JSIL - Thariq Ziyad Ilhami - F44160044

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN| EISSN:2549-1407 Vol.XX No.

XX, XXXXX XXXX


https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsil DOI: 10.29244/jsil.X.X.X-XX

Kajian Neraca Air di Kawasan Pengembangan Sentul km 33, Kabupaten Bogor


Water Balance Study in Sentul Development Area km 33, Kabupaten Bogor

Thariq Ziyad Ilhami1*, Roh Santoso2, dan Prastowo3

1,2,3Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor, Bogor, Jawa Barat, Indonesia

* Penulis korespondensi: thariq_ziyad@apps.ipb.ac.id

Diterima: ( ) Disetujui: ( )

ABSTRACT

Changes in land use due to increased residential areas resulted an increase in runoff discharge

which could cause inundation and flooding problems. The aims of this research are analyze status

of environmental carrying capacity and analyze water balance in Sentul Development Area km 33.

Result of environmental carrying capacity analysis is the ratio of water availability and water

needs of Sentul Development Area km 33 in 2020-2022 is 1.4. Based on the criteria for determining

status of environmental carrying capacity, status of Sentul Development Area km 33 is conditional

sustain. Based on the results of water balance analysis, it can be known that the amount of runoff is

greater than groundwater filling, the amount of runoff is 625 mm. To prevent damage due to

excessive runoff, it is necessary to plan the construction of infiltration buildings. The

recommendation of infiltration building is infiltration wells, biopori infiltration pits, and

infiltration pods. The addition of infiltration building can reduce the amount of runoff by 341 mm

so the runoff value becomes 284 mm. Comparison of runoff with groundwater filling is 46:54.

Keywords: Infiltration building, runoff, water balance

1
JSIL | Thariq Ziyad, Roh Santoso, dan Prastowo. : Kajian Neraca Air di Kawasan Pengembangan Sentul km 33

PENDAHULUAN

Pemanfaatan lahan menyebabkan perubahan tata guna lahan di suatu wilayah. Perubahan

tata guna lahan seringkali tidak disertai dengan tindakan pencegahan kerusakan lahan, sehingga

lahan semakin terdegradasi yang secara kasat mata ditandai dengan tingginya tingkat erosi dan

sedimentasi serta rendahnya tingkat resapan air hujan. Alih fungsi lahan oleh manusia umumnya

mengubah vegetasi dan pengelolaan lahan. Kedua faktor ini memberikan memberikan kontribusi

terbesar terhadap erosi (Komaruddin 2008). Saat ini, Kawasan Pengembangan Sentul pada km

33 didominasi oleh lahan pertanian singkong dan permukiman warga. Di masa mendantang,

Kawasan tersebut akan dijadikan sebuah kota yang bernama Adhi City Se ntul. Hal tersebut akan

mengakibatkan perubahan tata guna lahan pada Kawasan Pengembangan Sentul km 33. Rencana

pembangungan pemukiman dan meningkatnya jumlah penduduk dalam suatu kawasan jika tidak

dalam kondisi yang ideal, akan merusak keseimbangan lingkungan sehingga menyebabkan

berbagai macam bencana alam seperti banjir, longsor, dan lain sebagainya. terkendali tentunya

dapat berakibat buruk teradap sistem daya dukung lingkungan. Terkait dengan hal tersebut,

diperlukan adanya suatu pengendalian dalam upaya pelestarian daya dukung lingkungan.

Penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakukan dengan cara mengetahui kapasitas

lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung kegiatan manusia/penduduk yang

menggunakan ruang bagi kelangsungan hidup. Besarnya kapasitas tersebut di suatu tempat

dipengaruhi oleh perbandingan ketersediaan dan kebutuhan air. Untuk mengetahui besarnya

ketersediaan dan kebutuhan air di Kabupaten Bogor, diperlukan sebuah analisis daya dukung

lingkungan berbasis neraca air. Hasil dari analisis tersebut dapat menunjukan kapasitas simpan

air dan dampaknya terhadap lingkungan. Sehingga hasil analisis ini dapat dijadikan rekomendasi

untuk memperbaiki kondisi Kawasan Pengembangan Sentul km 33 di kemudian hari.

METODOLOGI

Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Novemberi 2020. Penelitian dilakukan di Kawasan

Pengembangan Sentul km 33 di samping Gerbang Tol Sentul 4, Tol Jagorawi, yaitu di Desa

2
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN| EISSN:2549-1407 Vol.XX No. XX, XXXXX XXXX
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsil DOI: 10.29244/jsil.X.X.X-XX

Kadungmanggu, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor dengan luas lahan 128.3 ha.. Alat

yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat komputer dengan program Microsoft

Office 2016, Microsoft Excel 2016, AutoCAD 2017, ArcGIS 9.3, dan CROPWAT 8.0. Pelaksanaan

penelitian dilakukan menggunakan data sekunder tentang lokasi penelitian, yaitu : data iklim, data

tata guna lahan, dan data jumlah penduduk di Kawasan Pengembangan Sentul km 33. Peta lokasi

penelitian disajikan pada Gambar 1.

Tahapan penelitian meliputi studi pustaka, pengumpulan data dan informasi, serta

pengolahan dan analisis data. Penelitian dimulai dengan pengumpulan data curah hujan harian

maksimum, data permeabiltas dan data air limbah apartemen.

Perhitungan Curah Hujan Andalan

Curah hujan andalan dianalisis dengan metode Weibull. Metode Weibull dipilih dalam

analisis ini karena metode Weibull merupakan metode yang paling sering digunakan dalam

penentuhan curah hujan andalan dengan asumsi nilai yang diperoleh paling mendekati kebenaran

[1] . Curah hujan bulanan yang digunakan adalah curah hujan andalan dengan peluang 80%. Hal

ini berarti bahwa kisaran nilai curah hujan mulai dari nol hingga nilai andalan dalam satu bulan

memiliki peluang terlampaui sebesar 80%. Analisis curah hujan menggunakan metode peluang

Weibull dapat dihitung menggunakan persamaan (1).


𝑚
𝑃= ...............................................................................................................................….(1)
𝑛+1

Keterangan :

P : Peluang cura hujan

m : Urutan kejadian menurut besarnya

n : Jumlah tahun pengukuran

Perhitungan Evapotranspirasi Potensial

Evapotranspirasi merupakan proses utama pada neraca air dan adalah elemen

penting pada kesetimbangan energi [7]. Perhitungan evapotranspirasi dilakukan dengan

metode Penman-Monteith. Metode Penman-Monteith melakukan pendugaan dengan basis data

3
JSIL | Thariq Ziyad, Roh Santoso, dan Prastowo. : Kajian Neraca Air di Kawasan Pengembangan Sentul km 33

meteorologi dan terbukti akurat pada berbagai lokasi selama data yang dibutuhkan tersedia. Data

yang diperlukan antara lain temperatur, kelembaban relatif, kecepat an angin, dan radiasi

matahari [3]. Perhitungan nilai evapotranspirasi dilakukan dengan metode Penman -Monteith

menggunakan software CROPWAT. Perhitungan selanjutnya untuk memperoleh nilai

evapotranspirasi potensial (ETP). ETP diperoleh melalui perkalian ETo dengan koefisien

tanaman (Kc). Perhitungan nilai ETP dihitung dengan persamaan (2).

ETP = Kc. ETo ...............................................................................…… …………………......(2)

Keterangan:

ETP : Evapotranspirasi potensial tanaman (mm/hari)

Kc : koefisien pertanaman

Analisis Status Daya Dukung Lingkungan

Penentuan daya dukung lingkungan dapat dilakukan dengan pendekatan supply dan

demand [10]. Perhitungan kebutuhan air dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan (3).

DA = N x KHLA…………………………………..…………………………………………...… .. (3)

Keterangan:

DA : total kebutuhan air (m3 /tahun)

N: jumlah penduduk (jiwa)

KHLA : kebutuhan air untuk hidup layak, sebesar 1.600 m3 air/kapita/tahun (2 x 800 m3

air/kapita/tahun)

Nilai ketersediaan air diperoleh dari nilai CHandalan dikalikan dengan total luasan wilayah.

Kriteria penetapan status daya dukung lingkungan yang disarankan disajikan pada Tabel 1.

Analisis Neraca Air

Analisis neraca air meliputi perhitungan data curah hujan andalan, evapotranspirasi

potensial, evapotranspirasi actual, dan kandungan air tanah [9]. Perhitungan neraca air dapat

dilakukan dengan menggunan persamaan (4).

P = ETP + ∆St........................................................................ ............................................. (4)

Keterangan:

4
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN| EISSN:2549-1407 Vol.XX No. XX, XXXXX XXXX
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsil DOI: 10.29244/jsil.X.X.X-XX

P : Presipitasi (mm/bulan)

ETP : Evapotranspirasi Potensial (mm/bulan)

∆St : Perubahan cadangan lengas tanah (mm/bulan)

Selanjutnya adalah perhitungan kapasitas simpan tanah (STo) dan cadangan lengas tanah (ST).

Nilai cadangan lengas tanah pada awal periode dianggap sama dengan nilai kapasitas simpan

tanah [10]. Selanjutnya, jika nilai P>ETP, nilai cadangan lengas tanah tidak akan berubah.

Kapasitas simpanan air tanah (STo) dihitung dengan menggunakan persamaan (5).

STo = (KLfc – KLwp) x dZ …………………………………………………………..….………..(5)

Keterangan:

STo : Kapasitas simpanan air tanah (mm)

KLfc : Kadar lengas tanah kapasitas lapang (mm)

KLwp : Kadar lengas tanah titik layu permanen (mm)

dZ : Kedalaman jeluk tanah

Perhitungan neraca air dengan menggunakan persamaan Thornthwaite dapat memberikan

gambaran tentang CHlebih dan defisit air pada suatu wilayah. Setelah simpan air mencapai

kapasitas cadangan lengas tanah, kelebihan curah hujan akan dihitung sebagai CHlebih Air ini

merupakan kelebihan setelah air tanah terisi kembali. Dengan demikian CHlebih dihitung sebagai

nilai curah hujan dikurangi dengan nilai evapotranspirasi dan perubahan kadar air tanah.

Selanjutnya, CHlebih akan menjadi limpasan dan pengisian air tanah. CHlebih/surplus air dapat

ditentukan dengan persamaan (6).

S = P – ETA ………………………………………………………………………………...……..(6)

Keterangan:

S : CH lebih (mm/bulan)

Jika curah hujan yang turun lebih kecil dari evapotranspirasi aktual, akan terjadi defisit air. Nilai

defisit air merupakan jumlah air yang perlu ditambahkan untuk memenuhi keperluan

evapotranspirasi potensial (ETP) tanaman. Defisit air adalah selisih antara nilai evapotranspirasi

potensial (ETP) dan evapotranspirasi aktual (ETA). Menghitung defisit (D) dapat dilakukan dengan

5
JSIL | Thariq Ziyad, Roh Santoso, dan Prastowo. : Kajian Neraca Air di Kawasan Pengembangan Sentul km 33

menggunakan persamaan (7).

D = ETA – ETP……………………………………………………… …………………...……….(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Status Daya Dukung Lingkungan

Dalam penentuan status daya dukung lingkungan berbasis neraca air, digunakan

perbandingan antara nilai total ketersediaan air dengan kebutuhan air pada wilayah tersebut dalam

satu tahun (water footprint). Nilai ketersediaan air dinyatakan dengan nilai total CHandalan dalam

satu tahun dengan peluang kejadian hujan ≥ 50% [10]. CHandalan dalam penelitian ini berdasarkan

data curah hujan dari stasiun BMKG Dramaga, Kabupaten Bogor selama 10 tahun (2010-2019).

CHandalan kawasan pengembangan Sentul km 33 dapat dilihat pada Tabel 2. Peluang kejadian hujan

yang digunakan adalah 80% dengan besaran nilai 2096.21 mm/tahun. Ketersediaan air diperoleh

dari nilai CHandalan dikalikan dengan total luasan wilayah. Luas total kawasan pengembangan km 33

adalah sebesar 128.3 ha, sehingga diperoleh nilai ketersediaan air sebesar 2.8 x 106 m3/tahun.

Kebutuhan air diperoleh dari jumlah penduduk dikalikan dengan asumsi kebutuhan air

untuk hidup layak sebesar 1600 m3/kapita/tahun. Jumlah penduduk untuk kawasan pengembangan

Sentul km 33 untuk tahun 2020-2022 adalah 1194. Hasil kebutuhan air untuk tahun 2020-2022

adalah sebesar 1.9 x 106 m3/tahun. Rasio ketersediaan dan kebutuhan air kawasan pengembangan

Sentul km 33 pada tahun 2020-2022 adalah sebesar 1.4. Berdasarkan kriteria penetapan status daya

dukung lingkungan, kawasan pengembangan Sentul km 33 untuk tahun 2020-2022 berada dalam

status aman bersyarat (conditional sustain). Hal ini berarti wilayah kawasan pengembangan Sentul

km 33 masih dapat mendukung penduduknya untuk melakukan kegiatan produksi pangan, sandang,

papan, dan industri, namun mempunyai syarat untuk tidak mengurangi daerah resapan air di

wilayah tersebut. Agar kawasan pengembangaan Sentul km 33 berada pada status aman (sustain)

berdasarkan nomogram diperlukan adanya pengendalian laju penduduk agar tidak melebihi 600

jiwa/km2, sedangkan agar status daya dukung lingkungan kawasan pengembangan Sentul km 33

tidak berada dalam status terlampaui (overshoot) batas laju penduduk tidak boleh melebihi 1300

6
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN| EISSN:2549-1407 Vol.XX No. XX, XXXXX XXXX
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsil DOI: 10.29244/jsil.X.X.X-XX

jiwa/km2. Hasil analisis nomogram untuk pengendalian laju penduduk disajikan pada Gambar 2.

Neraca Air

Dalam analisis neraca air, parameter utama yang digunakan adalah data iklim dan data

curah hujan selama 10 tahun, mulai dari tahun 2010 hingga tahun 2019. Data iklim dan data curah

hujan diperoleh dari stasiun BMKG Dramaga, Kabupaten Bogor. Stasiun tersebut dipilih karena

stasiun tersebut adalah stasiun klimatologi terdekat dengan lokasi penelitian dengan jarak sebesar

12 km. Data iklim dapat dilihat pada Tabel 3. Nilai curah hujan yang digunakan adalah curah hujan

andalan dengan peluang 80% dengan menggunakan metode Weibull. Hal ini berarti nilai curah

hujan andalan satu bulan memiliki peluang melampaui 80%. Data curah hujan andalan 80% dari

stasiun BMKG Dramaga, Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 2.

Parameter selanjutnya adalah evapotranspirasi potensial (ETP). Evapotranspirasi potensial

pada wilayah dimana vegetasi hijau lebih dominan daripada pemukiman hanya tergantung pada

nilai evapotranspirasi acuan (ET0) dan koefisien tanaman (Kc), dikarenakan nilai Kc sangat

berpengaruh terhadap besarnya nilai ETP. Kawasan Pengembangan Sentul km 33 didominasi oleh

lahan pemukiman, sehingga untuk mendapatkan nilai evapotranspirasi potensial perlu ditambahkan

nilai evaporasi sebagai acuan agar nilai tertimbang evapotranspirasi potensial dapat dianalisis pada

kawasan dimana pemukiman lebih dominan daripada lahan vegetasi hijau. Data evapotranspirasi

potensial tertimbang dapat dilihat pada Tabel 4.

Parameter berikutnya adalah kapasitas simpan air (STo). Ada dua faktor yang menentukan

kapasitas simpan air, yaitu jenis dan struktur tanah serta jenis tanaman yang terdapat pada lahan

tersebut [11]. Nilai STo ditentukan dengan cara tertimbang sesuai dengan proporsi luasan

penutupan lahan. Nilai STo yang digunakan dengan struktur tanah lempung berliat dengan

klasifikasi tanaman buah-buahan di lokasi penelitian adalah sebesar 250 mm. Nilai STo tertimbang

yang digunakan di lokasi penelitian adalah sebesar 30.39 mm. Hasil analisis nilai STo tertimbang

dapat dilihat Tabel 5.

Analisis neraca air pada Kawasan Pengembangan Sentul km 33 menunjukkan kapan

terjadinya surplus dan defisit air pada lokasi tersebut. Hasil analisis neraca air di kawasan

7
JSIL | Thariq Ziyad, Roh Santoso, dan Prastowo. : Kajian Neraca Air di Kawasan Pengembangan Sentul km 33

pengembangan Sentul km 33 dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil dari analisis pada Tabel 6 dapat

dilihat bahwa pada bulan Juni, Juli, Agustus, dan September terjadi defisit air sebesar 191 mm

sedangkan pada bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei, September, Oktober, November,

Desember terjadi surplus air hujan sebesar 992 mm. Besarnya defisit yang terjadi di lokasi

penelitian dapat ditutupi oleh cadangan surplus air asalkan dapat dikelola dengan baik. Surplus air

yang terjadi akan terbagi menjadi limpasan dan pengisian air tanah [10]. Besarnya pengisian air

tanah merupakan selisih dari surplus air dan limpasan. Hasil dari analisis Tabel 6 dapat dilihat

bahwa pada kawasan pengembangan km 33 jumlah total limpasan adalah sebesar 625 mm

sedangkan jumlah total pengisian air tanah adalah sebesar 367 mm. Sebaiknya dilakukan

pengurangan limpasan pada lokasi penelitian.

Bangunan Resapan untuk Pengurangan Limpasan

Nilai total limpasan pada kawasan pengembangan Sentul km 33 memiliki proporsi jauh

lebih besar disbanding nilai pengisian air tanah yaitu sebesar 625 mm. Limpasan yang berlebih

akan berdampak buruk jika tidak dikelola dengan baik. Bearnya jumlah limpasan dapat

menyebabkan banjir jika saluran yang ada tidak dapat menampung besarnya limpasan saat hujan

deras. Pengelolaan limpasan dilakukan dengan mengurangi jumlah limpasan yang terjadi dengan

cara meresapkannya kedalam tanah sehingga meningkatkan jumlah pengisian air tanah.

Pengelolaan limpasan dapat dilakukan dengan pembangungan struktur ataupun vegetasi. Salah satu

pengelolaan limpasan yaitu dengan pembuatan bangunan resapan. Bangunan resapan yang akan

direkomendasikan pada penelitian ini adalah sumur resapan, biopori, dan kolam resapan.

Sumur resapan merupakan sumur yang dibuat pada permukaan tanah dengan fungsi

menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah [5]. Terdapat tiga tipe sumur resapan

berbentuk tabung yang akan dibangun pada Perumahan Adhi City Sentul di Kawasan

Pengembangan Sentul km 33. Tipe 1 digunakan untuk tipe rumah 33/60, 45/60, dan 60/60 dengan

jari-jari rencana sebesar 0.75 m dan kedalaman rencana sebesar 4 m. Tipe 2 digunakan untuk tipe

rumah 50/90 dengan jari-jari rencana sebesar 1 m dan kedalaman rencana sebesar 4 m. Tipe 3

digunakan untuk tipe rumah 60/120 dan 115/120 dengan jari-jari rencana sebesar 1 m dan

8
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN| EISSN:2549-1407 Vol.XX No. XX, XXXXX XXXX
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsil DOI: 10.29244/jsil.X.X.X-XX

kedalaman rencana sebesar 5 m [2]. Rincian spesifikasi desain sumur resapan untuk ke tiga tipe

sumur resapan dapat dilihat pada Tabel 7. Sumur resapan dengan spesifikasi desain pada Tabel 7

mampu menampung limpasan sebesar 148 mm.

Lubang resapan biopori menurut adaalah lubang resapan berbentuk silindris yang dibuat

secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm, jarak antar lubang resapan sebesar 100

cm, dan dengan kedalaman tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah [8]. Pembuatan

lubang resapan biopori pada kawasan pengembangan Sentul km 33 direncanakan pada Perumahan

Adhi City Sentul dengan asumsi untuk satu rumah dibuat dua lubang resapan biopori. Lubang

resapan biopori dengan diameter 15 cm dan kedalaman sebesar 1 m, mampu menampung limpasan

sebesar 5 mm.

Kolam resapan merupakan kolam terbuka yang berfungsi menampung air hujan kemudian

meresapkannya kedalam tanah [5]. Pembangunan kolam resapan membutuhkan lahan datar yang

luas. Pembuatan kolam resapan pada kawasan pengembangan Sentul km 33 dengan kapasitas

10000 m3 dengan panjang 100 m, lebar 100 m, dan kedalaman 1 m mampu menampung limpasan

sebesar 188 mm. Lokasi lubang resapan biopori dan kolam resapan disajikan pada Gambar 3.

Berdasarkan rencana pembangunan bangunan resapan pada kawasan pengembangan Sentul

km 33 total limpasan yang dapat dikurangi adalah sebesar 341 mm sehingga nilai limpasan menjadi

284 mm. Perbandingan antara pengisian air tanah dan limpasan pada lokasi penelitian menjadi

56:44. Hasil perbandingan antara pengisian air tanah dan limpasan setelah ditambahkan bangunan

resapan belum ideal, karena perbandingan ideal antara pengisian air tanah dan limpasan adalah

50:50 [4].

KESIMPULAN

1. Rasio ketersediaan dan kebutuhan air kawasan pengembangan Sentul km 33 pada tahun 2020-

2022 adalah sebesar 1.4. Berdasarkan kriteria penetapan status daya dukung lingkungan,

kawasan pengembangan Sentul km 33 untuk tahun 2020-2022 berada dalam status aman

bersyarat (conditional sustain).

9
JSIL | Thariq Ziyad, Roh Santoso, dan Prastowo. : Kajian Neraca Air di Kawasan Pengembangan Sentul km 33

2. Analisis neraca air menunjukkan Bulan Juni, Juli, Agustus, dan September terjadi defisit air

sebesar 191 mm sedangkan pada bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei, Oktober,

November, Desember terjadi surplus air hujan sebesar 992 mm. Nilai limpasan sebesar 625

mm dan nilai pengisian air tanah sebesar 367 mm.

3. Total limpasan yang dapat dikurangi setelah penambahan bangunan resapan adalah sebesar 341

mm sehingga nilai limpasan menjadi 284 mm. Perbandingan antara pengisian air tanah dan

limpasan pada lokasi penelitian menjadi 56:44

DAFTAR PUSTAKA

[1] Alghazali NOS, Alawadi DAH. 2014. Fitting statistical distributions of monthly rainfall for

some Iraqi Stations. Civil and Environmental Research. 6(6):40-46.

[2] Bona IP. 2020. Rancangan sumur resapan sebagai upaya pengurangan limpasan di Kawasan

Perumahan Adhi City Sentul [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor .

[3] Co´rdova M, Rojas GC, Crespo P, Wilcox B, Ce´lleri R. 2015. Evaluation of the Penman -

Monteith (FAO 56 PM) Method for Calculating Reference Evapotranspiration Using

Limited Data. Mountain Research and Development. 35(3):230–239.

[4] Falkenmark M, Rockström J. 2004. Balancing Water for Humans and Nature. London (UK):

Cromwell Press.

[5] Kusnaedi. 2011. Sumur Resapan untuk Pemukiman Perkotaan dan Pedesaan. Jakarta (ID):

Penebar Swadaya.

[6] Komaruddin N. 2008. Penilaian tingkat bahaya erosi di sub daerah aliran sungai Cileungsi,

Bogor. Jurnal Agrikultura. 19(3):173-178.

[7] Lingling Z, Jun X, Chong-yu X, Zhonggen W, Leszek S, Cangrui L. 2013. Evapotranspiration

estimation methods in hydrological models. Jurnal Geogr. Sci. 23(2):359-369.

[8] [MenHut] Menteri Kehutanan. 2008. Pedoman Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Peraturan

Menteri Kehutanan Nomor P.70/Menhut-II/2008 Tahun 2008.

[9] Nurhayati. 2010. Analisis Karakteristik Iklim untuk Optimalisasi Produk Kedelai di Provinsi

10
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN| EISSN:2549-1407 Vol.XX No. XX, XXXXX XXXX
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsil DOI: 10.29244/jsil.X.X.X-XX

Lampung. Laporan Akhir Pelaksanaan Program Intensif PKPP Ristek 2010. Jakarta (ID).

BMKG.

[10] Prastowo. 2010. Daya Dukung Lingkungan Aspek Sumberdaya Air. Working Paper P4W.

Bogor (ID): Crestpent Press.

[11] Thornthwaite CW, Mather JR. 1957. Instruction and Table For Computing Potensial

Evaotrasnpiration and Water Balance. New Jersey (US) : Centerton.

1
1
JSIL | Thariq Ziyad, Roh Santoso, dan Prastowo. : Kajian Neraca Air di Kawasan Pengembangan Sentul km 33

TABEL DAN GAMBAR

TABEL

Tabel 1 Kriteria status daya dukung lingkungan


Kriteria Status DDL Air
Rasio supply/demand > 2 Daya dukung lingkungan aman (sustain)
Daya dukung lingkungan aman bersyarat
Rasio supply/demand 1-2
(conditional sustain)
Daya dukung lingkungan telah terlampaui
Rasio supply/demand <1
(overshoot)
Sumber: Prastowo (2010)

Tabel 2 Data curah hujan andalan

Tabel 3 Data iklim bulanan tahun 2010-2019


Suhu Udara
Suhu Udara Kelembapan Lama Penyinaran Kecepatan
Bulan Maksimum
Minimum (°C) (%) (Jam) Angin (m/s)
(°C)
Januari 22.9 30.0 86.0 3 1.4
Februari 22.8 30.6 86.6 4 1.4
Maret 22.9 31.6 84.5 5 1.5
April 23.2 32.1 84.6 5 1.5
Mei 23.1 32.4 83.6 6 1.4
Juni 22.7 32.1 82.4 5 1.4
Juli 22.1 31.9 80.3 6 1.5
Agustus 22.1 29.2 77.6 7 1.7
September 20.2 32.9 69.1 7 1.7
Oktober 22.6 32.8 79.5 6 1.6
November 23.0 32.1 82.9 6 1.6
Desember 22.9 31.2 84.3 4 1.6

12
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN| EISSN:2549-1407 Vol.XX No. XX, XXXXX XXXX
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsil DOI: 10.29244/jsil.X.X.X-XX

3 Tabel 4 Perhitungan nilai evapotranspirasi potensial tertimbang


ETP
Evaporasi Evapotranspirasi ETP tertimbang
Bulan tertimbang
(mm/hari) (mm/hari) (mm/hari)
(mm/bulan)

Januari 2.15 2.62 2.79 83.65


Februari 2.09 2.81 2.75 82.50
Maret 2.50 2.98 3.23 96.88
April 2.53 3.02 3.27 98.16
Mei 2.69 2.87 3.42 102.74
Juni 2.84 2.66 3.56 106.72
Juli 3.14 2.91 3.93 117.77
Agustus 3.15 3.21 3.99 119.57
September 4.90 3.82 6.02 180.59
Oktober 3.41 3.55 4.33 129.96
November 2.81 3.22 3.61 108.36
Desember 2.52 2.92 3.25 97.46
4 Tabel 1 Analisis perhitungan STo
Penggunaan lahann Sto
Luasan lahan (Ha) Luas lahan x Sto
Hutan 0 0 0
Pemukiman 110.7 0 0
Sawah 0 0 0
Kebun campuran 15.6 250 3900
Sungai 2 0 0
Tegalan 0 0 0
Total 128.3 250 3900
Sto tertimbang 30.39
5 Tabel 2 Analisis neraca air

Limpasan Pengisian Air Tanah


Bulan Defisit (mm) Surplus (mm)
(mm) (mm)
Januari 0 112 71 42
Februari 0 243 153 90
Maret 0 42 27 16
April 0 113 71 42
Mei 0 136 86 50
Juni 5 0 0 0
Juli 38 0 0 0
Agustus 43 0 0 0
September 105 0 0 0
Oktober 0 111 70 41
November 0 160 101 59
Desember 0 74 47 27
Total 191 992 625 367
6

1
3
JSIL | Penulis dkk. : Judul singkat

7 Tabel 3 Spesifikasi desain sumur resapan

Tipe Sumur Peruntukan Tipe Rumah V Sumur Resapan (m3) r rencana (m) H rencana (m)
Tipe 1 33/60, 45/60, 60/60 7.07 0.75 4
Tipe 2 50/90 12.56 1 4
Tipe 3 60/120, 115/120 15.70 1 5
8 Sumber : Bona (2020)

9 GAMBAR

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20 Gambar 1 Peta lokasi penelitian

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30 Gambar 2 Nomogram penetapan status daya dukung lingkungan berbasis neraca air untuk

31 kepadatan penduduk 1000-10000 jiwa/km2

14
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN| EISSN:2549-1407 Vol.XX No. XX, XXXXX XXXX
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsil DOI: 10.29244/jsil.X.X.X-XX

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43 Gambar 3 Peta lokasi bangunan hidrolika

1
5

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy