ID Perencanaan Pembangunan Wilayah Pesisir
ID Perencanaan Pembangunan Wilayah Pesisir
ID Perencanaan Pembangunan Wilayah Pesisir
Tini Kusriyaningsih
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya
Jl. MT. Haryono 169 Malang 65145, Telp (0341) 553898 fax (0341) 566505.
Email: tini.kusriya@gmail.com
Abstract
Abstrak
hal tersebut dan agar tidak terjadi sengketa tumpang tindih atas penggunaan lahan
menyangkut pembangunan di kemudian hari baik antara masyarakat dengan
masyarakat, antara masyarakat dengan pemerintah maupun antara masyarakat
dengan pihak swasta, pemerintah daerah melakukan persiapan untuk
mengupayakan menata dengan baik kebijakan dalam perencanaan pembangunan
wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, melalui Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (Bappeda) Kabupaten Kutai Kartanegara dengan merumuskan Rencana
Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Kartanegara sesuai dengan
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Kata kunci: Kebijakan pembangunan, Tata Ruang, Perencaaan wilayah pesisir
Latar Belakang
Wilayah pesisir dan lautan Indonesia yang kaya dan beragam sumber daya
alamnya telah dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia sebagai salah satu sumber
bahan makanan utama, khususnya protein hewani, sejak berabad-abad lamanya.
Selain menyediakan berbagai sumber daya tersebut, wilayah pesisir Indonesia
memiliki berbagai fungsi lain, seperti transportasi dan pelabuhan, kawasan
industri, agribisnis dan agroindustri, rekreasi dan pariwisata, serta kawasan
pemukiman dan tempat pembuangan limbah.1
Pesisir adalah sumber daya alam yang sangat penting. Berbagai aktifitas
sosial dan ekonomi membutuhkan lokasi pesisir, dan banyak wilayah pesisir
mempunyai nilai yang tinggi, habitat alam, dan sejarah yang tinggi, yang harus
dijaga dari kerusakan secara sengaja maupun tidak sengaja. Meningkatnya
permukaan air laut dan kebutuhan pembangunan perlu dipadukan dengan nilai-
nilai khusus yang dimiliki pantai.
Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia masih menghadapi
permasalahan besar dalam menata perkembangan pembangunan dan pertumbuhan
wilayah di Kabupaten/Kota. Fenomena perkembangan Kabupaten/Kota yang
terlihat jelas adalah bahwa pertumbuhan yang pesat terkesan meluas terdesak oleh
kebutuhan masyarakat.
Menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Tata
Ruang dalam pasal 3 menyebutkan bahwa penyelenggaraan tata ruang bertujuan
untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
1
Dahuri Rokhmin, et all, Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara
Terpadu, Pradnya Paramita, Jakarta, 2008, hlm. 1.
3
2
Pasal 3 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
3
Ibid., hlm. 3.
4
tampung dan daya daya dukung lingkungan sehingga dapat mendukung ekosistem
juga dalam pemanfaatannya harus memperhatikan kebutuhan generasi mendatang.
Sumber daya alam merupakan aspek penting dalam penataan ruang karena
pemanfaatan ruang untuk pembangunan tanpa memperhatikan daya dukung dan
daya tampung lingkungan dapat menimbulkan penyusutan (depletion) sehingga
pada gilirannya dapat pencemaran lingkungan.
Bila masayarakat tidak dilibatkan dalam proses perencanaan dan
pembangunan lingkungannya dan tidak diberi kesempatan untuk bertindak secara
DNWLI PHPEHULNDQ ³FDS´ pribadi atau kelompok pada lingkungannya, tidak
memperoleh peluang untuk membantu, menambah, merubah, menyempurnakan
lingkungannya, akan kita dapatkan masyarakat yang apatis, acuh tak acuh, dan
mungkin agresif.
Pelibatan masyarakat dalam perencanaan kota di Indonesia masih sering
diabaikan, padahal penting sekali artinya untuk menumbuhkan harga diri, percaya
GLUL GDQ MDWL GLUL $SDODJL EDJL NDXP SDSD \DQJ WHUPDVXN NDWHJRUL ³The silent
majority´ NHWHUOLEDWDQ PHUHND EROHK GLNDWD WLGDN DGD 6HKLQJJD SHUDQ VHUWD
masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang dan lingkungan hidup masih
sangat terbatas.4
Secara normatif masyarakat berhak untuk dilibatkan dalam pengaturan tata
ruang, dapat dilihat pada Konsideran butir d Undang-undang Nomor 26 Tahun
GLVHEXWNDQ EDKZD ´NHEHUDGDDQ UXDQJ \DQJ WHUEDWDV GDQ SHPDKDPDQ
masyarakat yang berkembang terhadap pentingnya penataan ruang sehingga
diperlukan penataan ruang yang transparan, efektif dan partisipatif agar terwujud
UXDQJ \DQJ DPDQ Q\DPDQ SURGXNWLI GDQ EHUNHODQMXWDQ´ 6HKLQJJD GDSDW
dipahami bahwa masyarakat berhak untuk berperan serta dalam penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan serta masyarakat berkewajiban
berperan serta dalam memelihara kualitas ruang dan berkewajiban menaati
rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Dengan demikian, produk Rencana
Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan merupakan hasil kesepakatan seluruh
pelaku pembangunan (stakeholders), termasuk masyarakat.
4
Eko Budihardjo, Kota yang Berkelanjutan (Sustainable City), UI Press, Jakarta, 1998, hlm. 7.
5
pantai semakin meningkat. Secara umum, proses naiknya air laut tersebut
disebabkan oleh dua faktor, yaitu pemanasan global dan penurunan
geologis. Semenjak abad ke 20, diperkirakan akan terjadi kenaikan muka
air laut sebesar 3 mm/tahun akibat pemanasan global. Di lain pihak,
kawasan Delta Mahakam juga mengalami penurunan muka tanah dengan
kecepatan 0,5 mm per tahun.
Kerusakan lingkungan tersebut dapat mengancam kelestarian
lingkungan yang pada gilirannya juga akan mengancam perekonomian
wilayah, dimana perekonomian wilayah di kecamatan wilayah pesisir
Kabupaten Kutai Kartanegara masih bergantung pada potensi sumberdaya
alam tersebut.5
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis memfokuskan untuk mengambil
judul tesis tentang ³ PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH
PESISIR KAWASAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR ´.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka masalah utama
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan perencanaan pembangunan wilayah pesisir di
Kabupaten Kutai Kartanegara ?
5
Laporan Penyususan RDTR, Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Wilayah
Pesisir Tahap I tahun 2007 Kabupaten Kutai Kartanegaran, BAPPEDA, 2007, hlm. 1-4.
10
6
Penjelasan dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
13
keputusan tidak boleh melanggar dari apa yang telah diatur menurut Pasal 60
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Dari ketentuan hal di atas kepentingan masyarakat adalah diantaranya
untuk menyelaraskan perkembangan penduduk dan kebutuhan kelengkapan sarana
dan prasarana di Kabupaten Kutai Kartanegara. Pengoptimalan keterbatasan
ketersediaan sumber daya, pemecahan persoalan pengembangan wilayah dan
memberikan akses untuk menindaklanjuti aspirasi dari masyarakat Kabupaten
Kutai Kartanegara.
Dengan adanya berbagai kepentingan masyakarat di atas menurut Kepala
Dinas Bappeda Kutai Kartanegara H. Totok Heru Subroto menyatakan bahwa
kepentingan Kabupaten Kutai Kartanegara dalam pembangunan daerah
merupakan payung hukum dalam perencanaan ruang wilayah untuk pembangunan
di Kabupaten Kutai Kartanegara, dapat mewujudkan tercapainya visi dan misi
pembangunan di Kabupaten Kutai Kartanegara serta untuk pemecahan persoalan
pengembangan wilayah menjadi produk hukum untuk proses investasi
pembangunan termasuk proses perijinan IMB serta mengoptimalkan keterbatasan
ketersediaan sumber daya alam (SDA).
Kemudian menurut masyarakat pesisir yang bernama Nila bahwa dalam
hal kerusakan fisik wilayah seharusnya pemerintah dalam perencanaan
pembangunan wilayah pesisir lebih mengedepankan pembangunan fisik tanpa
menghambat pembangunan yang lain karena APBD Kutai Kartanegara sangat
besar dibandingkan daerah atau Kota lain. Akan tetapi pada realitanya hal ini
kurang diperhatikan sehingga dalam segi pemanfaatan sumber daya alam yang
mengalami kondisi fisik yang sangat rusak hanya wilayah pesisir yang berdampak
pada kependudukan.
Sebagai realisasi dari perencanaan pembangunan wilayah pesisir
Kabupaten Kutai Kartanegara, maka bertujuan untuk:
1) Mempersiapkan dukungan ruang bagi pertambahan penduduk selama 20
(dua puluh) tahun ke depan melalui alokasi ruang dengan
mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung wilayah dan
lingkungan, struktur dan pola kegiatan yang terbentuk, kecenderungan
distribusi demografi menurut ruang dan kegiatannya, potensi bencana alam,
15
Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Masyarakat
Dalam Penataan Ruang, melalui kedua peraturan perundang-undangan ini
pemerintah berupaya memberikan peran bagi masyarakat untuk berperan secara
optimal, dan jika dicermati dari pasal-pasal yang terkandung dalam peraturan
tersebut terlihat bahwa peraturan penataan ruang yang terbaru telah jauh lebih
lengkap dan komprehensip terutama yang mengatur mengenai keterlibatan
masyarakat dalam tata ruang.
21
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Dahuri Rokhmin, et all, 2008, Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan
Lautan Secara Terpadu, Pradnya Paramita, Jakarta.
Eko Budihardjo, 1998, Kota yang Berkelanjutan (Sustainable City), UI Press,
Jakarta.
Laporan penyusunan RDTR, 2007, Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Wilayah Pesisir Tahap I tahun 2007 Kabupaten Kutai
Kartanegara, BAPPEDA.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil.
Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tatacara Pembentukan,
Penghapusan, dan Penggabungan Daerah.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-
undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil.