Valuasi Ekonomi Lahan Gambut Riau

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 5

Jurnal Silvikultur Tropika

Vol. 10 No. 01, April 2019, Hal 58-62


ISSN: 2086-8227

VALUASI EKONOMI KERUSAKAN LINGKUNGAN AKIBAT


KEBAKARAN GAMBUT DI DESA MAK TEDUH
PROVINSI RIAU
(Economic Valution on Enviromental Damage due to Peat Fire in Mak Teduh Village
Riau Province)

Bambang Hero Saharjo1* dan Basuki Wasis1

(Diterima Desember 2018/ Disetujui Maret 2019)

ABSTRACT

Peat fires caused negative impact which link to the death of flora, soil damage and smoke disasters.The research
proposed to know how big the danger at environment due to forest fire. Unfortunately has so way research found how
much money last during burning which link to end damage. Field observation and soil samples were taken through
purposive sampling. The result of research show that fire cause a total death of flora and fauna and subsidence of 10-20
cm. This study showed that land fires significantly affected organic C, bulk density, and total microorganisms, and
significanlyt effecedt on pH and respiration parameters. Our results clearly demonstrate the severe enviromental
destruction due to on peat fire as it fulfill. The order to know the significance of the vegetation impact of fire that we use
PP 4/2004. The order to know the significant of the negative impact of fire the we use PP 4/2004 for soil pH, organic C,
bulk density, porosity, water content, total microorganisms, and respiration with the economic valuation ofer, damage due
to fire was reached Rp1.765.190.064,-.

Key words : enviromental damage, economic valution. peat fires, soil properties

PENDAHULUAN pembakaran dapat menyuburkan tanah gambut.


Penelitian ini menganalisis kerusakan lingkungan dan
Kebakaran hutan dan lahan secara ekologis dapat valuasi ekonomi kerusakan lingkungan pada lahan
menurunkan kuantitas dan kualitas sumberdaya alam masyarakat di Desa Mak Teduh Kecamatan Kerumutan
hayati beserta ekosistem yang berfungsi sebagai Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau.
penyangga kehidupan, antara lain dengan berkurangnya
keanekaragaman jenis flora dan fauna sebagai sumber METODE PENELITIAN
plasma nutfah, kualitas tanah semakin menurun,
berubahnya fungsi hidrologis serta pemanasan global. Tempat dan Waktu Penelitian
Kerugian lain yang sangat penting adalah kerugian
Kegiatan penelitian dilaksanakan di tanah gambut
ekonomi lingkungan, berupa polusi asap yang
Desa Mak Teduh Kecamatan Kerumutan, Kabupaten
menggangu lingkungan, tidak hanya di Indonesia tetapi
Pelalawan, Provinsi Riau. Kegiatan penelitian lapangan
juga dirasakan di negara-negara tetangga (Page 2002,
dilakukan pada bulan Agustus 2015. Analisa statistik uji
Saharjo 2016, Wasis et al. 2018).
beda sifat tanah mineral tidak terbakar dan terbakar dan
Tanah gambut bersifat masam (pH< 4), memiliki
valuasi ekonomi kerusakan lingkungan dilakukan bulan
kesuburan sangat rendah, tergolong tanah marginal dan
Oktober-Desember 2015.
rentan terhadap gangguan sehingga usaha peningkatan
produktivitas lahan harus diikuti usaha pencegahan
kerusakan ekosistem. Kerusakan lahan gambut terutama Alat dan Bahan
terjadi karena pembangunan kanal dan penebangan Alat pengambilan data di lapangan adalah alat
pohon sehingga menyebabkan tanah gambut menjadi pengambilan contoh tanah utuh berupa ring sample,
kering dan mudah terbakar (Saharjo 2016, Wasis et al. untuk pengambilan sampel tanah komposit dengan
2018). cangkul, golok, meteran, kantung plastik dan spidol.
Pembakaran tanah gambut oleh masyarakat banyak Bahan utama penelitian sebagai obyek penelitian adalah
terjadi pada saat musim kemarau. Pembakaran tanah contoh tanah utuh dan contoh tanah gambut komposit
gambut tersebut umumnya dilakukan terutama pada saat yang berasal dari tanah gambut tidak terbakar (hutan
pembukaan lahan. Pembukaan lahan dengan cara sekunder) dan tanah gambut terbakar di Desa Mak
membakar dipilih karena murah dan sisa hasil abu Teduh Kecamatan Kerumutan Kabupaten Pelalawan,
1
Provinsi Riau.
Staff Pengajar Dept. Silvikultur, Fakultas Kehutanan
IPB
* Penulis korespondensi: Pengambilan Contoh Tanah
E-mail: bhherosaharjo@gmail.com Pengambilan contoh tanah gambut dilakukan secara
purposive sampling pada tanah gambut yang terbakar.
Vol. 10 April 2019 Analisa Kerusakan Lingkungan dan Valuasi Ekonomi 59

Pengambilan sampel tanah dilakukan pada dua lokasi tanah pada lahan masyarakat yang terbakar adalah jenis
yaitu tanah gambut terbakar dan tidak terbakar (hutan tanah gambut. Pada tanah gambut terbakar telah
sekunder). Setiap lokasi tanah gambut terbakar dan menyebabkan kematian flora dan fauna sebesar 100 %
tidak terbakar dibuat petak pengamatan yaitu berukuran dan subsiden tanah gambut sebesar 10-20 cm.
masing-masing 20 m x 20 m. Di dalam plot tersebut Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebakaran
dilakukan pengambilan sampel tanah utuh dan tanah tanah gambut menyebakan hilangnya flora dan fauna
komposit pada petak berukuran 2 m x 2 m sebanyak 2 tanah, subsiden, menurunnya fungsi jasa lingkungan,
ulangan secara acak (Soerianegara dan Indrawan 2005; dan matinya mikroorganisme tanah. Hilangnya vegetasi
Wasis 2012). hutan sekunder dan fauna (binatang tanah) akibat
Pengambilan sampel tanah untuk sifat fisik, sifat kebakaran lahan menyebabkan hilangnya fungsi tata air,
kimia dan sifat biologi tanah diambil secara merata pada serapan karbon, musnahnya flora dan fauna tanah,
permukaan tanah kedalaman 0 – 20 cm. Setiap tempat hilangnya kayu, erosi, sedimentasi sungai dan
diambil seberat 1 kg yang kemudian dikompositkan, dan pencemaran sungai (Wasis et al. 2018b; Wasis 2018).
setelah itu diambil lagi seberat 1 kg. Pengambilan Tutupan tanah oleh vegetasi hutan alam secara umum
sampel tanah untuk sifat fisik tanah dilakukan pada akan memiliki sifat tanah dan jasa lingkungan yang
permukaan tanah kedalaman 0 – 20 cm. Pengambilan lebih baik dibandingkan tutupan lahan dengan jenis
tanah dilakukan secara utuh dengan menggunakan ring tanaman perkebunan, dan tanaman pertanian (Wasis
sample berdiameter sebesar 7 cm dengan tinggi sebesar 2012). Pembuatan blocking kanal dan penanaman hutan
5 cm (Wasis 2012 ; Wasis et al. 2018). kembali pada tanah gambut terbakar merupakah salah
upaya penyelematan tanah gambut (Saharjo et al. 2011,
Analisis Data Wasis dan Mulyana 2009).
Data dianalisis secara statistik dengan menggunakan
Sifat Tanah dan Kerusakan Tanah
uji perbedaan rata-rata pada interval kepercayaan 95%
(Mattjik dan Sumertajaya, 2013; Stell dan Torries Hasil analisa statistk menunjukkan bahwa kebakaran
1991). Parameter untuk sifat fisik tanah yang diuji lahan berpengaruh nyata adalah C-organik, bulk density,
statistik adalah pH, C organik, bulk density, porositas, dan total mikroorganisme, serta berpengaruh sangat
kadar air, total mikroorganisme dan respirasi. Analisa nyata untuk parameter pH dan respirasi (Tabel 1).
valuasi ekonomi kerusakan lingkungan akbat kebakaran Pada tanah gambut yang terbakar terjadi
tanah gambut menggunakan pedoman penghitungan peningkatan pH tanah secara sangat nyata sebesar 2,42
kerugian KLH 2006 (KLH 2006; Wasis et al. 2018b; (58.60 %), penurunan C organik tanah gambut secara
Adamowicz and Boxall. 2001; Fauzi 2014). nyata sebesar 25.99 % (53,71%), penurunan total
mikroorganisme secara nyata sebesar 56.00 x 10 6 spk
(95.73%) dan penurunan respirasi secara nyata sebesar
HASIL DAN PEMBAHASAN 15.33 mgC-CO2/kg tanah/ hari (69.85%). Pembakaran
tanah gambut telah memperbaiki meningkatkan pH
Kondisi Umum Lokasi Penelitian tanah (mendekati pH netral 7), dan kesuburan tanah
gambut. Peningkatan kesuburan tanah diakibatkan abu
Lokasi tanah terbakar awalnya hutan sekunder. Jenis sisa pembakaran dari biomassa dan hilangnya tanah
hutan sekunder adalah meranti, mahang dan lainnya gambut setebal 10-20 cm dan tanah gambut yang
dengan potensi biomassa sebesar 138.5 m3/ha. Jenis
Table1 1 Biomassa pada hutan sekunder dan tanah gambut terbakar

Tutupan lahan Tipe vegetasi Biomassa (m3/ha)

Hutan sekunder Meranti, jabon, puspa, mahang dan lain -lain 138.5
Tanah gambut terbakar - 0

Tabel 2 Perubahan parameter (sifat fisik dan kimia tanah) pada hutan sekunder dan tanah gambut terbakar
Parameter Hutan sekunder Tanah gambut terbakar Perubahan
pH 4.13  0.04 ** 6.55  0.05 2.42 (58.60 %) d
C-Organik (%) 48.39  0.05 * 22.40  0.36 25.99 (53.71%) d
Bulk Density (g/cm3) 0.27  0.01 * 0.37  0.10 0.10 (37.04%) d
Porositas (%) 88.89  0.39 86.07  0.23 2.82 (3.17 %) d
Air tersedia (%) 32.25  0.05 20.36  1.59 11.89 (36.87 %) d
Total mikroorganisme (x 58.50  5.25 * 2.50  0.50 56.00(95.73%) d
10 6 spk)
Respirasi (mgC-CO2/kg 21.95  0.03 ** 6.62  0.30 15.33 (69.85%) d
tanah/ hari)
Keterangan:
* : berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%
** : berbeda sangat nyata pada selang kepercayaan 95%
60 Bambang Hero Saharjo et al. J. Silvikultur Tropika

mengering setebal 10-20 cm. Tanah yang subur yang sebesar:


memiliki pH tanah mendekati netral (pH 6.5-7.5)
a. Biaya pembuatan reservoir
(Binkley 1987, Hardjowigeno 2003).
Untuk menampung air 650 m³/ha diperlukan
Pembakaran tanah gambut meningkatkan bulk
reservoir berukuran lebar 20 m x panjang 25 m
density sebesar 0.10 g/cm3 (37.04%). Kebakaran tanah
x tinggi 1.5 m. Biaya pembangunan
gambut menyebabkan tanah gambut menjadi padat.
diasumsikan per m² = Rp100.000,-.
Tanah gambut terbakar menyebabkan kerusakan
struktur tanah, matinya flora dan fauna, matinya dan Per hektar lahan yang hilang, diperlukan biaya=
penurunan mikroorganisme tanah. Tanah gambut yang [(2 x 1.5 m x 20 m) + (2 x 1.5 m x 25 m) + (20
mengalami kerusakan akibat kebakaran bersifat m x 25 m)] x Rp100.000,-/m² = 635 m² x
mengkerut dan kemampuan tanah dalam menyimpan air Rp100.000/m² = Rp63.500.000,-/ha
dan hara tidak akan kembali (bersifat irreversible)
(Soepardi 1983, Buringh 1983, Hardjowigeno 2003). Oleh karena itu untuk lahan yang hilang seluas 1
ha diperlukan biaya pembuatannya, adalah =
Hasil analisa tanah menunjukkan bahwa memang
Rp63.500.000/ha x 1 ha = Rp 63.500.000,-
pada tanah terbakar telah terjadi kerusakan lingkungan
hidup karena telah memenuhi kriteria baku kerusakan b. Biaya pemeliharaan reservoir
lingkungan hidup (PP Nomor 4 tahun 2001) untuk Rp100.000.000/tahun dan untuk 15 tahun
parameter yaitu pH tanah, C-organik, bulk density, menjadi Rp100.000.000 x 15 tahun =
porositas, kadar air, total mikroorganisme, dan respirasi. Rp1.500.000.000,- (satu milyar lima ratus juta
Rupiah).
Valuasi Ekonomi Kerusakan Lingkungan
Bahwa dengan demikian Biaya yang dibutuhkan
Berdasarkan hasil penelitian lapangan, analisa untuk membangun dan memelihara reservoir buatan
laboratorium dan Pedoman Valuasi Ekonomi KLH seluruhnya adalah Rp 63.500.000,- +
(2006), maka valuasi ekonomi kerusakan tanah dan Rp1.500.000.000,- = Rp1.563.500.000,-
lingkungan hidup akibat kebakaralahan di Desa Mak
Teduh Kecamatan Kerumutan Kabupaten Pelalawan 2. Pengaturan Tata Air
Provinsi Riau seluas 1 ha dapat dihitung sebagai berikut Biaya (uang pengganti) kehilangan fungsi
(KLH 2006, Wasis et al. 2018b, Adamowicz dan Boxall pengaturan tata air akibat tanah gambut terbakar
2001, Fauzi 2014). adalah sebesar Rp30.000,- per ha, sehingga biaya
yang harus dikeluarkan untuk pengaturan tata air
Kerugian Ekologis seluas 1 ha adalah sebesar Rp30.000/ha x 1 ha =
1. Penyimpanan Air Rp30.000,-
Sebagai pengganti fungsi gambut sebagai 3. Pengendalian Erosi
penyimpan air yang rusak maka perlu dibangun Biaya (uang pengganti) akibat kehilangan fungsi
tempat penyimpanan air buatan dengan cara pengendalian erosi akibat dari tanah gambut
membuat reservoir buatan. Resevoir tersebut harus terbakar yang Rp1.225.000,-/ha, sehingga biaya
mempunyai kemampuan menyimpan air sebanyak yang dibutuhkan untuk pengendalian erosi untuk
650 m³/ha (Kadar air: 32.250.05 %). Karena lahan seluas 1 ha yang rusak karena pembakaran
permukaan tanah gambut yang rusak adalah seluas adalah Rp1.225.000,-/ha x 1 ha = Rp1.225.000,-
1 ha maka reservoir perlu dibuat dengan biaya

Keterangan: pH (pH), BD (Bulk Density : g/cm3), PR (Porositas : %), C Org (C Organik : %), AT (Air tersedia :
%), TMO (total microorganisme : x 10 6 spk), R ( respirasi : mgC-CO2/kg tanah/ hari)

Gambar 1 Perubahaan sifat tanah dan analisa kerusakan tanah gambut akibat terbakar
Vol. 10 April 2019 Analisa Kerusakan Lingkungan dan Valuasi Ekonomi 61

4. Pembentuk Tanah hilangnya umur pakai tanah pada lahan dan hasil
Biaya (uang pengganti) akibat kehilangan fungsi penjualan. Hilangnya umur pakai tanah gambut adalah
pembentuk tanah akibat rusak karena pembakaran berkurangnya umur pakai tanah akibat terbakar
sebesar Rp50.000,-/ha, sehingga biaya yang sehingga kelestarian fungsi lahan tidak tercapai
dibutuhkan untuk pembentukan tanah seluas 1 ha sebagaimana mestinya.
yang rusak adalah: Rp50.000,-/ha x 1 ha =
1. Hilangnya Umur Pakai Tanah
Rp50.000,-
Akibat kegiatan pembakaran, maka umur pakai
5. Pendaur Ulang Unsur Hara lahan menjadi berkurang + 15 tahun dibandingkan
Biaya (uang pengganti) akibat kehilangan fungsi dengan tanpa bakar. Untuk itu seandainya tanaman
pendaur ulang unsur hara yang hilang akibat mulai berproduksi pada umur 1 tahun, sehingga
pembakaran sebesar Rp4.610.000,-/ha, sehingga telah hilang umur pakai lahan selama 14 tahun maka
untuk lahan seluas 1 ha maka biaya yang biaya yang telah hilang selama 14 tahun tersebut
dibutuhkan adalah sebesar: Rp4.610.000,-/ha x 1 ha seandainya lahan tetap berproduksi adalah sebagai
= Rp4.610.000,- berikut:
6. Pengurai Limbah 1) Biaya penanaman untuk 1 ha Rp13.244.983,-
Biaya (uang pengganti) akibat kehilangan pengurai 2) Biaya pemeliharaan tahun pertama
limbah yang hilang karena rusaknya gambut akibat Rp4.879.848,-
pembakaran sebesar Rp435.000,-/ha, sehingga 3) Biaya pemeliharaan tahun ke-dua Rp4.461.000,-
untuk lahan seluas 1 ha maka dibutuhkan biaya: 4) Biaya pemeliharaan tahun ke-tiga Rp6.465.000,-
Rp435.000/ha x 1 ha = Rp435.000,- 5) Biaya pemeliharaan tahun ke-empat
Rp6.645.000,-
7. Hilangnya Keanekaragaman Hayati
6) Biaya pemeliharaan tahun ke-lima Rp5.810.000,-
Akibat rusaknya lahan karena pembakaran maka
7) Biaya pemeliharaan tahun ke-enam dan tujuh
tidak sedikit keanekaragaman hayati yang hilang,
Rp67.600.000,-
untuk itu lahan tersebut perlu dipulihkan. Biaya
(uang pengganti) akibat kehilangan fungsi Total biaya yang dibutuhkan untuk selama periode 15
pemulihan bagi keanekaragaman hayati ini sebesar tahun adalah Rp106.996.831,-
Rp2.700.000,-/ha, sehingga untuk lahan yang rusak
Biaya hasil penjualan selama 11 tahun
seluas 1 ha dibutuhkan biaya : Rp2.700.000,-/ha x 1
Rp145.200.000,-
ha = Rp2.700.000,-
Keuntungan yang hilang karena pembakaran
8. Hilangnya Sumberdaya Genetik
Rp38.203.169,-
Biaya (uang pengganti) akibat hilangnya
sumberdaya genetik adalah sebesar Rp410.000,-/ha, Total biaya yang harus dikeluarkan dalam mengganti
sehingga untuk lahan seluas 1 ha diperlukan biaya keuntungan yang hilang akibat pembakaran sehingga
sebesar : Rp410.000/ha x 1 ha = Rp410.000,- terjadi hilangnya umur pakai selama 11 tahun adalah
sebesar Rp38.203.169,-
9. Pelepasan Karbon (Carbon Release)
Akibat adanya pembakaran maka terjadi pelepasan Total biaya yang harus dikeluarkan untuk mengganti
karbon sehingga untuk mengembalikan fungsi kerugian/kerusakan yang terjadi secara ekologis serta
sebagai penyerapan karbon, perlu dilakukan hilangnya keuntungan secara ekonomis adalah sebesar:
kegiatan pemulihan yang menurut perhitungan Rp145.200.000,- + Rp38.203.169,- = Rp183.403.169 ,-
beberapa pakar dibutuhkan sebesar Rp90.000,-/ton (Seratus delapan puluh tiga juta empat ratus tiga ribu
karbon per ha seluas 1 ha dibutuhkan biaya sebesar seratus enam puluh sembilan rupiah)
Rp90.000/ton x 3.15 ton = Rp283.500,-
10 Perosot Karbon (Carbon Reduction) Biaya Pemulihan
Pemulihan lahan yang rusak akibat pembakaran
Dengan adanya pembakaran maka terjadi perosotan
dengan kompos yang diangkut dengan menggunakan
karbon tersedia (carbon reduction) sehingga untuk
truk tronton dengan kapasitas 20 m3 adalah sebagai
mengembalikan fungsi sebagai penahan karbon
dibutuhkan biaya sebesar Rp90.000,- sehingga berikut:
untuk lahan seluas 1 ha dibutuhkan biaya sebesar: 1. Biaya pembelian kompos untuk mengisi 1 ha lahan
Rp90.000/ha x 0.58275 ton : Rp52.447.5,- yang rusak dengan ketebalan rata rata tanah yang
terbakar adalah 10 cm dengan perhitungan biaya
Dengan demikian, biaya total penggantian kerugian
sebagai berikut: 1 ha x 0.1 m (10 cm) x 1 ha (10.000
ekologis dengan mempertimbangkan 10 parameter di
m2) x Rp200.000/m3 = Rp.200.000.000,-
atas adalah sebesar Rp1.573.295.947.5,- (Satu milyar
lima ratus tujuh puluh tiga juta dua ratus sembilan 2. Biaya angkut dengan menggunakan tronton
puluh lima ribu sembilan ratus empat puluh tujuh kapasitas angkut 20 m3/truk maka diperlukan biaya
angkut hingga lokasi lahan yang terbakar adalah:
rupiah lima sen )
1.000 m3 / 20 m3 x Rp800.000 (sewa truk) =
Rp40.000.000
Kerugian Ekonomis
Pada bagian kerugian ekonomis ini terdapat dua
parameter penting yang patut dipertimbangkan yaitu
62 Bambang Hero Saharjo et al. J. Silvikultur Tropika

3. Biaya penyebaran kompos di areal yang terbakar Fauzi A. 2014. Valuasi Ekonomi dan Penilaian
seluas 1 ha (1000 m3) = 20.000 karung (a 50 Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
kg)/200/orang x Rp20.000,- x 1 ha = Rp20.000.000,- Bogor (ID): IPB Press.
4. Biaya pemulihan untuk mengaktifkan fungsi Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta (ID):
ekologis yang hilang: Akademika Pressindo.
a. Pendaur ulang unsur hara Rp4.610.000,- Mattjik AA, IM Sumertajaya. 2013. Experimental
b. Pengurai limbah Rp435.000,- Design with SAS Applications and Minitab. Bogor
c. Keanekaragaman hayati Rp2.700.000,- (ID): IPB Press.
d. Sumberdaya genetik Rp410.000,- Page S, Siegert F, Rieley JO, Boehmn HDV, Jaya A dan
e. Pelepasan karbon Rp283.500,- Limin S. 2002. The amount of carbon released
f. Perosot karbon Rp52.447.5,- from peat and forest fire in Indonesia during 1997.
Total Rp8.490.947.5,- Nature. Vol.42: 61-65
Saharjo BH. 2016. Pengendalian Kebakaran Hutan dan
Total valuasi ekonomi kerusakan lingkungan akibat
atau Lahan Indonesia. Bogor (ID): IPB Press.
kebakaran tanah gambut yaitu kerugian ekologis +
Saharjo BH, Wasis B, Mulyana D. 2011. Canal
kerugian ekonomis+ biaya pemulihan sebesar
Blocking of Burn Peat Swamp Forest and It’s
1.573.295.947.5, + Rp 183.403.169 + 8.490.947.5,- =
Future. 5 th International Wildland Fire
Rp 1.765.190.064,- (Satu milyar tujuh ratus enam puluh
Conference : Poster Session, South Africa.
lima juta seratus sembilan puluh ribu enam puluh empat
Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas
rupiah)
Pertanian IPB Bogor
Soerianegara I, Indrawan A. 2005. Ekologi Hutan
Indonesia. Bogor (ID): Fakulats Kehutanan IPB.
SIMPULAN
Stell RGD, Torries JH. 1984. Principles and Procedurs
of Statistic A. Biometrical Approach. Singapore:
Kebakaran gambut menyebabkan kematian total
MacGraw Hill Book Co., Inc.
flora dan fauna tanah sebesar 100 % dan subsiden
Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor (ID):
sebesar 10-20 cm. Hasil analisa statistik menunjukkan
Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB.
bahwa kebakaran lahan berpengaruh nyata terhadap C-
Stell RGD, Torries JH. 1991. Statistical Principles and
organik, bulk density, dan total mikroorganisme, serta
Procedures, A Biometric Approach. Jakarta (ID):
berpengaruh sangat nyata untuk parameter pH dan
PT Gramedia Pustaka Utama.
respirasi. Hasil analisa tanah menunjukkan bahwa pada
Tan KH. 1995. Enviromental Soil Science. Marcel
tanah terbakar telah terpenuhinya kerusakan lingkungan
Dekkker Inc. New York. P 255.
hidup karena telah masuk kriteria baku kerusakan
Wasis B, Mulyana D. 2009. Carbon Content at Several
lingkungan hidup (PP Nomor 4 tahun 2001) untuk
Vegetation Type in Ex-PLG Million ha after 10
parameter pH tanah, C organik, bulk density, porositas,
Years Burnt. Proceedings of IPB research seminar.
kadar air, total mikroorganisme, dan respirasi. Hasil
Bogor
valuasi ekonomi kerusakan lingkungan akibat
Wasis B. 2012. Soil properties in natural forest
kebakaran tanah gambut sebesar Rp 1.765.190.064,- .
destruction and conversion to agricultural land in
Gunung Leuser National Park, North Sumatera
Province. Journal of Tropical Forest Management
DAFTAR PUSTAKA
(JMHT) XVIII(3) : 206-212
Wasis B, BH Saharjo, F Kusumadewi, NH Utami,
Adamowicz V, Boxall P. 2001. Future Directions of MHW Putra. 2018. Analysis of economic
Stated Choice Methods for EnvironmentValuation. valuation of environmental damage due to sand
Vic Adamowicz and Peter Boxall. Choice mine in Gumulung Tonggoh, Cirebon District,
Experiments: A New Approach to Environmental West Java Province, Indonesia. Archives of
Valuation, April 10, 2001. London, England. Agriculture and Environmental Science 3(4): 360-
Binkley D. 1987. Forest Nutrition Management. Duke 366.
University, Durham, North Carolina. USA. 290 pp. Wasis B. 2018. Impact on Peatland Canal Blocking of
Buringh P. 1983. Pengantar Pengajian Tanah-tanah Soil Properties in The Eks PLG Milion Ha of
Wilayah Tropika dan Subtropika. Yogyakarta Central Kalimantan Province. Advance Research
(ID): Gadjah Mada University Press. in Agricultural and Veterinary Science (ARAVS) :
5 (3) : 04-11.

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy