Dosen Fakultas Ushuluddin, Adab Dan Dakwah IAIN Bukittinggi: Kori Lilie Muslim

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 1, No.

1, Januari- Juni 2017

Kori Lilie Muslim


Dosen Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Bukittinggi
liliemuslimkori@gmail.com

Diterima: 04 April 2017 Direvisi :03 Mei 2017 Diterbitkan:15 Juni 2017

Abstract

This paper aims to analyze the influence of Islamic values in Indonesia in the form of culture and local
wisdom of the Minangkabau people. We will discover the extraordinary fact that Minangkabau local culture
and wisdom has a very high Islamic value. Culture is something very important in society, because culture is
identity. Culture makes a society different from another society. In society, culture has its own value, just like
the Arabic culture and Indonesian culture. The different from Arabic culture and Indonesian culture is
influenced by desert. The arabic live in difficult way whereas the Indonesian live in prosperous area. The
prosperous area. will create an extraordinary culture. Besides, the local wisdom in Indonesia is influenced by
the sharia value. That is because of Islam has become the majority that affects everyone in Indonesia, espe
cially Minangkabau people. The presence of Islam in Malay brought new concepts and values that replace the
mystical values toward rational thinking. Islam also capable in solving unresolved problems in previous
Malay beliefs. The deep influence makes Malay culture identicl with Islam. This is due to the proverb
mention “ "syarak mengata adat memakai", which implies that custom is an operational of Islamic values.
In addition, Malay culture are sourced from Islam and there is nothing opposite to Islam, if there is a conflict
among the custom, the custum must succumb. This is expressed in “tradition be upon the religion, the religion
be upon the Qur’an”

Keyword: Islamic value, culture, local wisdom

Abstrak

Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh nilai Islam di Indonesia
dalam Budaya dan kearifan lokal orang Minangkabau. Kita akan menemukan fakta yang luar
biasa, bahwa budaya dan kearifan lokal Minangkabau memiliki nilai Islam yang sangat tinggi.
Berbicara tentang budaya, budaya adalah Sesuatu yang sangat penting dalam masyarakat,
karena budaya adalah identitas. Budaya membuat suatu masyarakat berbeda dengan
masyarakat lainnya. Dalam masyarakat, budaya memiliki nilai, tapi itu berbeda disetiap
masyarakat. Kalau kita bandingkan dengan budaya Arab, penyebab budaya Indonesia
berbeda dengan budaya Arab adalah budaya Arab dipengaruhi oleh padang pasir, jadi mereka
hidup dalam kehidupan yang sulit sedangkan kehidupan orang Indonesia, mereka hidup pada
daerah subur. Kawasan subur akan menciptakan budaya yang luar biasa. Kearifan lokal dalam
masyarakat bisa dipengaruhi oleh Agama. Di Indonesia, kearifan lokal dipengaruhi oleh nilai
syariah. Itu terjadi, karena Islam telah menjadi mayoritas yang mempengaruhi setiap orang di
Indonesia, masyarakat Minangkabau khususnya. Kehadiran Islam di dunia Melayu membawa
konsep-konsep dan nilai-nilai baru yang menggeser nilai-nilai yang berbau mistis ke arah
pemikiran yang rasional. Islam juga mampu memecahkan persoalan-persoalan yang tak
terpecahkan dalam keyakinan orang Melayu sebelumnya. Begitu dalamnya pengaruh Islam
dalam kebudayaan Melayu sehingga banyak kalangan mengatakan bahwa Melayu identik
dengan Islam. Hal ini disebabkan karena adanya pepatah adat yang menyebutkan “syarak
mengata adat memakai”, yang mengandung arti bahwa adat merupakan operasional dari nilai-
nilai Islam. Di samping itu adat dalam kebudayaan Melayu bersumber dari Islam dan tidak
boleh ada pertentangan adat dengan Islam, jika terdapat pertentangan maka adatlah yang

Kori Lilie Muslim 48 Nilai-nilai Islam Dalam Budaya...........


FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 1, No. 1, Januari- Juni 2017

mengalah. Hal ini diungkapkan dalam pepatah adat “adat bersendi syarak, syarak bersendi
kitabullah”.

Kata kunci: Nilai Islam, Budaya, Kearifan Lokal

A. PENDAHULUAN teknologi, pendidikan, organisasi sosial, dan


Kearifan lokal (local wisdom) telah kesenian. Kearifan lokal bermula dari ide
membentuk nilai-nilai sosial yang menjadi atau gagasan, yang kemudian diaplikasikan
bagian dari kehidupan sehari-hari dalam tahapan praktik, dan penciptaan
masyarakat Indonesia. Misalnya, gotong material kebudayaan. Ia akan terus
royong, kekeluargaan, musyawarah untuk berkembang sesuai dengan perkembangan
mufakat, dan tepa selira (toleransi). zaman, intensitas pergaulan sosial, dan
Hadirnya kearifan lokal ini tak bisa enkulturasi sosiobudaya.
dilepaskan dari nilai-nilai religi yang dianut Berbicara mengenai budaya dan
masyarakat Indonesia sehingga nilai-nilai kearifan lokal kita pahami terlebih dahulu
kearifan lokal ini makin melekat pada diri bahwa budaya dan kearifan lokal adalah
mereka. Tak mengherankan, nilai-nilai gagasan-gagasan setempat yang bersifat
kearifan lokal ini dijalankan tak semata- bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik,
mata untuk menjaga keharmonisan yang tertanam dan diikuti oleh
hubungan antar manusia, tetapi juga anggota masyarakatnya. Dalam kearifan
menjadi bentuk pengabdian manusia lokal terkandung pula kearifan budaya lokal
kepada Sang Pencipta. Kearifan dapat juga yaitu pengetahuan lokal yang sudah
dikatakan sebagai kebijaksanaan yang sedemikian menyatu dengan sistem
didambakan umat manusia di dunia ini. kepercayaan, norma, dan budaya serta
Kearifan dimulai dari gagasan-gagasan diekspressikan dalam tradisi dan mitos yang
suatu individu yang kemudian bertemu dianut dalam jangka waktu yang lama.
dengan gagasan individu lainnya, seterusnya Jadi dapat diketahui unsur yang
berupa gagasan kolektif. membentuk budaya dan kearifan lokal
Kearifan lokal ini biasanya dicipta terdiri dari: manusia, gagasan yang bernilai
dan dipraktikkan untuk kebaikan komunitas baik, kebenaran yang telah mentradisi dan
yang menggunakannya. Ada kalanya diakui oleh masyarakat. Dengan
kearifan lokal itu hanya diketahui dan menggunakan empat unsur tersebut dalam
diamalkan oleh beberapa orang dalam memahaminya, dapat dipahami bahwa
jumlah yang kecil, misalnya desa. Namun dalam budaya dan kearifan lokal nilai agama
ada pula kearifan lokal yang digunakan oleh tidak terpisahkan. Gagasan yang bernilai
sekelompok besar masyarakat, misalnya baik kemudian menjadi kebenaran yang
kearifan lokal etnik. Kearifan lokal ini juga mentradisi dan diakui oleh masyarakat
tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan merupakan prinsip dasar dari semua agama,
masyarakat yang mendukungnya. Kearifan wabil khusus agama Islam. Manusia adalah
lokal di peringkat etnik juga bisa pelaku dan pencipta budaya dan kearifan
bermacam-macam bidang. Misalnya untuk karena hakikat dari manusia itu sendiri
merespons alam sekitar manusia. dalam pandangan al-Qur`an atau al-Kitab
Kearifan lokal, biasanya mencakup terbangun dari jasad dan ruh.
semua unsur kebudayaan manusia, yang Manusia tanpa ruh hanyalah
mencakup: sistem religi, bahasa, ekonomi, jasmaniah yang tak bernyawa.

Kori Lilie Muslim 49 Nilai-nilai Islam Dalam Budaya...........


FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 1, No. 1, Januari- Juni 2017

Manusia akal budinya disinari oleh sinar ruh B. TINJAUAN UMUM TENTANG
melahirkan budaya dan kearifan luhur dan KEARIFAN LOKAL
menjadi penuntun masyarakatnya. Budaya 1. Pengertian kearifan lokal
dan kearifan yang dilahirkan dalam Secara etimologi, kearifan lokal (local
masyarakat lokal tertentu menjadi warisan wisdom) terdiri dari kata: kearifan (wisdom) dan
secara turun temurun dan menjadi budaya lokal (local). Dalam Kamus Inggris-Indonesia
dan kearifan lokal atau local wisdom. Budaya Purwono Sastro Amijoyo dan Robert K.
kearifan lokal meskipun berlaku sebelum Cunningham, local berarti setempat1, sedangkan
hadirnya agama di masyarakat lokal wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan2.
setempat, akan tetapi kearifan lokal sarat Dalam kearifan local terkandung pula
dengan nilai-nilai agama, karena beberapa kearifan budaya lokal. Secara umum makna
faktor. local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami
Adapun faktor pertama yaitu dari sebagai gagasan setempat (local) yang bersifat
segi asal-usulnya, budaya kearifan lokal bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang
merupakan proses cipta rasa manusia yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakat.
berpusat dari hati nurani yang jujur, ikhlas, Bisa dikatakan kearifan lokal (local wisdom)
amanah dan cerdas yang memancar di akal adalah kebenaran yang telah mentradisi dalam
pikiran manusia, dan dilaksanakan dengan suatu daerah. Kearifan lokal merupakan
tindakan dan perbuatan. Kedua segi perpaduan antara nilai-nilai suci firman Tuhan
kehadirannya, budaya dan kearifan lokal dan berbagai nilai yang ada.
menjadi budaya kearifan lokal karena telah Kearifan lokal terbentuk sebagai
teruji dan melalui proses seleksi dari keunggulan budaya masyarakat setempat
penilaian anggota-anggota masyarakat yang maupun kondisi geografis dalam arti luas.
mendambakan hal yang sama. Ketiga, dari Kearifan maupun produk budaya masa lalu
segi kegunaannya, kearifan lokal terbukti yang patut secara terus-menerus dijadikan
menjadi barometer dari tindakan dan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi
perbuatan masyarakat lokal bersangkutan. nilai yang terkandung di dalamnya dianggap
Tindakan yang bernilai budi luhur dan yang sangat universal.
diakui secara bersama. Pada bagian lain, secara
Dari penjelasan tersebut dapatlah konsepsual, kearifan lokal dan keunggulan
diketahui titik temu antara nilai agama lokal merupakan kebijaksanaan manusia
dengan budaya dan kearifan lokal. yang bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika,
Menurut pandangan Ali Syahbana cara-cara dan perilaku yang melembaga
mengatakan bahwa sebenarnya budaya secara tradisional. Kearifan lokal adalah nilai
hanya satu yaitu kebudayaan manusia. yang dianggap baik dan benar sehingga
Tidak ada budaya Timur atau budaya Barat. dapat bertahan dalam waktu yang lama dan
Budaya dan kearifan Barat juga budaya dan bahkan melembaga.Jadi, dapat kita pahami
kearifan kita semua. Budaya Islam adalah bahwa Kearifan lokal merupakan perpaduan
budaya umat manusia. Ada tidaknya nilai antara nilai-nilai suci firman Tuhan dan
Islam dalam sebuah budaya dan peradaban berbagai nilai yang ada. Kearifan lokal
dapat diukur dari sisi kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya
masyarakat setempat, termasuk budaya dan
kearifan lokal masyarakat Minangkabau. 1
Amijoyo, Purwono Sastro.2007. Kamus
Inggris-Indonesia. Semarang: Widya Karya.h, 226
2
Amijoyo, Purwono Sastro.2007. Kamus
Inggris-Indonesia. Semarang: Widya Karya.h, 354.

Kori Lilie Muslim 50 Nilai-nilai Islam Dalam Budaya...........


FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 1, No. 1, Januari- Juni 2017

masyarakat setempat maupun kondisi menghormati tamunya, memiliki solidaritas


geografis dalam arti luas. Kearifan lokal sosial yang tinggi, memiliki tradisi
merupakan produk budaya masa lalu yang “musyawarah” dalam mengambil keputusan,
patut secara terus-menerus dijadikan menjunjung tinggi kejujuran, dan budaya
pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal positif lainnya. Tradisi ini mendapat apresiasi
tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dari Rasulullah dengan penyempurnaan.
dianggap sangat universal. Budaya lokal Arab berupa solidaritas
Bentuk-bentuk kearifan lokal dalam sosial suku disempurnakan dengan solidaritas
masyarakat dapat berupa: nilai, norma, keumatan dan kemanusiaan. Serta kedaan
etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum geografis yan g keri n g d an g ers an g s e rt a
adat, dan aturan-aturan khusus. Oleh keh i dup an y an g mul an y a s uk a
karena bentuknya yang bermacam-macam b erp eran g , h i n g g a akh i rn y a da p at
dan ia hidup dalam aneka budaya h idup damai dan meninggalkan perang.
masyarakat maka fungsinya menjadi Bukan saja dalam aspek kehidupan
bermacam-macam. sosial, dalam aspek ibadah ritual pun yang telah
ada sebelumnya berlanjut sepanjang sebuah
2. Agama Islam dan kearifan lokal budaya ritual itu memiliki nilai pembentukan
Minangkabau akhlak dan akidah islami. Ritual ber-haji atau
Agama Islam yang diemban oleh menunaikan ibadah haji yang telah berlangsung
Nabi Muhammad saw. diperuntukkan bagi di kalangan Arab setiap tahun sebagai warisan
seluruh umat manusia pada umumnya. dari Nabi Ibrahim as. dikekalkan bagi umat
Oleh sebab itu, Islam dikenal sebagai Islam dengan berbagai perubahan dalam
agama yang bersifat universal. Agama Islam pelaksanaannya. Kalau sebelumnya, tawaf
dan budaya serta kearifan lokal mempunyai mengelilingi ka`bah, para jamaah haji
hubungan titik temu yang kuat. Nabi melaksanaannya dengan tidak memakai
Muhammad saw., dalam sejarah pakaian, lalu oleh Rasulullah disyariatkannya
pengembangan nilai-nilai Islam dalam dengan menggunakan pakaian ihram. Segala
dakwahnya, baik di Mekkah maupun di tradisi atau syariat puasa bagi umat-umat
Madinah tidak serta merta meninggalkan terdahulu sebagai upaya membangun
seluruh apalagi menghancurkan budaya karakter “bertakwa” diteruskan oleh Nabi
kearifan lokal yang ada dan berlaku dalam Muhammad SAW.Ketika Nabi Muhammad di
masyarakat sebelumnya. Madinah, beberapa sistem adat sebelum Islam
Saat Nabi Muhammad saw datang dilanjutkan dengan pemberian muatan nilai-
masyarakat Mekkah maupun Madinah nilai Islam yang bersifat kerahmatan. Lembaga
berada dengan berbagai budaya kearifan perang tetap diteruskan dengan muatan
lokalnya masing-masing. Budaya kearifan kemanusiaan.
lokal yang baik diteruskan dan Dalam perang yang dilakukannya,
disempurnakan. Budaya yang tidak sesuai Nabi Muhamad melarang menggangu
lagi dengan kondisi zaman di sesuaikan orang-orang lemah seperti anak-anak,
dengan pemuatan nilai-nilai iman, Islam, perempuan, orang lanjut usia, bahkan para
tauhid dan makrifah yang melahirkan orang-orang yang sedang menjalankan
perilaku akhlak mulia (akhlakul karimah). ibadah agamanya. Tempat-tempat ibadah
Dalam bidang sosial, Nabi dilarang untuk diganggu apalagi
Muhammad dating di Mekkah di tengah diruntuhkan. Musuh yang sudah kalah
masyarakat Arab yang gemar menerima dan

Kori Lilie Muslim 51 Nilai-nilai Islam Dalam Budaya...........


FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 1, No. 1, Januari- Juni 2017

dalam perang, dimaafkan sebelum minta Islam dengan merek “tahun hijriyah”.
maaf. 3 Budaya menulis dan kodifikasi riwayat
Setelah Islam bertemu dengan budaya lisan di atas kertas digunakan oleh Khalifah
dan kearifan lokal di luar Jazirah Arab, Usman bin Affan untuk menulis al-Qur`an
Islam sama sekali tidak membuang sebagai suatu bentuk “bid`ah hasanah” atau
keseluruhan atau mengambil keseluruhan “pembaruan yang baik”.
budaya dankearifan lokal. Islam Penerimaan Islam terhadap budaya
memberikan muatan prinsip-prinsip dan lokal setempat pada masa Bani Umayyah,
nilai-nilai Islam, seperti kejujuran, keadilan,
Penguasa Bani Umayyah mengambil budaya
kemanusiaan, kesamaan, dan
bernegara dengan sistem monarchi heredity yang
disesuaikannya yang tidak sesuai. digunakan oleh kerajaan Romawi sebelumnya
Pengangkatan Abu Bakar, Umar, menggantikan budaya Arab yang menggunakan
Usman, Ali sebagai umara (jamaknya amir sistem kesenioran dalam memilih
yang berarti “pemimpin”) yang dilakukan pemimpinnya. Budaya “kerajaan” dengan
dengan pertimbangan kesenioran dan istananya serta pengawal kerajaannya warisan
personal capability, merupakan sistem budaya Romawi juga dipakai.
budaya dan kearifan lokal dalam sistem Masa Bani Abbas sebagai masa
kesukuan masyarakat Arab. Sedangkan Bani kebanggaan kejayaan sejarah peradaban Islam
Umayyah yang dalam masa
tidak terlepas dari sumbangan budaya dan
pemerintahannya selama sekitar 90 tahun, peradaban masyarakat Yunani, Romawi, atau
mengikuti budaya local RomawiPersia. Bani Abbas meneruskan budaya ilmu
sebelumnya yang menggunakan sistem pengetahuan yang telah ada di Persia
monarchi heredity atau aristokrasi. sebelumnya dan menjadi budaya dan
Demikian pula Dinasti Bani Abbas, peradaban Islam. Semua yang dikemukakan
meraka menggunakan system budaya tersebut merupakan contoh kongkrit bahwa
kerajaan Persia sebelumnya. Dalam konsep Islam lahir dalam wilayah yang tidak hampa
kenegaraan Budaya Persia, raja adalah budaya dan kearifan lokal.
turunan Dewa yang menjelma di bumi. Islam mulai bertemu dengan budaya
Oleh Bani Abbas para raja mereka Arab, kemudian masuk budaya Persia, Turki,
dipandang sebagai ‫( ظﻞﷲ ﻰﻓاﻻضر‬bayang- seterusnya Bar-Bar, India, Cina, dan Melayu di
bayang Tuhan di Bumi), dengan gelar Asia Tenggara, serta Barat. Dalam budaya
ketuhanan lokal yang didatangi Islam itu juga tidak hampa
seperti al-hadibillah atau al-
mutawakkil billah. dari muatan nilai Islam. Karena itu, Islam tidak
Penggunaan lembaga Baital Mal bisa hanya di identikkan dengan budaya Arab,
sebagai tempat penyimpanan uang yang atau sebaliknya. Islam memasuki budaya lokal
merupakan warisan Romawi juga dan menjadikannya sebagai budaya dan
digunakan oleh Umat Islam sejak Khalifah kearifan lokal yang sekaligus menjadi
Umar bin Khattab. Tarikh atau penaggalan kebudayaan Islam, termasuk budaya dan
Arab yang menggunakan perhitungan kearifan Minangkabau.
tahun qamariyyah digunakan oleh Umar dan Dalam membicarakan kebudayaan
dijadikannya sebagai penanggalan umat Islam di Minangkabau terlebih dahulu
dibahas kapan Islam tersebut masuk ke
3
daerah Minangkabau. Islam masuk
Nabi Muhamad melakukannya dalam
Penaklukan Mekah. Orang-orang Quraisy dimaafkan
diperkirakan oleh para sejarawan sudah
setelah mereka kalah. berlangsung mulai pada abad ke 7 M.

Kori Lilie Muslim 52 Nilai-nilai Islam Dalam Budaya...........


FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 1, No. 1, Januari- Juni 2017

Kedatangan ini melalui jalur Timur Sumber lain menyebutkan Pada tahun 100
Sumatera atau Minangkabau Timur yang Hijriyah (718 Masehi) Maharaja Sriwijaya
terhubung dengan selat Malaka. Sementara bernama Sri Indrawarman mengirimkan
melalui jalur pantai barat sejarawan baru sepucuk surat kepada Khalifah Umar bin
memperkirakan pada abad 16/17 M Abdul Aziz dari Kekhalifahan Umayyah,
walaupun dibantah oleh beberapa ahli yang berisi permintaan kepada Khalifah
karena tidak sesuai dengan beberapa fakta untuk mengirimkan ulama yang dapat
yang diungkap oleh temuan penelitian para menjelaskan ajaran dan hukum Islam
sejarawan. kepadanya. Dalam surat itu tertulis:
Teori jalur timur didasarkan
kepada intensifnya jalur perdagangan " Dari Raja sekalian para raja yang juga adalah
melalui sungai-sungai yang mengalir dari keturunan ribuan raja, yang isterinya pun
gugusan bukit barisan ke selat Malaka yang adalah cucu dari ribuan raja, yang kebun
dilayari oleh para pedagang termasuk binatangnya dipenuhi ribuan gajah, yang
pedagang Arab untuk mendapatkan wilayah kekuasaannya terdiri dari dua sungai
komoditi lada dan emas. Intensifnya jalur yang mengairi tanaman lidah buaya, rempah
dagang ini malah dipandang sudah wangi, pala, dan jeruk nipis, yang aroma
berlangsung berabad-abad bahkan sebelum harumnya menyebar hingga 12 mil. Kepada
kelahiran agama Islam. Pelayaran ke selat Raja Arab yang tidak menyembah tuhan-tuhan
Malaka ditempuh melalui lembah Sinamar lain selain Allah. Aku telah mengirimkan
di sekitar Buo dan Sumpur Kudus, kepadamu bingkisan yang tak seberapa sebagai
melintasi Silukah, Durian Gadang menuju tanda persahabatan. Kuharap engkau sudi
sungai Indragiri atau melintasi Padang Sarai mengutus seseorang untuk menjelaskan ajaran
yang terletak di jalur anak sungai Kampar Islam dan segala hukum-hukumnya
Kiri.4 kepadaku.". (Surat Maharaja Sriwijaya, Sri
Perebutan monopoli perdagangan Indrawarman kepada Khalifah Umar bin Abdul
lada antara kekhalifahan Umayyah dan Aziz)7.
Dinasti T’ang mendorong pedagang-
Sumber di atas menggambarkan
pedagang muslim untuk mengambil bahwa hubungan diplomatik Nusantara
langsung komoditi lada dari wilayah dengan Dinasti Umayyah sudah terjalin
Minangkabau Timur.5 Kesimpulan mulai dari abad ke 8 M atau bahkan sudah
masuknya Islam ke Minangkabu pada abad mulai dari abad ke 7 M. Sebagaimana ditulis
ke 7 M ini juga lahir pada seminar Mas’ud Abidin, awal abad ke-7 M atau abad
masuknya Islam ke Minangkabau yang I Hijriah rantau timur Minangkabau telah
diadakan di Padang pada tahun 1969.6
menerima dakwah Islam. Bahkan J.C. Van
Vanleur dalam bukunya Indonesian Trade &
4
Irhash A. Shamad dan Danil M. Chaniago,
Socety (1955) menyatakan bahwa pada
Islam dan Praksis Kultural Masyarakat Minangkabau,
(Jakarta: Tintamas, 2007),
5
Mansoer, dkk., Sejarah Minangkabau,
(Jakarta: Bhratara, 1970), h. 44-45
6
Seminar diselenggarakan atas kerjasama
Center for Minangkabau Studies, LKAAM dan Zuber Usman, Muhammad Rajab, MD. Mansoer, dll.
BKPUI di IAIN Imam Bonjol Padang yang dihadiri Lihat Irhash A. Shamad , op cit., h. 26
7
oleh 268 peserta. Peserta yang hadir di antaranya Azyumardi Azra, Islam in the Indonesian
Hamka, Zakiyah Darajat, Mukti Ali, Sidi Gazalba, world: an account of institutional formation. Mizan
Ibrahim Buchari, Amura, M.O Parlindungan, Alfian, Pustaka. 2006.

Kori Lilie Muslim 53 Nilai-nilai Islam Dalam Budaya...........


FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 1, No. 1, Januari- Juni 2017

permulaan tahun 674 Pantai Barat Sumatera (pelanjut kekuasaan Samudera Pasai) sangat
telah dihuni koloni Arab. 8 besar. Intensifnya perkembangan Islam
Sedangkan asumsi masuknya Islam pada masa inilah dinilai oleh beberapa kajian
ke Minangkabau melalui pesisir barat peneliti dijadikan sebagai dasar kajian
didasari oleh intensifnya kegiatan masuknya Islam ke Minangkabau yang
perdagangan pantai barat Sumatera pada sering dihubungkan dengan Syekh
abad 16/ 17 M sebagai akibat dari kejatuhan Burhanuddin Ulakan (1066 H/ 1646 M –
Malaka ke tangan Portugis. Pada masa ini 1111 H/ 1691 M) yang merupakan murid
pengaruh kekuasaan Aceh Darussalam Syekh Abdurrauf Singkel yang telah belajar
di Aceh selama 10 tahun. 9
8 Syekh Burhanuddin Ulakan meninggal
Ketika itu Kerajaan Sriwijaya yang
berpusat di Palembang telah menyebarkan agama + dalam usia 45 tahun dan dipandang sebagai
Hindu ke Nusantara dari abad ke-7 hingga ke-13 M. penggagas pendidikan dengan menjadikan
Kemaharajaan Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai
Surau sebagai model dan sentralnya. Dalam
dengan catatan I Tsing, dari prasasti Kedukan
Bukit pada tahun 682 di diketahui imperium ini di konteks peranan Burhanuddin Ulakan sebagai
bawah kepemimpinan Dapunta Hyang. Di abad ke-7 pembawa agama Islam ke Minangkabau ini,
ini, orang Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua
kerajaan yaituMalayu dan Kedah menjadi bagian
melalui fakta-fakta sejarah telah dibantah oleh
kemaharajaan Sriwijaya. Masuknya Islam pada masa Mahmud Yunus. Pertama, Mahmud Yunus
itu menimbulkan persaingan perdagangan sekaligus mengemukakan alasan bahwa sebelum belajar
pengaruh untuk mengembangkan agama masing-
masing. Sebagaimana pernah terjadi persaingan sengit di Aceh kepada Abdurrauf Singkel,
antara angkatan Laut Sriwijaya dengan pedagang Burhanuddin telah terlebih dahulu belajar di
Islam di Malaka. Pedagang muslim Arab dan Parsi kampung halamannya kepada beberapa orang
akhirnya menuju pesisir timur dan barat Sumatera.
Kemudian akibat ‘perkawinan politik’ antara saudagar guru. Hal ini menunjukkan bahwa Islam sudah
Islam dengan putri kerajaan setempat, maka berkembang sebelum Burhanuddin. Fakta
terbentuklah kerajaan Islam Perlak dengan sultan kedua menjelaskan bahwa ada tiga muballig
pertamanya Syekh Maulana Abdul Aziz Syah yang
menganut Islam Syiah (840 M-888/913 M). Namun Minangkabau yaitu Datuk ri Bandang, Datuk
akhirnya di Perlak juga berkembang aliran Sunni. Patimang, dan Datuk ri Tiro pergi menyiarkan
Sriwijaya kembali menyerang Perlak namun kemudian Islam ke Sulawesi pada tahun 1603 M yang
dimenangkan oleh Perlak. Setelah itu Perlak dipimpin
oleh seorang Sunni yaitu Sultan Makhudum Alaiddin pada saat itu Burhanuddin belum lahir.
Malik Ibrahim Syah Johan berdaulat (1006 M). Fakta ini menunjukkan bahwa
Sriwijaya kemudian berhadapan dengan Kerajaan Islam sudah berkembang di Mingkabau
Darma Wangsa di Pulau Jawa, setelah itu dengan
Majapahit, dan Majapahit menang sejak tahun 1477 sebelum Burhanuddin. Berdasarkan ini,
M. Seluruh Pantai Timur Minang jatuh ke tangan Mahmud Yunus berkesimpulan bahwa
Majapahit sampai akhirnya Majapahit lemah setelah
Burhanuddin Ulakan bukanlah pembawa
raja Hayam Wuruk meninggal. Semenjak itu pula
kerajaan Pagarruyung diperintah oleh Adityawarman. Islam pertama ke Minangkabau, namun
Sementara itu tahun 1400 Malaka dan Samudera Pasai, diakuinya bahwa Burhanuddin adalah orang
masing-masingnya menjadi kota dagang dan kerajaan
Islam. Pengaruh Islam berkembang sampai ke Pantai
yang pertama mendirikan lembaga
Barat Minang. Akan tetapi, dinamika perkembangan pendidikan Surau secara teratur dan
dakwah Islamiyah agak lamban di sana, sebab sering tersistem sebagaimana mengikuti pola dan
terjadi pertentangan mazhab Syiah dengan Sunni di
Aceh dan masalah perebutan Selat Malaka. sistem pendidikan gurunya Abdurrauf
Kemudian rantau Alam Minang sudah mulai Singkel di Aceh.10
didominasi pemeluk Islam. Sementara Yang Dipertuan
Adityawarman masih memeluk Budha. Baca, Mas’ud 9
Irhash A. Shamad, ibid.,
Abidin, Piagam Sumpah Sati Bukik Marapalam, 10
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan
http://www.pandaisikek.net/ , (Download tgl. 30
Islam di Indonesia, (Jakarta: Mutiara, 1979) cet.
Agustus 2017).
II.,

Kori Lilie Muslim 54 Nilai-nilai Islam Dalam Budaya...........


FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 1, No. 1, Januari- Juni 2017

Ketiga, Mahmud Yunus juga hubungan manusia dengan Khaliqnya,


mengungkapkan tentang adanya tokoh aturan tentang membina persatuan, aturan
Burhanuddin di Kuntu Kampar Kiri yang tentang memegang teguh prinsip
wafat pada tahun 610 H/ 1191 M yang musyawarah atau mufakat, dan tujuan yang
dipandang jauh lebih awal dari pada hendak dicapai dengan mempergunakan
Burhanuddin Ulakan. Menurut Mahmud ajaran yang empat macam sebagai pegangan
Yunus, Burhanuddin Kuntu mula-mula dan pedoman.12
mengajar di Batu Hampar dan menetap di Berdasarkan paparan di atas proses
sana selama 10 tahun, kemudian pindah ke masuknya Islam ke Minangkabau dan Al-
Kumpulan (dekat Bonjol) dan menetap Qur’an sebagai pedoman hidup bagi orang
selama 5 tahun, dari Kumpulan beliau pergi Minang merupakan konstitusi tertinggi bagi
ke Ulakan Pariaman dan mengajar selama budaya dan masyarakat. Karenanya tidak
15 tahun, sampai akhirnya pergi ke Kuntu masuk akal jika ada orang Minang yang
Kampar dan mengajar selama 20 tahun beragama selain Islam. Dan tidak pula keliru
sampai beliau meninggal pada tahun 1191 menyebut bahwa orang Minang yang pindah
M dan dimakamkan di Kuntu.11 agama tidak lagi berada dalam koridor ke-
Berdasarkan fakta sejarah tersebut, Minangkabauannya. Karena itu aib besar bagi
kehadiran Islam bagi masyarakat seorang Minang dikatakan tidak beradat dan
Minangkabau merupakan suatu rahmat, tidak beragama (Islam).13
karena dengan ajaran Islam adat Bagaimana dengan budaya dan
Minangkabau semakin kokoh dan kearifan lokal Minangkabau? Budaya dan
sempurna. Sehubungan dengan itu, Islam kearifan lokal yang ada, ketika Islam datang
menjadi agama masyarakat Minangkabau, tetap menjadi bagian dari corak kebudayaan
adatnya mengandung ajaran-ajaran yang Islam dengan penambahan nilai-nilai baru serta
bersamaan dalam bidang sosial. Dengan sistem baru yang sesuai dengan nilai-nilai
begitu adat Minangkabau juga mengandung Islam. Dalam kebudayaan Minangkabau adat
ajaran tentang aturan yang mengatur tentang dikonsepkan sebagai adat basandikan syarak,
hubungan antara sesama manusia, syarak basandikan kitabullah, syarak mangato, adat
mamakai.
11
Sebagai peninggalan Burhanuddin Kuntu,
Dalam konsep kearifan lokal (adat)
didapati sampai sekarang sebuah stempel dari Melayu. Menurut Lah Husni adat pada
tembaga dengan tulisan Arab, sebelah pedang, etnik Melayu tercakup dalam empat
sebuah kitab yang bernama Fathul Wahab
karangan Abi Yahya Zakaria Anshari. Mahmud ragam, yaitu adat yang sebenar adat; adat
Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, yang diadatkan; adat yang teradat, dan
Ibid.,. Pada sumber lain juga dijelaskan bahwa adat istiadat. Dalam adat Melayu kearifan-
Burhanuddin Kuntu sebagaimana hasil penelitian
Darusman yang dikutip Irhash Shamad diceritakan kearifan lokal dalam konteks membentuk
bahwa Burhanuddin Kuntu sering mengunjungi kepribadian dan kebangsaan, sangat lekat
pemuka massyarakat untuk kepentingan dengan konsep adat yang diadatkan. Bahwa
dakwahnya. Diceritakan juga, mula-mula
Burhanuddin Kuntu menetap di rumah seorang orang Melayu sangatlah menghargai
pemuka masyarakat yang bergelar Datuk
Makhudum. lihat Irhash A. Shamad, Islam dan
12
Praksis Kultural Masyarakat Minangkabau, op cit., Bakhtiar, dkk., Ranah Minang Di Tengah
Baca juga, Darusman, Syekh Burhanuddin dan Cengkeraman Kristenisasi, Bumi Aksara, 2005, id,
Pengembangan Islam di Kuntu Kampar Kiri Abad hlm. 19-20.
13
XIII, (Skripsi), (Padang: Jurusan Sejarah dan Bakhtiar, dkk., Ranah Minang Di Tengah
Kebudayaan Islam Fakultas Adab IAIN IB Padang, Cengkeraman Kristenisasi, Bumi Aksara, 2005, id,
1994), hlm. 31-33.

Kori Lilie Muslim 55 Nilai-nilai Islam Dalam Budaya...........


FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 1, No. 1, Januari- Juni 2017

pemimpin seperti sultan, raja, perdana Hal ini disebabkan karena adanya pepatah
menteri, menteri, panglima, penghulu, ketua adat yang menyebutkan “syarak mengata
mukim, dan lain-lainnya. adat memakai”, yang mengandung arti
Orang Melayu perlu memiliki bahwa adat merupakan operasional dari
pemimpin yang adil, bijaksana, bisa nilai-nilai Islam. Adat akan mengalah jika hal
diperaya (amanah), selalu berusaha untuk tersebut bertentangan dengan Islam.
benar dalam hidup, dan lain-lainnya.
Pemimpin menjadi sebuah kewajiban dalam D. KESIMPULAN
tata pemerintahan dan politik dalam Sebagai penutup makalah ini, penulis
kebudayaan Melayu. Seperti tercermin dapat mengambil beberapa kesimpulan bahwa
dalam ajaran adat: Apa tanda Melayu jati/ kerafian lokal sebagai warisan budaya nenek
mengangkat pemimpin bijak bestari/ Apa moyang yang mempunyai nilai luhur, hampir
tanda Melayu jati/ Pemimpin dan ulama setiap-kalau tidak dapat dikatakan semua-suku
mesti bersebati. Dengan adanya pemimpin di Indonesia memiliki acuan norma-norma dari
dan rakyat yang dipimpin menjadikan umat budaya lokal masing dalam berinteraksi baik
Melayu memiliki tata pemerintahnya dan secara individu maupun kelompok dari sesama
selanjutnya ketika nasionalisme muncul suku atau dengan suku lain dalam kehidupan
mereka membentuk negara bangsa. Ini sosial-keagamaan, baik intern (sesama
salah satu karakter kepemimpinan yang bisa penganut agama yang sama) maupun ekstern
diterapkan dalam konteks menuju karakter (antar penganut agama yang berbeda)
bangsa. Dapat diketahui bahwa nilai Islam
Dalam adat Melayu juga dikenal dalam budaya dan kearifan lokal orang
kearifan lokal, bahwa hidup dikandung Minangkabau ditemukan fakta yang luar biasa,
adat, biar mati anak asal jangan mati adat. bahwa budaya dan kearifan lokal Minangkabau
Artinya bahwa orang Melayu sangatlah memiliki nilai Islam yang sangat tinggi.
memperhatikan kesinambungan dan Kehadiran Islam di dunia Melayu membawa
pendidikkan kebudayaan. Bila adat itu konsep-konsep dan nilai-nilai baru yang
lestari maka akan lestarilah kebudayaan menggeser nilai-nilai yang berbau mistis ke arah
Melayu. Jika keturunan kita berbuat salah pemikiran yang rasional. Islam juga mampu
maka kita jangan segan memberikan memecahkan persoalan-persoalan yang tak
hukuman atau sangsi sosial sebagaimana terpecahkan dalam keyakinan orang Melayu
yang berlaku sebelumnya.
Sebenarnya, hampir semua kalau tidak Begitu dalamnya pengaruh Islam
bisa dikatakan seluruh- masyarakat memiliki dalam kebudayaan Melayu sehingga banyak
kebijakan lokal (local wisdom) sendiri- kalangan mengatakan bahwa Minngkabau
sendiri yang bersumber dari kebudayaan identik dengan Islam. Hal ini disebabkan
masing-masing. Di Minangkabau sangat karena adanya pepatah adat yang
jelas Etnik ini mempunyai ungkapan : Adat menyebutkan “syarak mengata adat
basandi syarak, syarak basandi kitabullah, memakai”, yang mengandung arti bahwa
syarak mangato adat mamakai. Artinya : “adat adat merupakan operasional dari nilai-nilai
tidak bisa dilepaskan dari agama (Islam), apalagi Islam. Di samping itu adat dalam
saling bertentangan”. Begitu dalamnya kebudayaan Melayu bersumber dari Islam
pengaruh Islam dalam kebudayaan Melayu dan tidak boleh ada pertentangan adat
sehingga banyak kalangan mengatakan dengan Islam, jika terdapat pertentangan
bahwa Minangkabau identik dengan Islam. maka adatlah yang mengalah. Hal ini

Kori Lilie Muslim 56 Nilai-nilai Islam Dalam Budaya...........


FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 1, No. 1, Januari- Juni 2017

diungkapkan dalam pepatah adat “adat Cet.XX; Jakarta: PT. Gramedia


bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah”. Pustaka Utama, 2008.

Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah.


DAFTAR PUSTAKA Cet.I; Yogyakarta: Bentang,
1995
Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian
Sejarah. Cet.I; Jakarta: PT. Logos Wacana Purwono Sastro Amijoyo. Kamus
Ilmu,1999. Inggris-Indonesia. Semarang:
Widya Karya. 2007.
Alfian,(ed). Persepsi Masyarakat tentang
Kebudayaan. Cet.I; Jakarta: PT.Gramedia, Ritzer. Sosiologi Ilmu Pengetahuan
1985. Berparadigma Ganda. Jakarta:
Rajawali Press. 1992.
Alisjahbana,S. Takdir.AntropologiBaru: Sastrosupono, M. Suprihadi.
Nilai-nilai sebagai Tenaga Integrasi Menghampiri Kebudayaan. Cet. I;
dalam Pribadi, Masyarakat dan Bandung: Alumni, 1982.
Kebudayaan. Jakarta :Universitas
Nasional dan PT. Dian Setiawan, B. Ensiklopedi Nasional
Rakyat,1986. Indonesia, JilidVIII. Cet.I;
Jakarta: PT.CiptaAdi
Endarswara, Suwandi. Metodologi Penelitian Pustaka,1990.
Kebudayaan. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 2006.
Silfia Hanani, dalam surau aset lokal
Minangkabau. Bandung, Humaniora,
Fyzee, A.A.A.Kebudayaan Islam: Asal-
2002
Usul dan Perkembangannya.
Soebadio, Haryati, et. al. Budaya dan
Yogyakarta: Bagus Arafah, Manusia Indonesia.Cet. I; Yogyakarta:
1982. PT.
Hanindita, 1985.
Gazalba, Sidi. Asas-asas Kebudayaan
Islam.Cet.I; Jakarta: PT. Bulan Soerjono, Soekanto. Sosiologi Suatu
Bintang, 1978. Pengantar. Cet.II; Jakarta: CV.
Rajawali, 1986.
Hans J, Daeng. Manusia, Kebudayaan
dan Lingkungan: Tinjauan
Antropologi, Said Agil Husin Al-Munawar. Fikih
Yogyakarta:PustakaPelajar,2008 Hubungan Antar Agama. Jakarta :
. Ciputat Press. 2003.
Hasjmy,A. Sejarah Kebudayaan Islam. Wigjodipoero, Soerojo. Pengantar dan
Cet.I; Jakarta: PT. Bulan Asas-Asas Hukum Adat. Jakarta:
Bintang, 1975. Gunung
Agung,1984.
Irwan Abdullah, Dkk. Agama dan
Kearifan Lokal dalam Tantangan
Global. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar. 2008.
Koentjaraningrat, Kebudayaan,
Mentalitas dan Pembangunan.

Kori Lilie Muslim 57 Nilai-nilai Islam Dalam Budaya...........

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy