Kearifan Lokal Kabanti Untuk Masyarakat Buton (Penelitian Analisis Konten)
Kearifan Lokal Kabanti Untuk Masyarakat Buton (Penelitian Analisis Konten)
Kearifan Lokal Kabanti Untuk Masyarakat Buton (Penelitian Analisis Konten)
2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.292.07
P-ISSN : 0216-26IX
Abstract
The aims of this research is to describe the local wisdom in Kabanti for people of Buton. In order to describe
the matter, the researcher Ude through five informan and three Kabanties written by Haji Abdulu Ganiyyu
as the source of data. The data were collected using observation, interview, and documentation techniques.
The data validity were varified using triangulation method through theoretical and logical information.
The data were analyzed using content analysis, hermeneutic and semiotic. The research conclude the
general illustration of kabanti looks like Poe that apart of them be sang by the people of Buton. Kabanti
containing the values of local wisdom in for aspects. The first aspect, the live vision of the people of Buton
is based on religous value namenly the relation of human being with Allah SWT, the relation of human
being with human being, and the relation of human being with the nature. The Second, norma or law aspect
of the people of Buton have values; Obey to regulation, fair attitude, to take the honorable to the human
being and always Control themselves. The Third aspect, social aspect of the people of Buton have the
values; Love, Care, take the honorable Beach other and respect. The Fourth, the culture aspect of the
people of Buton have the values, sincerity, tolerance, togetherness all. Therefore, local wisdom in kabanto
of Buton society has implications for the insight Development and student implementation in learning
Education character.
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kearifan lokal Kabanti untuk masyarakat Buton. Untuk
mendeskripsikan materi ini, peneliti Ude melalui 5 informan dan 3 orang penulis Kabanti oleh Haji ABdulu
Ganiyyu sebagai sumber data. Data dikumpulkan menggunakan observasi, wawancara, dan teknik
dokumentasi. data validitas menggunakan metode triangulasi melalui teori dan informasi logis. Data
dianalisis menggunakan analisis konten, hermeneutic and semiotic. Peneliti menyimpulkan ilustrasi umum
dari Kabanti seperti puisi bahwa bagian mereka adalah lagu masyarakat Buton. Kabanti yang berisi nilai-
nilai kearifan lokal dalam beberapa aspek. Aspek pertama, visi kehidupan masyarakat Buton didasarkan
nilai religius yang mengutamakan hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan
manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Kedua, norma atau aspek hukum masyarakat Buton
memiliki nilai yaitu: patuh pada peraturan, sikap adil, menghormati manusia dan selalu mengkontrol diri
mereka. Aspek ketiga, aspek sosial masyarakat Buton memiliki beberapa nilai yaitu: Cinta, peduli dan
saling menghormati. Keempat, aspek budaya masyarakat Buton memiliki beberapa nilai, kasih sayang,
toleransi, dan kebersamaan. Oleh karena itu kearifan lokal Kabanti masyarakat Buton memiliki implikasi
untuk perkembangan pengetahuan dan penerapan pendidikan karakter untuk siswa
192
Jurnal Parameter Volume 29 No. 2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.292.07
P-ISSN : 0216-26IX
193
Jurnal Parameter Volume 29 No. 2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.292.07
P-ISSN : 0216-26IX
194
Jurnal Parameter Volume 29 No. 2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.292.07
P-ISSN : 0216-26IX
PENGADAAN DATA
- Identifikasi Unit-Unit
- Perekaman Data
VALIDASI DATA
ANALISIS ISI & - Validasi Simantis
HERMENEUTIK - Triangulasi Data
INFERENSI
- Menarik Simpulan
- Menyajikan Hasil
TUJUAN PENELITIAN
- Gambaran Kabanti
- Aspek falsafah
- Aspek Nilai Norma
- Aspek Nilai Sosial
- Aspek Nilai Budaya
195
Jurnal Parameter Volume 29 No. 2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.292.07
P-ISSN : 0216-26IX
196
Jurnal Parameter Volume 29 No. 2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.292.07
P-ISSN : 0216-26IX
Berdasarkan hasil analisis data dapat hubungan antar manusia tercermin pada
disimpulkan bahwa ketiga buah kabanti falsafah bhinci-bhinciki kuli, dan hubungan
tersebut berdasarkan isi kandungannya manusia dengan alam mengutamakan
menyerupai bentuk puisi yang tergolong keselamatan negeri. Hal tersebut terungkap
syair, akan tetapi dari segi bentuknya berbeda pada semboyan masyarakat, “bholimo arata
dengan syair. Oleh karena itu, kabanti sumanamo karo, bholimo karo sumanamo
masyarakat Buton ini dikategorikan sebagai Lipu, bolimo Liu sumanamo agama” yang
bentuk puisi yang dikarang untuk menjadi artinya ‘Tidak perlu harta yang penting diri
tuntunan hidup dan kehidupan bagi selamat, tidak perlu diri yang penting negeri
masyarakat. tetap utuh, tidak perlu negeri yang penting
Ketiga buah kabanti yang dikaji agama ditegakkan”.
memiliki tema yang berbeda-beda, meskipun Nilai-nilai kearifan lokal aspek norma
dasar jabarannya tentang religius dan juga berdasar pada syariat Islam. Dalam
kehidupan manusia. Kabanti Paiyasa penerapannya terjabar pada tiga pilar norma,
Mainawa lebih menekankan pada tema yaitu norma hukum, norma sosial, dan norma
religius. Kabanti Kalipopo Mainawa adat. Ketiga wujud norma tersebut memiliki
pengarang menguraikan tema tentang peranan penting dalam tata kehidupan
kejadian alam sebagai tanda kekuasaan Allah masyarakat dan pemerintah-an. Norma-
SWT. Pada Kabanti Ajonga Inda Malusa norma itu menjadi standar atau acuan untuk
banyak mengungkapkan hal-hal yang berperilaku, bersikap, serta berpikir yang
berkaitan dengan kehidupan dalam penerapannya secara adil bagi semua
masyarakat. Dari gambaran isi dan kalangan masyarakat. Oleh karena itu
kandungan ketiga kabanti tersebut dapat kita pelanggaran norma lebih terkendali karena
menyimpulkan bahwa kabanti pada dasarnya setiap pelanggaran akan dikenakan sanksi.
berisi ajaran tentang kehidupan yang ideal. Nilai-nilai kearifan lokal pada aspek
Hal ini dimaksudkan agar masyarakat Buton sosial terkandung nilai-nilai luhur yang
memahami eksistensi dirinya baik sebagai berlandaskan syariat Islam. Artinya, jabaran
pemerintah maupun sebagai masyarakat di dalamnya mencakup budi pekerti atau
biasa. Isi ketiga kabanti tersebut maka akhlakul jariah yang dalam kabanti diberikan
tercakup aspek-aspek; (a) religius, (b) istilah budiman. Pada konteks ini budimani
pandangan hidup, (c) budi pekerti, (d) norma mempunyai beberapa indikator yang merujuk
dan hukum, (e) kebudayaan, (f) pemerintah- pada falsafah masyarakat Buton yakni
an, (g) pengetahuan, (h) kegiatan sosial, (i) ‘bhinci-bhinciki kuli’. Falsafah ini tertuang
adat-istiadat, (j) abdi terhadap pemerintah, dalam empat prinsip, yaitu (a) sesama
dan (k) bela negara. Jadi, ketiga kabanti yang manusia harus saling menghormati, (b)
dianalisis mengandung isi semua aspek sesama manusia harus saling peduli, (c)
kehidupan bernegara dan bermasyarakat. sesama manusia harus saling menyayangi,
Nilai-nilai kearifan lokal pada aspek dan (d) sesama manusia harus selalu saling
pandangan hidup masyarakat Buton ber- memuliakan. Orang yang memiliki perilaku
landas pada syariat Islam yang meliputi tersebut masyarakat Buton menjuluki dengan
pandangan hidup tentang hubungan manusia budiman (akhlak mulia). Prinsip- prinsip
dengan Allah, hubungan manusia dengan hidup inilah yang membentuk masyarakat
manusia, dan hubungan manusia dengan menjadi hidup damai, bekerja sama, tolong-
alam. Hubungan manusia dengan Allah menolong, berempati, walaupun masyarakat
diletakkan sebagai landasan utama, Buton termasuk masyarakat multietnis.
197
Jurnal Parameter Volume 29 No. 2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.292.07
P-ISSN : 0216-26IX
Nilai-nilai kearifan lokal pada aspek Hal yang demikian, searah dengan
budaya mencerminkan budaya islami. kearifan lokal masyarakat Buton yakni,
Budaya Posuo misalnya, merupakan peng- bhinci-bhinci ki kuli yang berarti ‘mencubit
islaman remaja wanita (kabua-bua) menjadi diri sendiri’. Oleh karena itu pada konteks
dewasa (kalambe). Mereka diajarkan tentang masyarakat Buton pendidikan karakter
Islam, menghargai orang tua, eksistensi hendaknya siswa banyak diarahkan melalui
wanita sebagai istri. Implementasinya pada pengamatan langsung dalam kehidupan
budaya pobaisa yakni perkawinan yang masyarakat sehari-hari. Hal tersebut sejalan
dilakukan secara adat dengan rambu-rambu dengan pembelajaran kontekstual yang lebih
Islam. Budaya haroa dilaksanakan untuk menekankan pada suasana lingkungan
berserah diri sambil berdoa kepada Allah pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar
SWT untuk keselamatan. Pada tradisi yang dikembangkan oleh guru di sekolah.
Palade-kandea menyuguhkan makanan
kepada orang lain sebagai tanda syukur atas 4. PENUTUP
nikmat Allah. Tradisi pohamba-hamba A. Simpulan
membantu orang lain secara suka rela Gambaran umum kabanti puisi
penyelesaian pekerjaan dari anggota masyarakat Buton memiliki bentuk yang
masyarakat. panjang sebagaimana bentuk-bentuk syair
Temuan-temuan dalam analisis kabanti pada puisi lama. Perbedaannya dengan syair
sebagai bentuk kearifan lokal masyarakat kabanti adalah kabanti tidak menerapkan
Buton dapat berimplikasi langsung terhadap bentuk-bentuk persajakan secara ketat.
pengembangan dan pembelajaran nilai-nilai Kabanti digunakan sebagai hiburan pada
luhur dalam pendidikan karakter di sekolah. acara-acara adat dalam masyarakat.
Hal ini sangat dimungkinkan oleh pola Sementara itu isi kabanti berupa anjuran
pendidikan sekarang ini yang menekankan tentang kebaikan yang di dalamnya mengurai
pada konteks dan penerapan. Kehidupan masalah iman kepada Allah, budi pekerti,
sehari-hari yang dialami oleh siswa di rumah norma/hukum, hubungan sosial,
atau pada masyarakat mengambil peran yang pemerintahan, pendidikan, dan adat-istiadat.
sangat besar untuk penerapan nilai-nilai Kearifan lokal masyarakat pada aspek
karakter yang dipelajari di sekolah. Oleh norma terdapat tiga pilar norma yaitu: norma
karena itu peran orang tua dan masyarakat hukum, norma sosial, dan norma adat-
dalam keberhasilan pendidikan karakter istiadat. Masing-masing norma memiliki
sangat diharapkan, sehingga perlu adanya peranan penting dalam tata kehidupan
sinergi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat, karena dapat menjadi pedoman
masyarakat. Asumsi tersebut berangkat dari berprilaku dap bersikap. Kearifan lokal
kerangka pendidikan karakter seperti yang masyarakat Buton pada aspek sosial
diungkapkan Zubaedi (2011) pendidikan terkandung nilai-nilai luhur yang sarat
karakter pada dasarnya mencakup tiga aspek dengan nuansa Islam. Hal ini terangkum
dasar yaitu: pengembangan substansi, proses dalam, ‘bhinci-bhinci kuli’ yang memuat
pembelajaran, serta penciptaan suasana pomaa-maasiaka, pomae-maeka, popia-
lingkungan yang menggugah atau piara, dan poangka-angkataka. Produk-
mendorong seseorang untuk mengembang- produk budaya yang diterapkan dalam
kan kebiasaan yang baik dalam kehidupan kehidupan masyarakat berdasar pada syariat
sehari-hari. Islam. Hal ini tentu tidak lepas dari peran
198
Jurnal Parameter Volume 29 No. 2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.292.07
P-ISSN : 0216-26IX
5. DAFTAR PUSTAKA
199