Jurnal Tesis

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

PARTISIPASI KADER TUBERKOLOSIS DALAM PENEMUAN

SUSPEK TUBERKOLOSIS DI PUSKESMAS TOTOMULYO


KECAMATAN GUNUNG TERANG
TULANG BAWANG BARAT
TAHUN 2020

JURNAL PUBLIKASI

Oleh :
MADE BUDIARSANA
NPM 17420065

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2020
2

PARTISIPASI KADER TUBERKOLOSIS DALAM PENEMUAN SUSPEKTUBERKOLOSIS


DIPUSKESMAS TOTOMULYOKECAMATAN GUNUNGTERANGTULANG BAWANG
BARATTAHUN 2020

Made Budiarsana1, Lolita sary2, Nurul Aryastuti3


Email :budiarsanam@gmail.com

1,2,3
Program Studi Magister Kesehatan, Univeritas Malahayati

Abstract: HOW THE PARTICIPATION OF TB CADRES IN THE DISCOVERY OF TB


SUSPECTS IN THE TOTOMULYO HEALTH CENTER AREA, GUNUNG TERANG
DISTRICT, TULANG BAWANG BARAT REGENCY IN 2020

ABSTRACT The

Bacground:participation of TB cadres formed by the health center consists of 8 cadres


from aisyiyah and 17 new cadres who are willing to volunteer to become TB cadres. Of the
25 cadres, there was a significant difference in the detection of TB suspects between the
aisyiyah cadres and the new cadres. This study aims to identify how the participation of TB
cadres in the detection of TB suspects at the totomulyo health center which includes, How
the participation of TB cadres in the detection of TB suspects at the health center,
Commitment cadres in screening pulmonary tuberculosis suspects and the ability of cadres
to encourage suspects to have themselves examined.

Methods: This type of research is qualitative research. A case study approach, using
interviews with key informants and key informants. Observation with Cadres Focus Group
Discission (FGD) as triangulation.

Result:The formation of members in the vertical type of cadre participation, commitment


in networking is not carried out well, Strengthening joint commitment in TB control is
made verbally only., Cadres on average do not understand their role in participating in
suspect discovery, continuous and directed monitoring.

Conclusion: In order for the cadres' capacity to increase, it is necessary that the
Puskesmas perform routine monitoring, retraining or refreshing of TB cadres so that
cadres can understand their role as TB cadres in the community.

Keywords  : Cadre Participation, TB Cadre participation

Literature: 16 (2007-2019) 

Latar belakang :dibentuk puskesmas terdiri dari 8 kader dari aisyiyah dan 17 kader baru
yang bersedia sukarela menjadi kader TB. Dari 25 Kader tersebut terdapat perbedaan
yang signifikan dalam penemuan suspek TB antara kader aisyiyah dan kader
Baru.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Bagaimana partisipasi kader TB
dalam penemuan suspek TB di puskesmas totomulyo yang meliputi, Bagaimana
partisipasi kader TB dalam penemuan suspek TB di puskesmas, Komitmen kader dalam
penjaringan suspek TB paru dan kemampuan kader dalam mendorong suspek untuk
memeriksakan diri.
Metode :Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. pendekatan study kasus, dengan
menggunakan metode wawancara pada informan Kunci dan informan Utama, Observasi
dengan Focus Group Discission (FGD) Kader sebagai Triangulasi .
3

Hasil : Pembentukan anggota dalam partisipasi kader jenis vertical, komitmen dalam
penjaringan tidak dilakukan dengan baik, Penguatan komitmen bersama dalam
penanggulangan TB dibuat secara lisan saja., kader rata-rata belum memahami perannya
dalam partisipasi penemuan suspek, monitoring secara berkelanjutan dan terarah.
Simpulan dan saran : Agar kemampuan kader dapat meningkat perlu kiranya pihak
Puskesmas melakukan monitoring rutin, pelatihan kembali atau refresing kader TB agar
kader dapat memahami perannya sebagai kader TB di masyarakat.

Kata Kunci : Partisipasi Kader, partisipasi Kader TB

Kepustakaan : 16 ( 2007-2019 )

PENDAHULUAN

Tuberkulosis (TBC) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menjadi


tantangan global. Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Indonesia merupakan salah satu negara yang
mempunyai beban tuberkulosis yang terbesar diantara 8 negara yaitu India (27%), China
(9%), Indonesia (8%), Philippina (6%), Pakistan (5%), Nigeria (4%), Bangladesh (4%)
dan Afrika Selatan (3%) (Global Tuberculosis Report, 2018; hal. 1). Masih terdapat
tantangan yang perlu menjadi perhatian yaitu meningkatnya kasus TB-MDR, TB-HIV, TB
dengan DM, TB pada anak dan masyarakat rentan lainnya. Hal ini mendorong
pengendalian tuberkulosis nasional terus melakukan intensifikasi, akselerasi, ekstensifikasi
dan inovasi program (Profil Kemenkes RI, 2018).
Secara global kasus baru tuberkulosis sebesar 6,4 juta, setara dengan 64% dari
insiden tuberkulosis (10,0 juta). Tuberkulosis tetap menjadi 10 penyebab kematian
tertinggi di dunia dan kematian tuberkulosis secara global diperkirakan 1,3 juta pasien
(WHO, Global Tuberculosis Report, 2018) .
Jumlah kasus tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2018 ditemukan sebanyak
566.623 kasus, meningkat bila dibandingkan semua kasus tuberkulosis yang ditemukan
pada tahun 2017 yang sebesar 446.732 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan
terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur
dan Jawa Tengah. Kasus tuberkulosis di tiga provinsi tersebut sebesar 44% dari jumlah
seluruh kasus tuberkulosis di Indonesia. Berdasarkan cakupan semua kasus tuberkulosis
menurut Provinsi pada tahun 2018. Provinsi dengan CDR yang tertinggi adalah Provinsi
DKI Jakarta (122,2%), Sulawesi Selatan (84,0%), Papua (78,5%). Sedangkan CDR yang
terendah adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat (29,0%), Bali (29,5%) dan Kepulauan
Bangka Belitung (31,1 %), Untuk Provinsi Lampung berada pada urutan ke 14 dengan
persentase (45,1%) ( Profil, Kemenkes RI, 2018).
Provinsi Lampung Hingga akhir Desember tahun 2018, angka penemuan kasus
penderita TB Paru sebanyak 43,87% dari dari target nasional 70%. Angka Keberhasilan
Pengobatan di Propinsi Lampung tahun 2018 sudah mencapai target penemuan kasus
yaitu 92,6 %,
Untuk Kabupaten Tulang Bawang Barat target penemuan kasus positif 45,12%
dibawah standar Provinsi Lampung yaitu sebesar 77,95% (Dinkes Lampung, 2018). Pada
Puskesmas totomulyo capaian temuan penderita TB paru 26 BTA positif (49,05%)
Pemeriksaan suspek TB di puskesmas totomulyo masih belum memenuhi target yang
sudah ditetapkan secara nasional jumlah BTA positif yang ditemukan sedikit karena
jumlah suspek sedikit yang melakukan pemeriksaan dahak, pada tahun 2018 jumlah
suspek yang diperiksa sebanyak 210 suspek sedangkan target yang ditentukan secara
nasional adalah 695 suspek (70% Target Kabupaten).
Penangulangan TB tidak hanya menjadi tanggungjawab puskesmas saja namun perlu
didukung oleh semua komponen masyarakat, sehingga partisipasi masyarakat dalam
meningkatkan pembangunan kesehatan dapat terwujud. Dalam kaitannya ini partisipasi
4

masyarakat sangat diperlukan. Untuk meningkatkan temuan jumlah suspek yang diperiksa
dahak puskesmas membentuk sebuah komunitas TB yang beranggotakan para kader TB
aisyiyah dan kader sukarela., dari partisipasi komunitas TB, sejak dibentuk kurun waktu 2
bulan dari pembentukan pemeriksaan suspek hasil partisipasi komunitas sebanyak 205
suspek yang berhasil dikirim untuk diperiksa dari jumlah total suspek yang diperiksa
sebanyak 284 suspek secara keseluruhan.
Penelitian yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam penangulangan TB
Paru yaitu yang dilakukan oleh Erni rita”, Giri widagdo”, Nana Supriyatna. Di puskesmas
kecamatan sawah besar (2019). Bahwa setelah diterapkan optimalisasi kader dengan
metode partisipasif dapat meningkatkan cakupan temuan suspek dan meningkatkan angka
kesembuhan pada penderita TB paru. Penelitian terkait lainnya juga yang dilakukan
dikalimantan barat menunjukkan Gropyok TBc gerakan jaring dan obati penderita TBCdi
wilayah puskesmas Jetis Bantul Yogyakarta tahun 2019 meningkatkan penemuan suspek
TBC di puskesmas, oleh Ati dwicahyani & Nurul Qomariyah (2019)
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Totomulyo Kabupaten
Tulang Bawang Barat Jumlah anggota Kader TB yang dilatih di puskesmas berjumlah 25
orang, 8 orang adalah kader aisyiyah 17 orang adalah kader sukarela yang baru sekali
dilatih tentang TB di puskesmas, selama dua bulan dari pelatihan kader TB, terjadi
peningkatan jumlah kunjungan Suspek TB yang memeriksakan dahak ke puskesmas kurun
oktober November kader berhasil membawa 205 suspek TB pada bulan Desember 2019.
Dari Partisipasi kader TB yang dibentuk terdapat perbedaan jumlah suspek yang dikirim
untuk diperiksa lebih banyak suspek yang dikirim oleh kader yang berasal dari TB aisyiyah
daripada kader sukarela lainnya meskipun sama-sama diberi pelatihan selama 3 hari di
puskesmas Totomulyo.
Komunitas kader yang dibentuk puskesmas terdiri dari 8 kader dari aisyiyah dan 17 kader
baru yang bersedia sukarela menjadi kader TB, Didapatkan data kiriman suspek dari
komunitas kader sebanyak 205, yang berasal dari kiriman kader aisyiyah yang sebanyak
163 suspek sedangkan suspek yang dikirim kader sukarela sebanyak 63 suspek, suspek
yang datang sendiri ke puskesmas sebanyak 79 suspek dibanding dengan target ada 695
target suspek yang harus diperiksa sehingga masih ada 411 suspek yang harus ditemukan
dan diperiksa

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan merumuskan masalah terlebih
dahulu.Rancangan dalam penelitian ini menggunakan desain pendekatan study kasus, yang
bertujuan untuk mengungkapkan peristiwa-peristiwa, dan hubungan dengan orang orang yang
biasa dalam situasi tertentu, Dengan responden Informan Kunci Kepala Puskesmas, Informan
Utama Penanggungjawab Program TBC, dan Triangulasi Sumber adalah 4 orang kadewr TB
Paru

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil observasi yang dilakukan di Puskesmas Totomulyo didapat data perbedaan
pengalaman pelatihan tentang penanggulangan TB .

Tabel 4.1

Perbedaan pelatihan kader

No Kader Pelatihan 1X Pelatihan > 1X


1 Baru 17 Orang
2 Mantan Kader Aisyiyah 8 Orang

Sedangkan dari hasil observasi jumlah yang berhasil dijaring oleh kader terdapat
perbedaan antara Kader yang baru dilatih dengan kader mantan kader Aisyiyah (dilatih
>1X ) sebagai berikut :
5

Tabel 4.2
Perbedaan Jumlah Suspek Hasil Penjaringan Kader

No Kader Jumlah Kader Hasi Penjaringan


1 Baru 17 orang 63
2 Mantan Kader Aisyiyah 8 Orang 163

Berdasarkan Hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas diketahui bahwa


bagaimana partisipasi kader dalam kegiatan penemuan suspek TB paru Kader dengan
jumlah 25 orang dilatih selama 3 hari di Puskesmas Totomulyo. Perekrutannya
berdasarkan kemauan dari kader itu sendiri, dengan waktu penjaringan ditentukan sendiri
oleh kader.

Apakah para kader mendapat pelatihan kepala Puskesmas mengatakan :

“ Ya kita latih mas selama 3 hari “

Untuk waktu dalam melakukan penjaringan agar hasil sesuai dengan yang diinginkan
beliau mengatakan :

“Itu sesempetnya mereka kita mau nyuruh mereka sewaktu waktu ya mereka “juga ada
kerjaan lain makanya masalah waktu terserah mereka

Senada dengan hasil wawancara dengan informan utama didapat informasi yang
disampaikan oleh penanggungjawab program TB Puskesmas

“Kita memberi pelatihan mereka selama 3 hari ”

“ya, ada Kita beri mereka pelatihan penjaringan tersangka TB dulu agar mereka paham
apa saja kriteria orang yang di jarring setelah ada yang positif mereka yang diminta
menjadi PMO atau mencarikan PMO sampai selesai pengobatan”.

.Berdasarkan hasil diskusi grup yang dilakukan dengan kader didapat informasi yang
sama semua, Kader mengatakan sudah mendapatkan pelatihan selama 3 hari.

“ Pertama kita di beri pelatihan selanjutnya disuruh cari orang dengan gejala TB
dilaporkan ke puskes kalau positif kita yang pantau mas”

Bagaimana seseorang dapat menjadi kader TB Kader , kader L mengatakan :

“ Yang jelas yang mau jadi kader aja, buat apa kita melatih yang nggak mau.”L

Berbeda dengan tiga kader lain kader Yt mengatakan :

“Saya jadi kader di ajak sama mbak L sebenernya ya sudah pernah ikut kader aisyiyah.”
Yt

Senada dengan kader Yt kader Tr juga menjadi kader karena diminta oleh
pengnggungjawab Program TB Puskesmas beliau mengatakan :

“ Aku kenal sama mas Galuh waktu nganter keluarga sakit ditanya mau nggak mbak jadi
kader TB sekalian jadi PMO gtu awalnya”.Tr

PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang didapat di Puskesmas Totomulyo partisipasi kader dalam


penjaringan suspek kader kader dibentuk atas dasar ajakan bukan inisiatif orang itu
sendiri kemudian dilatih selama tiga hari, diberi kebebasan waktu dalam menjaring
suspek, menjadi PMO dan mencari PMO bagi penderita yang positif.

Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam proses
pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan
6

memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut
memanfaatkan dan menikmati hasil -hasil pembangunan (I Nyoman Sumaryadi, 2010).
Partisipasi yang digunakan puskesmas adalah jenis vertical. Sehingga kurang dalam
hal pengawasan dan pengarahan juga peningkatan kapasitas pengetahuan kader melalui
monitoring evaluasi. Pembentukan partisipasi kader oleh puskesmas dengan pelibatan
masyarakat( kader ) sebagai pelaksana bukan muncul dari ide masyarakat sendiri
sehingga kader dianggap sebagai bawahan bukan sebagai fatner. Seseuai dengan
penelitian yang dilakukan berkaitan partisipasi vertical terjadi dalam bentuk kondisi
tertentu, masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain,
dalam hubungan dimana masyarakat berada sebagai status bawahan, pengikut atau klien.
Siti Irene Astuti D (2011)
Peneliti berpendapat partisipasi kader yang ada di Puskesmas Totomulyo bisa
memberikan dampak signifikan dengan peningkatan jumlah suspek, beberapa catatan
bahwa partisipasi kader harus dikelola dengan baik melalui komunikasi, monitoring
evaluasi dijalankan.dan pemilihan kriteria kader harus sesuai dan tidak asal menjadikan
seseorang kader

Bagaimana Komitmen Kader TB

Kader adalah anggota masyarakat yang bekerja secara sukarela dalam membantu
dalam pengendalian TB paru sesuai dengan kemampuannya.Dalam penelitian ini
ditemukan kader belum dapat menjalankan perannya sebagai kader TB. Sehingga belum
maksimal capaian suspek seperti yang diharapkan yakni meningkatnya cakupan suspek
yang terperisa dan terkonfirmasi laboratorium, Penelitian yang berkaitan dengan
partisipasi masyarakat dalam penangulangan TB Paru yaitu yang dilakukan oleh Erni rita”,
Giri widagdo”, Nana Supriyatna. Di puskesmas kecamatan sawah besar (2019). Bahwa
setelah diterapkan optimalisasi kader dengan metode partisipasif dapat meningkatkan
cakupan temuan suspek dan meningkatkan angka kesembuhan pada penderita TB paru.
Peneliti berpendapat bahwa Kader kurang memahami peran dan fungsi Kader TB dan
itu tidak dikelola puskesmas dengan baik melaui pertemuan-pertemuan tingkat komunitas
kader TB peningkatan pengetahuan melalui refresing kader atau membangun komitmen
yang kuat melalui deklarasi tertulis.

Peran Kader Dalam Partisipasi

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Totomulyo Kabupaten


Tulang Bawang Barat Jumlah anggota Kader TB yang dilatih di puskesmas berjumlah 25
orang kurun waktu 2 bulan dari pembentukan pemeriksaan suspek hasil partisipasi
komunitas sebanyak 205 suspek yang berhasil dikirim untuk diperiksa dari jumlah total
suspek yang diperiksa sebanyak 284 suspek secara keseluruhan.
Sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan di puskesmas Jetis Bantul
Yogyakarta tahun 2019 meningkatkan penemuan suspek TBC di puskesmas, oleh Ati
dwicahyani & Nurul Qomariyah (2019).
Dari fakta yang ada ditemukan peneliti di Puskesmas Totomulyo dalam meningkatkan
kapasitas Kader Khususnya yang baru sekali di latih masih kurang terutama dalam
monitoring dan evaluasi hasil sehingga penjaringan suspek antara yang sudah dilatih lebih
dari sekali dengan yang baru terdapat perbedaan yang signifikan.
Peneliti dalam penelitian ini banyak mengalami kendala baik kendala dalam
pengumpulan informasi, pengolahan data, secara financial dan waktu penelitian yang tidak
lama sehingga peneliti merasa masih banyak yang belum dapat digali dengan sedetil-
detilnya.

KESIMPULAN
Disimpulkan bahwa keaktifan kader menjaring suspek hanya didominasi kader mantan
aisyiyah yang sudah lebih dari sekali mengikuti pelatihan TB. Kemudian rekrutmen kader
TB tidak berdasar pada kriteria kader yang bisa diberi tugas datau kepercayaan sebagai
kader
7

Bagaimana Komitmen Kader dalam penjaringan suspek TB

Peneliti menyimpulkan kurang kuatnya komitmen bersama dan tertulis sehingga


komitmen tersebut tidak berjalan seperti yang diharapkan yang berdampak pada kurang
aktif nya kader yang kurang pengetahuan atau pengalaman.

Peran kader dalam menjaring suspek TB,

Peneliti meyimpulkan kurangnya peningkatan kapasitas pengetahuan kader yang baru


yang hanya baru sekali mengikuti pelatihan dan belum adanya jadwal kembali kapan dan
kapan akan diadakan pelatihan atau refresing kader kembali.

Saran

1. Bagi Puskesmas Totomulyo Puskesmas Totomulyo perlu lebih memperhatikan Kriteria


kader yang akan di rekrut agar kader dapat lebih maksimal dalam melakukan penjaringan
suspek TB. Penguatan komitmen bersama dalam penanggulangan TB dibuat secara
tertulis. Melakukan monitoring rutin, pelatihan kembali atau refresing kader TB agar
pengetahuan kader dapat bertambah.

2. Bagi Kader TB Puskesmas TotomulyoMengingatkan akan pentingnya penjaringan TB,


Mengerti akan peran dan fungsinya sebagai kader TB dalam penanggulangan TB di wilayah
kerja Puskesmas Totomulyo.

DAFTAR PUSTAKA

Ati dwicahyani & Nurul Qomariyah. 2019. Evaluasi program gropok TBCdi wilayah kerja

Puskesmas Jetis Bantul Yogyakarta.

Depkes RI, 2011. Pedoman National Penanggulangan Tuberculosis. Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia.

Depkes RI, 2013. Pedoman National Penanggulangan Tuberculosis. Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia.

Erni rita dan widagdo. 2019. partisipasi masyarakat dalam penangulangan TB Paru Di

puskesmas kecamatan sawah besar

John Crofton, dkk. 2009. Clinical Tubercolosis. Jakarta: Widya Medika.

Kementerian Kesehatan RI, 2014. Peraturan Mentri Kesehatan No.75 Tahun 2014. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI, 2016. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Kementerian

Kesehatan RI.
8

Kementerian Kesehatan RI, 2016. Peraturan Mentri Kesehatan No. 67 Tahun 2016. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2019. Profil Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2018

Marwansyah Hidayad. 2015. Pengaruh Keuarga Terhadap Kemampuan Melaksanakan Tugas

Kesehatan Keluarga di Wilayah Martapura.

Ni Putu Evayanti. 2013. Pengendalian kasus tuberkolosis melalui kelompok kader peduli TB

(KKP-TB).

Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo S. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Rasmin Rasjid. 2011. Patofisiologis dan Diagnostik Tuberkulosis Paru. Jakarta: FKUI.

Sudoyo. A.W. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Publishing UI.

Sugiyono. 2017. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2015. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

WHO. Global Tuberculosis Report, 2018

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy