fekawati, R. 2010. Uji Performansi Pengering Kartasasmita). Penerbit Erlangga.
Efek Rumah Kaca Hybrid Tipe Rak
Berputar Pada Pengeringan Jamur Widyastuti, Y.E. 1993. Greenhouse, Rumah
Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). untuk Tanaman. Penebar Swadaya.
Skripsi. Jurusan Teknologi Pertanian. Jakarta.
IPB. Bogor.
274