Kearifan Lokal Kabanti Untuk Masyarakat Buton (Penelitian Analisis Konten)

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Parameter Volume 29 No.

2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.292.07
P-ISSN : 0216-26IX

KEARIFAN LOKAL KABANTI UNTUK MASYARAKAT BUTON


(PENELITIAN ANALISIS KONTEN)
Sahlan
Universitas Halu Oleo
Email: sahlan89@yahoo.com

Abstract

The aims of this research is to describe the local wisdom in Kabanti for people of Buton. In order to describe
the matter, the researcher Ude through five informan and three Kabanties written by Haji Abdulu Ganiyyu
as the source of data. The data were collected using observation, interview, and documentation techniques.
The data validity were varified using triangulation method through theoretical and logical information.
The data were analyzed using content analysis, hermeneutic and semiotic. The research conclude the
general illustration of kabanti looks like Poe that apart of them be sang by the people of Buton. Kabanti
containing the values of local wisdom in for aspects. The first aspect, the live vision of the people of Buton
is based on religous value namenly the relation of human being with Allah SWT, the relation of human
being with human being, and the relation of human being with the nature. The Second, norma or law aspect
of the people of Buton have values; Obey to regulation, fair attitude, to take the honorable to the human
being and always Control themselves. The Third aspect, social aspect of the people of Buton have the
values; Love, Care, take the honorable Beach other and respect. The Fourth, the culture aspect of the
people of Buton have the values, sincerity, tolerance, togetherness all. Therefore, local wisdom in kabanto
of Buton society has implications for the insight Development and student implementation in learning
Education character.

Key Words: local wisdom, character, culture, norm, value.

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kearifan lokal Kabanti untuk masyarakat Buton. Untuk
mendeskripsikan materi ini, peneliti Ude melalui 5 informan dan 3 orang penulis Kabanti oleh Haji ABdulu
Ganiyyu sebagai sumber data. Data dikumpulkan menggunakan observasi, wawancara, dan teknik
dokumentasi. data validitas menggunakan metode triangulasi melalui teori dan informasi logis. Data
dianalisis menggunakan analisis konten, hermeneutic and semiotic. Peneliti menyimpulkan ilustrasi umum
dari Kabanti seperti puisi bahwa bagian mereka adalah lagu masyarakat Buton. Kabanti yang berisi nilai-
nilai kearifan lokal dalam beberapa aspek. Aspek pertama, visi kehidupan masyarakat Buton didasarkan
nilai religius yang mengutamakan hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan
manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Kedua, norma atau aspek hukum masyarakat Buton
memiliki nilai yaitu: patuh pada peraturan, sikap adil, menghormati manusia dan selalu mengkontrol diri
mereka. Aspek ketiga, aspek sosial masyarakat Buton memiliki beberapa nilai yaitu: Cinta, peduli dan
saling menghormati. Keempat, aspek budaya masyarakat Buton memiliki beberapa nilai, kasih sayang,
toleransi, dan kebersamaan. Oleh karena itu kearifan lokal Kabanti masyarakat Buton memiliki implikasi
untuk perkembangan pengetahuan dan penerapan pendidikan karakter untuk siswa

Kata kunci: kearifan lokal, karakter, budaya, norma, nilai

192
Jurnal Parameter Volume 29 No. 2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.292.07
P-ISSN : 0216-26IX

1. PENDAHULUAN pelajar banyak terlibat dalam berbagai


Puisi sebagai salah satu bentuk sastra perilaku negatif seperti tawuran, pornografi,
merupakan hasil pemikiran manusia yang dan bentuk kriminal lainnya yang berbeda
konkret dan artistik dengan bahasa perasaan dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
(emosional). Pradopo (2000: 7) menyimpul- Dalam konteks ini nilai diartikan sebagai
kan adanya tiga unsur pokok dalam puisi, patokan normatif yang mempengaruhi
yaitu pertama pemikiran atau ide, kedua manusia untuk menentukan pilihannya di
bentuk atau struktur, dan ketiga kesan atau antara cara-cara berpikir, bertindak, dan
pesan yang ingin disampaikan. Oleh karena berprilaku.
itu, Kabanti sebagai bentuk puisi daerah yang Oleh karena itu, perlu ada upaya
sarat dengan; nilai-nilai dan norma, serta penyaringan (filter) yang salah satunya
falsafah hidup yang dalam tulisan ini disebut adalah menggali kearifan lokal dalam sastra
sebagai kearifan lokal. daerah seperti kabanti pada masyarakat
Kearifan lokal merupakan gagasan Buton. Mengenal serta memahmi kearifan
pengetahuan dari suatu komunitas lokal dapat menjadi landasan berpijak dalam
masyarakat yang digunakan dari generasi ke hidup di tengah-tengah masyarakat yang
generasi selanjutnya untuk bertahan hidup multietnis. Kearifan lokal itu juga dapat
dalam suatu lingkungan kolektif (Gunawan, menjadi bahan-bahan pembelajaran di
2003: 6). Kabanti yang menjadi bahan kajian sekolah agar generasi memahami nilai-nilai
ini dapat mengandung aspek-aspek kearifan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
lokal, karena kabanti merupakan karya sastra Nilai-nilai kehidupan yang dibangun melalui
masyarakat Buton yang berbentuk puisi. sarana pembelajaran kearifan lokal dengan
Masuknya ajaran Islam di Buton mengubah sendirinya akan menjadi landasan kearifan
kerajaan menjadi Kesultanan Buton (1538 nasional, sehingga terbentuk suatu generasi
M) turut mewarnai perkembangan yang memiliki ketahanan karakter yang
kesusastraan masyarakat Buton, terutama kokoh dari berbagai pengaruh budaya lain
Kabanti. Pada awal Kesultanan Buton terutama budaya asing.
kesusastraan hanya diwariskan secara turun- Telaah tentang nilai-nilai kearifan
temurun, karena saat itu belum mengenal lokal, saat ini dipandang sangat relevan
aksara (Saidi, 2005:2). Kabanti merupakan dengan rintisan penyelenggaraan pendidikan
bagian dari wujud kearifan lokal. Kearifan karakter. Menurut Zubaedi (2011: 72) mulai
lokal merupakan usaha yang dilakukan oleh tahun 2011 semua satuan pendidikan di
manusia untuk memberikan makna secara Indonesia mulai melaksanakan pendidikan
manusiawi untuk menata kehidupan mereka karakter. Tujuannya adalah mengembangkan
yang manusiawi pula yakni dalam wujud karakter peserta didik yang berlandas pada
nilai-nilai luhur. nilai-nilai luhur bangsa.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa Pertimbangan dipilihnya kabanti karya
nilai-nilai luhur kehidupan masyarakat kita sastra masyarakat Buton sebagai bahan
telah mulai luntur. Banyak nilai-nilai kearifan kajian dalam penelitian ini. Pertimbangan
lokal mulai diabaikan oleh masyarakat lokal lain adalah (a) kabanti merupakan warisan
terutama generasi muda sebagai dampak dari yang telah ada sejak Kesultanan Buton, (b)
era globalisasi. Lunturnya, nilai-nilai luhur para seniman kabanti secara umum dari para
masyarakat terkontaminasi budaya-buaya pejabat Kesultanan Buton, (c) kabanti ditulis
asing yang berbeda dengan nilai-nilai dalam aksara Arab yang dikenal dengan Buri
kehidupan masyarakat kita. Saat ini para Wolio.

193
Jurnal Parameter Volume 29 No. 2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.292.07
P-ISSN : 0216-26IX

seperti perencaaan, keputusan, dan nasihat


A. Kabanti Bentuk Puisi Masyarakat yang diterapkan dalam kehidupan
Buton masyarakat. Masyarakat multikultur mem-
Wujud puisi adalah bahasa padat punyai dampak negatif dan positif. Pada satu
(sedikit kata-kata, tetapi mengandung banyak sisi, tradisi majemuk dalam masyarakat
makna). Keindahan struktur (rima, ritme, multikultur selalu terjadi konflik budaya, dan
musikalitas) dalam bahasa yang digunakan pada sisi yang lain tradisi yang berbeda dapat
sangat diperhatikan. Makna yang terkandung saling melengkapi.
dalam puisi dapat berupa pikiran, perasaan, Rahyono (2009: 8) merilis pandangan
pendapat, kritikan, dan lain-lain. Pada tentang local genius bahwa lokal genius
masyarakat Buton sebagai turunan dari merupakan kecerdasan manusia yang
masyarakat kesultanan kabanti dipandang dimiliki oleh sekelompok etnis dari
sebagai bentuk puisi yang menyerupai syair. masyarakat yang diperoleh melalui
Puisi yang dimiliki oleh masyarakat Buton pengalaman hidupnya dan terwujud dalam
memiliki kemiripan dengan bentuk-bentuk ciri-ciri budaya yang dimilikinya.
syair di berbagai daerah (Zuhdi, 2010: 30). Kecerdasan yang dimiliki oleh masyarakat
Puisi Kabanti berkembang pesat setelah bersangkutan dalam menghasilkan budaya
masuknya agama islam di Kerajaan Buton. berdasarkan pengalaman hidupnya.
Masuknya ajaran agama islam sanggup Pembelajaran kearifan lokal menjadi penting
mengubah status kerajaan Buton menjadi karena sekarang ini dunia pendidikan
kerajaan Islam (kesultanan) yang turut pula termasuk di Indonesia sedang mewacanakan
mewarnai perkembangan sastra di Buton. pendidikan multikultural. Pendidikan
Dari segi bentuknya, kesusastraan jenis multikultural itu sendiri memiliki banyak
Kabanti dapat dikelompokkan menjadi dua makna (Supriyoko, 2005: 15-16). Kearifan
bagian, yaitu pantun dan syair. Kabanti yang lokal harus ditanamkan secara dini kepada
tergolong kelompok pantun pada umumnya siswa. Untuk itu, kearifan lokal hendaknya
berbentuk pendek-pendek, kadang-kadang menjadi bahan pembelajaran di sekolah.
terdiri atas lampiran dan isi, dan kadang pula Materi kearifan lokal dapat reintegrasi dalam
hanya berupa isi saja. Syair bentuknya Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
panjang-panjang, dan merupakan hasil dan pembelajaran Muatan Lokal.
pengolahan secara bebas dari kesusastraan
bentuk prosa. C. Pendidikan Karakter
David Elkind dan Freddy Sweet yang
B. Kearifan Lokal dikutip oleh Zubaedi (2011: 15) menyatakan
Kearifan lokal merupakan inti bahwa pendidikan karakter adalah usaha
pengetahuan suatu masyarakat dan sebagai secara sengaja untuk membantu peserta didik
pengetahuan yang menyeimbangkan agar dapat memahami dan menerapkan nilai-
kepentingan bersama. Stenberg (1993: 317- nilai etika. Hal ini berarti untuk mendukung
320) menyatakan bahwa kearifan merupakan perkembangan karakter peserta didik, harus
suatu konstruk yang multidimensional, yakni melibatkan seluruh komponen sekolah baik
perpaduan dari elemen-elemen kognitif, dari aspek isi kurikulum, proses
afektif, dan konatif. Jadi, kearifan pembelajaran, aktivitas ko-kurikuler, mata
berkembang berdasarkan keseimbangan pelajaran, dan komponen sekolah. Muatan-
kognisi, konsesi, dan afeksi. Proses kearifan muatan dalam pendidikan karakter sangat
tersebut menghasilkan produk-produk arif, relevan dengan nilai-nilai luhur bangsa

194
Jurnal Parameter Volume 29 No. 2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.292.07
P-ISSN : 0216-26IX

Indonesia. Nilai-nilai luhur tersebut banyak 2. METODOLOGI PENELITIAN


tercermin pada karya-karya sastra daerah Penelitian ini menggunakan metode
yang tersebar di nusantara, termasuk sastra kualitatif dengan teknik analisis isi (content
daerah bentuk puisi Kabanti masyarakat analysis). Dalam penerapan teknik ini
Buton. Khusus pada kabanti puisi masyarakat dipadukan dengan teknik telaah sastra yakni
Buton telah dijadikan sebagai petunjuk dan telaah hermeneutik dan semiotik. Berdasar-
pedoman masyarakat dalam beraktivitas baik kan tujuan itu, maka yang menjadi subtujuan
untuk kepentingan kehidupan dunia maupun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
untuk kepentingan kehidupan di akhirat. (1) untuk mengungkapkan gambaran umum
Oleh karena itu, pendidikan karakter kabanti sebagai bentuk puisi masyarakat
dapat berkolaborasi dengan kearifan lokal Buton. (2) untuk mengungkapkan bentuk-
dalam menanamkan nilai-nilai luhur yang bentuk kearifan lokal dalam kabanti pada
dipandang relevan dengan pilar-pilar dalam aspek pandangan hidup masyarakat. (3)
pendidikan karakter yang telah dirancang untuk mengungkap bentuk-bentuk kearifan
dalam pembelajaran di sekolah. Hal ini lokal dalam kabanti pada aspek norma
dimaksudkan untuk dapat mempercepat masyarakat. (4) untuk mengungkap bentuk-
pemahaman dan penerapan peserta didik bentuk kearifan lokal dalam kabanti pada
tentang nilai-nilai kehidupan yang diper- aspek sosial. (5) untuk mengungkap bentuk-
kenalkan oleh guru. Begitu pula bagi guru, bentuk kearifan lokal dalam kabanti pada
akan lebih memudahkan memberikan aspek budaya. (6) untuk mengungkap
contoh-contoh melalui kehidupan sehari- implikasi kearifan lokal dari kabanti terhadap
hari. Penelitian ini bertujuan untuk nilai-nilai yang dijabarkan dalam pendidikan
menemukan bentuk-bentuk kearifan lokal karakter di sekolah. Untuk mendapatkan
dalam kabanti puisi masyarakat Buton. gambaran penggunaan metode, dapat kita
lihat melalui bagan berikut ini.

PENGADAAN DATA
- Identifikasi Unit-Unit
- Perekaman Data
VALIDASI DATA
ANALISIS ISI & - Validasi Simantis
HERMENEUTIK - Triangulasi Data

INFERENSI
- Menarik Simpulan
- Menyajikan Hasil

TUJUAN PENELITIAN
- Gambaran Kabanti
- Aspek falsafah
- Aspek Nilai Norma
- Aspek Nilai Sosial
- Aspek Nilai Budaya

Bagan 1. Gambar Pengguna Metode

195
Jurnal Parameter Volume 29 No. 2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.292.07
P-ISSN : 0216-26IX

Penelitian ini dilaksanakan di Kota implementasi nilai-nilai kearifan lokal


Bau-bau dan Kabupaten Buton Sulawesi terhadap pendidikan karakter.
Tenggara. Kedua tempat itu dipandang Kabanti merupakan salah satu bentuk
representatif dibandingkan wilayah-wilayah karya sastra yang diwarisi oleh masyarakat
lainnya dalam kekuasaan Kesultanan Buton. Buton secara turun-temurun sejak zaman
Untuk tempat pengambilan data ditetapkan Kesultanan Buton pada abad XVII.
tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Murhum di Gambaran umum kabanti puisi masyarakat
Kota Bau-Bau, Kecamatan Pasar Wajo Buton cenderung sama dengan puisi pada
Kabupaten Buton, dan Kecamatan Lakudo umumnya yaitu menggunakan kata-kata yang
Kabupaten Buton. Penelitian ini dilaksana- padat. Dari segi bentuknya, kesusas-traan
kan selama 14 bulan, yakni mulai bulan jenis Kabanti dapat dikelompokkan menjadi
November 2010 sampai dengan Desember dua bagian, yaitu pantun dan syair. Kabanti
2011. Sumber data yang digunakan adalah yang tergolong kelompok pantun pada
tiga naskah kabanti yang telah dikarang oleh umumnya bentuknya pendek-pendek,
Haji Abdulu Ganiyyu, yaitu Paiyasa kadang-kadang terdiri atas sampiran dan isi,
Mainawa (PM), Kulipopo Mainawa (KM), dan kadang-kadang pula hanya berupa isi
dan Ajonga Inda Malusa (AIM). saja. Syair bentuknya panjang-panjang, dan
Prosedur penelitian dilakukan melalui merupakan hasil pengolahan secara bebas
tiga langkah, yaitu pengadaan data, validasi dari kesusastraan bentuk prosa. Kabanti
data, dan inferensi atau analisis data. sebagai bentuk puisi masyarakat Buton
Penelitian ini menggunakan tiga teknik sekarang ini banyak berbentuk naskah yang
pengumpulan data. Ketika teknik tersebut ditulis tangan oleh pengarah dengan
meliputi; (a) wawancara yakni untuk menggunakan aksara Wolio (yang diambil
mendapatkan data kearifan lokal masyarakat dari aksara Arab). Jika ditinjau dari segi
Buton, (b) Pengamatan untuk mendapatkan Kosta kata yang digunakan dalam
data tentang kehidupan masyarakat Buton kesusastraan jenis Kabanti tampaknya tidak
pada masa kini, dan (c) dokumentasi untuk secara etimologi menyerap Kosta kata dari
mendapatkan bentuk-bentuk kearifan lokal bahasa Arab. Kata-kata bahasa Wolio telah
dalam kabanti sebagai bentuk puisi mengalami proses adaptasi fonologis ke
masyarakat Buton. Penelitian ini mengguna- dalam bahasa Wolio yang berciri bahas
kan teknik content analysis dan teknik telaah vokalis. Oleh karena itu, kata-katanya
hermeneutik. Untuk keabsahan data dianggap sebagai bagian dari Kosa kata
digunakan teknik triangulasi baik triangulasi bahasa Wolio yang kemudian dikenal dengan
teoretis maupun triangulasi logis. istilah Kabanti Oni Wolio ‘Puisi bahasa
Wolio’.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Secara umum isi (kandungan) kabanti
Penelitian temuan ini mencakup enam bentuk puisi masyarakat Buton menguraikan
hal. (a) Gambaran umum kabanti masyarakat tentang hidup dan kehidupan manusia. Isi
Buton. (b) Nilai-nilai kearifan lokal kabanti kabanti tersebut meliputi aspek keimanan,
pada aspek pandangan hidup. (c) nilai-nilai pandangan hidup, budi pekerti, norma,
kearifan lokal kabanti pada aspek norma. (d) pemerintahan, pendidikan, dan budaya. Oleh
Nilai-nilai kearifan lokal kabanti pada aspek karena itu masyarakat memandangknya
sosial. (e) Nilai-nilai kearifan lokal kabanti sebagai pedoman dan nasihat yang sering
pada aspek budaya. (f) Implikasi dan dibawakan dalam bentuk nyanyian.

196
Jurnal Parameter Volume 29 No. 2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.292.07
P-ISSN : 0216-26IX

Berdasarkan hasil analisis data dapat hubungan antar manusia tercermin pada
disimpulkan bahwa ketiga buah kabanti falsafah bhinci-bhinciki kuli, dan hubungan
tersebut berdasarkan isi kandungannya manusia dengan alam mengutamakan
menyerupai bentuk puisi yang tergolong keselamatan negeri. Hal tersebut terungkap
syair, akan tetapi dari segi bentuknya berbeda pada semboyan masyarakat, “bholimo arata
dengan syair. Oleh karena itu, kabanti sumanamo karo, bholimo karo sumanamo
masyarakat Buton ini dikategorikan sebagai Lipu, bolimo Liu sumanamo agama” yang
bentuk puisi yang dikarang untuk menjadi artinya ‘Tidak perlu harta yang penting diri
tuntunan hidup dan kehidupan bagi selamat, tidak perlu diri yang penting negeri
masyarakat. tetap utuh, tidak perlu negeri yang penting
Ketiga buah kabanti yang dikaji agama ditegakkan”.
memiliki tema yang berbeda-beda, meskipun Nilai-nilai kearifan lokal aspek norma
dasar jabarannya tentang religius dan juga berdasar pada syariat Islam. Dalam
kehidupan manusia. Kabanti Paiyasa penerapannya terjabar pada tiga pilar norma,
Mainawa lebih menekankan pada tema yaitu norma hukum, norma sosial, dan norma
religius. Kabanti Kalipopo Mainawa adat. Ketiga wujud norma tersebut memiliki
pengarang menguraikan tema tentang peranan penting dalam tata kehidupan
kejadian alam sebagai tanda kekuasaan Allah masyarakat dan pemerintah-an. Norma-
SWT. Pada Kabanti Ajonga Inda Malusa norma itu menjadi standar atau acuan untuk
banyak mengungkapkan hal-hal yang berperilaku, bersikap, serta berpikir yang
berkaitan dengan kehidupan dalam penerapannya secara adil bagi semua
masyarakat. Dari gambaran isi dan kalangan masyarakat. Oleh karena itu
kandungan ketiga kabanti tersebut dapat kita pelanggaran norma lebih terkendali karena
menyimpulkan bahwa kabanti pada dasarnya setiap pelanggaran akan dikenakan sanksi.
berisi ajaran tentang kehidupan yang ideal. Nilai-nilai kearifan lokal pada aspek
Hal ini dimaksudkan agar masyarakat Buton sosial terkandung nilai-nilai luhur yang
memahami eksistensi dirinya baik sebagai berlandaskan syariat Islam. Artinya, jabaran
pemerintah maupun sebagai masyarakat di dalamnya mencakup budi pekerti atau
biasa. Isi ketiga kabanti tersebut maka akhlakul jariah yang dalam kabanti diberikan
tercakup aspek-aspek; (a) religius, (b) istilah budiman. Pada konteks ini budimani
pandangan hidup, (c) budi pekerti, (d) norma mempunyai beberapa indikator yang merujuk
dan hukum, (e) kebudayaan, (f) pemerintah- pada falsafah masyarakat Buton yakni
an, (g) pengetahuan, (h) kegiatan sosial, (i) ‘bhinci-bhinciki kuli’. Falsafah ini tertuang
adat-istiadat, (j) abdi terhadap pemerintah, dalam empat prinsip, yaitu (a) sesama
dan (k) bela negara. Jadi, ketiga kabanti yang manusia harus saling menghormati, (b)
dianalisis mengandung isi semua aspek sesama manusia harus saling peduli, (c)
kehidupan bernegara dan bermasyarakat. sesama manusia harus saling menyayangi,
Nilai-nilai kearifan lokal pada aspek dan (d) sesama manusia harus selalu saling
pandangan hidup masyarakat Buton ber- memuliakan. Orang yang memiliki perilaku
landas pada syariat Islam yang meliputi tersebut masyarakat Buton menjuluki dengan
pandangan hidup tentang hubungan manusia budiman (akhlak mulia). Prinsip- prinsip
dengan Allah, hubungan manusia dengan hidup inilah yang membentuk masyarakat
manusia, dan hubungan manusia dengan menjadi hidup damai, bekerja sama, tolong-
alam. Hubungan manusia dengan Allah menolong, berempati, walaupun masyarakat
diletakkan sebagai landasan utama, Buton termasuk masyarakat multietnis.

197
Jurnal Parameter Volume 29 No. 2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.292.07
P-ISSN : 0216-26IX

Nilai-nilai kearifan lokal pada aspek Hal yang demikian, searah dengan
budaya mencerminkan budaya islami. kearifan lokal masyarakat Buton yakni,
Budaya Posuo misalnya, merupakan peng- bhinci-bhinci ki kuli yang berarti ‘mencubit
islaman remaja wanita (kabua-bua) menjadi diri sendiri’. Oleh karena itu pada konteks
dewasa (kalambe). Mereka diajarkan tentang masyarakat Buton pendidikan karakter
Islam, menghargai orang tua, eksistensi hendaknya siswa banyak diarahkan melalui
wanita sebagai istri. Implementasinya pada pengamatan langsung dalam kehidupan
budaya pobaisa yakni perkawinan yang masyarakat sehari-hari. Hal tersebut sejalan
dilakukan secara adat dengan rambu-rambu dengan pembelajaran kontekstual yang lebih
Islam. Budaya haroa dilaksanakan untuk menekankan pada suasana lingkungan
berserah diri sambil berdoa kepada Allah pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar
SWT untuk keselamatan. Pada tradisi yang dikembangkan oleh guru di sekolah.
Palade-kandea menyuguhkan makanan
kepada orang lain sebagai tanda syukur atas 4. PENUTUP
nikmat Allah. Tradisi pohamba-hamba A. Simpulan
membantu orang lain secara suka rela Gambaran umum kabanti puisi
penyelesaian pekerjaan dari anggota masyarakat Buton memiliki bentuk yang
masyarakat. panjang sebagaimana bentuk-bentuk syair
Temuan-temuan dalam analisis kabanti pada puisi lama. Perbedaannya dengan syair
sebagai bentuk kearifan lokal masyarakat kabanti adalah kabanti tidak menerapkan
Buton dapat berimplikasi langsung terhadap bentuk-bentuk persajakan secara ketat.
pengembangan dan pembelajaran nilai-nilai Kabanti digunakan sebagai hiburan pada
luhur dalam pendidikan karakter di sekolah. acara-acara adat dalam masyarakat.
Hal ini sangat dimungkinkan oleh pola Sementara itu isi kabanti berupa anjuran
pendidikan sekarang ini yang menekankan tentang kebaikan yang di dalamnya mengurai
pada konteks dan penerapan. Kehidupan masalah iman kepada Allah, budi pekerti,
sehari-hari yang dialami oleh siswa di rumah norma/hukum, hubungan sosial,
atau pada masyarakat mengambil peran yang pemerintahan, pendidikan, dan adat-istiadat.
sangat besar untuk penerapan nilai-nilai Kearifan lokal masyarakat pada aspek
karakter yang dipelajari di sekolah. Oleh norma terdapat tiga pilar norma yaitu: norma
karena itu peran orang tua dan masyarakat hukum, norma sosial, dan norma adat-
dalam keberhasilan pendidikan karakter istiadat. Masing-masing norma memiliki
sangat diharapkan, sehingga perlu adanya peranan penting dalam tata kehidupan
sinergi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat, karena dapat menjadi pedoman
masyarakat. Asumsi tersebut berangkat dari berprilaku dap bersikap. Kearifan lokal
kerangka pendidikan karakter seperti yang masyarakat Buton pada aspek sosial
diungkapkan Zubaedi (2011) pendidikan terkandung nilai-nilai luhur yang sarat
karakter pada dasarnya mencakup tiga aspek dengan nuansa Islam. Hal ini terangkum
dasar yaitu: pengembangan substansi, proses dalam, ‘bhinci-bhinci kuli’ yang memuat
pembelajaran, serta penciptaan suasana pomaa-maasiaka, pomae-maeka, popia-
lingkungan yang menggugah atau piara, dan poangka-angkataka. Produk-
mendorong seseorang untuk mengembang- produk budaya yang diterapkan dalam
kan kebiasaan yang baik dalam kehidupan kehidupan masyarakat berdasar pada syariat
sehari-hari. Islam. Hal ini tentu tidak lepas dari peran

198
Jurnal Parameter Volume 29 No. 2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.292.07
P-ISSN : 0216-26IX

sistem pemerintahan di masa lalu yang Supriyoko, Ki Ed. (2005). Pendidikan


berbentuk kesultanan. Multikultural dan Revitalisasi Hukum
Pembelajaran pendidikan karakter Adat: dalam Perspektif Sejarah.
yang saat ini menjadi target kurikulum di Jakarta: Karya Agung.
sekolah menjadi wahana untuk dijadikan
sebagai nilai-nilai luhur masyarakat yang Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan
perlu dikemas, diajarkan oleh guru melalui Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya
pembelajaran karakter. Jika langkah ini dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta:
dilakukan maka budaya-budaya lokal tetap Kencana Prenada Group.
akan lestari, bahkan dapat menjadi penangkal
(filter) dari pengaruh budaya luar terutama
budaya barat.

5. DAFTAR PUSTAKA

Abror, A. R. (2009). Pantun Melayu: Titik


Temu Islam dan Budaya Lokal
Nusantara. Yogyakarta: LKIS Printing
Cemerlang.

Alisjahbana, S. T. (2009). Puisi Lama.


Jakarta: Dian Rakyat.

Gunawan, R. (2003). Kearifan Lokal dalam


Tradisi Lisan. Jakarta: Pusat Bahasa.

Ong, W. J. (2007). Orality and Literacy: The


Technologizing of the Word. London
and New York: Routledge.

Pradopo, R. D. (2000). Pengkajian Puisi


Analisis Strata Norma dan Struktural
dan Semiotik. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.

Rahyono, F. X. (2009). Kearifan Budaya


dalam Kata. Jakarta: Wadatama Widya
Sastra.

Saidi, E. A. M. (2005). Naskah Kesultanan


Buton sebagai Sumber Kekayaan
Dunia: Bau-bau: Simponsium
Pernaskahan Nusantara.

199

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy