Terapi Latihan Pada Kondisi Stroke: Kajian Literatur: Exercise Therapy in Stroke Condition: A Literature Review

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Fisioterapi Terapan Indonesia

Volume 1 No. 1, Mei-Oktober 2021


P-ISSN
E-ISSN

TERAPI LATIHAN PADA KONDISI STROKE: KAJIAN


LITERATUR
EXERCISE THERAPY IN STROKE CONDITION:
A LITERATURE REVIEW

Debora Krisnawati 1, Lucky Anggiat1


1
Program Studi Fisioterapi, Fakultas Vokasi, Universitas Kristen Indonesia, Jakarta,
Indonesia
*Corresponding author: lucky.panjaitan@uki.ac.id

ABSTRACT

Stroke is a neurological deficit that occurs suddenly caused by vascular disorders in the form of lack of
oxygen supply to the brain that lasts more than 24 hours, resulting in damage or necrosis of brain tissue.
Hemorrhagic and non-hemorrhagic strokes can cause problems or disorders in stroke patients both
physically and psychologically according to the location of the damage. Exercise therapy is one of the
physiotherapy interventions that focus on physical or passive and active exercises or physical activities
that are systematic, planned, structured and repetitive with the correct movement patterns for a specific
purpose of returning musculoskeletal function to normal due to injury or disease, preventing malfunction,
improve, restore physical abilities, prevent health risk factors and optimize health status, fitness and
provide correct information to the brain. The method used in this study is library research, which is based
on online and offline data sources by referred to books, journals, articles related to the topic of exercise
therapy in stroke patients and discussed as a data source to answer research questions. Exercise therapy
needs to be considered to the healing process in a stroke condition. In addition, both primary and specific
exercise therapy can give beneficial effects on patients with stroke conditions.

Keywords: exercise therapy, Stroke, Physiotherapy

ABSTRAK

Stroke merupakan defisit neurologis yang terjadi tiba-tiba disebabkan oleh gangguan vaskular berupa
kekurangan suplai oksigen ke otak yang berlangsung lebih dari 24 jam sehingga mengakibatkan kerusakan
atau nekrosis jaringan otak. Stroke hemoragik maupun non hemoragik dapat menyebabkan masalah atau
gangguan pada penderita stroke baik fisik maupun psikis sesuai dengan lokasi kerusakannya. Exercise
therapy merupakan salah satu intervensi atau tindakan fisioterapi yang memfokuskan pada latihan gerak
atau kegiatan fisik baik secara aktif maupun pasif yang sistematik, direncanakan, terstruktur dan berulang-
ulang dengan pola gerakan yang benar untuk tujuan tertentu yaitu memberikan informasi yang benar pada
otak, mengembalikan fungsi muskuloskeletal ke normal akibat cedera atau penyakit, mencegah kerusakan
fungsi, mencegah faktor resiko kesehatan, mengoptimalkan status kesehatan dan kebugaran, serta
meningkatkan kemampuan fungsional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah library
research, yang di dasarkan pada sumber data online dan offline dengan merujuk pada buku-buku, jurnal,
artikel yang berkaitan dengan topik terapi latihan pada pasien stroke dan dibahas sebagai sumber data untuk
menjawab pertanyaan penelitian. Terapi latihan perlu disesuaikan dengan kondisi penyembuhan stroke.
Selain itu, baik terapi latihan dasar dan spesifik dapat memberikan pengaruh yang baik pada pasien dengan
kondisi stroke.

Kata kunci: Terapi Latihan, Stroke, Fisioterapi


Jurnal Fisioterapi Terapan Indonesia
Volume 1 No. 1, Mei-Oktober 2021
P-ISSN
E-ISSN

Pendahuluan sehingga aliran darah mengalami


penyumbatan.
a. Latar belakang Hal tersebut menyebabkan otak kekurangan
oksigen sehingga terjadi kerusakan atau
Stroke merupakan defisit neurologis yang nekrosis jaringan otak. Jika penyumbatan
terjadi tiba-tiba disebabkan oleh gangguan tersebut tidak segera ditangani, maka dapat
vaskular berupa kekurangan suplai oksigen menyebabkan pecahnya pembuluh darah ke
ke otak yang berlangsung lebih dari 24 jam otak dikarenakan pembuluh darah menjadi
sehingga mengakibatkan kerusakan atau tidak elastis akibat penyumbatan terus-
nekrosis jaringan otak. Secara umum, stroke menerus dan memperburuk kondisi
dibagi menjadi 2 yaitu stroke hemoragik sebelumnya, kondisi ini disebut stroke
(pendarahan) dan non hemoragik hemoragik (Patricia, Kembuan dan
(penyumbatan) (Stoke dan Stack, 2011). Tumboimbela, 2015; Boehme, Esenwa,
Stroke adalah penyebab kematian kedua dan Elkind, 2017).
penyebab kecacatan ketiga di seluruh dunia
(Feigin, Norrving dan Mensah, 2017). Mitra (2009), menjelaskan bahwa troke
Prevalensi stroke (per mil) berdasarkan jenis hemoragik maupun non hemoragik dapat
kelamin yaitu laki-laki 11,0 dan perempuan menyebabkan masalah atau gangguan pada
yaitu 10,9; berdasarkan tempat tinggal yaitu penderita stroke baik fisik maupun psikis
12,6 di perkotaan dan 8,8 di pedesaan sesuai dengan lokasi kerusakannya. Untuk
(Kemenkes, 2018). Insidensi stroke itu, penderita stroke harus menjalani masa
hemoragik meningkat setelah usia 45 tahun pemulihan yang jangka waktunya relatif
(Van Asch et al., 2010). lama. Salah satu pelayanan kesehatan pada
pasien stroke yaitu pelayanan fisioterapi.
Insidensi stroke meningkat 2 kali lebih
berisiko pada setiap dekade setelah 55 tahun Pelayanan fisioterapi sangat berperan penting
(Roger et al., 2012). Diabetes melitus, terhadap pasien stroke sesuai dengan tahapan
hipertensi, penyakit jantung, kolesterol, kondisinya baik dalam masa perawatan di
obesitas merupakan kondisi yang saling rumah sakit maupun masa pemulihan dengan
terkait dan merupakan faktor ekstrinsik atau tujuan untuk mencapai kemampuan
dapat diubah dari resiko stroke. Selain itu fungsional secara optimal dan mandiri.
pola hidup buruk seperti stres, diet yang salah Secara umum, problematik fisioterapi pada
dan mengkonsumsi alkohol dan penggunaan pasien stroke yaitu hemiparese atau
obat-obatan terlarang juga merupakan faktor hemiplegi anggota gerak, gangguan sensorik,
ekstrinsik, sedangkan faktor intrinsik atau depresi, postural alignment/postural control,
tidak dapat diubah yaitu umur, jenis kelamin, gangguan keseimbangan, gangguan pola
keturunan, dan ras (ADA, 2014; Sakakibara berjalan, dan gangguan kemampuan
et al., 2017). fungsional serta aktivitas sehari-hari
(Saunders, Greig dan Mead, 2014).
Sekitar 80% adalah stroke non hemoragik
dan 20% adalah stroke hemoragik (Stokes Untuk mengatasi problematik tersebut, salah
dan Stack, 2011). Stroke non hemoragik dua satu tindakan fisioterapi pada pasien stroke
kali lebih berisiko terjadi pada orang dengan yaitu terapi latihan atau exercise therapy
riwayat diabetes melitus dikarenakan pola yang merupakan salah satu intervensi atau
makan yang tidak sehat, dan kurangnya tindakan fisioterapi yang memfokuskan pada
aktivitas fisik yang menyebabkan gula darah latihan gerak atau kegiatan fisik baik secara
tinggi sehingga tubuh kesulitan aktif maupun pasif yang sistematik,
menghasilkan insulin dan jika berlangsung direncanakan, terstruktur serta berulang-
lama maka dapat menyebabkan dinding ulang dengan pola gerakan yang benar untuk
pembuluh darah ke otak menjadi tebal tujuan tertentu yaitu memberikan informasi
yang benar pada otak, mengembalikan fungsi
Jurnal Fisioterapi Terapan Indonesia
Volume 1 No. 1, Mei-Oktober 2021
P-ISSN
E-ISSN

muskuloskeletal ke normal akibat cedera atau Hasil dan Pembahasan


penyakit, mencegah kerusakan fungsi,
mencegah faktor resiko kesehatan, a. Jenis-jenis Stroke
mengoptimalkan status kesehatan dan
kebugaran serta meningkatkan kemampuan 1) Stroke non hemoragik adalah defisit
fungsional (Kisner dan Colby, 2012; van neurologis dimana terjadi kerusakan
Duijnhoven., 2016). atau nekrosis jaringan otak akibat
kekurangan suplai oksigen yang
b. Identifikasi Masalah disebabkan oleh aliran darah yang
terganggu berupa penyumbatan pada
Dalam praktik fisioterapi, masih didapatkan pembuluh darah otak atau yang
beragam pendekatan terapi latihan yang menuju ke otak, dan hipoperfusi
dilakukan pada kasus stroke. Namun, terapi (Torpy, Burke dan Glass, 2010). Ada
yang dilakukan seringkali tidak baku tiga penyebab utama stroke non
sehingga perlu adanya analisis terapi latihan hemoragik yaitu hipoperfusi, emboli
yang dapat dilakukan pada kondisi stroke. dan trombus (Stokes dan Stack,
2011).
c. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tanda klinis khas pasien stroke
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi adalah hemiparesis/hemiplegia
jenis terapi latihan yang dapat dilakukan pada motorik dan masalah sensorik bagian
kondisi stroke. Manfaat penelitian ini tubuh kontralateral terhadap sisi lesi
diharapkan menjadi salah satu penduan bagi di otak (Stokes dan Stack, 2011).
fisioterapis dalam memberikan terapi latihan Tanda dan gejala stroke non
pada pasien stroke. hemoragik yaitu sakit kepala ringan
atau sangat ringan, tidak ditemukan
kejang dan muntah saat serangan,
Metodologi Penelitian penurunan kesadaran ringan atau
sangat ringan, paresis salah satu atau
Metode yang digunakan dalam penelitian ini kedua anggota gerak dan atau wajah,
adalah library research, yang didasarkan aphasia, ataksia dan visual
pada sumber data online dan offline dengan terganggu. Serangan stroke non
merujuk pada buku-buku, jurnal, artikel yang hemoragik biasanya pada saat
berkaitan dengan topik terapi latihan pada penderita sedang istirahat atau tidak
pasien stroke sebagai sumber data untuk melakukan aktivitas berat (Haghighi
menjawab pertanyaan penelitian. et al., 2017).
Penggunaan buku difokuskan pada hal-hal
2) Stroke hemoragik adalah defisit
mendasar seperti jenis-jenis stroke, neurologis dimana terjadi kerusakan
problematik, fase penyembuhan, dan
atau nekrosis jaringan otak yang
penanganan umum fisioterapi. Untuk melihat disebabkan oleh pecahnya pembuluh
jenis terapi latihan, peneliti menggunakan
darah ke dalam atau sekitar otak.
beberapa sumber artikel yang relevan dalam
Stroke hemoragik dibagi menjadi
penggunaan terapi latihan pada kondisi
perdarahan subarachnoid dan
stroke. Pencarian menggunakan kata kunci
pendarahan intraserebral.
“Therapeutic Exercise AND Stroke” dan Pendarahan intraserebral biasanya
“Exercise Therapy AND Stroke”. Penelitian
mempengaruhi area otak yang lebih
ini bukanlah penelitian systematic review,
besar (Mitra, 2009).
sehingga penelusuran artikel hanya dipilih
dengan melihat kesesuaian artikel dengan Penyebab stroke hemoragik yaitu
objektif penelitian hipertensi, aneurisma, malformasi
arteri-venosa di mana paling sering
terjadi pada pembuluh darah kecil
Jurnal Fisioterapi Terapan Indonesia
Volume 1 No. 1, Mei-Oktober 2021
P-ISSN
E-ISSN

(Mitra, 2009, Stoke dan Stack, Secara umum, gerakan normal tergantung
2011). Tanda dan gejala stroke pada interaksi konstan dari struktur Sistem
hemoragik yaitu sakit kepala hebat, Saraf Pusat (SSP) (Edwards, 2002).
kesadaran menurun atau bingung Aktivitas saraf ini dianggap sebagai siklus
bahkan pingsan, kejang, mual dan selama proses kinerja gerakan normal yang
muntah pada saat serangan, vertigo, memperkuat pola gerakan. Gangguan dalam
biasanya emosional sebelum siklus ini, akan mempengaruhi hasil akhir.
serangan, paresis salah satu atau Jika ada tonus postural yang abnormal
kedua anggota gerak atau wajah, sebagai akibat dari kerusakan neurologis,
gangguan visual, gangguan bicara maka ada gerakan yang tidak teratur atau
dan leher kaku. Serangan stroke gerakan terbatas dikarenakan tonus postural
hemoragik biasanya terjadi pada saat mendukung proses kinerja suatu gerakan
penderita sedang beraktivas (Mitra, sehingga menghasilkan input sensorik yang
2009; Parmar, 2018). abnormal ke sistem saraf pusat. Hal ini dapat
menimbulkan respons yang dihasilkan oleh
b. Problematik umum pasien stroke usaha tersebut berupa kompensasi yaitu
menghasilkan gerakan abnormal dan adaptasi
Secara umum, problematik pada pasien postural abnormal (Edwards, 2002; Raj,
stroke tergantung lesi pada otak, biasanya 2006).
bermanifestasi sebagai kehilangan motorik,
sensorik dan persepsi pada sisi tubuh yang
berlawanan dari hemisfer atau lesi (Mitra,
2009). Bila kerusakan pada hemisfer kiri,
maka pasien akan mengalami gangguan
fungsi bahasa dan memori verbal
dikarenakan pada hemisfer kiri terdapat area
Broca yang merupakan pusat bahasa,
sedangkan bila kerusakan pada hemisfer
kanan, maka pasien akan mengalami
gangguan pada fungsi visuospatial,
visiomotor, memori visual dan emosi.
Gambar 1 Pola Respon Kerusakan SSP
Secara umum, problematik fisioterapi pada (Bryce, 1989)
pasien stroke yaitu hemiparese atau
hemiplegi anggota gerak (biasanya hanya c. Fase penyembuhan pada pasien stroke
salah satu sisi tubuh), gangguan tonus otot
yaitu flaccid (hipotonus) atau spastik Secara umum, fase penyembuhan pada
(hipertonus), gangguan sensorik, depresi, pasien stroke terbagi menjadi 3 yaitu flaccid
postural alignment/postural control, atau hipotonus (fase 1), spastisitas atau
gangguan keseimbangan (biasanya akibat hipertonus (fase 2-5) dan penyembuhan (fase
imobilisasi, gangguan sensasi dan gangguan 6) (Brunnstorm, 1970).
persepsi spasial), gangguan pola berjalan, a. Fase 1
depresi dan gangguan kemampuan
fungsional serta aktivitas sehari-hari Fase 1 yaitu flaccid dimana pasien tidak
(Saunders, Greig dan Mead, 2014). Pada dapat menggerakan anggota gerak yang
pasien stroke, biasanya muncul reaksi sakit.
asosiasi yang merupakan reaksi abnormal b. Fase 2
pada tonus postural dan gerakan kompensasi
yang merupakan gerakan pada bagian tubuh Pada fase 2 spastisitas mulai timbul.
lain yang seharusnya tidak bergerak tetapi Sinergis dasar ekstremitas muncul
ikut bergerak (Raj, 2006). sebagai reaksi asosiasi atau kompensasi
minimal atau pasien mulai dapat
Jurnal Fisioterapi Terapan Indonesia
Volume 1 No. 1, Mei-Oktober 2021
P-ISSN
E-ISSN

menggerakan sebagian anggota gerak trombosis deep vena dikarenakan imobilisasi


yang sakit baik secara disadari. (biasanya pada tungkai); urinary tract
infection terjadi karena kateter yang dipasang
c. Fase 3
saat pasien dalam masa tirah baring;
Pada fase 3 spastisitas semakin disfungsi usus; shoulder pain biasanya
meningkat atau berat dengan gerakan karena drop hand atau paresis akibat stroke;
pola sinergis yang disadari. Pasien dapat nyeri muskuloskeletal lainnya; dekubitus
menggerakan anggota geraknya hanya karena tirah baring; risiko jatuh dan masalah
dalam pola sinergis massal. Reaksi psikologi dan gangguan tidur (Mitra, 2009;
asosiasi dan kompensasi lebih nyata dan AHA, 2015). Jika komplikasi menunjukan
dalam pola yang sama dengan fungsional yang buruk, maka durasi
sinergisnya. perawatan inap lebih lama.
d. Fase 4 e. Penanganan umum Fisioterapi Pada
Pada fase 4 yaitu pola sinergis dan Kondisi Stroke Non Hemoragik
spastisitas mulai menurun. Pasien mulai
dapat menggerakan anggota geraknya Penanganan fisioterapi adalah untuk
diluar pola sinergis. Ada 3 gerakan memungkinkan pasien stroke mencapai
kombinasi yang merupakan ciri khas potensi fisik dan fungsional yang optimal dan
pada fase keempat yaitu meletakkan terdiri dari penggunaan teknik stimulasi dan
tangan di belakang tubuh, fleksi fasilitasi pembelajaran kembali suatu
shoulder, dan dapat melakukan gerakan gerakan, memahami masalah gerakan,
pronasi supinasi pada posisi fleksi pencegahan komplikasi sekunder,
elbow 90˚. pemeliharaan fisiologis tubuh dan
meningkatkan kemampuan fungsional (Stack
e. Fase 5 dan Stokes, 2011).
Pada fase 5 spastisitas minimal. Pasien 1) Tahap-tahap penatalaksanaan Fisioterapi
dapat melakukan gerakan kombinasi
yang lebih kompleks di luar pengaruh a) Tahap Akut
pola sinergis. Gerakan-gerakan pada Tujuan pada tahap akut yaitu
tahap ini yaitu mengangkat lengan ke mencegah pengabaian terhadap sisi
samping (horizontal abduksi shoulder), sakit, menghambat perkembangan
fleksi shoulder lebih dari 90˚ dengan pola sinergis, mencegah komplikasi
posisi ekstensi elbow. sekunder, menjaga fisiologis
f. Fase 6 kardiorespirasi, meningkatkan
kemampuan fungsional, edukasi
Pada fase ini spastisitas hilang dan bagi pasien dan keluarga. Pelayanan
pasien sudah dapat melakukan banyak fisioterapi pada tahap ini yaitu
kombinasi gerakan dengan koordinasi pengaturan posisi, chest fisioterapi,
yang cukup baik (jika dilihat sepintas weight bearing, dan edukasi kepada
tampak normal). pasien dan keluarga (Raj, 2006;
Stack dan Stokes, 2011). Mobilisasi
d. Komplikasi pada pasien stroke
dan stretching juga dapat membantu
Komplikasi medis atau sekunder akibat mempertahankan dan memelihara
stroke dapat mempengaruhi proses fisiologis jaringan otot agar tidak
pemulihan fungsional pasien stroke (Kim et tightness dan dapat diajarkan kepada
al., 2017). Komplikasi yang dapat terjadi kerabat pasien (Intercollegiate
yaitu stroke berulang; pneumonia akibat Working Party for Stroke, 2008).
imobillisasi selama tirah baring dan masalah Otot seperti hamstring, quadriceps,
menelan setelah stroke juga dapat adductor, tensor fascia lata, biceps,
mengakibatkan pneumonia aspirasi; fleksor wrist, dan lain-lain harus
Jurnal Fisioterapi Terapan Indonesia
Volume 1 No. 1, Mei-Oktober 2021
P-ISSN
E-ISSN

diberikan stretching. Latihan pasif posisi seperti duduk atau duduk


diberikan pada semua gerakan diatas bola untuk melatih
persendian (sesuai pola fungsional keseimbangan. Variasi lain dapat
atau gerakan selektif) setidaknya 10 dilakukan dengan posisi berdiri yang
repetisi dan 3-4 kali sehari. bertujuan memberikan stimulasi
pada sisi tubuh yang lemah dan
b) Tahap Spastik
meningkatkan keseimbangan statis
Tujuan pada tahap ini yaitu dan dinamis dengan latihan weight
normalisasi tonus, pengembangan bearing, latihan keseimbangan dan
pola fungsional yang normal, latihan mengarah ke gerakan
pencegahan kontraktur dan fungsional sehari-hari. Setelah
deformitas, pasien mandiri secara pasien dapat mengembangkan
fungsional dan mencapai keamanan berbagai komponen gerakan atau
pasien. Pada tahap spastik perlu latihan yang ada untuk melakukan
dilakukan terapi seperti normalisasi aktivitasnya sehari-hari, maka
tonus otot dengan tujuan mengurangi aktivitas fungsional dasar harus
spastik dan secara bersamaan secara langsung dipraktikkan untuk
memperkuat otot antagonis yang mendapatkan kemampuan
lemah (Raj, 2006). Normalisasi tonus fungsional secara mandiri. Setiap
otot dapat menggunakan teknik tugas fungsional yang dilakukan
seperti latihan gerak pasif, mobilisasi berulang kali selama periode waktu
sendi daerah yang terjadi kelemahan, dapat membantu proses
latihan bridging dengan bantuan sisi pembelajaran yang lebih cepat dari
yang sehat dan ditingkatkan dengan tugas-tugas tersebut dengan
fasilitasi yaitu menggunakan metode pembentukan informasi kognitif di
assisted exercise. Kemudian, latihan otak.
ditingkatkan dengan pergantian

Tabel 1. Rekomendasi Program Latihan Pasien Stroke (Mitra, 2009)


Jenis Latihan Tujuan Utama Dosis
Latihan Aerobik : Meningkatkan ADL secara 40% - 70% peak oxygen
berjalan, treadmill, mandiri, kecepatan atau efisiensi uptake;
static cycle, berjalan, toleransi aktivitas fisik 40% - 70% HR cadangan;
shoulder wheel, berkepanjangan, mengurangi 50% - 80% HRmax;
seated stepper risiko penyakit kardiovaskular RPE 11-14 (skala 6-20)
20–60 menit sesi/hari atau
dikalikan sesi 10 menit sesuai
toleransi.
Dilakukan 3-7 kali minggu.
Latihan Kekuatan: Meningkatkan ADL secara 1-3 set, 10-15 repetisi dari
1. Latihan sirkuit mandiri 8-10 latihan, dan melibatkan
2. Beban grup otot utama.
3. Tanpa beban Dilakukan 2-3 kali per minggu
4. Isometrik
Latihan Meningkatkan lingkup gerak 2-3 kali per minggu sebelum
Fleksibilitas yaitu sendi pada ekstremitas yang sakit atau sesudah latihan aerobik
stretching dan mencegah kontraktur atau latihan kekuatan.
Tahan setiap stretching selama
10-30 detik
Jurnal Fisioterapi Terapan Indonesia
Volume 1 No. 1, Mei-Oktober 2021
P-ISSN
E-ISSN

Latihan koordinasi Memperbaiki tingkat keamanan 2-3 kali per minggu;


dan keseimbangan selama ADL
Intensitas, frekuensi, dan durasi latihan yang disarankan tergantung pada tingkat
kesehatan dan kebugaran setiap pasien. Sesi latihan intermiten dapat diindikasikan pada
minggu-minggu awal terapi.

2) Jenis- jenis Terapi Latihan Spesifik Ketika PNF digunakan sebagai latihan
Pada Kondisi Stroke resistensi bertahap dengan pola diagonal
Terapi latihan atau exercise therapy dapat memaksimalkan perekrutan unit
merupakan latihan yang sistematik, motorik melalui stimulasi propioseptif
terencana dari gerakan tubuh maupun (Pollock et al., 2007; Ezema, 2018).
aktivitas fisik dengan tujuan mencegah Pendekatan Bobath adalah metode yang
kerusakan fungsi, mencegah faktor resiko efektif untuk meningkatkan keseimbangan
kesehatan, mengoptimalkan status postural dan sway postural dibandingkan
kesehatan dan kebugaran serta PNF setelah 6 minggu latihan dikarenakan
meningkatkan kemampuan fungsional pendekatan bobath memanfaatkan dan
(Kisner dan Colby, 2012). Dari sejumlah memfasilitasi neuroplastisitas melalui
pendekatan fisioterapi pada pasien stroke, intensifikasi awal (Krukowska et al., 2016).
pendekatan yang umum digunakan yaitu Ada satu penelitian yang mengemukakan
Bobath dan Propioceptive Neuromuscular bahwa ada peningkatan pada ke dua metode
Facilitation (PNF) (Abdullahi et al., 2015). tersebut tetapi ditemukan bahwa PNF lebih
efektif daripada Bobath dalam latihan
Berdasarkan beberapa penelitian yang
berjalan dan keseimbangan pada pasien
membandingkan kedua metode ini, didapati
stroke kronis. Secara umum, untuk
hasil yaitu tidak terjadi perubahan yang
pemulihan fungsional yang optimal, terapis
signifikan pada kedua metode ini. Pada
biasanya mengkombinasi ke dua metode ini
kelompok Bobath terjadi peningkatan
(Abdullahi et al., 2015). Meskipun, ada
tumpuan berat badan sisi
penelitian yang menyatakan PNF lebih baik
hemiplegia/hemiparese atau sisi sakit,
dalam meningkatkan kemampuan
kontrol keseimbangan, kemandirian
fungsional pasien (Anggiat et al. 2020)
fungsional activity daily living (ADL) dalam
waktu empat minggu dibandingkan Selain itu, berdasarkan beberapa penelitian
kelompok PNF (Wang et al., 2005; pada pasien stroke akut, intervensi
Bhalerao, Kulkarni, Kapoor, 2011). fisioterapi dengan Motor Relearning
Program (MRP) lebih efektif dalam
Respons awal dalam keseimbangan dan
mencegah timbulnya apatis (pengabaian)
aktivitas fungsional sehari-hari dapat
paska stroke dibandingkan Bobath. Hal
tercapai dikarenakan konsep Bobath
tersebut dikarenakan partisipasi aktif dan
mengakomodasi pasien pada tahap
kemandirian membantu dalam pembelajaran
pemulihan awal pasien stroke (tahap akut)
motorik tentang pola gerakan sehingga
(Kannabarian et al., 2016). Selama masa
mengurangi timbulnya sikap apatis paska
neuroplastisitas, pasien harus mempraktikan
stroke dan mencegah depresi. Hal tersebut
gerakan khusus beorientasi tugas yang
akan meningkatkan motivasi dan kognitif
diberikan oleh terapis untuk mendorong
paska stroke dikarenakan apatis berkaitan
plastisitas dan mendapatkan kembali fungsi
dengan penurunan fungsi kognitif (Chen et
yang hilang. Pada PNF terdapat peningkatan
al., 2018). Intervensi fisioterapi
fungsional yang konsisten dalam kegiatan
menggunakan MRP dapat membantu dalam
sehari-hari dan keseimbangan hanya setelah
pembelajaran kontrol motorik untuk
4 minggu di mana peningkatan ADL dan
meningkatkan ADL, ambulasi dan
atau keseimbangan dicatat dalam 6 atau 8
peningkatan kemandirian lebih awal
minggu (Ezema, 2018).
sehingga lebih baik daripada pendekatan
Bobath. Hal tersebut dikarenakan metode
Jurnal Fisioterapi Terapan Indonesia
Volume 1 No. 1, Mei-Oktober 2021
P-ISSN
E-ISSN

MRP melibatkan dan memperkenalkan b. Pengaruh Terapeutik


rutinitas normal sehari-hari atau tugas harian
Terapi latihan diharapkan
(Bhalerao et al., 2013). Konsep Bobath dan
memberikan pengaruh terapeutik
MRP dapat dikombinasikan karena
seperti memelihara dan
berkesinambungan, sehingga pemulihan
meningkatkan lingkup gerak
lebih cepat dalam meningkatkan aktivitas
sendi, meningkatkan kekuatan
fungsional dan transfer pada pasien stroke
otot, meningkatkan daya tahan,
daripada hanya menggunakan MRP
meningkatkan koordinasi,
(Kannabiran et al., 2016).
memperbaiki postur,
3) Pengaruh Terapi Latihan Terhadap meningkatkan keseimbangan dan
Tubuh Pasien Stroke meningkatkan kemampuan
fungsional (Stokes dan Stack,
Sebagai acuan umum, terapi latihan
2011; Luklukaningsih, 2017)
dapat memberikan pengaruh secara
fisiologis serta terapeutik pada pasien.
Berikut adalah pengaruh terapi latihan
yang terjadi pada pasien stroke:
a. Pengaruh Fisiologis Simpulan
Terapi latihan diharapkan Dari studi telaah yang dilakukan dapat
memberikan pengaruh fisiologis. disimpulkan bahwa stroke mempunyai fase
Pengaruh terhadap otot yaitu penyembuhan yang perlu diperhatikan untuk
menjaga fisiologis otot, menentukan terapi latihan yang tepat.
meningkatkan temperatur otot, Secara umum, latihan dasar yang
meningkatkan kontraksi dan diketahui oleh fisioterapis dapat dilakukan
kekuatan otot sehingga pada pasien stroke diberbagai tahap
meningkatkan muscle pump yang penyembuhan dengan tetap memperhatikan
menjadikan suplai oksigen dan tujuan yaitu meningkatkan kemampuan
nutrisi serta mengangkut sisa fungsional.
metabolisme lebih lancar.
Pengaruh terhadap kardiovaskuler Terapi latihan spesifik pada kasus
yaitu peningkatan volume darah stroke seperti PNF, Bobath dan MRP
berupa peningkatan tekanan darah mempunyai pengaruh yang tidak jauh
dan denyut nadi, vasodilatasi berbeda terhadap pasien stroke, sehingga
arteri dan kapiler serta sirkulasi dapat dikombinasikan untuk mendapatkan
vena. Pengaruh terhadap respirasi hasil yang optimal pada pasien stroke.
yaitu mempengaruhi pusat Secara garis besar, terapi latihan akan
pernapasan yang mengarah pada memberikan pengaruh fisiologis dan
peningkatan frekuensi pernapasan terapeutik yang baik pada pasien stroke.
akibat kebutuhan oksigen, dan
peningkatan VO2max. Pengaruh
terhadap sistem saraf yaitu Daftar Pustaka
meningkatkan produksi adrenalin
dan memberikan stimulasi atau Abdullahi, A., Abdu, Y.Y., Aliyu, M.A. (2015).
informasi pada otak dengan What do physiotherapist do in stroke
gerakan pola fungsional yang rehabilitation? A focus group discussion.
benar dan berulang dikarenakan Nigerian Journal of Neurorehabilitation,
dapat membantu proses 18 (2), 1-17.
Anggiat, L., Hon, W. H. C., Sokran, S. N. B. B.
neuroplastisitas (Losseff dan
M., & Mohammad, N. M. B. (2020). The
Thompson, 2004; Stokes dan changes of functional disability in non-
Stack, 2011). specific low back pain among university
Jurnal Fisioterapi Terapan Indonesia
Volume 1 No. 1, Mei-Oktober 2021
P-ISSN
E-ISSN

population after proprioceptive Feigin, V.L., Norrving, B., Mensah, G.A. (2017).
neuromuscular facilitation and mckenzie Global Burden of Stroke. Circulation
method. International Journal of Medical Research American Heart Association,
and Exercise Science, 6(1), 656-667. 120 (3), 439-448.
American Diabetes Association. (2014). Haghighi, S., Vahdati, S.S., Mikaeilpour, A.,
Diagnosis and classification of diabetes Ramouz, A. (2017). Camparison of
mellitus. Diabetes Care, 37 (Suppl 1), neurological clinical manifestation in
s81-s90. patients with hemorrhagic and ischemic
American Heart Association. (2015). Let’s talk stroke. World Journal of Emergency
about stroke : Complications after stroke. Medicine, 8 (1), 34-38.
American Heart Association, Inc. Intercollegiate Working Party for Stroke. (2008).
Bhalerao, G.V., Kulkarni, V., Kapoor, D. (2011). National Clinical Guidelines for Stroke
Comparison of two physiotherapy (3). London: Royal College of Physicians.
approaches in acute stroke rehabilitation: Kannabiran, B., Cathrine, S., Nagarani, R.,
Motor relearning program versus Bobath Senthil, R.K., Sahayaraj, S. (2016). A
approach. Journal of Orthopaedics and study on efficacy of Bobath technique and
Rehabilitation, 1 (1), 79-88. motor relearning programme on
Bhalerao, G.V., Kulkarani, V., Doshi, C., functional activities in hemiplegic
Rairikar, S., Shyam, A., Sanchetti, P. patients. International Journal of
(2013). Comparison of motor relearning Neurorehabilitation, 3 (6), 1-5.
programme versus Bobath approach at Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
every two weeks interval for improving (2018). Hasil utama Riskesdas:
activities of daily living and ambulation in Prevalensi stroke di Indonesia. Jakarta:
acute stroke rehabilitation. International Riskesdas.
Journal of Basic and Applied Medical Kim, B., Lee, J., Sohn, M.K., Kim, D.Y., Lee, S.,
Sciences, 3 (3), 70-77. Shin, Y., Oh, G., et al. (2017). Risk
Boehme, A.K., Esenwa, C., Elkind, M.S.V. Factors and Functional Impact of Medical
(2017). Stroke risk factors, genetics, and Complication in Stroke. Ann Rehabil
prevention. Circulation Research Med, 41 (5), 753-760.
American Heart Association, Inc, 120 (3), Kisner, C., Colby, L.A. (2012). Therapeutic
472-495. Exercise: Foundations and techniques
Brunnstrom, S. (1970). Movement therapy in (6). Philadelphia: F.A. Davis Company.
hemiplegia: A neuro-physiological Krukowska, J., Bugajski, M., Sienkiewicz, M.,
approach. New York: Harper & Row. Czernicki, J. (2016). The influence of
Bryce, J. (1989). Lecture: The Bobath concept. NDT-Bobath and PNF methods on the
International Bobath Tutor's Meeting, field support and total path length
Nijmegen, Holland. measure foot pressure (COP) in patients
Chen, L., Xiong, S., Liu, Y., Lin, M., Zhu, L., after stroke. Neurol Neurochir Pol,
Zhong, R., et al. (2018). Comparison of Elsevier, 50 (6), 449-454.
motor relearning program versus Bobath Losseff, N., Thompson, A.J. (2004).
approach for prevention of postroke Neurological rehabilitation of stroke.
apathy: A randomized controlled trial. United Kingdom: Taylor & Francis
Journal of Stroke and Cerebrovascular Group.
Diseases, 28 (3), 655-664. Luklukaningsih, Z. (2017). Anatomi, fisiologi,
Edwards, S. (2002). Neurological dan fisioterapi dilengkapi dengan terapi
Physiotherapy: A problem-solving latihan (2). Yogyakarta: Nuha Medika.
approach (2). Edinburg: Churchill Mitra, P.K. (2009). Handbook of practical
Livingstone Elsevier. neurophysiotherapy. New Delhi: Jaypee
Ezema, C.I., Nweke, M.C., Uroko, S.U., Brothers Medical Publishers (P) Ltd.
Uduonu, E.M., Uchenwoke, C.U. (2018). Parmar, P. (2018). Stroke: Classification and
Bobath versus Propioceptive diagnosis. Royal Pharmaceutical Society,
Neuromuscular Facilitation in retraining The Pharmaceutical Journal, 10 (1), 1-
of balance and functional independence in 14.
activities of daily living. Asian Journal of Patricia, H., Kembuan, M.A.H.N.,
Research and Reports in Neurology, 1 (1), Tumboimbela, M.J. (2015). Karakteristik
1-15. penderita stroke iskemik yang dirawat
Jurnal Fisioterapi Terapan Indonesia
Volume 1 No. 1, Mei-Oktober 2021
P-ISSN
E-ISSN

inap di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou stages after stroke: A randomized


Manado tahun 2012-2013. Jurnal e- controlled study. Clinical Rehabilitation,
Clinic, 3 (1), 445-451. 19 (2), 155-164.
Pollock, A., Baer, G., Langhorne, P., Pomeroy,
V. (2007). Physiotherapy treatment
approaches for the recovery of postural
control and lower limb function following
stroke: A systematic review. Clinical
Rehabilitation, Sage, 21 (5), 395-410.
Raj, G.S. (2006). Physiotherapy in neuro-
conditions. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publishers (P) Ltd.
Roger, V.L., Go, A.S., Lioyd-Jones, D.M.,
Benjamin, E.J., Berry, J.D., Borden,
W.B., et al. (2012). Executive summary:
Heart disease and stroke statistics—2012
update: A report from the American Heart
Association. Circulation American Heart
Association, 125 (1), 188-197.
Sakakibara, B.M., Kim, A.J., Eng, J.J. (2017). A
systematic review and meta-analysis on
self-management for improving risk
factor control in stroke patients.
International Journal of Behavioral
Medicine, 24 (1), 42-53.
Saunders, D.H., Greig, C.A., Mead, G.E. (2014).
Physical activity and exercise after stroke
review of multiple meaningful benefits.
Stroke American Heart Association, Inc,
45 (12), 3742-3747.
Stokes, M., Stack, E. (2011). Physical
management for neurogical conditions
(3). British: Elsevier.
Torpy, J.M., Burke, A.E., Glass, R.M. (2010).
Hemorrhagic stroke. The Journal of the
American Medical Association, JAMA,
303 (22), 2321.
Van Asch, C.J., Luitse, M.J., Rinkel, G.J., van
der Tweel, I., Algara, A., Klijin, C.J., et
al. (2010). Incidence, case fatality, and
functional outcome of intracerebral
haemorrhage over time, according to age,
sex, and ethnic origin: A systematic
review and meta-analysis. Lancet Neurol,
9 (2), 167-176.
van Duijnhoven, R.J.H., Heeren, A., Peters,
M.A.M., Veerbeek, M.J., Kwakkel, G.,
Geurts, H.C.A., et al,. (2016). Effects of
exercise therapy on balance capacity in
chronic stroke: A systematic review and
meta-analysis. American Heart
Association, Inc, 47, 2603-2610.
Wang, R.Y., Chen, H.I., Chen, C.Y., Yang, Y.R.
(2005). Efficacy of Bobath versus
orthopaedic approach on impairment and
function at different motor recovery

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy