Terapi Latihan Pada Kondisi Stroke: Kajian Literatur: Exercise Therapy in Stroke Condition: A Literature Review
Terapi Latihan Pada Kondisi Stroke: Kajian Literatur: Exercise Therapy in Stroke Condition: A Literature Review
Terapi Latihan Pada Kondisi Stroke: Kajian Literatur: Exercise Therapy in Stroke Condition: A Literature Review
ABSTRACT
Stroke is a neurological deficit that occurs suddenly caused by vascular disorders in the form of lack of
oxygen supply to the brain that lasts more than 24 hours, resulting in damage or necrosis of brain tissue.
Hemorrhagic and non-hemorrhagic strokes can cause problems or disorders in stroke patients both
physically and psychologically according to the location of the damage. Exercise therapy is one of the
physiotherapy interventions that focus on physical or passive and active exercises or physical activities
that are systematic, planned, structured and repetitive with the correct movement patterns for a specific
purpose of returning musculoskeletal function to normal due to injury or disease, preventing malfunction,
improve, restore physical abilities, prevent health risk factors and optimize health status, fitness and
provide correct information to the brain. The method used in this study is library research, which is based
on online and offline data sources by referred to books, journals, articles related to the topic of exercise
therapy in stroke patients and discussed as a data source to answer research questions. Exercise therapy
needs to be considered to the healing process in a stroke condition. In addition, both primary and specific
exercise therapy can give beneficial effects on patients with stroke conditions.
ABSTRAK
Stroke merupakan defisit neurologis yang terjadi tiba-tiba disebabkan oleh gangguan vaskular berupa
kekurangan suplai oksigen ke otak yang berlangsung lebih dari 24 jam sehingga mengakibatkan kerusakan
atau nekrosis jaringan otak. Stroke hemoragik maupun non hemoragik dapat menyebabkan masalah atau
gangguan pada penderita stroke baik fisik maupun psikis sesuai dengan lokasi kerusakannya. Exercise
therapy merupakan salah satu intervensi atau tindakan fisioterapi yang memfokuskan pada latihan gerak
atau kegiatan fisik baik secara aktif maupun pasif yang sistematik, direncanakan, terstruktur dan berulang-
ulang dengan pola gerakan yang benar untuk tujuan tertentu yaitu memberikan informasi yang benar pada
otak, mengembalikan fungsi muskuloskeletal ke normal akibat cedera atau penyakit, mencegah kerusakan
fungsi, mencegah faktor resiko kesehatan, mengoptimalkan status kesehatan dan kebugaran, serta
meningkatkan kemampuan fungsional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah library
research, yang di dasarkan pada sumber data online dan offline dengan merujuk pada buku-buku, jurnal,
artikel yang berkaitan dengan topik terapi latihan pada pasien stroke dan dibahas sebagai sumber data untuk
menjawab pertanyaan penelitian. Terapi latihan perlu disesuaikan dengan kondisi penyembuhan stroke.
Selain itu, baik terapi latihan dasar dan spesifik dapat memberikan pengaruh yang baik pada pasien dengan
kondisi stroke.
(Mitra, 2009, Stoke dan Stack, Secara umum, gerakan normal tergantung
2011). Tanda dan gejala stroke pada interaksi konstan dari struktur Sistem
hemoragik yaitu sakit kepala hebat, Saraf Pusat (SSP) (Edwards, 2002).
kesadaran menurun atau bingung Aktivitas saraf ini dianggap sebagai siklus
bahkan pingsan, kejang, mual dan selama proses kinerja gerakan normal yang
muntah pada saat serangan, vertigo, memperkuat pola gerakan. Gangguan dalam
biasanya emosional sebelum siklus ini, akan mempengaruhi hasil akhir.
serangan, paresis salah satu atau Jika ada tonus postural yang abnormal
kedua anggota gerak atau wajah, sebagai akibat dari kerusakan neurologis,
gangguan visual, gangguan bicara maka ada gerakan yang tidak teratur atau
dan leher kaku. Serangan stroke gerakan terbatas dikarenakan tonus postural
hemoragik biasanya terjadi pada saat mendukung proses kinerja suatu gerakan
penderita sedang beraktivas (Mitra, sehingga menghasilkan input sensorik yang
2009; Parmar, 2018). abnormal ke sistem saraf pusat. Hal ini dapat
menimbulkan respons yang dihasilkan oleh
b. Problematik umum pasien stroke usaha tersebut berupa kompensasi yaitu
menghasilkan gerakan abnormal dan adaptasi
Secara umum, problematik pada pasien postural abnormal (Edwards, 2002; Raj,
stroke tergantung lesi pada otak, biasanya 2006).
bermanifestasi sebagai kehilangan motorik,
sensorik dan persepsi pada sisi tubuh yang
berlawanan dari hemisfer atau lesi (Mitra,
2009). Bila kerusakan pada hemisfer kiri,
maka pasien akan mengalami gangguan
fungsi bahasa dan memori verbal
dikarenakan pada hemisfer kiri terdapat area
Broca yang merupakan pusat bahasa,
sedangkan bila kerusakan pada hemisfer
kanan, maka pasien akan mengalami
gangguan pada fungsi visuospatial,
visiomotor, memori visual dan emosi.
Gambar 1 Pola Respon Kerusakan SSP
Secara umum, problematik fisioterapi pada (Bryce, 1989)
pasien stroke yaitu hemiparese atau
hemiplegi anggota gerak (biasanya hanya c. Fase penyembuhan pada pasien stroke
salah satu sisi tubuh), gangguan tonus otot
yaitu flaccid (hipotonus) atau spastik Secara umum, fase penyembuhan pada
(hipertonus), gangguan sensorik, depresi, pasien stroke terbagi menjadi 3 yaitu flaccid
postural alignment/postural control, atau hipotonus (fase 1), spastisitas atau
gangguan keseimbangan (biasanya akibat hipertonus (fase 2-5) dan penyembuhan (fase
imobilisasi, gangguan sensasi dan gangguan 6) (Brunnstorm, 1970).
persepsi spasial), gangguan pola berjalan, a. Fase 1
depresi dan gangguan kemampuan
fungsional serta aktivitas sehari-hari Fase 1 yaitu flaccid dimana pasien tidak
(Saunders, Greig dan Mead, 2014). Pada dapat menggerakan anggota gerak yang
pasien stroke, biasanya muncul reaksi sakit.
asosiasi yang merupakan reaksi abnormal b. Fase 2
pada tonus postural dan gerakan kompensasi
yang merupakan gerakan pada bagian tubuh Pada fase 2 spastisitas mulai timbul.
lain yang seharusnya tidak bergerak tetapi Sinergis dasar ekstremitas muncul
ikut bergerak (Raj, 2006). sebagai reaksi asosiasi atau kompensasi
minimal atau pasien mulai dapat
Jurnal Fisioterapi Terapan Indonesia
Volume 1 No. 1, Mei-Oktober 2021
P-ISSN
E-ISSN
2) Jenis- jenis Terapi Latihan Spesifik Ketika PNF digunakan sebagai latihan
Pada Kondisi Stroke resistensi bertahap dengan pola diagonal
Terapi latihan atau exercise therapy dapat memaksimalkan perekrutan unit
merupakan latihan yang sistematik, motorik melalui stimulasi propioseptif
terencana dari gerakan tubuh maupun (Pollock et al., 2007; Ezema, 2018).
aktivitas fisik dengan tujuan mencegah Pendekatan Bobath adalah metode yang
kerusakan fungsi, mencegah faktor resiko efektif untuk meningkatkan keseimbangan
kesehatan, mengoptimalkan status postural dan sway postural dibandingkan
kesehatan dan kebugaran serta PNF setelah 6 minggu latihan dikarenakan
meningkatkan kemampuan fungsional pendekatan bobath memanfaatkan dan
(Kisner dan Colby, 2012). Dari sejumlah memfasilitasi neuroplastisitas melalui
pendekatan fisioterapi pada pasien stroke, intensifikasi awal (Krukowska et al., 2016).
pendekatan yang umum digunakan yaitu Ada satu penelitian yang mengemukakan
Bobath dan Propioceptive Neuromuscular bahwa ada peningkatan pada ke dua metode
Facilitation (PNF) (Abdullahi et al., 2015). tersebut tetapi ditemukan bahwa PNF lebih
efektif daripada Bobath dalam latihan
Berdasarkan beberapa penelitian yang
berjalan dan keseimbangan pada pasien
membandingkan kedua metode ini, didapati
stroke kronis. Secara umum, untuk
hasil yaitu tidak terjadi perubahan yang
pemulihan fungsional yang optimal, terapis
signifikan pada kedua metode ini. Pada
biasanya mengkombinasi ke dua metode ini
kelompok Bobath terjadi peningkatan
(Abdullahi et al., 2015). Meskipun, ada
tumpuan berat badan sisi
penelitian yang menyatakan PNF lebih baik
hemiplegia/hemiparese atau sisi sakit,
dalam meningkatkan kemampuan
kontrol keseimbangan, kemandirian
fungsional pasien (Anggiat et al. 2020)
fungsional activity daily living (ADL) dalam
waktu empat minggu dibandingkan Selain itu, berdasarkan beberapa penelitian
kelompok PNF (Wang et al., 2005; pada pasien stroke akut, intervensi
Bhalerao, Kulkarni, Kapoor, 2011). fisioterapi dengan Motor Relearning
Program (MRP) lebih efektif dalam
Respons awal dalam keseimbangan dan
mencegah timbulnya apatis (pengabaian)
aktivitas fungsional sehari-hari dapat
paska stroke dibandingkan Bobath. Hal
tercapai dikarenakan konsep Bobath
tersebut dikarenakan partisipasi aktif dan
mengakomodasi pasien pada tahap
kemandirian membantu dalam pembelajaran
pemulihan awal pasien stroke (tahap akut)
motorik tentang pola gerakan sehingga
(Kannabarian et al., 2016). Selama masa
mengurangi timbulnya sikap apatis paska
neuroplastisitas, pasien harus mempraktikan
stroke dan mencegah depresi. Hal tersebut
gerakan khusus beorientasi tugas yang
akan meningkatkan motivasi dan kognitif
diberikan oleh terapis untuk mendorong
paska stroke dikarenakan apatis berkaitan
plastisitas dan mendapatkan kembali fungsi
dengan penurunan fungsi kognitif (Chen et
yang hilang. Pada PNF terdapat peningkatan
al., 2018). Intervensi fisioterapi
fungsional yang konsisten dalam kegiatan
menggunakan MRP dapat membantu dalam
sehari-hari dan keseimbangan hanya setelah
pembelajaran kontrol motorik untuk
4 minggu di mana peningkatan ADL dan
meningkatkan ADL, ambulasi dan
atau keseimbangan dicatat dalam 6 atau 8
peningkatan kemandirian lebih awal
minggu (Ezema, 2018).
sehingga lebih baik daripada pendekatan
Bobath. Hal tersebut dikarenakan metode
Jurnal Fisioterapi Terapan Indonesia
Volume 1 No. 1, Mei-Oktober 2021
P-ISSN
E-ISSN
population after proprioceptive Feigin, V.L., Norrving, B., Mensah, G.A. (2017).
neuromuscular facilitation and mckenzie Global Burden of Stroke. Circulation
method. International Journal of Medical Research American Heart Association,
and Exercise Science, 6(1), 656-667. 120 (3), 439-448.
American Diabetes Association. (2014). Haghighi, S., Vahdati, S.S., Mikaeilpour, A.,
Diagnosis and classification of diabetes Ramouz, A. (2017). Camparison of
mellitus. Diabetes Care, 37 (Suppl 1), neurological clinical manifestation in
s81-s90. patients with hemorrhagic and ischemic
American Heart Association. (2015). Let’s talk stroke. World Journal of Emergency
about stroke : Complications after stroke. Medicine, 8 (1), 34-38.
American Heart Association, Inc. Intercollegiate Working Party for Stroke. (2008).
Bhalerao, G.V., Kulkarni, V., Kapoor, D. (2011). National Clinical Guidelines for Stroke
Comparison of two physiotherapy (3). London: Royal College of Physicians.
approaches in acute stroke rehabilitation: Kannabiran, B., Cathrine, S., Nagarani, R.,
Motor relearning program versus Bobath Senthil, R.K., Sahayaraj, S. (2016). A
approach. Journal of Orthopaedics and study on efficacy of Bobath technique and
Rehabilitation, 1 (1), 79-88. motor relearning programme on
Bhalerao, G.V., Kulkarani, V., Doshi, C., functional activities in hemiplegic
Rairikar, S., Shyam, A., Sanchetti, P. patients. International Journal of
(2013). Comparison of motor relearning Neurorehabilitation, 3 (6), 1-5.
programme versus Bobath approach at Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
every two weeks interval for improving (2018). Hasil utama Riskesdas:
activities of daily living and ambulation in Prevalensi stroke di Indonesia. Jakarta:
acute stroke rehabilitation. International Riskesdas.
Journal of Basic and Applied Medical Kim, B., Lee, J., Sohn, M.K., Kim, D.Y., Lee, S.,
Sciences, 3 (3), 70-77. Shin, Y., Oh, G., et al. (2017). Risk
Boehme, A.K., Esenwa, C., Elkind, M.S.V. Factors and Functional Impact of Medical
(2017). Stroke risk factors, genetics, and Complication in Stroke. Ann Rehabil
prevention. Circulation Research Med, 41 (5), 753-760.
American Heart Association, Inc, 120 (3), Kisner, C., Colby, L.A. (2012). Therapeutic
472-495. Exercise: Foundations and techniques
Brunnstrom, S. (1970). Movement therapy in (6). Philadelphia: F.A. Davis Company.
hemiplegia: A neuro-physiological Krukowska, J., Bugajski, M., Sienkiewicz, M.,
approach. New York: Harper & Row. Czernicki, J. (2016). The influence of
Bryce, J. (1989). Lecture: The Bobath concept. NDT-Bobath and PNF methods on the
International Bobath Tutor's Meeting, field support and total path length
Nijmegen, Holland. measure foot pressure (COP) in patients
Chen, L., Xiong, S., Liu, Y., Lin, M., Zhu, L., after stroke. Neurol Neurochir Pol,
Zhong, R., et al. (2018). Comparison of Elsevier, 50 (6), 449-454.
motor relearning program versus Bobath Losseff, N., Thompson, A.J. (2004).
approach for prevention of postroke Neurological rehabilitation of stroke.
apathy: A randomized controlled trial. United Kingdom: Taylor & Francis
Journal of Stroke and Cerebrovascular Group.
Diseases, 28 (3), 655-664. Luklukaningsih, Z. (2017). Anatomi, fisiologi,
Edwards, S. (2002). Neurological dan fisioterapi dilengkapi dengan terapi
Physiotherapy: A problem-solving latihan (2). Yogyakarta: Nuha Medika.
approach (2). Edinburg: Churchill Mitra, P.K. (2009). Handbook of practical
Livingstone Elsevier. neurophysiotherapy. New Delhi: Jaypee
Ezema, C.I., Nweke, M.C., Uroko, S.U., Brothers Medical Publishers (P) Ltd.
Uduonu, E.M., Uchenwoke, C.U. (2018). Parmar, P. (2018). Stroke: Classification and
Bobath versus Propioceptive diagnosis. Royal Pharmaceutical Society,
Neuromuscular Facilitation in retraining The Pharmaceutical Journal, 10 (1), 1-
of balance and functional independence in 14.
activities of daily living. Asian Journal of Patricia, H., Kembuan, M.A.H.N.,
Research and Reports in Neurology, 1 (1), Tumboimbela, M.J. (2015). Karakteristik
1-15. penderita stroke iskemik yang dirawat
Jurnal Fisioterapi Terapan Indonesia
Volume 1 No. 1, Mei-Oktober 2021
P-ISSN
E-ISSN