Tugas 1 Diskusi LMS Aguus

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif ISSN 2614-221X (print)

Volume 3, No. 6, November 2020 ISSN 2614-2155 (online)

DOI 10.22460/jpmi.v3i6.615-624

ANALISIS VIDEO PEMBELAJARAN MATEMATIKA


MAHASISWA PGSD UNIVERSITAS MATARAM PADA
MATA KULIAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD
Radiusman1, Maslina Simanjuntak2
1
Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat
2
Universitas Negeri Surabaya, Jawa Timur
1
radius_saragih88@unram.ac.id, 2 maslin.simanjuntak@gmail.com

Diterima: 16 Agustus, 2020; Disetujui: 12 November, 2020

Abstract
This qualitative research aims to analyze the stages of mathematics learning activities carried out by
primary school teacher candidates at the University of Mataram. The data analysis of this research was
conducted in a descriptive qualitative manner. The research subjects were randomly selected
consisting of two primary school teacher candidates who have different genders but have the same
academic ability. The data analysis process was carried out by collecting data, presenting data, and
drawing conclusions. Data collection was obtained through instructional videos of primary school
teacher candidates in primary school mathematics learning courses . The presentation of data is done
by describing the stages of learning activities that the teacher must do in the classroom. The results of
this study indicate that the research subjects have their respective strengths and weaknesses in the
implementation of learning activities, the material abilities of the research subjects are still weak in
learning activities and the research subjects do not utilize/use knowledge in previous courses to
improve teaching quality.
Keywords: : Video Analysis, Learning Stages, Primary Mathematics Learning

Abstrak
Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk menganalisis tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran
matematika yang dilakukan oleh mahasiswa calon guru sekolah dasar (SD) di Universitas Mataram.
Analisis data penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif. Subjek penelitian dipilih secara acak
yang terdiri dari dua orang mahasiswa calon guru sekolah dasar yang memiliki jenis kelamin berbeda
namun memiliki kemampuan akademik yang sama. Proses analisis data dilakukan dengan cara
pengumpulan data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Pengumpulan data diperoleh melalui
video pembelajaran mahasiswa calon guru pada mata kuliah pembelajaran matematika sekolah dasar.
Penyajian data dilakukan dengan mendeskripsikan tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran yang harus
dilakukan guru di dalam kelas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, masih lemahnya
kemampuan materi yang dimiliki subjek penelitian dalam kegiatan pembelajaran serta subjek
penelitian tidak memanfaatkan/ menggunakan pengetahuan pada mata kuliah sebelumnya untuk
meningkatkan kualitas mengajar.
Kata Kunci: Analisis Video, Tahapan Pembelajaran, Pembelajaran Matematika SD

How to cite: Radiusman., & Simanjuntak, M. (2020). Analisis Video Pembelajaran


Matematika Mahasiswa PGSD Universitas Mataram pada Mata Kuliah Pembelajaran
Matematika SD. JPMI – Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif, 3 (6), 615-624.

615
616 Radiusman & Simanjuntak, Analisis Video Pembelajaran Matematika Mahasiswa PG...

PENDAHULUAN
Kegiatan belajar-mengajar merupakan faktor penting dalam menanamkan pengetahuan dan
karakter yang baik kepada siswa. Kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari perang penting
seorang guru. Guru berperan sebagai penentu utama perkembangan sekolah melalui kegiatan
pembelajaran yang dilakukan (Pyhalto, Pietarinen, & Soini, 2015). Kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru tidak terlepas dari faktor kontekstual, keterampilan guru,
pengetahuan pedagogic, kemampuan memotivasi siswa, kemampuan memproses ide-ide baru
serta profesionalitas guru itu sendiri (Leithwood & Mascall, 2008). Profesionalitas guru dapat
dilihat dari kualitas pengajar (guru) itu sendiri. Kualitas pengajar yang baik dapat dilihat dari
produk persiapan pengajar , upaya, pengetahuan, wawasan, dan sikap yang baik (Krantz,
2015).

Pengajaran yang baik merupakan suatu kegiatan yang lebih dari sekedar penyampaian kata-
kata kepada pendengar. Pengajaran yang baik harus memiliki beberapa syarat, antara lain:
harus bermakna untuk diingat, harus masuk akal untuk dipahami, dirancang untuk
berkelanjutan, dan harus dinikmati untuk dipertahankan selama sisa hidup seseorang (Cowan,
2006). Guru harus memiliki beberapa syarat agar menjadi guru yang professional, antara lain:
percaya bahwa diri sendiri memenuhi syarat untuk melakukannya, memiliki keingnan yang
kuat untuk mengajar, memiliki persiapan mengajar, mampu mengenali siswa dengan baik,
mampu membuat pelajaran menjadi terlihat lebih mudah, memiliki penampilan yang baik,
memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan siswa, menghormati siswa dan
menguasai materi sepenuhnya sebelum anda memasuki kelas, mampu membuat siswa merasa
nyaman dalam belajar, menguasai teknologi dengan tepat, menghargai siswa, memiliki sikap
yang tegas terhadap kesalahan serta mampu membangun lingkungan belajar yang positif
(Cowan, 2006; Krantz, 2015). Menciptakan guru matematika yang profesional tidak mudah,
dibutuhkan waktu yang lama dan strategi yang tepat.

Berdasarkan syarat-syarat guru professional diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui
apakah mahasiswa calon guru di Universitas Mataram telah memenuhi persyaratan sebagai
guru profesional. Peneliti melakukan observasi terhadap video kegiatan pembelajaran
matematika mahasiswa calon guru pada mata kuliah pembelajaran matematika SD. Mata
kuliah pembelajaran matematika memiliki bobot 4 satuan kredit semester (SKS), dengan
jumlah pertemuan mata kuliah ini adalah 16 kali pertemuan.

Mata kuliah pembelajaran matematika merupakan mata kuliah yang sangat penting. Hal ini
dikarenakan mata kuliah pembelajaran matermatika SD memberikan gambaran kesiapan
mahasiswa untuk mengajar matematika di sekolah maupun diluar sekolah, menuntut
mahasiswa untuk mendesain pembelajaran matematika yang menarik, sehingga siswa sekolah
dasar tertarik untuk mempelajari matematika, dan memperlihatkan kemampuan mahasiswa
dalam mengimplementasikan mata kuliah belajar dan pembelajaran, telaah kurikulum, strategi
pembelajaran SD, asessment proses dan hasil belajar SD, diagnostik dan remedial teaching,
dan pendidikan matematika.

Peneliti tertarik untuk menggali lebih dalam kesiapan mahasiswa laki-laki dan perempuan
yang berada pada semester 6 dengan kemampuan sedang dalam mengajar matematika di
sekolah dasar. Dalam arti luasnya, pengajaran terjadi di berbagai tempat, dan dibutuhkan
dalam menghadapi situasi sehari-hari. Keseimbangan ini dipengaruhi oleh berbagai hal
termasuk cara guru dalam mengajukan pertanyaan, menanggapi dan menyesuaikan ide-ide
siswa, memperagakan dan mendemonstrasikan, mengevaluasi dan mengoreksi tanggapan,
memfasilitas diskusi, dan memiliki kemampuan mendengarkan dengan baik.
Penelitian mengenai kegiatan pembelajaran telah banyak dilakukan antara lain mengenai
penyusunan perangkat pembelajaran (Chizhik & Chizhik, 2018), pelaksanaan pembelajaran
dengan kapasitas berbeda (Wright, Bergom, & Bartholomew, 2019) serta pelaksanaan
aktivitas budaya dalam kegiatan pembelajaran (Szelei, Tinoca, & Pinho, 2019), namun sejauh
ini belum ada penelitian yang melakukan kegiatan menganalisis kegiatan pembelajaran
matematika berdasarkan video. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang observasi langkah-langkah kegiatan pembelajaran matematika
melalui video mahasiswa calon guru sekolah dasar.

METODE
Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk menganalisis tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran
secara deskriptif. Data yang digunakan dalam analisis merupakan data yang diperoleh melalui
foto, rekaman video, dan dokumen data pribadi (Bogdan & Biklen, 2007). Perekaman video
dilakukan dimasa pandemi Covid-19. Subjek dalam penelitian berjumlah 2 orang mahasiswa
semester 6 Program Studi Guru Sekolah Dasar Universitas Mataram, yang berjenis kelamin
laki-laki dan perempuan dan berkemampuan akademik sedang.

Proses analisis data dilakukan dengan cara pengumpulan data berupa video pembelajaran,
penyajian data berupa deskripsi kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan guru di dalam
kelas serta menarikan kesimpulan. Rekaman video berisi cara yang digunakan oleh
mahasiswa dalam mengajarkan satu materi matematik. Komponen penilaian dalam penelitian
ini adalah: kegiatan pembuka, cara mengabsen siswa, apersepsi, materi ajar, tanya jawab,
kesimpulan, evaluasi, teori belajar, mengenal karakteristik siswa, media pembelajaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Berdasakan hasil pengamatan terhadap video dua subjek penelitian maka diperoleh bahwa
terdapat kekurangan dan kelebihan yang dimiliki calon guru sekolah dasar dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Adapun analisis langkah-langkah kegiatan
pembelajaran matematika dari dua subjek penelitian akan diuraikan sebagai berikut. Subjek
penelitian pertama pada penelitian ini mengajarkan mengenai penyajian data kepada siswa.
Adapun subjek penelitian pertama dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Subjek Penelitian Pertama


Berdasarkan video pembelajaran yang diamati, pada kegiatan pembuka, subjek penelitian
pertama kurang bersemangat dalam menyampaikan salam pembuka kepada siswa dan
kegiatan pembuka ini berlangsung terlalu lama. Selain itu subjek penelitian pertama juga
mengabsen secara manual walaupun sebelumnya subjek penelitian pertam sudah menanyakan
kepada siswa
mengenai kehadiran pada hari tersebut. Selain itu, subjek penelitian pertama tidak melakukan
kegiatan apersepsi. Subjek penelitian pertama langsung mengajarkan materi yang akan
dipelajari tanpa menghubungkan materi yang sedang berlangsung dengan materi yang telah
diajarkan sebelumnya. Selain itu subjek penelitian pertama juga tidak menghubungkan materi
yang akan diajarkan dengan penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Pada Kegiatan inti, kegiatan yang dilakukan dalam video pembelajaran adalah subjek
penelitian pertama langsung memberi defenisi “pengelolaan data” pada siswa. Mahasiswa
tidak menguasai materi ajar dengan baik. Hal ini terlihat dari ketidakmampuan subjek
penelitian pertama dalam menyebutkan contoh pengolahan data dengan tepat pada siswa.
Subjek penelitian pertama menyebutkan: “Kelas 1 ada 40 orang” Merupakan contoh dari
pengolahan data. Subjek penelitian pertama tidak mampu mendefenisikan diagram gambar
dengan baik. Defenisi yang diberikan mahasiswa tidak memiliki dasar. Ketika subjek
penelitian pertama memberikan contoh 60 murid, subjek penelitian pertama langsung
menggambarkan 6 gambar smile tanpa mendefenisikan gambar smile terlebih dahulu. Adapun
media gambar yang digunakan oleh subjek penelitian pertama dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Media Pengolahan Data


Kegiatan selanjutnya yang dilakukan adalah subjek penelitian pertama tidak mampu
menyajikan data kedalam diagram batang. Hal ini terlihat dari ketidakmampuan subjek
penelitian pertama dalam menjelaskan sumbu x dan y terlebih dahulu sebelum
menggambarkan diagram batang. Subjek penelitian pertama belum mampu menggambarkan
diagram batang dengan tepat. Hal ini terlihat dari ketidakmamapuan subjek penelitian pertama
dalam menggambarkan diagram batang sesuai skala. Subjek penelitian pertama juga tidak
mampu mendefenisikan diagram lingkaran dengan baik. Subjek penelitian pertama
menyebutkan kata “juring”, tanpa menjelaskannya terlebih dahulu, subjek penelitian pertama
langsung menuliskan rumus persentase dan derajat tanpa menuliskan cara memperoleh derajat
dari data kedua dan ketiga. Kegiatan inti subjek penelitian pertama dapat dilihat pada Gambar
3.

Gambar 3. Subjek Menuliskan Rumus Penyajian Data


Kekurangan juga dapat dilihat dari subjek penelitian pertama tidak menjelaskan cara
menggambarkan sudut pada diagram lingkaran, tidak mampu mendefenisikan diagram garis
dengan baik, tidak menguasai materi dengan baik, masih melihat laptop ketika memberikan
contoh dari diagram garis, tidak menjelaskan terlebih dahulu bagaimana menyajikan data
kedalam diagram garis, langsung menggambarnya, tidak menjelaskan bagaimana cara
mengumpulkan data, tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk menentukan nilai
tengah. Subjek penelitian pertama langsung memberikan rumus, dan menggunakannya untuk
menentukan nilai tengah dari kumpulan data, langsung menuliskan rumus rata-rata, langsung
mendefenisikan modus tanpa memberikan masalah terlebih dahulu, serta subjek penelitian
pertama tidak memberikan keterangan pada tabel.
Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan tanya jawab. Pada kegiatan ini subjek penelitian
pertama tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk menyampaikan contoh lain yang ada
disekitarnya yang berhubungan dengan materi yang dipelajarinya. Setelah melakukan
kegiatan Tanya jawab, subjek melakukan penarikan kesimpulan. Pada kegiatan ini, subjek
penelitian pertama melakukan kegiatan menyimpulkan materi kepada siswa. Hal ini sangat
baik untuk dilakukan sebagai subjek penelitian pertama sehingga siswa mengetahui materi
yang telah dipelajari selama kegiatan pembelajaran. Selain itu, subjek penelitian pertama
tidak memberikan tugas kepada siswa dari materi yang baru dipelajarinya sebagai evaluasi.
Hal ini dapat menyebabkan perserta didik tidak mengulangi lagi pelajaran di rumah.
Pada kegiatan ini, subjek penelitian pertama tidak menerapkan teori belajar selama
pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi, terlihat subjek penelitian pertama
hanya menjelaskan materi pembelajaran tanpa mengajak siswa untuk terlibat dalam kegiatan
pembelajaran. Hal ini akan menyebabkan siswa menjadi pasif dalam kegiatan pembelajaran.
Subjek penelitian pertama juga tidak mengenal karakteristik pembelajaran matematika pada
siswa sekolah dasar (SD). Pembelajaran matemtika di tingkat sekolah dasar seharusnya
terlebih dahulu dibungkan dengan kehidupan sehari-hari (konkret), namun pada video
pembelajaran ini, subjek penelitian pertama langsung menjelaskan materi matematika secara
abstrak. Hal ini akan membuat siswa merasa pelajaran matematika tidak memiliki hubungan
dengan kehidupan sehari-hari (kontekstual).
Subjek penelitian pertama telah menggunakan media pembelajaran matematika selama
pelaksanaan pembelajaran berlangsung namun media yang digunakan tidak menarik. Media
hanya berupa kertas karton untuk mengambarkan diagram pengolahan data Berdasarkan hasil
observasi video pembelajaran pada subjek penelitian pertama, maka dapat diperoleh
kesimpulan bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh subjek penelitian
pertama dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

Gambar 4. Subjek Penelitian Kedua


Subjek penelitian kedua pada penelitian ini mengajarkan mengenai satuan waktu pada siswa.
Pada kegiatan pembuka, subjek penelitian kedua memberikan ucapan selamat pagi kepada
siswa dan serta memberikan yel-yel yang membangkitkan semangat siswa untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran. Kemudian subjek penelitian kedua langsung mengabsen kehadiran
siswa. Selanjutnya adalah kegiatan apersepsi, subjek penelitian kedua mampu
menghubungkan materi yang sedang diajarkan dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari
dengan cara bertanya kepada siswa mengenai waktu yang ditempuh dalam perjalanan ke
sekolah, waktu yang dibutuhkan untuk sarapan. Selain itu subjek penelitian kedua juga
menunjukan aplikasi waktu yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti jam
tangan.

Gambar 5. Kegiatan Aprsepsi Subjek Penelitian Kedua


Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti. Pada kegiatan ini, subjek penelitian kedua
menyampaikan materi satuan waktu dengan menjelaskan jenis dan fungsi jarum pada jam.
Selanjutnya Subjek penelitian kedua menggambarkan lingkaran jam pada papan tulis, namun
ketika subjek penelitian menjelaskan jarum terdapat ketidaksinkronan antara penjelasan dan
gambar yang dibuat oleh subjek penelitian. Berdasarkan hasil pengamatan video, subjek
penelitian menjelaskan mengenai jarum pendek, namun subjek penelitian menggambarkan
jarum panjang di papan tulis.
Kegiatan inti terus berlanjut dengan subjek penelitian kedua melakukan konversi satuan
waktu dan operasi satuan waktu, namun subjek penelitian kedua tidak menjelaskan
pembagian waktu yang ada di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk menambah pengetahuan
siswa mengenai pembagian waktu di wilayah Indonesia. Subjek penelitian kedua juga
menggunakan alat peraga berupa papan jam yang digunakan untuk mempermudah
pemahaman siswa dalam melakukan operasi satuan waktu. Adapun kegiatan inti pada subjek
penelitian dua dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Penggunaan Alat Peraga pada Kegiatan Pembelajaran


Pada kegiatan tanya jawab, subjek penelitian kedua memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menyampaikan contoh penerapan waktu dalam kehidupan sehari-hari serta menanyakan
kepada siswa tentang bagian yang belum dipahami. Pada kegiatan kesimpulan pembelajaran,
subjek penelitian kedua tidak mengajak siswa untuk menyimpulkan pembelajaran hari ini.
Selanjutnya subjek penelitian kedua langsung menghapus papan tulis tanpa bertanya kepada
siswa apakah sudah menulis materi yang telah diajarkan. Selanjutnya pada kegiatan evaluasi,
subjek penelitian kedua tidak tidak memberikan evaluasi kepada siswa. Hal ini akan
menyebabkan siswa tidak mengulangi kembali pelajaran di rumah.
Pada tahapan penerapan teori belajar, subjek penelitian kedua telah mampu menerapkan teori
pembelajaran konstruktivisme, dimana subjek penelitian kedua membangun pengetahuan
siswa menggunakan alat peraga. Pada tahap ini, subjek penelitian kedua pun telah mampu
untuk mengenal karakteristik pembelajaran matematika SD, dimana kegiatan pembelajaran
matematika dimulai dari pengetahuan konkrit menuju pengetahuan abstrak. Subjek penelitian
kedua juga telah mampu menggunakan media pembelajaran berupa papan jam yang
diharapkan mampu membantu siswa dalam memahami konsep satuan waktu. Berdasarkan
video pengamatan, subjek penelitian kedua telah mampu melakukan kegitatan pembelajaran
dengan baik walaupun masih belum sempurna.

Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis video pembelajaran matematika terhadap subjek penelitian, maka
diperoleh keunggulan dan kekurangan subjek penelitian dalam melakukan kegiatan
pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi terhadap subjek pertama, Keunggulan yang
dimiliki oleh subjek penelitian pertama adalah memiliki media pembelajaran walapun media
pembelajaran tersebut tidak menarik karena hanya berupa kertas karton yang berisi gambar-
gambar materi.

Kekurangan yang dimiliki oleh subjek pertama, antara lain: suara tidak jelas, tidak melakukan
apersepsi, tidak menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari, tidak memberikan
kesimpulan terhadap materi yang sudah dipelajari serta tidak memberikan evaluasi kepada
siswa. Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis video dapat diketahui bahwa subjek penelitian
pertama memiliki pengetahuan konsep awal yang rendah dan memiliki tingkat kepercayaan
diri yang rendah dalam mengajar (Hannover & Kessels, 2004) serta tidak semangat dalam
melakukan kegiatan pembelajaran (Seidel, 2006).

Berdasarkan hasil analisis video terhadap subjek penelitian kedua, diperoleh beberapa
keunggulan dari subjek penelitian kedua, antara lain: Sudah percaya diri berdiri sebagai guru,
berpenampilan menarik, suara jelas, dan sudah mampu membuka pembelajaran dengan penuh
semangat, sehingga menarik minat para siswa, sudah mampu memperlihatkan hubungan
antara materi yang akan dipelajari dengan kehidupan nyata; sudah mengunakan media
pembelajaran, yaitu jam tangan dan jam buatan untuk membantu siswa dalam memahami
materi pelajaran, sudah memberikan kesempatan bagi siswa untuk menyampaikan ide mereka
dan sudah memberikan apresiasi pada siswa, dengan cara memberikan tepuk tangan bagi
siswa yang berhasil menjawab pertanyaan.

Selanjutnya subjek penelitian lebih memiliki kemampuan awal yang lebih baik dan sikap
positif dalam menyampaikan pembelajaran (Seidel, 2006), lebih sabar dan mendorong siswa
untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran (Montecinos & Nielsen, 2004). Subjek penelitian
kedua juga masih memiliki kekurangan antara lain: tidak menggunakan papan tulis secara
efektif, tidak memberikan evaluasi kepada siswa, dan tidak memberikan kesimpulan terhadap
materi yang sedang diajarkan.

Keterampilan guru dalam mengajar bukanlah hal yang mudah untuk diperbaiki. Peningkatan
kemampuan guru harus membutuhkan latihan yang lama. Peningkatan kemampuan seorang
guru dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: saling mengamati aktivitas latihan
yang dilakukan oleh sesama calon guru (Kwakman, 2003), melakukan pelatihan di kelas
yang
berbeda kapasitas (Wright et al., 2019), melatih kemampuan agar mampu menarik
kemampuan pedagogis siswa (Szelei et al., 2019), melatih kemampuan bahasa (Iurmanova &
Balykhina, 2017), melatih kemampuan mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran
(Coorey, 2016), melakukan kegiatan iduktif pembelajaran (Shemwell, Chase, & Schwartz,
2015), mempersiapkan rencana pembelajaran dengan matang (Chizhik & Chizhik, 2018) serta
melatih menghadapi kesalahan dan kesalahpahaman (Gifford, 2005).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang observasi video kegiatan pembelajaran matematika yang
dilakukan oleh mahasiswa calon guru, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan, antara
lain: kemampuan materi matematika calon guru masih banyak yang belum sempurna,
mahasiswa calon guru belum terbiasa menerapkan teori belajar, mahasiswa calon guru belum
terbiasa menggunakan media pembelajaran, serta mahasiswa belum terbiasa mengenal
karakteristik siswa. Berdasarkan hal ini, maka dibutuhkan suatu pelatihan yang intensif
terhadap mahasiswa calon guru sehingga ketika mahasiswa calon guru mampu menjadi guru
yang profesional ketika berada di lingkungan sebenarnya. Penelitian ini hanya membahas
mengenai langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran matematika, namun tidak
mengharuskan mahasiswa calon guru menggunakan teknologi dalam melakukan kegiatan
pembelajaran. Pada penelitian selanjutnya, peneliti mengharapkan penerepan teknologi wajib
digunakan dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Bogdan, R. C., & Biklen, S. K. (2007). Qualitative research for education: an introduction
to theories and methods (5th ed.). Boston: Pearson Education, Inc.
Chizhik, E. W., & Chizhik, A. W. (2018). Using Activity Theory to Examine How Teachers’
Lesson Plans Meet Students’ Learning Needs. Teacher Educator, 53(1), 67–85.
https://doi.org/10.1080/08878730.2017.1296913
Coorey, J. (2016). Active Learning Methods and Technology: Strategies for Design
Education. International Journal of Art and Design Education, 35(3), 337–347.
https://doi.org/10.1111/jade.12112
Cowan, P. (2006). Teaching mathematics. New York: Routledge.
Gifford, S. (2005). Teaching Mathematics 3-5: Developing Learning in the Foundation Stage.
New York: Open University Press.
Hannover, B., & Kessels, U. (2004). Self-to-prototype matching as a strategy for making
academic choices. Why high school students do not like math and science. Learning and
Instruction, 14(1), 51–67. https://doi.org/10.1016/j.learninstruc.2003.10.002
Iurmanova, S. A., & Balykhina, T. M. (2017). Scientific research activity: the origin of
teaching methodology. Russian Linguistic Bulletin, 4(4),
40–41. https://doi.org/10.18454/RULB.4.12
Krantz, S. G. (2015). How to Teach Mathematics. In The American Mathematical Monthly
(Vol. 101). https://doi.org/10.2307/2974708
Kwakman, K. (2003). Factors affecting teachers’ participation in professional learning
activities. Teaching and Teacher Education, 19(2), 149–170.
https://doi.org/10.1016/S0742-051X(02)00101-4
Leithwood, K., & Mascall, B. (2008). Collective leadership effects on student achievement.
Educational Administration Quarterly, 44(4), 529–561.
https://doi.org/10.1177/0013161X08321221
Montecinos, C., & Nielsen, L. E. (2004). Male Elementary Preservice Teachers’ Gendering of
Teaching. Multicultural Perspectives, 6(2), 3–9.
https://doi.org/10.1207/s15327892mcp0602_2
Pyhalto, K., Pietarinen, J., & Soini, T. (2015). Teachers professional agency and learning-
from adaption to active modification in the teacher community. Teachers and Teaching:
Theory and Practice, 21(7), 811–830. https://doi.org/10.1080/13540602.2014.995483
Seidel, T. (2006). The role of student characteristics in studying micro teaching-learning
environments. Learning Environments Research, 9(3), 253–271.
https://doi.org/10.1007/s10984-006-9012-x
Shemwell, J. T., Chase, C. C., & Schwartz, D. L. (2015). Seeking the general explanation: A
test of inductive activities for learning and transfer. Journal of Research in Science
Teaching, 52(1), 58–83. https://doi.org/10.1002/tea.21185
Szelei, N., Tinoca, L., & Pinho, A. S. (2019). Rethinking ‘cultural activities’: An examination
of how teachers utilised student voice as a pedagogical tool in multicultural schools.
Teaching and Teacher Education, 79, 176–187. https://doi.org/10.1016/j.tate.2018.12.020
Wright, M. C., Bergom, I., & Bartholomew, T. (2019). Decreased class size, increased active
learning? Intended and enacted teaching strategies in smaller classes. Active Learning in
Higher Education, 20(1), 51–62. https://doi.org/10.1177/1469787417735607

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy