JSIL - Thariq Ziyad Ilhami - F44160044
JSIL - Thariq Ziyad Ilhami - F44160044
JSIL - Thariq Ziyad Ilhami - F44160044
1,2,3Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor, Bogor, Jawa Barat, Indonesia
Diterima: ( ) Disetujui: ( )
ABSTRACT
Changes in land use due to increased residential areas resulted an increase in runoff discharge
which could cause inundation and flooding problems. The aims of this research are analyze status
of environmental carrying capacity and analyze water balance in Sentul Development Area km 33.
Result of environmental carrying capacity analysis is the ratio of water availability and water
needs of Sentul Development Area km 33 in 2020-2022 is 1.4. Based on the criteria for determining
sustain. Based on the results of water balance analysis, it can be known that the amount of runoff is
greater than groundwater filling, the amount of runoff is 625 mm. To prevent damage due to
infiltration pods. The addition of infiltration building can reduce the amount of runoff by 341 mm
so the runoff value becomes 284 mm. Comparison of runoff with groundwater filling is 46:54.
1
JSIL | Thariq Ziyad, Roh Santoso, dan Prastowo. : Kajian Neraca Air di Kawasan Pengembangan Sentul km 33
PENDAHULUAN
Pemanfaatan lahan menyebabkan perubahan tata guna lahan di suatu wilayah. Perubahan
tata guna lahan seringkali tidak disertai dengan tindakan pencegahan kerusakan lahan, sehingga
lahan semakin terdegradasi yang secara kasat mata ditandai dengan tingginya tingkat erosi dan
sedimentasi serta rendahnya tingkat resapan air hujan. Alih fungsi lahan oleh manusia umumnya
mengubah vegetasi dan pengelolaan lahan. Kedua faktor ini memberikan memberikan kontribusi
terbesar terhadap erosi (Komaruddin 2008). Saat ini, Kawasan Pengembangan Sentul pada km
33 didominasi oleh lahan pertanian singkong dan permukiman warga. Di masa mendantang,
Kawasan tersebut akan dijadikan sebuah kota yang bernama Adhi City Se ntul. Hal tersebut akan
mengakibatkan perubahan tata guna lahan pada Kawasan Pengembangan Sentul km 33. Rencana
pembangungan pemukiman dan meningkatnya jumlah penduduk dalam suatu kawasan jika tidak
dalam kondisi yang ideal, akan merusak keseimbangan lingkungan sehingga menyebabkan
berbagai macam bencana alam seperti banjir, longsor, dan lain sebagainya. terkendali tentunya
dapat berakibat buruk teradap sistem daya dukung lingkungan. Terkait dengan hal tersebut,
diperlukan adanya suatu pengendalian dalam upaya pelestarian daya dukung lingkungan.
Penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakukan dengan cara mengetahui kapasitas
lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung kegiatan manusia/penduduk yang
menggunakan ruang bagi kelangsungan hidup. Besarnya kapasitas tersebut di suatu tempat
dipengaruhi oleh perbandingan ketersediaan dan kebutuhan air. Untuk mengetahui besarnya
ketersediaan dan kebutuhan air di Kabupaten Bogor, diperlukan sebuah analisis daya dukung
lingkungan berbasis neraca air. Hasil dari analisis tersebut dapat menunjukan kapasitas simpan
air dan dampaknya terhadap lingkungan. Sehingga hasil analisis ini dapat dijadikan rekomendasi
METODOLOGI
Pengembangan Sentul km 33 di samping Gerbang Tol Sentul 4, Tol Jagorawi, yaitu di Desa
2
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN| EISSN:2549-1407 Vol.XX No. XX, XXXXX XXXX
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsil DOI: 10.29244/jsil.X.X.X-XX
Kadungmanggu, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor dengan luas lahan 128.3 ha.. Alat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat komputer dengan program Microsoft
Office 2016, Microsoft Excel 2016, AutoCAD 2017, ArcGIS 9.3, dan CROPWAT 8.0. Pelaksanaan
penelitian dilakukan menggunakan data sekunder tentang lokasi penelitian, yaitu : data iklim, data
tata guna lahan, dan data jumlah penduduk di Kawasan Pengembangan Sentul km 33. Peta lokasi
Tahapan penelitian meliputi studi pustaka, pengumpulan data dan informasi, serta
pengolahan dan analisis data. Penelitian dimulai dengan pengumpulan data curah hujan harian
Curah hujan andalan dianalisis dengan metode Weibull. Metode Weibull dipilih dalam
analisis ini karena metode Weibull merupakan metode yang paling sering digunakan dalam
penentuhan curah hujan andalan dengan asumsi nilai yang diperoleh paling mendekati kebenaran
[1] . Curah hujan bulanan yang digunakan adalah curah hujan andalan dengan peluang 80%. Hal
ini berarti bahwa kisaran nilai curah hujan mulai dari nol hingga nilai andalan dalam satu bulan
memiliki peluang terlampaui sebesar 80%. Analisis curah hujan menggunakan metode peluang
Keterangan :
Evapotranspirasi merupakan proses utama pada neraca air dan adalah elemen
3
JSIL | Thariq Ziyad, Roh Santoso, dan Prastowo. : Kajian Neraca Air di Kawasan Pengembangan Sentul km 33
meteorologi dan terbukti akurat pada berbagai lokasi selama data yang dibutuhkan tersedia. Data
yang diperlukan antara lain temperatur, kelembaban relatif, kecepat an angin, dan radiasi
matahari [3]. Perhitungan nilai evapotranspirasi dilakukan dengan metode Penman -Monteith
evapotranspirasi potensial (ETP). ETP diperoleh melalui perkalian ETo dengan koefisien
Keterangan:
Kc : koefisien pertanaman
Penentuan daya dukung lingkungan dapat dilakukan dengan pendekatan supply dan
demand [10]. Perhitungan kebutuhan air dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan (3).
DA = N x KHLA…………………………………..…………………………………………...… .. (3)
Keterangan:
KHLA : kebutuhan air untuk hidup layak, sebesar 1.600 m3 air/kapita/tahun (2 x 800 m3
air/kapita/tahun)
Nilai ketersediaan air diperoleh dari nilai CHandalan dikalikan dengan total luasan wilayah.
Kriteria penetapan status daya dukung lingkungan yang disarankan disajikan pada Tabel 1.
Analisis neraca air meliputi perhitungan data curah hujan andalan, evapotranspirasi
potensial, evapotranspirasi actual, dan kandungan air tanah [9]. Perhitungan neraca air dapat
Keterangan:
4
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN| EISSN:2549-1407 Vol.XX No. XX, XXXXX XXXX
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsil DOI: 10.29244/jsil.X.X.X-XX
P : Presipitasi (mm/bulan)
Selanjutnya adalah perhitungan kapasitas simpan tanah (STo) dan cadangan lengas tanah (ST).
Nilai cadangan lengas tanah pada awal periode dianggap sama dengan nilai kapasitas simpan
tanah [10]. Selanjutnya, jika nilai P>ETP, nilai cadangan lengas tanah tidak akan berubah.
Kapasitas simpanan air tanah (STo) dihitung dengan menggunakan persamaan (5).
Keterangan:
gambaran tentang CHlebih dan defisit air pada suatu wilayah. Setelah simpan air mencapai
kapasitas cadangan lengas tanah, kelebihan curah hujan akan dihitung sebagai CHlebih Air ini
merupakan kelebihan setelah air tanah terisi kembali. Dengan demikian CHlebih dihitung sebagai
nilai curah hujan dikurangi dengan nilai evapotranspirasi dan perubahan kadar air tanah.
Selanjutnya, CHlebih akan menjadi limpasan dan pengisian air tanah. CHlebih/surplus air dapat
S = P – ETA ………………………………………………………………………………...……..(6)
Keterangan:
S : CH lebih (mm/bulan)
Jika curah hujan yang turun lebih kecil dari evapotranspirasi aktual, akan terjadi defisit air. Nilai
defisit air merupakan jumlah air yang perlu ditambahkan untuk memenuhi keperluan
evapotranspirasi potensial (ETP) tanaman. Defisit air adalah selisih antara nilai evapotranspirasi
potensial (ETP) dan evapotranspirasi aktual (ETA). Menghitung defisit (D) dapat dilakukan dengan
5
JSIL | Thariq Ziyad, Roh Santoso, dan Prastowo. : Kajian Neraca Air di Kawasan Pengembangan Sentul km 33
Dalam penentuan status daya dukung lingkungan berbasis neraca air, digunakan
perbandingan antara nilai total ketersediaan air dengan kebutuhan air pada wilayah tersebut dalam
satu tahun (water footprint). Nilai ketersediaan air dinyatakan dengan nilai total CHandalan dalam
satu tahun dengan peluang kejadian hujan ≥ 50% [10]. CHandalan dalam penelitian ini berdasarkan
data curah hujan dari stasiun BMKG Dramaga, Kabupaten Bogor selama 10 tahun (2010-2019).
CHandalan kawasan pengembangan Sentul km 33 dapat dilihat pada Tabel 2. Peluang kejadian hujan
yang digunakan adalah 80% dengan besaran nilai 2096.21 mm/tahun. Ketersediaan air diperoleh
dari nilai CHandalan dikalikan dengan total luasan wilayah. Luas total kawasan pengembangan km 33
adalah sebesar 128.3 ha, sehingga diperoleh nilai ketersediaan air sebesar 2.8 x 106 m3/tahun.
Kebutuhan air diperoleh dari jumlah penduduk dikalikan dengan asumsi kebutuhan air
untuk hidup layak sebesar 1600 m3/kapita/tahun. Jumlah penduduk untuk kawasan pengembangan
Sentul km 33 untuk tahun 2020-2022 adalah 1194. Hasil kebutuhan air untuk tahun 2020-2022
adalah sebesar 1.9 x 106 m3/tahun. Rasio ketersediaan dan kebutuhan air kawasan pengembangan
Sentul km 33 pada tahun 2020-2022 adalah sebesar 1.4. Berdasarkan kriteria penetapan status daya
dukung lingkungan, kawasan pengembangan Sentul km 33 untuk tahun 2020-2022 berada dalam
status aman bersyarat (conditional sustain). Hal ini berarti wilayah kawasan pengembangan Sentul
km 33 masih dapat mendukung penduduknya untuk melakukan kegiatan produksi pangan, sandang,
papan, dan industri, namun mempunyai syarat untuk tidak mengurangi daerah resapan air di
wilayah tersebut. Agar kawasan pengembangaan Sentul km 33 berada pada status aman (sustain)
berdasarkan nomogram diperlukan adanya pengendalian laju penduduk agar tidak melebihi 600
jiwa/km2, sedangkan agar status daya dukung lingkungan kawasan pengembangan Sentul km 33
tidak berada dalam status terlampaui (overshoot) batas laju penduduk tidak boleh melebihi 1300
6
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN| EISSN:2549-1407 Vol.XX No. XX, XXXXX XXXX
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsil DOI: 10.29244/jsil.X.X.X-XX
jiwa/km2. Hasil analisis nomogram untuk pengendalian laju penduduk disajikan pada Gambar 2.
Neraca Air
Dalam analisis neraca air, parameter utama yang digunakan adalah data iklim dan data
curah hujan selama 10 tahun, mulai dari tahun 2010 hingga tahun 2019. Data iklim dan data curah
hujan diperoleh dari stasiun BMKG Dramaga, Kabupaten Bogor. Stasiun tersebut dipilih karena
stasiun tersebut adalah stasiun klimatologi terdekat dengan lokasi penelitian dengan jarak sebesar
12 km. Data iklim dapat dilihat pada Tabel 3. Nilai curah hujan yang digunakan adalah curah hujan
andalan dengan peluang 80% dengan menggunakan metode Weibull. Hal ini berarti nilai curah
hujan andalan satu bulan memiliki peluang melampaui 80%. Data curah hujan andalan 80% dari
pada wilayah dimana vegetasi hijau lebih dominan daripada pemukiman hanya tergantung pada
nilai evapotranspirasi acuan (ET0) dan koefisien tanaman (Kc), dikarenakan nilai Kc sangat
berpengaruh terhadap besarnya nilai ETP. Kawasan Pengembangan Sentul km 33 didominasi oleh
lahan pemukiman, sehingga untuk mendapatkan nilai evapotranspirasi potensial perlu ditambahkan
nilai evaporasi sebagai acuan agar nilai tertimbang evapotranspirasi potensial dapat dianalisis pada
kawasan dimana pemukiman lebih dominan daripada lahan vegetasi hijau. Data evapotranspirasi
Parameter berikutnya adalah kapasitas simpan air (STo). Ada dua faktor yang menentukan
kapasitas simpan air, yaitu jenis dan struktur tanah serta jenis tanaman yang terdapat pada lahan
tersebut [11]. Nilai STo ditentukan dengan cara tertimbang sesuai dengan proporsi luasan
penutupan lahan. Nilai STo yang digunakan dengan struktur tanah lempung berliat dengan
klasifikasi tanaman buah-buahan di lokasi penelitian adalah sebesar 250 mm. Nilai STo tertimbang
yang digunakan di lokasi penelitian adalah sebesar 30.39 mm. Hasil analisis nilai STo tertimbang
terjadinya surplus dan defisit air pada lokasi tersebut. Hasil analisis neraca air di kawasan
7
JSIL | Thariq Ziyad, Roh Santoso, dan Prastowo. : Kajian Neraca Air di Kawasan Pengembangan Sentul km 33
pengembangan Sentul km 33 dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil dari analisis pada Tabel 6 dapat
dilihat bahwa pada bulan Juni, Juli, Agustus, dan September terjadi defisit air sebesar 191 mm
sedangkan pada bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei, September, Oktober, November,
Desember terjadi surplus air hujan sebesar 992 mm. Besarnya defisit yang terjadi di lokasi
penelitian dapat ditutupi oleh cadangan surplus air asalkan dapat dikelola dengan baik. Surplus air
yang terjadi akan terbagi menjadi limpasan dan pengisian air tanah [10]. Besarnya pengisian air
tanah merupakan selisih dari surplus air dan limpasan. Hasil dari analisis Tabel 6 dapat dilihat
bahwa pada kawasan pengembangan km 33 jumlah total limpasan adalah sebesar 625 mm
sedangkan jumlah total pengisian air tanah adalah sebesar 367 mm. Sebaiknya dilakukan
Nilai total limpasan pada kawasan pengembangan Sentul km 33 memiliki proporsi jauh
lebih besar disbanding nilai pengisian air tanah yaitu sebesar 625 mm. Limpasan yang berlebih
akan berdampak buruk jika tidak dikelola dengan baik. Bearnya jumlah limpasan dapat
menyebabkan banjir jika saluran yang ada tidak dapat menampung besarnya limpasan saat hujan
deras. Pengelolaan limpasan dilakukan dengan mengurangi jumlah limpasan yang terjadi dengan
cara meresapkannya kedalam tanah sehingga meningkatkan jumlah pengisian air tanah.
Pengelolaan limpasan dapat dilakukan dengan pembangungan struktur ataupun vegetasi. Salah satu
pengelolaan limpasan yaitu dengan pembuatan bangunan resapan. Bangunan resapan yang akan
direkomendasikan pada penelitian ini adalah sumur resapan, biopori, dan kolam resapan.
Sumur resapan merupakan sumur yang dibuat pada permukaan tanah dengan fungsi
menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah [5]. Terdapat tiga tipe sumur resapan
berbentuk tabung yang akan dibangun pada Perumahan Adhi City Sentul di Kawasan
Pengembangan Sentul km 33. Tipe 1 digunakan untuk tipe rumah 33/60, 45/60, dan 60/60 dengan
jari-jari rencana sebesar 0.75 m dan kedalaman rencana sebesar 4 m. Tipe 2 digunakan untuk tipe
rumah 50/90 dengan jari-jari rencana sebesar 1 m dan kedalaman rencana sebesar 4 m. Tipe 3
digunakan untuk tipe rumah 60/120 dan 115/120 dengan jari-jari rencana sebesar 1 m dan
8
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN| EISSN:2549-1407 Vol.XX No. XX, XXXXX XXXX
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsil DOI: 10.29244/jsil.X.X.X-XX
kedalaman rencana sebesar 5 m [2]. Rincian spesifikasi desain sumur resapan untuk ke tiga tipe
sumur resapan dapat dilihat pada Tabel 7. Sumur resapan dengan spesifikasi desain pada Tabel 7
Lubang resapan biopori menurut adaalah lubang resapan berbentuk silindris yang dibuat
secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm, jarak antar lubang resapan sebesar 100
cm, dan dengan kedalaman tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah [8]. Pembuatan
lubang resapan biopori pada kawasan pengembangan Sentul km 33 direncanakan pada Perumahan
Adhi City Sentul dengan asumsi untuk satu rumah dibuat dua lubang resapan biopori. Lubang
resapan biopori dengan diameter 15 cm dan kedalaman sebesar 1 m, mampu menampung limpasan
sebesar 5 mm.
Kolam resapan merupakan kolam terbuka yang berfungsi menampung air hujan kemudian
meresapkannya kedalam tanah [5]. Pembangunan kolam resapan membutuhkan lahan datar yang
luas. Pembuatan kolam resapan pada kawasan pengembangan Sentul km 33 dengan kapasitas
10000 m3 dengan panjang 100 m, lebar 100 m, dan kedalaman 1 m mampu menampung limpasan
sebesar 188 mm. Lokasi lubang resapan biopori dan kolam resapan disajikan pada Gambar 3.
km 33 total limpasan yang dapat dikurangi adalah sebesar 341 mm sehingga nilai limpasan menjadi
284 mm. Perbandingan antara pengisian air tanah dan limpasan pada lokasi penelitian menjadi
56:44. Hasil perbandingan antara pengisian air tanah dan limpasan setelah ditambahkan bangunan
resapan belum ideal, karena perbandingan ideal antara pengisian air tanah dan limpasan adalah
50:50 [4].
KESIMPULAN
1. Rasio ketersediaan dan kebutuhan air kawasan pengembangan Sentul km 33 pada tahun 2020-
2022 adalah sebesar 1.4. Berdasarkan kriteria penetapan status daya dukung lingkungan,
kawasan pengembangan Sentul km 33 untuk tahun 2020-2022 berada dalam status aman
9
JSIL | Thariq Ziyad, Roh Santoso, dan Prastowo. : Kajian Neraca Air di Kawasan Pengembangan Sentul km 33
2. Analisis neraca air menunjukkan Bulan Juni, Juli, Agustus, dan September terjadi defisit air
sebesar 191 mm sedangkan pada bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei, Oktober,
November, Desember terjadi surplus air hujan sebesar 992 mm. Nilai limpasan sebesar 625
3. Total limpasan yang dapat dikurangi setelah penambahan bangunan resapan adalah sebesar 341
mm sehingga nilai limpasan menjadi 284 mm. Perbandingan antara pengisian air tanah dan
DAFTAR PUSTAKA
[1] Alghazali NOS, Alawadi DAH. 2014. Fitting statistical distributions of monthly rainfall for
[2] Bona IP. 2020. Rancangan sumur resapan sebagai upaya pengurangan limpasan di Kawasan
Perumahan Adhi City Sentul [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor .
[3] Co´rdova M, Rojas GC, Crespo P, Wilcox B, Ce´lleri R. 2015. Evaluation of the Penman -
[4] Falkenmark M, Rockström J. 2004. Balancing Water for Humans and Nature. London (UK):
Cromwell Press.
[5] Kusnaedi. 2011. Sumur Resapan untuk Pemukiman Perkotaan dan Pedesaan. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya.
[6] Komaruddin N. 2008. Penilaian tingkat bahaya erosi di sub daerah aliran sungai Cileungsi,
[8] [MenHut] Menteri Kehutanan. 2008. Pedoman Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Peraturan
[9] Nurhayati. 2010. Analisis Karakteristik Iklim untuk Optimalisasi Produk Kedelai di Provinsi
10
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN| EISSN:2549-1407 Vol.XX No. XX, XXXXX XXXX
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsil DOI: 10.29244/jsil.X.X.X-XX
Lampung. Laporan Akhir Pelaksanaan Program Intensif PKPP Ristek 2010. Jakarta (ID).
BMKG.
[10] Prastowo. 2010. Daya Dukung Lingkungan Aspek Sumberdaya Air. Working Paper P4W.
[11] Thornthwaite CW, Mather JR. 1957. Instruction and Table For Computing Potensial
1
1
JSIL | Thariq Ziyad, Roh Santoso, dan Prastowo. : Kajian Neraca Air di Kawasan Pengembangan Sentul km 33
TABEL
12
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN| EISSN:2549-1407 Vol.XX No. XX, XXXXX XXXX
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsil DOI: 10.29244/jsil.X.X.X-XX
1
3
JSIL | Penulis dkk. : Judul singkat
Tipe Sumur Peruntukan Tipe Rumah V Sumur Resapan (m3) r rencana (m) H rencana (m)
Tipe 1 33/60, 45/60, 60/60 7.07 0.75 4
Tipe 2 50/90 12.56 1 4
Tipe 3 60/120, 115/120 15.70 1 5
8 Sumber : Bona (2020)
9 GAMBAR
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30 Gambar 2 Nomogram penetapan status daya dukung lingkungan berbasis neraca air untuk
14
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN| EISSN:2549-1407 Vol.XX No. XX, XXXXX XXXX
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsil DOI: 10.29244/jsil.X.X.X-XX
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
1
5