Jurnal Tesis
Jurnal Tesis
Jurnal Tesis
JURNAL PUBLIKASI
Oleh :
MADE BUDIARSANA
NPM 17420065
1,2,3
Program Studi Magister Kesehatan, Univeritas Malahayati
ABSTRACT The
Methods: This type of research is qualitative research. A case study approach, using
interviews with key informants and key informants. Observation with Cadres Focus Group
Discission (FGD) as triangulation.
Conclusion: In order for the cadres' capacity to increase, it is necessary that the
Puskesmas perform routine monitoring, retraining or refreshing of TB cadres so that
cadres can understand their role as TB cadres in the community.
Literature: 16 (2007-2019)
Latar belakang :dibentuk puskesmas terdiri dari 8 kader dari aisyiyah dan 17 kader baru
yang bersedia sukarela menjadi kader TB. Dari 25 Kader tersebut terdapat perbedaan
yang signifikan dalam penemuan suspek TB antara kader aisyiyah dan kader
Baru.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Bagaimana partisipasi kader TB
dalam penemuan suspek TB di puskesmas totomulyo yang meliputi, Bagaimana
partisipasi kader TB dalam penemuan suspek TB di puskesmas, Komitmen kader dalam
penjaringan suspek TB paru dan kemampuan kader dalam mendorong suspek untuk
memeriksakan diri.
Metode :Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. pendekatan study kasus, dengan
menggunakan metode wawancara pada informan Kunci dan informan Utama, Observasi
dengan Focus Group Discission (FGD) Kader sebagai Triangulasi .
3
Hasil : Pembentukan anggota dalam partisipasi kader jenis vertical, komitmen dalam
penjaringan tidak dilakukan dengan baik, Penguatan komitmen bersama dalam
penanggulangan TB dibuat secara lisan saja., kader rata-rata belum memahami perannya
dalam partisipasi penemuan suspek, monitoring secara berkelanjutan dan terarah.
Simpulan dan saran : Agar kemampuan kader dapat meningkat perlu kiranya pihak
Puskesmas melakukan monitoring rutin, pelatihan kembali atau refresing kader TB agar
kader dapat memahami perannya sebagai kader TB di masyarakat.
Kepustakaan : 16 ( 2007-2019 )
PENDAHULUAN
masyarakat sangat diperlukan. Untuk meningkatkan temuan jumlah suspek yang diperiksa
dahak puskesmas membentuk sebuah komunitas TB yang beranggotakan para kader TB
aisyiyah dan kader sukarela., dari partisipasi komunitas TB, sejak dibentuk kurun waktu 2
bulan dari pembentukan pemeriksaan suspek hasil partisipasi komunitas sebanyak 205
suspek yang berhasil dikirim untuk diperiksa dari jumlah total suspek yang diperiksa
sebanyak 284 suspek secara keseluruhan.
Penelitian yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam penangulangan TB
Paru yaitu yang dilakukan oleh Erni rita”, Giri widagdo”, Nana Supriyatna. Di puskesmas
kecamatan sawah besar (2019). Bahwa setelah diterapkan optimalisasi kader dengan
metode partisipasif dapat meningkatkan cakupan temuan suspek dan meningkatkan angka
kesembuhan pada penderita TB paru. Penelitian terkait lainnya juga yang dilakukan
dikalimantan barat menunjukkan Gropyok TBc gerakan jaring dan obati penderita TBCdi
wilayah puskesmas Jetis Bantul Yogyakarta tahun 2019 meningkatkan penemuan suspek
TBC di puskesmas, oleh Ati dwicahyani & Nurul Qomariyah (2019)
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Totomulyo Kabupaten
Tulang Bawang Barat Jumlah anggota Kader TB yang dilatih di puskesmas berjumlah 25
orang, 8 orang adalah kader aisyiyah 17 orang adalah kader sukarela yang baru sekali
dilatih tentang TB di puskesmas, selama dua bulan dari pelatihan kader TB, terjadi
peningkatan jumlah kunjungan Suspek TB yang memeriksakan dahak ke puskesmas kurun
oktober November kader berhasil membawa 205 suspek TB pada bulan Desember 2019.
Dari Partisipasi kader TB yang dibentuk terdapat perbedaan jumlah suspek yang dikirim
untuk diperiksa lebih banyak suspek yang dikirim oleh kader yang berasal dari TB aisyiyah
daripada kader sukarela lainnya meskipun sama-sama diberi pelatihan selama 3 hari di
puskesmas Totomulyo.
Komunitas kader yang dibentuk puskesmas terdiri dari 8 kader dari aisyiyah dan 17 kader
baru yang bersedia sukarela menjadi kader TB, Didapatkan data kiriman suspek dari
komunitas kader sebanyak 205, yang berasal dari kiriman kader aisyiyah yang sebanyak
163 suspek sedangkan suspek yang dikirim kader sukarela sebanyak 63 suspek, suspek
yang datang sendiri ke puskesmas sebanyak 79 suspek dibanding dengan target ada 695
target suspek yang harus diperiksa sehingga masih ada 411 suspek yang harus ditemukan
dan diperiksa
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan merumuskan masalah terlebih
dahulu.Rancangan dalam penelitian ini menggunakan desain pendekatan study kasus, yang
bertujuan untuk mengungkapkan peristiwa-peristiwa, dan hubungan dengan orang orang yang
biasa dalam situasi tertentu, Dengan responden Informan Kunci Kepala Puskesmas, Informan
Utama Penanggungjawab Program TBC, dan Triangulasi Sumber adalah 4 orang kadewr TB
Paru
Dari hasil observasi yang dilakukan di Puskesmas Totomulyo didapat data perbedaan
pengalaman pelatihan tentang penanggulangan TB .
Tabel 4.1
Sedangkan dari hasil observasi jumlah yang berhasil dijaring oleh kader terdapat
perbedaan antara Kader yang baru dilatih dengan kader mantan kader Aisyiyah (dilatih
>1X ) sebagai berikut :
5
Tabel 4.2
Perbedaan Jumlah Suspek Hasil Penjaringan Kader
Untuk waktu dalam melakukan penjaringan agar hasil sesuai dengan yang diinginkan
beliau mengatakan :
“Itu sesempetnya mereka kita mau nyuruh mereka sewaktu waktu ya mereka “juga ada
kerjaan lain makanya masalah waktu terserah mereka
Senada dengan hasil wawancara dengan informan utama didapat informasi yang
disampaikan oleh penanggungjawab program TB Puskesmas
“ya, ada Kita beri mereka pelatihan penjaringan tersangka TB dulu agar mereka paham
apa saja kriteria orang yang di jarring setelah ada yang positif mereka yang diminta
menjadi PMO atau mencarikan PMO sampai selesai pengobatan”.
.Berdasarkan hasil diskusi grup yang dilakukan dengan kader didapat informasi yang
sama semua, Kader mengatakan sudah mendapatkan pelatihan selama 3 hari.
“ Pertama kita di beri pelatihan selanjutnya disuruh cari orang dengan gejala TB
dilaporkan ke puskes kalau positif kita yang pantau mas”
“ Yang jelas yang mau jadi kader aja, buat apa kita melatih yang nggak mau.”L
“Saya jadi kader di ajak sama mbak L sebenernya ya sudah pernah ikut kader aisyiyah.”
Yt
Senada dengan kader Yt kader Tr juga menjadi kader karena diminta oleh
pengnggungjawab Program TB Puskesmas beliau mengatakan :
“ Aku kenal sama mas Galuh waktu nganter keluarga sakit ditanya mau nggak mbak jadi
kader TB sekalian jadi PMO gtu awalnya”.Tr
PEMBAHASAN
Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam proses
pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan
6
memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut
memanfaatkan dan menikmati hasil -hasil pembangunan (I Nyoman Sumaryadi, 2010).
Partisipasi yang digunakan puskesmas adalah jenis vertical. Sehingga kurang dalam
hal pengawasan dan pengarahan juga peningkatan kapasitas pengetahuan kader melalui
monitoring evaluasi. Pembentukan partisipasi kader oleh puskesmas dengan pelibatan
masyarakat( kader ) sebagai pelaksana bukan muncul dari ide masyarakat sendiri
sehingga kader dianggap sebagai bawahan bukan sebagai fatner. Seseuai dengan
penelitian yang dilakukan berkaitan partisipasi vertical terjadi dalam bentuk kondisi
tertentu, masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain,
dalam hubungan dimana masyarakat berada sebagai status bawahan, pengikut atau klien.
Siti Irene Astuti D (2011)
Peneliti berpendapat partisipasi kader yang ada di Puskesmas Totomulyo bisa
memberikan dampak signifikan dengan peningkatan jumlah suspek, beberapa catatan
bahwa partisipasi kader harus dikelola dengan baik melalui komunikasi, monitoring
evaluasi dijalankan.dan pemilihan kriteria kader harus sesuai dan tidak asal menjadikan
seseorang kader
Kader adalah anggota masyarakat yang bekerja secara sukarela dalam membantu
dalam pengendalian TB paru sesuai dengan kemampuannya.Dalam penelitian ini
ditemukan kader belum dapat menjalankan perannya sebagai kader TB. Sehingga belum
maksimal capaian suspek seperti yang diharapkan yakni meningkatnya cakupan suspek
yang terperisa dan terkonfirmasi laboratorium, Penelitian yang berkaitan dengan
partisipasi masyarakat dalam penangulangan TB Paru yaitu yang dilakukan oleh Erni rita”,
Giri widagdo”, Nana Supriyatna. Di puskesmas kecamatan sawah besar (2019). Bahwa
setelah diterapkan optimalisasi kader dengan metode partisipasif dapat meningkatkan
cakupan temuan suspek dan meningkatkan angka kesembuhan pada penderita TB paru.
Peneliti berpendapat bahwa Kader kurang memahami peran dan fungsi Kader TB dan
itu tidak dikelola puskesmas dengan baik melaui pertemuan-pertemuan tingkat komunitas
kader TB peningkatan pengetahuan melalui refresing kader atau membangun komitmen
yang kuat melalui deklarasi tertulis.
KESIMPULAN
Disimpulkan bahwa keaktifan kader menjaring suspek hanya didominasi kader mantan
aisyiyah yang sudah lebih dari sekali mengikuti pelatihan TB. Kemudian rekrutmen kader
TB tidak berdasar pada kriteria kader yang bisa diberi tugas datau kepercayaan sebagai
kader
7
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ati dwicahyani & Nurul Qomariyah. 2019. Evaluasi program gropok TBCdi wilayah kerja
Republik Indonesia.
Republik Indonesia.
Erni rita dan widagdo. 2019. partisipasi masyarakat dalam penangulangan TB Paru Di
Kementerian Kesehatan RI, 2014. Peraturan Mentri Kesehatan No.75 Tahun 2014. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI, 2016. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
8
Kementerian Kesehatan RI, 2016. Peraturan Mentri Kesehatan No. 67 Tahun 2016. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI. 2019. Profil Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2018
Ni Putu Evayanti. 2013. Pengendalian kasus tuberkolosis melalui kelompok kader peduli TB
(KKP-TB).
Rasmin Rasjid. 2011. Patofisiologis dan Diagnostik Tuberkulosis Paru. Jakarta: FKUI.