Jurnal Edit Histopatologi
Jurnal Edit Histopatologi
in Matano Lake East Luwu South Sulawesi That Contaminated by Heavy Metals Nickel and
Iron
Study Program of Veterinary Medicine, Faculty of Medicine, Hasanuddin University, Jl. Perintis
Kemerdekaan Km.10, Makassar,90245,Indonesia
Abstract
Pangkilan Bare or Medaka matano (Oryzias matanensis) is a freshwater species of fish that
lives and is endemic to Lake Matano. As for the purpose of this research is to know the description of
the histopathology of liver and intestines of fish pangkilan bare. The sample used as many as 6 fish
pangkilan bare with size approx 47,77 – 49,74 mm with average 48,36 mm ± 0,74 mm. Preparations
of organs (liver and intestine) fixation use formaline, dehydration 10% using alcohol multilevel,
embedding with the use of paraffin, cutting with a thickness of 5 µm are stained using haematoksilin
eosin given canada balsam and then covering. Besides making preparations histopathology of organs
also conducted measurements against the levels of metals and sediments contained in the waters of
Lake Matano. The analysis of the data used is qualitative descriptive. Based on the observations
obtained damages or histopathology of organs that occurs in the liver that is in the form of hemoragi,
necrosis, fatty degeneration, degeneration of the hepatocyte cell hidropik, lysis and connective tissue
as well as melanomacrophage. While in the gut is no clear dividing line between the circular and
longitudinal muscles. The results of measurements of the levels of Lake Matano metal contains iron
(Fe) < 0.03 mg/L and nickel (Ni) < 0.07 mg/l. results of measurements of the levels of metals in
sediments of Lake Matano contains iron (Fe) and 3.08% nickel (Ni) 0.15%, the results of the
measurements of the average above a threshold . Therefore, the high concentration of metal thought
to have ties with a fish organ tissue abnormality diobeservasi in this study.
Pendahuluan
Danau Matano merupakan danau di wilayah Propinsi Sulawesi Selatan, mempunyai tingkat endemis
yang tinggi sehingga banyak menyimpan variasi biota. Perbedaan ketinggian danau ini dengan danau
sekitar juga menjadi penentu bagi migrasi organisme antar danau terutama dari arah hilir menuju
bagian hulu sehingga hal ini yang menjadi faktor yang menimbulkan pola penyebaran atau distribusi
organisme yang unik dan memiliki spesies yang endemik (Nontji, 2016). Berdasarkan hasil riset salah
satu ikan endemik di D. Matano, yaitu ikan Oryzias matanensis (Hadiaty dan Wirjoatmodjo, 2002).
Oryzias matanensis mempunyai 41 - 47 deret sisik sepanjang badan, panjang total 4,5 - 5,5, sirip ekor
agak cekung, memiliki pola pewarnaan khusus pada ikan jantan. Mata berwarna biru, sirip punggung,
anal, ekor,dan sirip perut kehitaman. Ikan betina memiliki warna coklat yang lebih terang pada kepala
dan tubuh serta mata berukuran besar. Nilai ekonomis dari ikan yaitu sebagai ikan hias (Haryono,
2006). Akan tetapi populasi dari ikan ini semakin berkurang diakibatkan oleh adanya limbah industri
(Hadiaty dan Wirjoatmodjo, 2002).
Limbah industri yang dapat mengancam organisme air yaitu logam berat. Senyawa logam dapat
masuk dengan sangat cepat dan mudah dalam tubuh dan dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh
organisme air. Selain itu juga dapat menjadi racun bagi manusia jika dikonsumsi. Proses akumulasi
logam dalam jaringan terjadi setelah penyerapan logam dari air atau melalui pakan yang
terkontaminasi. Logam diserap oleh darah, mengikat protein darah yang kemudian didistribusikan
keseluruh jaringan tubuh. Hati merupakan organ yang sangat penting dalam sistem metabolisme tubuh
karena mampu menjadi indikator apabila terjadi gangguan patologi utamanya gangguan patologi yang
diakibatkan oleh logam berat yang terkandung dalam ekosistem perairan, akumulasi tertinggi terdapat
diorgan detoksikasi (hati) (Palar, 1994). Sedangkan usus merupakan bagian saluran pencernaan yang
berfungsi untuk menyerap sari-sari makanan sehingga gangguan pada organ ini dapat berakibat fatal
bagi pertumbuhan ikan. Walaupun jarang ditemui gangguan yang berakibat pada kematian tetapi
beberapa penyakit ikan berakibat buruk pada keseluruhan nilai produksinya. Oleh karena itu
pengetahuan tentang kondisi tidak normal organ usus sangat penting untuk pengelolaan kesehatan
ikan itu sendiri (Susanto, 2008).
Kepunahan atau penurunan populasi yang disebabkan oleh beberapa faktor penyebab dapat diketahui
melalui gambaran histopatologi dari organ yang berfungsi dalam metabolisme dan kelangsungan
hidup suatu individu. Melalui dengan hal itu kita dapat mengetahui jika terjadi penyakit atau kelainan
pada tubuh individu tersebut, dari gambaran histopatologi dapat dilihat secara jelas kerusakan-
kerusakan yang terjadi didalam tubuh kemudian dikaitkan dengan kondisi lingkungan yang bisa
menjadi faktor penentu atau penyebab sehingga keadaan patologi itu bisa terjadi dengan adanya
penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai organ ikan pangkilan bare secara
mikroskopik yang sampai saat ini belum ada.
Penelitian ini digunakan ikan pangkilan bare (Oryzias matanensis) sebanyak 6 ekor. Sampel yang
digunakan adalah ikan pangkilan bare (Oryzias matanensis) dengan ukuran 4,5 cm. Alat penelitian
yang digunakan antara lain : pinset anatomi one med®, skapel one med®, gunting one med®, kertas
label, nampan, mikrotom, spoit 1 cc one med ®, pipet tetes, objek glass, cover glass dan mikroskop
olympus, tissue cassette, cetakan jaringan, kaset pink. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain:
aquades, alkohol 70%, alkohol 80%, alkohol 90%, alkohol 95%, alkohol 100%, formalin 10%, xylol,
parafin dan pewarnaan histologi hematoksilin eosin.
Pangkilan bare (Oryzias matanensis) diambil oleh nelayan setempat dengan dengan cara menangkap
secara langsung dengan menggunakan jaring, Kemudian disimpan dalam suatu wadah yang telah diisi
dengan air dari D. Matano. Kemudian pangkilan bare (Oryzias matanensis) dimasukkan kedalam pot
salep yang berisi formalin 10 % selama 2x24. Kemudian diukur panjang tubuhnya menggunakan
jangka sorong. Selanjutnya dinekropsi bagian dorsal dari ujung kepala dibuka dengan hati – hati
selanjutnya membuka area abdomen. Pengamatan dilakukan pada organ hati serta usus pada area
abdomen.
Pembuatan preparat histopatologi memiliki beberapa tahapan yaitu fiksasi, trimming, prosessing dan
embedding, pemotongan, pewarnaan. Setelah itu dilakukan pengamatan mikroskopik dengan
perbesaran lensa subjektif 10x serta lensa objektif 10x, dan 40x. Pengamatan dan pengambilan
gambar dilakukan dengan menggunakan optik lens. Preparat histologi dari hati dan usus ikan
pangkilan bare (Oryzias matanensis) kemudian diamati. Bagian yang diamati pertama adalah hati
dengan melihat sel – sel hepatosit, sinusoid, pankreas yang terdapat didalam parenkim hati, dan
perubahan patologi yang terjadi. Pada badan usus yang akan diamati adalah lamella usus dan
gambaran patologi dari bagian – bagian penyusun organ tersebut. Analisa data yang digunakan adalah
analisis data deskriptif kualitatif. Pada metode ini akan menjelaskan mengenai gambaran
histolopatologi dari hati dan usus ikan pangkilan bare (Oryzias matanensis).
Hasil uji air dan sedimen (tabel 1, 2) menunjukkan adanya pencemaran air pada daerah tersebut
termasuk nikel dan besi. Pencemaran terjadi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya limbah dari
pabrik yang berada di dekat danau tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada danau tersebut
mengandung nikel sebanyak <0.07, besi sebanyak <0.03 mg/L untuk besi batas maksimumnya telah
diatur dalam peraturan Gubernur Sulsel Nomor 69 Tahun 2010 yaitu syarat mutu 0,3 mg/L sedangkan
nikel batas maksimumnya telah diatur pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
70 Tahun 2016 dengan kadar maksimum yang diperbolehkan 0,07 mg/L. Parameter kandungan logam
berat tentang baku mutu standar SNI berdasarkan Peraturan menteri Lingkungan Hidup Republik
Indonedwsia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah menyatakan bahwa besi yang
diperbolehkan sebanyak 5 mg/L dan Nikel sebanyak 0,02 mg/L. Sehingga kadar besi pada air
D.Matano berdasarkan peraturan Gubernur Sulsel Nomor 69 Tahun 2010, menghampiri batas
maksimum yang diperbolehkan. Sedangkan kadar nikel pada air D.Matano berdasarkan standar SNI
berdasarkan Peraturan menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
Baku Mutu Air Limbah, telah melebihi ambang batas yang diperbolehkan.
Tabel 1. Hasil uji air Danau Matano terhadap kandungan logam
Parameter Satuan Hasil Syarat Mutu #) Metode Uji
I II
Besi (Fe) mg/L <0,03 0,3 - SNI 6989.4 : 2009
Nikel (Ni) mg/L <0,07 - - SNI 6989.18:2009
*)
PERATURAN GUBERNUR SUL-SEL NO.69 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu dan Kriteria
Kerusakan Lingkungan Hidup, Lamp. No. I. A. Kriteria Kerusakan Lingkungan Hidup
Berdasarkan Kelas.
Hasil pengujian kadar logam sedimen Ni dan Fe diperairan D. Matano, diperoleh hasil Fe 3,08% dan
Ni 0,15% pada Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 69 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu dan
Kriteria Kerusakan Lingkungan Hidup, Lampiran I. A. tentang Baku Mutu Air Laut dan Sedimen
Laut Kadar standart Ni dan Fe pada sedimen tidak dicantumkan.
Maka dapat diambil kesimpulan bahwa keberadaan Fe dan Ni pada sedimen di perairan tidak
diperbolehkan karena kedua logam berat ini tidak diperbolehkan ada pada air dan menimbulkan
toksisitas pada perairan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya degenerasi lemak dan degenarasi hidropik. Degenerasi
merupakan tanda awal kerusakan akibat toksin yang bersifat sementara dan sel masih dapat pulih atau
normal kembali apabila paparan toksin dihentikan. Degenerasi hidropik merupakan suatu keadaan
dimana sitoplasma sel mengandung air akibat rusaknya membran sel. Menurut Underwood (1999),
masuknya air ke dalam sitoplasma akibat dari rusaknya membran sel dan penurunan fosforilasi
oksidatif, sehingga terjadi penurunan suplai ATP yang menyebabkan penurunan kerja pompa Na.
Gambar 1. Gambaran mikroskopik hati ikan 1 danau Matano. (A) Hemoragi, (B) Nekrosis, (C)
Degenerasi Lemak, (D) Degenerasi Hidropik, HE, garis skala: 100 mikron.
Secara mikroskopis pada sel – sel yang mengalami degerasi hidropis terlihat adanya ruangan -
ruangan jernih di sitoplasma namun tidak sejernih degenerasi lemak (Carlton and McGavin, 1995).
Vakuola kecil bisa bersatu membentuk vakuola yang lebih besar sehingga inti sel terdesak ke tepi.
Degenerasi hidropik umumnya disebabkan oleh gangguan metabolisme seperti hipoksia karena
pengaruh senyawa toksik terutama besi yang masuk ke dalam tubuh (Rusmiati, 2004). Terjadi pula
degenerasi lemak yang tandai dengan adanya akumulasi lemak yang berada didalam sel. Menurut
Carlton and McGavin (1995), terjadi akumulasi lemak karena adanya penurunan aktivitas enzim
seluler sehingga terjadi ketidakmampuan jaringan non-adiposa untuk memetabolik sejumlah lipid.
Degenerasi lemak ini terjadi pada hewan laut karena adanya jumlah toksik yang berlebihan, terutama
akumulasi logam nikel yang menurunkan aktivitas enzim seluler, sehingga terbentuknya akumulasi
lemak (Underwood, 1999).
C B
Gambar 2. Gambaran mikroskopik hati ikan 2 danau Matano. (A) Nekrosis, (B) Melanomakrophagee,
(C) Hemoragie. HE, garis skala: 100 mikron.
Melanomakrophage dapat diartikan sebagai sel yang berbentuk bulat padat yang memiliki jumlah
pigmen yang bervariasi, terdapat pada ikan yang sehat akan tetapi jumlahnya meningkat pada kasus
stress kronis. Pada hasil menunjukkan adanya Melanomakrophage yang berlebihan karena 54%
gambar tersebut menujukkan adanya makrofag yang berlebihan. Melanomakrophage merupakan
indikator stress kronis meskipun tidak selalu persisten (Noga, 2010). Menurut Hadi et al. (2017),
melanomakrophage adalah kumpulan dari makrofag yang berisi hemosiderin, lipofuschin dan seroid
sama seperti pigmen melanin yang banyak ditemukan di dalam jaringan limfoid kebanyakan teleost
yang diakibatkan oleh peradangan. Melanomakrophage jumlahnya akan bertambah pada keadaan
patologis. Semakin padat populasi semakin tinggi jumlah Melanomakrophage. Diperkirakan
banyaknya jumlah melanomakrophage disebabkan oleh padatnya populasi ikan di D. Matano.
Gambar 3.Gambaran mikroskopik hati ikan 3 danau Matano. (A) Dilatasi Sinusoid, (B). Nekrosis, (C)
Hemoragie. HE, garis skala: 100 mikron.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya dilatasi sinusoid. Sinusoid merupakan saluran
darah yang berliku-liku yang dilapisi sel endotel bertingkap tidak utuh, yang dipisahkan dari hepatosit
di bawahnya oleh ruang perisinusoidal. Dilatasi sinusoid mengakibatkan, zat makanan yang mengalir
di dalam sinusoid yang berliku-liku, menembus dinding endotel yang tidak utuh dan berkontak
langsung dengan hepatosit. Pelebaran (dilatasi) sinusoid dapat terjadi karena adanya desakan pada
dinding sinusoid akibat adanya zat toksik terutama timbal dan nikel (Novi, 2015).
Hasil gambar hati menunjukkan adanya hemoragi. Hemoragi atau pendarahan ditandai dengan adanya
bintik darah dalam pembuluh darah. Hal ini sesuai dengan penelitian Triadayani et al. (2010) yang
menyatakan bahwa pada pemaparan toksik terutama besi pada perbesaran 40x10 menunjukan
terjadinya hemoragi, dikarenakan semakin meningkatnya zat toksik tersebut yang secara fisologis ada
dalam jaringan. Terjadi pula nekrosis, yang ditandai dengan terjadinya kematian sel hati. Nekrosis
diawali dengan terjadinya reaksi peradangan hati berupa pembengkakan hepatosit dan kematian
jaringan. Nekrosis merupakan tahap lanjut dari degenerasi karena terlalu banyak bahan yang harus
direabsorbsi kembali oleh sel - sel hepatosit sehingga terjadi kematian sel yang terjadi bersama
dengan pecahnya membran plasma. Hal ini disebabkan jika lemak tertimbun dalam jumlah yang
banyak sehingga mengakibatkan kematian sel - sel hati. Berdasarkan hasil penelitian El-Naggar
(2009) yang melaporkan bahwa hati ikan Nila yang mengalami perubahan patologis berupa
perlemakan sel dan nekrosis adalah akibat hati telah terakumulasi dengan logam berat
(Fe,Cu,Zn,Mn,Pb dan Cd) serta pada penelitian Andini (2015) menyatakan bahwa hati ikan Butini
mengalami degenerasi lemak, degenerasi hidropik, hipertropi sel dan sel-sel hepatosit yang telah
nekrosis disebabkan oleh adanya logam berat besi dan nikel di D.Matano. Tingkat kerusakan hati
dikategorikan menjadi tiga, tingkat ringan yaitu perlemakan hati yang ditandai dengan pembengkakan
sel. Kerusakan tingkat sedang yaitu kongesti dan hemoragi, sedangkan tingkat berat ditandai dengan
nekrosis (Darmono,1995). Pada penelitian ini, kerusakan gambaran jaringan hati ikan pangkilan bare
termasuk tingkat kerusakan kerusakan berat.
Gambar 4. A. Usus dengan tampakan pembatas otot longitudinal (eksternal) dan sirkular (internal)
yang tidak jelas. B. Kerusakan pada vili usus. HE, garis skala: 100 mikron.
Berdasarkan hasil yang didapatkan pada gambar usus terdapat tampakan pembatas otot longitudinal
dan otot sirkular yang tidak jelas. Tunika muskularis usus terdiri dari otot polos sirkular (internal) dan
otot polos longitudinal (eksternal). Pada penyempitan antara pars pilorus dan usus depan ikan
pangkilan bare ditemukan otot polos longitudinal (internal) yang tipis dan sirkular (eksternal) yang
tebal, mempunyai fungsi otot sfinter yang bekerja secara otonom. Ketebalan tunika muskularis usus
ikan berbeda, yang paling tebal usus tengah dan yang paling tipis usus belakang. Tunika muskularis di
usus tengah dapat berfungsi untuk menahan makanan agar tidak berjalan dengan cepat ke bagian usus
yang lain, sehingga makanan dapat lebih lama mengalami proses pencernaan dan penyerapan di usus
depan (Yusfiat et al.,2006). Tidak jelasnya pembatas atas antara otot sirkular dan otot longitudinal
pada usus menujukkan bahwa otot yang menahan makanan agar tidak berjalan dengan cepat kebagian
usus yang lain sudah mengalami kerusakan, sehingga proses pencernaan tidak berjalan dengan baik.
Kerusakan yang terjadi selanjutnya adalah pada vili usus sudah tidak terlalu jelas dan mengalami
kerusakan yang sangat parah, hal ini meyebabkan terjadinya gangguan pada proses penyerapan
nutrisi, sehingga menimbulkan proses pertumbuhan dan reproduksi terganggu bahkan menyebabkan
kematian. Kerusakan tersebut diduga akibat dari adanya paparan logam berat pada ikan pangkilan
bare (Oryzias matanensis). Dugaan ini diperkuat oleh Underwood (1999) yang menyatakan bahwa
kerusakan yang terjadi pada usus diakibatkan oleh paparan benda asing diantaranya toksik yang
berlebihan didalam tubuh seta penelitian oleh Asri (2015) menemukan adanya kerusakan epitel usus
dan terangkatnya vili usus dan lamina basalis pada usus ikan Dui-Dui yang tercemar logam berat nikel
dan besi di Danau Matano. Pada kondisi kronis hal ini dapat menyebabkan hiperplasia sel-sel goblet
yang jumlahnya akan meningkat drastis. Sel Goblet akan mengalami peningkatan bertujuan
mempertahankan hidup dari adanya paparan toksik. Sel Goblet mensintesis dan mensekresikan
glikoprotein dengan berat molekul tinggi yang disebut mucin (lendir). Produksi lendir dapat
meningkatkan proteksi permukaan mukosa terhadap paparan benda asing.
Adapun dari penelitian ini diperoleh kerusakan atau histopatologi yang terjadi pada organ hati yaitu
berupa hemoragi,nekrosis,degenerasi lemak,degenerasi hidropik, sel hepatosit yang lisis dan
melanomakrophage. Sedangkan pada usus sudah tidak jelas pembatas antara otot sirkuler dengan
longitudinal dan kerusakan pada vili-vili usus. Dari hasil pengukuran kadar logam di danau tersebut
mengandung nikel yang rata-rata menghampiri batas maksimum. Kerusakan-kerusakan yang terjadi
diduga akibat paparan dari logam-logam berat yang terlarut dalam perairan ekosistem ikan tersebut
yang telah melewati ambang batas.
Ucapan Terimakasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada para pengelola Laboratorium Patologi Program Studi
Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Selain itu penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada nelayan yang telah membantu dalam penelitian ini. Penulis
menyatakan tidak ada konflik kepentingan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dalam penelitian
ini.
Daftar Pustaka
Andini, N. S. 2015. Gambaran Histopatologi Insang, Hepatopankreas dan Usus Ikan Butini
(Glossogobius matanensis, weber) di Danau Matano Luwu Timur Sulawesi Selatan yang
Tercemar Logam Berat Nikel (Ni) dan Besi (Fe).[Skripsi]. Universitas Hasanuddin : Makassar.
Asri, A. 2015. Gambaran Histopatologi Usus Ikan Dui Dui (Dermogenys megarrhamphus) di Danau
Matano Luwu Timur Sulawesi Selatan yang Tercemar Logam Berat Nikel (Ni) dan Besi (Fe).
[Skripsi]. Universitas Hasanuddin: Makassar.
Carlton, W.M and M.D. Gavin. 1995. Thomson’s Special Veterinary Pathology. 2nd Edition. USA:
Times Mirror Co
Carlton, W.W and Gavin. 1995. Special Veteinary Pathology. 2nd Edition. St. Louis, Missouri :
Mosby-Year Book, Inc.
Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Air. Jakarta: UI Press.
De Luiiss, Gerrardo and P. Dino. 2007. The Dissection of Vertebrae.University Toronto and George
Brown College of Applied Arts and Technology.Elsevier.
El-Naggar, A.M., S.A. Mahmoud, S.I. Tayel. 2009. Bioaccumulation of some HeavyMetals and
Histopathological Alterations in Liver of Oreochromis niloticus in Relation to Water Quality at
Different Localities along the River Nile,Egypt. World Journal of Fish Marine Sciences. 2:
105-114.
Hadiaty, R. K. dan S. Wirjoatmodjo. 2002. Studi pendahuluan biodiversitas dan distribusi ikan di
Danau Matano, Sulawesi Selatan. Jumal Iktiologi Indonesia, 2( 2):23-29.
Haryono.2006. Tinjauan Habitat Ikan Air Tawar Langka dan Terancam Punah di Indonesia
Barat.Bidang Zoologi Puslit Biologi.LIPI.Bogor.
Kottelatt, M., A.J. Whitten., S.N. Kartikasari and S.Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater fishes of
WesternIndonesia & Sulawesi. Periplus Edition.EMDI Project.
Noga, E.J. 2010. Fish Disease : Diagnosis and Treatment. 2nd ed. Wiley Blackwell, Lowa.
Nontji, A. 2016. Danau-Danau Alami Nusantara. Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia: Jakarta.
Novi, E. 2015. Pengaruh Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata L.) Terhadap SOD dan Histologi
Hepar Tikus (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Aloksan.[Skripsi]. Universitas Islam Negeri
(UIN) Maulana Malik Ibrahim : Malang.
Palar, H. 1994.Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Rusmiati, L.A . 2004. Struktur histologis organ hepar dan ren mencit (Mus musculus) jantan setelah
perlakuan dengan ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L). Bioscientiae. 1.1.23-30.
Susanto, D. 2008. Gambaran Histopatologi Organ Insang, Otot Dan Usus Ikan Mas ( Cyprinus
Carpio) di Desa Cibanteng [Skripsi]. Universitas Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Triadayani, A.E, A. Riris dan D. Gusti. 2010. Pengaruh logam timbal (pb) terhadap jaringan hati ikan
kerapu bebek (Cromileptes altivelis). Maspari Journal. 01(42-47).
Underwood, J. C. E. 1999. General and Systematic Pathology. Churchill Livingstone: New York.
Yusfiat, P., K.Sigit, R.Affandi, dan Nurhidayat. 2006. Anatomi alat pencernaan ikan buntal
pisang (Tetraodon lunaris). Jurnal iktiologi. 6 : 1.