Jurnal Anfar 2

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/308983005

MODIFIKASI KAOLIN DENGAN SURFAKTAN BENZALKONIUM KLORIDA DAN


KARAKTERISASINYA MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER INFRA MERAH

Article · January 2010

CITATIONS READS

0 1,257

10 authors, including:

Nelly Wahyuni
Tanjungpura University
14 PUBLICATIONS   5 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Electrical Performance and Effect of Frequency Electromagnetic Waves on Subterranean Termites Coptotermes curvignathus Holmgren View project

Water treatment process View project

All content following this page was uploaded by Nelly Wahyuni on 11 October 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


1

MODIFIKASI KAOLIN DENGAN SURFAKTAN BENZALKONIUM KLORIDA DAN


KARAKTERISASINYA MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER
INFRA MERAH

Nelly Wahyuni
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Tanjungpura, Pontianak
Jl. Jend. A Yani, Pontianak, 78124, telp/fax 0561-577963
E-mail: nelly_kimiauntan@yahoo.co.id

Abstrak

Modifikasi kaolin Capkala dengan surfaktan benzalkonium klorida telah dilakukan


dengan mereaksikan kaolin dalam surfaktan selama 8 jam dengan pengadukan pada
kecepatan 150 rpm. Modifikasi dilakukan dalam berbagai variasi konsentrasi surfaktan
dan suhu aktivasi. Kaolin termodifikasi dikarakterisasi menggunakan Spektrometer Infra
Merah. Kaolin termodifikasi menunjukkan adanya serapan C-H simetri dari gugus CH2
yang merupakan indikasi adanya surfaktan pada kaolin. Berdasarkan uji adsorpsi
terhadap ion klorida, maka diperoleh kaolin termodifikasi terbaik pada konsentrasi 2,5 x
10-2 M dengan temperatur aktivasi 250 oC dengan persentase ion klorida teradsorpsi
sebesar 23,33%.

Kata kunci : kaolin, surfaktan, benzalkonium klorida, spektrofotometer infra merah

MODIFICATION OF KAOLIN CLAY WITH BENZALCONIUM CHLORIDE SURFACTANT


AND ITS CHARACTERIZATION USING
INFRA RED SPECTROPHOTOMETER

ABSTRACT
Modification of kaolin clay from Capkala, Bengkayang by benzalconium chloride as
surfactant has been performed by mixing kaolin with surfactant for 8 hours through
agitation at 150 rpm. The modification was carried out in several variations of surfactant
concentration and activation temperature. The modified kaolin was characterized by using
Infrared Spectrophotometer (IR). The infrared spectra exhibited absorption of symmetrical
C-H vibration from CH2 functional group, which indicated the existence of surfactant in the
kaolin. Adsorption test for chloride ion resulted that the kaolin was optimally modified by
using a concentration of 2,5 x 10-2 M for surfactant concentration with activation
temperature at 250oC, giving a result of 23,33% of the chloride ion being absorbed.

Key Words: Kaolin, surfactant, benzalkonium chloride, Infrared Spectrophotometer

Modifikasi Kaolin dengan Surfaktan… (Nelly Wahyuni)


2

PENDAHULUAN Usaha untuk memperoleh kaolin yang


Secara geologis kaolin adalah bermuatan positif dapat dilakukan
mineral alam dari kelompok silikat yang dengan proses modifikasi menggunakan
berbentuk kristal dengan struktur surfaktan kationik. Surfaktan terikat pada
berlapis (gambar 1). kaolin melalui pertukaran ion dengan Na+
maupun melalui ikatan molekuler.
Surfaktan kation merupakan senyawa
organik rantai panjang yang terdiri dari
dua bagian yaitu kepala dan ekor.
Bagian kepala bermuatan positif dan
bersifat hidrofilik sedangkan bagian ekor
tidak bermuatan dan bersifat hidrofobik.
Surfaktan dapat membentuk misel,
monolayer atau bilayer pada permukaan
kaolin modifikasi tergantung dari
Gambar 1. Struktur kaolinit (Anonima, konsentrasi surfaktan yang digunakan
2008) (gambar 2).

Sebagai polimer anorganik, mineral


kaolin dikelompokkan sebagai penukar
ion anorganik yang secara alami dapat
melakukan proses pertukaran dengan
ion lain dari luar dengan adanya
pengaruh air (Muhdarina dan Linggawati,
2003). Kerangka struktur lempung
bersitus negatif dan mengikat kation
untuk menetralkan muatannya. Muatan
negatif ini berasal dari rasio antara silika
dan alumina (Si/Al) yang relatif kecil dan Gambar 2. Konsep monomer, bilayer
permukaan kaolin yang mempunyai dan serapan misel pada
permukaan mineral
gugus oksigen dan hidroksil yang
tersembul, sehingga menimbulkan titik- Menurut Sullivan et al. (1997) dan Jean
titik bermuatan negatif (Tan, 1995). and Louis (1994), di bawah konsentrasi
Kation yang terikat dapat dipertukarkan kritis misel (KKM), akan terbentuk
oleh kation lain sehingga kaolin monolayer dan di atas KKM terbentuk
berpotensi sebagai penukar kation. bilayer.

Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 1 - 14


3

Adanya muatan positif dan sifat Benzalkonium Klorida atau


hidrofobik pada kaolin modifikasi Benzalconium Chloride (BKC) adalah
diharapkan dapat memberdayakan dan surfaktan kation dengan rumus umum
meningkatkan efisiensi kaolin yang C6H5CH2N(CH3)2RCl, dimana R adalah
semula hanya sebagai adsorben kation gugus alkil dari C8H17 sampai C18H37.
dapat digunakan sebagai adsorben Sifat-sifat BKC diantaranya berbentuk
anion dan adsorben molekul non polar. cair pada suhu 20oC, memiliki densitas
Hal ini terutama bila dikaitkan dengan 0,97 g/mL, larut dalam air, pH 7,5,
aplikasi kaolin untuk penanganan air material aktif 50% dan KKM 5,00 mM
limbah yang di dalamnya tidak hanya (Anonim , 2008). Metode yang dilakukan
mengandung kation, tetapi juga anion yaitu melalui proses peleburan dan
dan molekul non polar. reaksi hidrotermal antara kaolin dengan
Modifikasi permukaan mineral dengan NaOH yang dilanjutkan reaksi dengan
surfaktan telah banyak dilaporkan dalam surfaktan. Kaolin termodifikasi
literatur seperti pada permukaan selanjutnya dikarakterisasi
klinoptilolit (Li and Bowman, 1997; menggunakan spektrofotometer infra
Sullivan et al., 1997) dan zeolit-A (Kumar merah (IR).
et al., 2007). Surfaktan kationik Spektrofotometer IR adalah alat
dilaporkan memiliki kapasitas adsorpsi yang dapat mengukur energi vibrasi
yang tinggi dan dapat meningkatkan atom-atom yang berikatan. Serapan IR
kapasitas tukar anion seperti kromat berkaitan dengan vibrasi molekul atau
(Bajda and Klapyta, 2006), sulfat, fosfat atom, dan hanya radiasi dengan
(Vujakovic et al., 2003) dan arsenik frekuensi yang sama dengan frekuensi
(Kumar et al., 2007). vibrasi tersebut yang akan diserap.
Pada penelitian ini, akan dilakukan Metode yang paling luas digunakan
modifikasi kaolin dengan surfaktan adalah teknik pelet KBr. Analisa spektra
kationik Benzalkonium Klorida (gambar dilakukan di daerah bilangan gelombang
3). 400-4000 cm-1.
Spektrum IR dapat memberikan
H 3C keterangan tentang molekul. Untuk
R memperoleh informasi struktur dari
+
N
Cl- spektra IR maka informasi mengenai
CH3 frekuensi atau bilangan gelombang
gugus tertentu sangatlah penting.
Gambar 3. Struktur molekul surfaktan
BKC

Modifikasi Kaolin dengan Surfaktan… (Nelly Wahyuni)


4

Frekuensi vibrasi dari ikatan dapat m1, m2 = massa dari atom


dihitung berdasarkan hukum Hooke Ciri khas kaolin yang muncul pada
dengan persamaan (Sastrohamidjojo, daerah frekuensi gugus fungsional dan
1992): daerah sidik jari seperti tampak pada
v =1/2 π c √k(m1+m2)/( m1. m2) Tabel 1, sedangkan tabel 2 adalah
dimana, v = frekuensi daerah spektra IR untuk gugus organik
c = kecepatan cahaya (3 x 10-10 (Tan, 1995; Wongwiwattana, 2002;
cm/detik) Wahyuni, dkk., 2004; Kumar et al.,
k = tetapan gaya untuk ikatan 2007):

Tabel 1. Daerah gugus-gugus fungsional dan daerah sidik jari kaolin

Bilangan gelombang (cm-1) Vibrasi


3634-3620, 3800-3600 O-H rentangan, OH oktahedral
3435-3433 H- O-H hidrogen molekul air
1635-1629 H- O-H deformasi
1100-1005, 1020 Si-O , Al-O regangan
916-915, 888-842 O-H deformasi yang terikat kation
778-754, 696, 755 Si-O deformasi
694-671 Si-O-Si tekuk
537, 523-520, Si-O-Al tekuk oktahedral
420–500, 429 Si-O-Al ulur

Tabel 2. Daerah vibrasi gugus-gugus organik

Bilangan gelombang (cm-1) Vibrasi


3000-2850, 2926, 2853 C-H alkana rentangan
1450-1375 -CH3 (bengkokan)
1465 -CH2- (bengkokan)
3159-3050 aromatik rentangan
900-690 aromatik keluar bidang
1680-1600 C=C alkena
1600-1475, 1500-1450 C=C aromatik
1300-1000 C-O rentangan

METODOLOGI (C6H13N(CH3)2C13H27Cl) teknis. Lempung


Bahan dan Peralatan kaolin diambil dari Desa Capkala
Kabupaten Bengkayang Provinsii
Bahan-bahan yang digunakan
Kalimantan Barat.
adalah natrium hidroksida (NaOH) p.a,
kalium kromat (K2Cr2O4), perak nitrat Alat-alat utama yang digunakan
(AgNO3) dan surfaktan BKC dalam melakukan penelitian ini adalah

Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 1 - 14


5

ayakan 120 mesh dan bervariasi 0 (tanpa surfaktan) 2,5 x 10-2,


spektrofotometer inframerah Shimadzu 1 x 10-2, 5 x 10-3 dan 2,5 x 10-3 M (KKM
FTIR-8201 PC. 5 x 10-3 M) untuk 10 gram kaolin
preparasi dan 50 ml surfaktan.
Preparasi kaolin modifikasi
Campuran diaduk menggunakan shaker

Pembuatan kaolin preparasi selama 8 jam dengan kecepatan 150

modifikasi diawali dengan memanaskan rpm. Setelah itu, endapan disaring dan

kaolin pada temperatur 600oC selama 4 dicuci dengan akuabides dan

jam dalam tanur. Setelah dingin, dikeringkan di udara selama 6 jam.

dilakukan peleburan terhadap kaolin Padatan dipanaskan 150oC, 250oC dan

hasil kalsinasi dengan padatan NaOH 350oC, kemudian dikarakterisasi.

dengan perbandingan 1 : 1 (jumlah Al Konsentrasi surfaktan terbaik yang

dalam kaolin : NaOH) pada temperatur terikat pada kaolin, ditentukan dengan uji

400oC selama 1 jam. Hasil peleburan Cl- menggunakan metode titrasi

kemudian dilarutkan dalam akuades (10 argentometri.

g kaolin/100mL air), setelah diaduk


Uji adsorpsi kaolin termodifikasi
kemudian diperam selama 24 jam. Hasil terhadap Cl-
pemeraman direaksikan secara
Sebanyak 0,2 gram kaolin hasil
hidrotermal dalam alat refluks pada 90oC
modifikasi untuk variasi konsentrasi
selama 9 jam. Hasil reaksi hidrotermal
surfaktan dan temperatur aktivasi
kemudian dicuci dengan akuades
dimasukkan dalam erlenmeyer yang
sampai netral dan dikeringkan dalam
berisi masing-masing 25 mL larutan Cl-,
o
oven pada suhu 120 C selama 2 jam.
kemudian diaduk dengan rotary shaker
Padatan yang diperoleh kemudian
kecepatan 100 rpm selama 8 jam.
dikarakterisasi dengan spektrosfotometer
Selanjutnya, suspensi analit yang telah
IR.
diinteraksikan dengan adsorben
dipisahkan dengan cara disaring.
Modifikasi kaolin dengan surfaktan
Larutan yang terpisah (supernatan)
-
Modifikasi dilakukan mengikuti ditentukan kadar Cl menggunakan
metode Li and Bowman (1997) dan metode titrasi argentometri. Penentuan
Sullivan et al. (1997) : kaolin preparasi kadar Cl- mengacu pada SNI (2004)
dicuci dengan akuades pH 10 kemudian sebagai berikut: dibuat larutan baku
dicampurkan dengan larutan surfaktan perak nitrat (AgNO3) dengan NaCl 0,1 N
dengan perbandingan 1 : 5 (padatan : kemudian dilanjutkan dengan penentuan
cairan). Konsentrasi surfaktan dibuat kadar Cl- dengan cara dipipet 20 mL

Modifikasi Kaolin dengan Surfaktan… (Nelly Wahyuni)


6

supernatan, kemudian ditambahkan 3 dimana:


tetes larutan indikator K2CrO4 5 %, A adalah volum larutan baku AgNO3
setelah itu dititrasi dengan larutan baku untuk titrasi contoh uji (mL)
AgNO3 sampai titik akhir titrasi dengan B adalah volum larutan baku AgNO3
terbentuknya endapan berwarna merah untuk titrasi blanko (mL)
kecoklatan dari Ag2CrO4 dan dicatat N adalah normalitas larutan baku AgNO3
volum AgNO3 yang digunakan, dilakukan (mgrek/mL)
titrasi blanko dengan cara yang sama. V adalah volum contoh uji (mL)
-
Kadar Cl dihitung menggunakan rumus:
Kadar Cl- mg/L = (A – B) x N x 35,450 HASIL DAN PEMBAHASAN
V Spektra IR kaolin, kaolin hasil
preparasi dan kaolin termodifikasi
surfaktan diperlihatkan oleh Gambar 4.

Gambar 4. Spektrum IR kaolin alam (A) kaolin preparasi (B) dan kaolin termodifikasi
surfaktan (C)

Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 1 - 14


7

Perubahan pada struktur oktahedral Penurunan intensitas puncak


kaolin dibuktikan pada hilangnya puncak merefleksikan bahwa gugus yang
di daerah vibrasi O-Al-OH dan Al-OH menghasilkan vibrasi regang Si-O simetri
oktahedral yaitu di bilangan gelombang kaolin alam semakin berkurang.
1110,9 dan 910,3 cm-1 dan
Pengaruh konsentrasi surfaktan
meningkatnya luasan puncak spektrum
terhadap jumlah surfaktan di kaolin
pada bilangan gelombang 1033,8 cm-1. termodifikasi
Berdasarkan Gambar 4.B puncak pada Modifikasi surfaktan bertujuan untuk
-1
bilangan gelombang 1033,8 cm dengan mengikatkan surfaktan pada kaolin yaitu
intensitas kuat dan tajam pada permukaannya yang bersifat
mengindikasikan munculnya TO4 hidrofobik dan mengemban kation Na
(disebut vibrasi internal) atau vibrasi yang aktif pada strukturnya. Adsorpsi
regangan asimetris Si-O dan Al-O di surfaktan pada permukaan kaolin
dalam tetrahedral (Sutarno, dkk., 2003). melibatkan interaksi molekul dengan
Hal ini didukung dengan hilangnya permukaan dan antar molekul. Interaksi
puncak pada bilangan gelombang 547,7 ini mempengaruhi agregat surfaktan
cm-1 yang merupakan daerah vibrasi Al yang terbentuk. Agregat surfaktan yang
oktahedral dan 432,0 cm-1 untuk tekuk terbentuk pada permukaan kaolin
O-Al-O dan memberikan serapan tunggal ditentukan oleh konsentrasi surfaktan
-1
pada bilangan gelombang 478,3 cm . yang masuk. Semakin besar konsentrasi
Serapan 478,3 cm-1 dengan intensitas surfaktan, interaksi antar molekul-
lebih tajam dan kuat diduga berasal dari molekul semakin besar sehingga agregat
vibrasi lentur T-O. Hal ini mirip dengan yang terbentuk meningkat dari
hasil yang ditemukan oleh Kumar et al. monolayer menjadi bilayer dan jumlah
(2007) gugus yang kuat pada 420–500 yang terikat lebih banyak. Agregat yang
cm–1 menandakan T-O lentur. terbentuk berperan dalam menentukan
Sedangkan puncak di bilangan sifat permukaan kaolin yang diikat.
gelombang 694,3 cm-1 (Gambar 4.A) Surfaktan yang membentuk agregat
merupakan daerah vibrasi regang Si-O bilayer akan mengadsorpsi anion lebih
simetri (Wongwiwattana, 2002) banyak (Kumar at al., 2007).
mengalami penurunan (Gambar 4.B).

Modifikasi Kaolin dengan Surfaktan… (Nelly Wahyuni)


8

Berdasarkan spektra IR (gambar 5) mendukung penjelasan sebelumnya


terlihat bahwa konsentrasi surfaktan bahwa konsentrasi mempengaruhi
tidak mempengaruhi keberadaan agregat surfaktan yang terbentuk dan
surfaktan yang terikat melainkan jumlah yang terikat. Menurut Sullivan et
cenderung lebih berpengaruh pada al. (1997) surfaktan dengan konsentrasi
agregat yang terbentuk dan jumlah yang di bawah KKM agregat surfaktan
terikat (Faghihian et al., 2003) yang berbentuk agregat monolayer.
dilihat dari intensitasnya. Fakta ini

Gambar 5 Spektra IR kaolin termodifikasi pada temperatur 250oC dengan variasi konsentrasi (A)
2,5 x 10-3 M (B) 5 x 10-3 M (C) 1 x 10-2 M (D) 2,5 x 10-2 M.

Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 1 - 14


9

o
Hal ini dibuktikan pada Gambar 5A, Pada pemanasan temperatur 150 C
-3
diperkirakan pada konsentrasi 2,5 x 10 muncul dua puncak pada bilangan
M surfaktan yang terikat berupa gelombang 2923,9 cm-1 dan 2854,5 cm-1
monolayer yang tertata rapi dan seperti pada Gambar 6.A. Kedua puncak
menggantikan Na+. Puncak pada ini merupakan daerah vibrasi yang
-1
bilangan 2923,9 cm ini diperkirakan dimiliki oleh surfaktan BKC. Puncak
berasal dari surfaktan yang terikat dalam 2923,9 cm-1 merupakan daerah vibrasi
struktur kaolin melalui pertukaran ion ulur C-H simetri seperti yang telah
+
dengan Na . Konsentrasi yang rendah dijelaskan sebelumnya. Sedangkan
+ -1
mengakibatkan jumlah Na tertukar juga puncak 2854,5 cm merupakan daerah
rendah. Intensitas puncak di bilangan vibrasi ulur C-H asimetri (Wahyuni, dkk.,
-1
gelombang 2923,9 cm lebih rendah 2004). Keberadaan kedua puncak ini
-
dibandingkan dengan konsentrasi 1 x 10 mengindikasikan surfaktan yang terikat
2
M dan 2,5 x 10-2 M. Intensitas puncak lebih banyak dibandingkan dengan
-1
di bilangan gelombang 2923,9 cm pada pemanasan pada temperatur 250oC
konsentrasi 1 x 10-2 M lebih besar seperti pada Gambar 6.B. Diasumsikan
-2
dibandingkan dengan 2,5 x 10 M, pada temperatur 250 oC surfaktan yang
karena pada konsentrasi 1 x 10-2 M ini terikat lebih stabil dibandingkan dengan
o o
surfaktan yang berbentuk agregat bilayer 250 C dan 350 C. Hal ini terlihat
o
jumlahnya kecil sehingga diperkirakan pemanasan pada temperatur 250 C
jumlah agregat dengan struktur bilayer jumlah surfaktan yang terikat menjadi
+
yang terikat menggantikan Na masih berkurang yang diindikasikan dengan
sedikit. hilangnya puncak serapan pada bilangan
gelombang 2854,5 cm-1.
Pengaruh pemanasan terhadap
Berbeda halnya dengan yang terjadi
stabilitas kaolin termodifikasi
o
pada pemanasan temperatur 350 C
Kestabilan surfaktan terhadap termal
surfaktan BKC lepas atau menguap.
perlu ditentukan untuk mengetahui
Lepasnya surfaktan dari kaolin dapat
temperatur yang tepat bagi surfaktan
dilihat dengan hilangnya dua puncak
untuk terikat kuat pada kaolin. Oleh
pada bilangan gelombang 2923,9 cm-1
karena itu pada penelitian ini dikaji
dan 2854,5 cm-1 seperti terlihat pada
pengaruh temperatur terhadap jumlah
Gambar 4.C. Hal ini sesuai dengan
surfaktan yang terikat pada kaolin pada
dugaan bahwa surfaktan BKC
konsentrasi terbaik. Hasil kaolin
merupakan molekul organik yang
termodifikasi surfaktan oleh pengaruh
memiliki stabilitas termal yang rendah.
temperatur disajikan dalam Gambar 6.
Dugaan ini juga telah dibuktikan oleh

Modifikasi Kaolin dengan Surfaktan… (Nelly Wahyuni)


10

o
Wahyuni (2005) pada suhu 400 C lempung modifikasi.
surfaktan BKC lepas atau menguap dari

Gambar 6 Spektra IR kaolin termodifikasi pada konsentrasi 2,5 x 10-2 M dengan


variasi temperatur: (A) 150oC (B) 250oC (C) 350 oC

Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 1 - 14


11

Adsorpsi Ion Klorida oleh Kaolin daripada kaolin meskipun tidak


Termodifikasi Surfaktan BKC
signifikan, karena struktur kaolin
Sebagai polimer anorganik, kaolin
preparasii mengemban Na+ aktif.
dan kaolin preparasi juga dapat
+
Diasumsikan Na yang berada di
mengadsorpsi Cl- seperti Gambar 7. Hal
permukaan mengikat Cl-. Modifikasi
ini karena adanya adsorpsi fisik oleh
kaolin dengan surfaktan BKC berdampak
kaolin yang terjadi pada permukaan yang
pada kenaikan persentase adsorpsi dari
tidak bermuatan negatif. Terlihat kaolin
1,1% menjadi 23,33%.
preparasi mengadsorpsi Cl- lebih tinggi

40

35
persentase Cl- teradsorpsi (%)

30

25

20

15

10

0
Kaolin kaolin KA KB KC KD
preparasi adsorben

Gambar 7. Adsorpsi Cl- pada kaolin termodifikasi pada variasi suhu aktivasi
( ) 150oC, ( ) 250oC, ( ) 350oC

Keterangan :
kaolin termodifikasi surfaktan 2,5 x 10-3 M K C : kaolin termodifikasi surfaktan 1 x 10-2 M
KA:
-3 -2
KB: kaolin termodifikasi surfaktan 5 x 10 M K D : kaolin termodifikasi surfaktan 2,5 x 10 M

Peningkatan Cl- yang terserap elektrostatik melalui pertukaran ion.


memperlihatkan perbedaan karakter dan Karakter dan jumlah surfaktan yang
jumlah surfaktan yang terikat pada terikat pada kaolin ditentukan oleh
kaolin. Sebagai senyawa aluminosilikat konsentrasi surfaktan (Wahyuni, 2005).
yang bersifat hidrofobik, kaolin memiliki Menurut Sullivan et al. (1997)
kemampuan mengikat ekor surfaktan dibawah KKM adsorpsi dilakukan oleh
yang bersifat hidrofobik sesuai konsep monomer surfaktan dalam bentuk
like dissolve likes. Ada dua mekanisme monolayer dan meningkat menjadi
ikatan yang terjadi yaitu ikatan molekuler bilayer bergantung pada konsentrasi
oleh sifat hidrofobik dan ikatan surfaktan. Adsorpsi Cl- oleh kaolin

Modifikasi Kaolin dengan Surfaktan… (Nelly Wahyuni)


12

dengan konsentrasi surfaktan dibawah 250oC diperkirakan yang berperan dalam


KKM 2,5 x 10-3 M memperlihatkan mengadsorpsi Cl- adalah pori.
peningkatan seiring dengan peningkatan Konsentrasi surfaktan diatas KKM 1 x
-2
temperatur aktivasi. Pada temperatur 10 M menunjukkan adsorpsi yang tinggi
150oC mengindikasikan adsorpsi pada temperatur 150oC dan 350oC dan
dilakukan oleh agregat surfaktan yang menurun pada temperatur 250oC.
berbentuk monolayer pada permukaan Fenomena ini memberikan informasi
o
kaolin. Pada temperatur 250 C bahwa pada konsentrasi ini sudah terjadi
diasumsikan adsorpsi dilakukan oleh penyusunan surfaktan yang berbentuk
+
surfaktan yang tertukar dengan Na agregat bilayer. Menurut Carr and
dalam struktur dan oleh pori akibat Shantz (2005) peningkatan konsentrasi
-
pemanasan karena Cl ukurannya kecil surfaktan menyebabkan pembentukan
yaitu sekitar 1,81 Å (Wardhani, dkk., bilayer atau pemisahan surfaktan. Pada
2004). Pemanasan 250oC konsentrasi ini bilayer yang terbentuk
mengakibatkan surfaktan yang berikatan belum stabil dan tertata dengan baik,
molekuler cenderung lepas, karena sehingga ketika pemanasan ditingkatkan
ikatan molekuler merupakan ikatan kimia pada 250oC surfaktan yang membentuk
yang lemah. Sedangkan pada bilayer cenderung ada yang lepas
o
temperatur 350 C, yang terjadi adalah bersama surfaktan yang terikat secara
adsorpsi pori secara keseluruhan. Hal ini molekuler. Surfaktan yang lepas
mengacu pada teori yang di nyatakan sebagian meninggalkan bentuk
oleh Sutarno, dkk., (2003) bahwa monolayer dengan ekor di luar sehingga
surfaktan berfungsi sebagai cetakan tidak dapat menyerap Cl- yang
dalam sintesis bahan anorganik berpori menyebabkan terjadinya penurunan
-
dengan metode kalsinasi. persentase adsorpsi Cl . Ketika
-3
Pada KKM 5 x 10 M, adsorpsi juga pemanasan ditingkatkan pada
mengalami peningkatan. Pada temperatur 350oC surfaktan sisa yang
temperatur 350oC persentase Cl- yang berbentuk monolayer lepas dan
teradsorpsi menurun, fenomena ini menghasilkan pori, sehingga yang
diperkirakan pada temperatur ini struktur berperan dalam adsorpsi adalah pori dan
kaolin sudah rusak karena mulai dari surfaktan bilayer yang tertukar dengan
o
pemanasan pada temperatur 250 C telah Na+ yang masih terikat dalam struktur
menunjukkan surfaktan yang tertukar karena ikatannya kuat.
+
dengan Na lepas karena ketidakstabilan Kaolin termodifikasi surfaktan dengan
ikatannya, seperti yang telah dijelaskan konsentrasi 2,5 x 10-2 M pada suhu
sebelumnya. Sehingga pada temperatur 250oC dipilih sebagai hasil modifikasi

Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 1 - 14


13

yang terbaik yang digunakan untuk menjadi 21x lipat dibandingkan kaolin
analisis. Pada konsentrasi ini alam.
mengindikasikan surfaktan yang terikat
pada kaolin membentuk agregat bilayer DAFTAR PUSTAKA
yang stabil dan tertata dengan jumlah Anonima, 2008,
http://en.wikipedia.org/wiki/Kaolin (13
yang banyak. Fenomena ini diperkuat
Juni 2008)
oleh Li (2007) yang menyatakan bahwa
Bajda, T., and Klapyta, Z., 2006,
pada konsentrasi diatas KKM serapan
Sorption of Chromate by Clinoptilolite
ion bromida oleh surfaktan kationik Modified with Alkylammoniumn
Surfactants, Mineralogia Polandia,
maksimum yang mengindikasikan
Vol.37, No.2.
adsorpsi dilakukan oleh surfaktan
Faghihian, H., Malekpour, A., and
berbentuk bilayer pada permukaan
Maragheh, M.G., 2003, Modification of
zeolit. Sedangkan temperatur 250oC Clinoptilolite by Surfactants for
Molybdate (99Mo) Adsorption from
yang dipilih, karena pada temperatur ini
Aqueous Solutions, J. of. Scien. 14(3):
surfaktan lebih stabil secara termal 239-245.
dibandingkan 150oC dan 350oC (Rayalu
Jean and Louis, 1994, Interfacial
et al., 2006). Menurut Saputra (2005) Phenomena in Dispersed Systems,
Laboratory of Formulation, Interfaces
aktivasi kaolin dapat dilakukan dengan
Rheology and Processes, Merida-
cara pemanasan dengan suhu tetap Venezuela
230oC. Pada temperatur 350oC
Li and Bowman, 1997, Chromate
dikhawatirkan surfaktan yang terikat Extraction from Surfactant-Modified
Zeolite Surfaces, J. Envir. Qual., 27: 1.
sudah mulai lepas sehingga yang
berperan dalam adsorpsi adalah pori. Li, 2007, Removal of Cationic
Surfactants from water using clinoptilolite
zeolite, Elsevier, Department of
KESIMPULAN Geosciences, University of Wisconsin,
Parkside, Kenosha, USA.
Berdasarkan hasil kajian menggunakan
spektrofotometer infra merah dapat Muhdarina dan Linggawati, A., 2003,
Pilarisasi Kaolinit Alam untuk
disimpulkan bahwa konsentrasi surfaktan
Meningkatkan Kapasitas Tukar Kation, J.
berpengaruh terhadap karakter dan Nat. Ind., 6: 20-23.
jumlah surfaktan yang terikat pada kaolin
Rayalu, Udhoji, Meshram, Naidu and
yang akhirnya berpengaruh terhadap Devotta, 2005, Estimation of Crystallinity
in Flyash-Based Zeolite-A Using XRD
persentase adsorpsi Cl-. Kaolin
and IR Spectroscopy, J. Curr. Scien.,
modifikasi dengan surfaktan BKC pada 89(12).
konsentrasi 2,5 x 10-2 M dengan
Saputra, R., 2005, Pemanfaatan Zeolit
o
temperatur aktivasi 250 C dapat Sintesis sebagai Alternatif Pengolahan
Limbah Industri, J.Chem.
meningkatkan persentase adsorpsi Cl-

Modifikasi Kaolin dengan Surfaktan… (Nelly Wahyuni)


14

Sastrohamidjojo, H., 1992, Spektroskopi Wardhani, S., Setianingsih, T., dan


Inframerah, Liberty, Jogjakarta. Nirwana, F.T., 2004, Studi Pengaruh
Konsentrasi pada Zeolit Alam Turen
Standar Nasional Indonesia, 2004, Cara Terhadap Kemampuan Mengadsorpsi
Uji Klorida (Cl-) dengan Metode Anion, Di dalam: Rekayasa Material
Argentometri (Mohr), Dewan Anorganik untuk Kemandirian Bangsa;
Standarisasi Nasional. Prossiding Seminar Nasional Kimia XIV,
Yogyakarta, 6-7 Sep 2004, Yogyakarta.
Sullivan, Hunter and Bowman, 1997,
Topological and Thermal Properties of Wijaya, K., Tahir, I.,dan Baikuni, A.,
Surfactant-Modified Clinoptilolite Studied 2002, Sintesis Lempung Terpilar Cr2O3
by Tapping-Mode-Atomic Force dan Pemanfaatannya Sebagai Inang
Microscopy and High-Resolution Senyawa p-nitroanilin,
Thermogravimetric Analysis, clays and Indon.J.Chem.,Vol. 2 (1):11-19.
clay min., 45(1):42-53, Aiken, South
Carolina. Wongwiwattana, J., 2002, Synthesis and
Kinetic Study of Zeolite Na-A from Thai
Sutarno, Arryanto,Y., dan Wigati,S., Kaolin, Submitted in Partial Fulfillment of
2003, Pengaruh Rasio Mol Si/Al Larutan the Requirements for the Degree of
Prekursor pada Karakter Struktur MCM- Master of Science in Chemistry
41 dari Abu Layang, Indo.J.of Chem., Suranaree University of Technology,
3(2):126-134. (Thesis).

Tan, K. H., 1995, Dasar-Dasar Kimia


Tanah, Goenadi, D. H. (alih bahasa),
Radjagukguk, B. (ed), Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Vujakovic, A., Dakovic, A., Lemic, J.,


Mihajlovic, A., and Canovic, M.T., 2003,
Adsorption of Inorganic Anionic
Contaminants on Surfactant, Modified
Minerals, Institute for the Technology of
Nuclear and Other Mineral
RawMaterials, Belgrade, Serbia and
Montenegro, J.Serb.Chem.Soc.,
68(11):833–841.

Wahyuni, N., Arryanto,Y., dan Kartini, A.,


2004, Modifikasi Lempung Alam dengan
Pemilar Besi Oksida dan Surfaktan
Benzalkonium Klorida : Sintesis dan
Karakterisasi dengan Spektrofotometer
Inframerah (FTIR), Prossiding Seminar
Nasional Kimia X, Jurusan Kimia FMIPA,
UGM, Yogyakarta.
Wahyuni, N.,2005, Modifikasi Lempung
Alam dengan Pemilar Besi Oksida dan
Surfaktan Benzalkonium Klorida serta
Aplikasinya sebagai Adsorben Pengotor
minyak Daun Cengkeh, Program Pasca
Sarjana UGM, Yogyakarta, (Tesis).

Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 1 - 14

View publication stats

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy