1 SM

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 19

PERAN SOSIAL HABIB DALAM KOMUNITAS SOSIAL

(STUDI KASUS DI MAJELIS ILMU & DZIKIR AR-RAUDHAH SURAKARTA)


M. Albar Robbani Barot Isrofil, Siany Indria Liestyasari dan Nurhadi
Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
robbanialbar@gmail.com

ABSTRACT
THE SOCIAL ROLE OF HABIB IN SOCIAL COMMUNITY (CASE STUDY AT
MAJELIS ILMU & DZIKIR AR-RAUDHAH SURAKARTA). This research aims to explain
(1) how is the social role of habib in social community (Majelis Ilmu dan Dzikir Ar-Raudhah
Surakarta); (2) how is the habib strategy to building and guarantee the loyalty of pilgrims for
always attend recitation at (Majelis Ilmu dan Dzikir Ar-Raudhah Surakarta). This research is
a qualitative using case study approach. The technique of data collection is obtained with
interview, observation and video documentation. The technique of retrieving informants used
purposive sampling. While the technique of data validity test is obtained with triangulation of
sources and perseverance (constancy) of observation. Analysis data technique with qualitative
analysis, that is: data collection, data reduction, data display, and verification (taking
conlucion). Based on the research conducted, obtained the following results: (1) the social role
of habib figures in the social community is categorized into three roles, namely: social role as
cultural broker,social role of da'wah (transfer of religious knowledge) and social role as
counselor; (2) the strategy of the habib in building and ensuring the loyalty of the pilgrims to
always attend the study in the Majelis Ilmu dan Dzikir Ar-Raudhah Surakarta namely: (a)
through indoctrination; (b) use the title (status) of habib; (c) pack an interesting and
applicative of lecture; (d) giving various treats and doorprizes to the pilgrims; (e) as well as
through the establishment of a system of keulamaan and kinship among the habaib.

Key Words: habib, role, strategy, social community


ABSTRAK
PERAN SOSIAL HABIB DALAM KOMUNITAS SOSIAL (STUDI KASUS DI
MAJELIS ILMU & DZIKIR AR-RAUDHAH SURAKARTA). Penelitian ini bertujuan
untuk menjelaskan (1) bagaimana peran sosial tokoh habib dalam komunitas sosial (Majelis
Ilmu dan Dzikir Ar-Raudhah Surakarta); (2) bagaimana strategi habib dalam membangun dan
menjamin loyalitas jamaah untuk senantiasa menghadiri pengajian di Majelis Ilmu dan Dzikir
Ar-Raudhah Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan
pendekatan studi kasus (case study). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara,
observasi dan dokumentasi video. Teknik pengambilan subjek penelitian (informan)
dilakukan dengan purposive sampling. Sedangkan teknik uji validitas data dilakukan dengan
triangulasi sumber dan ketekunan (keajegan) pengamatan. Analisis data dilakukan dengan
teknik analisis data kualitatif, yaitu: pengumpulan data, proses reduksi data (data reduction),
penyajian data (data display) dan verifikasi (penarikan kesimpulan). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut: (1) peran sosial yang dilakukan tokoh habib
dalam komunitas sosial dikaterogikan menjadi tiga peran, yaitu: peran sosial sebagai makelar
budaya (cultural broker), peran sosial dakwah (transfer ilmu keagamaan) dan peran sosial
sebagai konselor; (1) peran sosial yang dilakukan tokoh habib dalam komunitas sosial
dikaterogikan menjadi tiga peran, yaitu: peran sosial sebagai makelar budaya (cultural
broker), peran sosial dakwah (transfer ilmu keagamaan) dan peran sosial sebagai konselor; (2)
strategi yang dilakukan tokoh habib dalam membangun dan menjamin loyalitas para jamaah
untuk senantiasa menghadiri pengajian di Majelis Ilmu dan Dzikir Ar-Raudhah Surakarta
yaitu: (a) melalui indoktrinasi; (b) melalui penggunaan gelar (status) habib; (c) mengemas
kajian ceramah yang menarik dan aplikatif; (d) pemberian berbagai suguhan dan doorprize
kepada para jamaah; (e) serta melalui pembentukan sistem (jaringan) keulamaan dan
kekerabatan diantara para habaib.

Kata Kunci: Habib, peran, strategi, komunitas sosial


PENDAHULUAN Kedudukan kyai sebagai seorang tokoh
Agama merupakan salah satu unsur sentral dan elit juga didukung oleh peran
kebudayaan dalam masyarakat. Agama di pentingnya dalam kehidupan masyarakat.
dalamnya memuat suatu kepercayaan Secara umum, peranan kyai dalam masyarakat
(ajaran), para jamaah (ummat), kitab-kitab, adalah sebagai seorang „ulama, sebagai
berbagai ritual atau upacara serta adanya pengendali sosial dan penggerak perjuangan.
seorang tokoh (pemimpin) agama. Pertama, peran utama yang diemban kyai
Keberlangsungan praktek-praktek keagamaan adalah sebagai „ulama (tokoh ahli yang paham
di masyarakat tidak bisa dilepaskan dari akan ilmu Agama Islam). Sebagai „ulama, kyai
peranan dan tugas yang diemban oleh para berperan dalam hal mengajarkan ilmu-ilmu
tokoh agama. Dalam ajaran agama Islam, agama serta membimbing para santri melalui
kyai (ustadz) dan habib merupakan sosok lingkungan pendidikan pesantren. “Para kyai
yang dipandang masyarakat sebagai tokoh- menganggap bahwa mengajar para santri
tokoh agama. Mereka baik kyai maupun merupakan kewajiban paling utama dalam
habib juga sering disebut sebagai seorang kehidupan mereka di dunia ini” (Dhofier,
„ulama (orang yang paham akan ilmu agama 2011: 114). Kedua, para kyai juga berperan
Islam). sebagai pengendali sosial. Sebagai pengendali
Kyai merupakan satu tokoh (elit) agama sosial, kyai berperan dalam memberikan solusi
yang dikenal luas oleh masyarakat. Takdir atas berbagai permasalahan sosial yang terjadi
(2014: 146) menyebutkan bahwa di kalangan di masyarakat. Berkaitan dengan hal ini
umat Islam, gelar kyai memang identik Dhofier (2011: 208) menyatakan bahwa
dengan gelar bagi ulama yang mengajarkan banyak orang yang kemudian datang kepada
agama Islam kepada khalayak ramai. Selain kyai untuk meminta petunjuk atas berbagai
itu, kyai merupakan seorang tokoh agama permasalahan, mengharap barokah, dan
yang identik dengan lingkungan pesantren. berharap agar didoakan oleh kyai semoga cita-
“Bahkan ia seringkali merupakan pendirinya” cita dan harapan mereka dapat berhasil.
(Dhofier, 2011: 93). Sehingga wajar kalau di Ketiga, para kyai (ustadz) juga berperan di
lingkungan pesantren, kyai mendapatkan dalam menggerakan perjuangan bangsa
kedudukan (posisi) yang tinggi dan Indonesia. “Disamping memimpin pondok
terhormat. pesantren, mereka juga terlibat dalam
perumusan undang-undang maupun
pengorganisasian massa dalam rangka bentuk penghormatan kepada Rasulullah
mengusir penjajah” (Takdir, 2014: 142). SAW, dunia Islam juga memberikan sebutan
Dengan demikian, peran yang dijalankan para dan gelar khusus kepada anak cucu baginda
kyai sangat kompleks dan penting di tengah Muhammad SAW. Para habaib ini biasanya
kehidupan masyarakat. memiliki suatu wadah pengajian berupa
Selain ketiga peran kyai diatas, Geertz majelis dzikir dan sholawat. Dalam
menyebutkan bahwa para kyai Jawa memiliki perkembangannya, berbagai majelis dzikir dan
peran penting sebagai makelar budaya sholawat yang dipimpin oleh para habaib ini
(cultural broker). Para kyai Jawa ini, sebagai dihadiri oleh ribuan jamaah muslim. Acara-
makelar budaya yaitu orang yang berperan acara pengajian bertajuk “Dzikir dan
dalam menengahi (menjembatani) dua Sholawat” bersama para habaib ini juga sering
kebudayaan antara tradisi-tradisi besar digelar di berbagai wilayah. Antusiasme
dengan tradisi-tradisi lokal di Indonesia masyarakat dalam menghadiri pengajian ini
(Geertz, 1960: 229-230). Dalam hal ini, juga hampir merata di wilayah Indonesia.
peranan seorang kyai sebagai makelar budaya Kemunculan sosok habib sebagai satu
sangat penting karena kyai mampu tokoh agama Islam di Indonesia dalam satu
menyaring pengaruh-pengaruh buruk yang sisi mampu membawa perubahan dalam
dapat menyebabkan disorganisasi dalam masyarakat. Tetapi disisi lain, dengan
masyarakat. munculnya sosok habib menjadikan eksistensi
Di era modern saat ini, disamping tokoh dan peran para kyai di tengah masyarakat
agama Islam seperti kyai atau ustadz, mulai meluntur. Ditambah lagi saat ini, di
masyarakat Indonesia juga mengenal satu berbagai wilayah banyak kyai yang malah
tokoh agama yang sering disebut sebagai terjun ke dunia politik, sehingga hal ini
habib. Seperti halnya kyai, para habib ini juga mempengaruhi pandangan masyarakat
memegang peranan penting dalam aspek terhadap sosok dan peran kyai. Keterlibatan
keagamaan. Istilah habib sendiri adalah sebuah para kyai di dunia politik ini dapat dilihat pada
gelar yang diberikan masyarakat untuk beberapa kasus. Misalnya para kyai di Madura
menyebut orang (tokoh) agama yang yang terlibat dalam politik praktis untuk
merupakan keturunan (cucu) dari Nabi sekedar menyebut nama, misalnya: Kyai
Muhammad SAW. Sebagaimana Novel (2006: Ramdlan Siradj sebagai Bupati Sumenep, Kyai
19) menyampaikan bahwa sebagai salah satu Abuya Busyro Karim dan Kyai Warits yang
berperan sebagai ketua dan wakil DPRD pengasuh dari majelis ini adalah seorang tokoh
Sumenep (1999-2004 dan 2009). Sementara habib. Majelis Ilmu dan Dzikir Ar-Raudhah
Pamekasan, kota yang dikenal dengan Surakarta juga mengadakan pengajian rutin
”Gerakan Pembangunan Masyarakat Islami” yang dihadiri oleh ratusan jamaah.
(Gerbang Salam) itu, ada Kyai Kholilurrahman
yang berada dipucuk kepemimpinan (Bupati KAJIAN PUSTAKA
Pamekasan) saat ini (Abdurrahman, 2009: 30- A. Konsep Peran
31). Konsep tentang peran erat kaitannya
Akibat banyaknya kyai yang mulai dengan perilaku atau tindakan individu di
terjun ke dunia politik menjadikan peran dalam suatu kelompok sosial. Peran sosial
pentingnya menjadi menurun dan dalam merupakan peran-peran yang dijalankan
perkembangannya peran sosial keagamaan individu dalam konteks atau sistem sosial
dalam masyarakat kemudian mulai yang melingkupinya. Artinya, peran sosial
digantikan oleh sosok lain yaitu para habaib. ini diharapkan oleh kelompok yang
Masyarakat mulai memandang bahwa para menjadi wadah interaksi individu.
habaib sebagai tokoh (elit) dan memiliki Soekanto menyatakan “Peranan (role)
peran penting terutama dalam aspek merupakan aspek dinamis kedudukan
keagamaan. Hal ini dapat dilihat dari (status), apabila seseorang melaksanakan
banyaknya antusiasme masyarakat di dalam hak dan kewajibannya sesuai dengan
mengikuti pengajian atau majelis ta‟lim yang kedudukannya, maka ia menjalankan suatu
diadakan oleh para habaib. peranan” (2005: 243). Lalu Horton & Hunt
Penelitian ini akan menjelaskan tentang juga menyatakan bahwa “Status adalah
(1) bagaimana peran sosial habib dalam seperangkat hak dan kewajiban; peran
komunitas sosial (Majelis Ilmu dan Dzikir Ar- adalah pemeranan dari perangkat
Raudhah Surakarta); (2) bagaimana strategi kewajiban dan hak tersebut” (1999: 119).
habib dalam membangun dan menjamin Dengan demikian, individu yang
loyalitas jamaah untuk senantiasa menghadiri menduduki suatu posisi (status) dalam
pengajian di Majelis Ilmu dan Dzikir Ar- mayarakat akan menjalankan suatu
Raudhah Surakarta. Peneliti mengambil lokasi peranan.
penelitian di Majelis Ilmu dan Dzikir Ar- Dalam membicarakan konsep peran
Raudhah Surakarta karena pemimpin dan pasti tidak bisa dilepaskan dengan satu
aspek yang disebut sebagai status (posisi). (Jakarta), Habib Taufiq bin Abdulqodir
Antara peran dan status merupakan dua Assegaf (Pasuruan), Habib Muhammad
aspek yang saling berkaitan satu sama lain. Luthfi bin Yahya (Pekalongan), dan lain-
Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan, lain. Mereka adalah beberapa contoh tokoh
karena aspek yang satu bergantung pada habib yang dikenal sebagai „ulama dan
aspek yang lain dan begitupun sebaliknya. aktif di bidang keagamaan.
Tidak ada peran tanpa kedudukan atau Kemunculan istilah habib di
kedudukan tanpa peran. Status (posisi) Indonesia sendiri, diperkirakan sekitar
menunjukkan tempat atau peringkat yang awal abad ke-19 Masehi. Istilah habib
diduduki oleh individu di dalam suatu merupakan istilah yang sering kita
kelompok sosial. Adanya posisi tersebut dengarkan untuk menyebut orang-orang
berkaitan dengan hak dan kewajiban yang yang memiliki nasab (silsilah keturunan)
dimiliki oleh individu. Seperangkat hak langsung dengan Nabi Muhammad SAW.
dan kewajiban tersebut harus dijalankan “Golongan habib merupakan sebuah
sehingga membentuk suatu perilaku golongan yang dikatakan mempunyai
(peran). hubungan kekeluargaan dengan Nabi
SAW” (Adilah & Mohd, 2016: 15).
B. Fenomena Habib Di Indonesia
Masyarakat Indonesia memberikan gelar
Akhir-akhir ini, persoalan dan
atau sebutan habib (yang tercinta) karena
fenomena tentang habib tengah ramai
ingin menghormati dan menghargai
diperbincangan oleh masyarakat. Para
mereka sebagai keturunan Nabi
habaib dikenal sebagai sosok yang „alim
Muhammad SAW. Sebagaimana yang
(paham akan ilmu-ilmu Agama Islam),
disampaikan Novel (2006: 19) bahwa
santun dalam berdakwah dan memimpin
sebagai salah satu bentuk penghormatan
majelis-majelis dzikir dan sholawat. Saat
kepada Rasulullah SAW, dunia Islam juga
ini, kita mengenal banyak tokoh habib
memberikan sebutan dan gelar khusus
yang ada di Indonesia, seperti misalnya
kepada anak cucu baginda Muhammad
Habib Syekh bin Abdulqodir Assegaf
shalllahu‟alaihi wa alihi wa shahbihi wa
(Surakarta), Habib Muhammad bin Husein
sallam.
Al-Habsyi (Surakarta), Habib Munzir bin
Dengan demikian, sebutan habib
Fuad Al-Musawa (Jakarta), Habib
sebenarnya merupakan suatu panggilan atau
Muhammad Rizieq bin Husein Syihab
gelar yang diberikan oleh masyarakat sebuah badan yang bertugas khusus
kepada para „ulama atau orang-orang yang mendata dan mencatat nasab „Alawiyyin.
masih memiliki nasab (keturunan) dengan
C. Konsep Komunitas Sosial
Nabi Muhammad SAW. Julukan kyai atau
Dalam kehidupan masyarakat kita
ajengan pada hakekatnya juga merupakan
sering mendengar istilah komunitas.
sebuah gelar yang diberikan masyarakat
Komunitas menunjukkan suatu
kepada seseorang yang memiliki ilmu di
perkumpulan atau kelompok kecil yang
bidang agama Islam (Fadhilah, 2011: 110).
didasarkan pada kepentingan yang sama,
Untuk membedakan ulama-ulama yang
kesukaan, pola pikir, ideologi, norma-
masih memiliki keturunan dengan Nabi
norma dan keinginan yang sama. Banyak
Muhammad SAW dengan yang bukan,
contoh dari komunitas yang ada di
maka masyarakat memberikan gelar habib
masyarakat, misalnya Komunitas Pecinta
dengan gelar kyai (ustadz). Mereka
Alam, Komunitas Musik Angklung,
memberikan gelar atau sebutan habib
komunitas Fotografi, Komunitas Sepeda
tersebut selain untuk menghormati
Onthel, Komunitas Pecinta Sholawat dan
keturunan Nabi Muhammad SAW juga
lain-lain. “Sebuah komunitas dapat
karena mereka dipandang terhormat dalam
didefinisikan baik sebagai suatu kelompok
struktur sosial masyarakat. Sama hanya
kesatuan manusia (kota kecil, kota, desa)
dengan masyarakat Jawa yang memberikan
maupun sebagai seperangkat perasaan
gelar kebangsawanan kepada orang-orang
(rasa keikatan, kesetiaan)” (Gottschalk,
yang masih memiliki darah keturunan
1975: 18).
kerajaan, mereka akan dipanggil atau
Dalam kehidupan sosial, kita banyak
disebut dengan Raden Mas, Raden Ajeng,
menemukan bentuk-bentuk komunitas
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya,
sosial. Salah satu bentuk komunitas yang
Bendara dan lain-lain. Untuk mencatat dan
sedang berkembang saat ini adalah
mendata nasab (keturunan) para habib ini,
komunitas dalam bidang keagamaan.
terdapat badan (organisasi) khusus yang
Komunitas dalam bidang keagamaan ini
dinamakan Maktab Daimi. Sebagaimana
dapat berbentuk majelis ta‟lim atau
yang disampaikan Novel (2006: 40) bahwa
pengajian, majelis tahlilan atau yasinan,
di Jakarta terdapat Al-Maktab Ad-Daimi,
majelis ilmu dan sholawatan, perkumpulan
dzikir, dan sebagainya. Majelis berarti
tempat berkumpul dan ta‟lim berarti dengan pembeli (konsumen) dalam suatu
pembelajaran. “Majelis ta‟lim lebih kita transaksi tertentu. Sehingga istilah cultural
kenal dengan istilah pengajian atau sering broker (makelar budaya) mengacu pada
pula berbentuk halaqoh. Umumnya berisi seorang atau kelompok yang menjadi
ceramah-ceramah atau khotbah-khotbah perantara terhadap kebudayaan-
keagamaan Islam” (Ungguh, 2015: 303). kebudayaan tertentu.
Dengan demikian majelis taklim Clifford Geertz menggunakan istilah
atau pengajian merupakan suatu cultural broker untuk melihat peran para
komunitas muslim yang memiliki wadah kyai Jawa sekitar tahun 1950-an di
tertentu, dilaksanakan secara teratur lingkungan masyarakat (Mojokuto, Jawa
(berkala), isinya berupa pengajaran ilmu- Timur). Para kyai tersebut berperan
ilmu Islam, disampaikan oleh seorang sebagai pihak yang menjembatani
ustadz atau kyai dan diikuti oleh banyak (menengahi) antara dua tradisi-tradisi besar
jamaah. dengan tradisi-tradisi kecil di kebudayaan
Jawa. Sebagaimana Geertz (1960: 229-
D. Teori Makelar Budaya (Cultural
230) menyatakan bahwa “But one of the
Broker) Clifford Geertz
most important candidates for such a
Istilah cultural broker sendiri berasal
broker role in the Javanese culture area,
dari 2 konsep yang berbeda yaitu cultural
and thus for effective regional leadership,
dan broker. Konsep cultural atau culture
is the same man who mediated one of
lebih merujuk pada arti kebudayaan.
Indonesia's two classical great traditions:
Geertz mengemukakan bahwa kebudayaan
the local Moslem teacher, or kijaji”. (Tapi
merupakan suatu pola makna-makna yang
salah satu calon penting sebagai peran
terwujud dalam simbol-simbol, yang
makelar (broker) di kebudayaan Jawa, dan
dalam bentuk-bentuk simbolis tersebut
bagi pemimpin daerah yang efektif, adalah
manusia dapat berkomunikasi,
orang yang sama yang menengahi
melestarikan dan mengembangkan
(menjembatani) salah satu dari dua tradisi
pengetahuan mereka tentang sikap-sikap
besar klasik di Indonesia yaitu: guru
terhadap kehidupan (1992: 3). Sedangkan
Muslim lokal, atau kyai). Dalam hal ini,
konsep broker mengacu pada istilah di
para kyai berusaha untuk menghubungkan
bidang ekonomi yang merupakan perantara
tradisi-tradisi lokal kebudayaan Jawa
yang mempertemukan penjual (produsen)
dengan suatu sistem yang lebih besar yaitu membendung informasi (budaya) yang
kebudayaan Islam yang berpusat di dianggap buruk. Selain itu, para kyai juga
Makkah. Para kyai menghubungkan tradisi berusaha menerjemahkan (menafsirkan)
lokal pesantren yang bersifat religius berbagai informasi (budaya) yang sedang
dengan tradisi luar yang bersifat sekuler terjadi agar dapat diterima dan diserap
(keduniawian). dengan baik oleh masyarakat.
Lebih lanjut, sebagai seorang
E. Konsep Strategi Raja-Jawa Jawa Dalam
makelar budaya (cultural broker), para
Menjamin Dan Menjaga Loyalitas Para
kyai juga berperan di dalam menyaring
Bawahannya
(memfilter) berbagai arus informasi yang
Istilah atau konsep strategi biasanya
masuk ke dalam lingkungan santri
mengacu pada suatu taktik, rencana atau
(pesantren), kemudian para kiai tersebut
langkah dalam mencapai tujuan tertentu.
menularkan informasi yang dianggap
Konsep strategi dalam hal ini mengacu
berguna dan membuang informasi yang
pada langkah atau upaya yang dilakukan
dianggap merusak para santri (Auliya,
raja-raja Jawa di dalam menjamin loyalitas
2015: 55). Para kyai berusaha menularkan
(kesetiaan) para bawahannya. Menurut
arus informasi (budaya) yang dianggap
Sapto (2015: 157-158) menyebutkan
baik kepada para santri dan berusaha
bahwa di dalam menjaga dan menjamin
membuang (membendung) arus informasi
loyalitas para penguasa daerah dan
(budaya) yang dianggap buruk.
bawahannya, para raja Jawa memiliki satu
Dengan demikian, peran para kyai
strategi (langkah) yaitu dengan
sebagai makelar budaya (cultural broker)
mengadakan sebuah pertemuan rutin.
yang disebutkan oleh Geertz ini merupakan
Pertemuan rutin ini wajib dihadiri oleh
suatu peran yang tidak hanya sebagai
penguasa daerah dan para bawahannya.
penghubung (penjembatan) dari dua sistem
Pertemuan rutin ini sering disebut dengan
tradisi besar dengan tradisi lokal, tetapi para
sebha atau pisowanan. “Sebha yang berarti
kyai juga berperan di dalam menyaring
menghadap atau menampakkan diri kepada
(memfilter) bagi berbagai arus informasi
Raja, juga dikenal dengan sebutan
(budaya) yang masuk di lingkungan
pisowanan yang berasal dari kata sowan
masyarakat. Para kyai akan menularkan
(berkunjung)” (Hadisiswaya, 2011: 31).
informasi (budaya) yang dianggap baik, dan
“Dalam hubungannya kesetiaan yang
dituntut oleh raja, maka kewajiban dan lain-lain. Dengan demikian, raja-raja
bawahan yang penting adalah sebha” Jawa memiliki sebuah strategi dalam
(Sapto, 2015: 157). Para abdi dalem, menjaga dan menjamin loyalitas (kesetiaan)
bangsawan, bupati diwajibkan hadir dalam para bangsawan, pejabat dan bawahannya,
acara sebha atau pisowanan ini. yaitu dengan mengadakan suatu pertemuan
Menurut Sapto (2015: 158) bahwa (event) besar dalam waktu-waktu tertentu.
acara sebha atau pisowanan ini memiliki
fungsi-fungsi tertentu. Acara sebha METODE PENELITIAN
menandakan kesediaan dari para pejabat Penetian ini merupakan jenis penelitian
(bangsawan) untuk melayani raja. Secara kualitatif dengan menggunakan pendekatan
politis, acara sebha merupakan bentuk studi kasus (case study). Lokasi penelitian
kepatuhan masyarakat kepada kekuasaan dilakukan di Majelis Ilmu dan Dzikir Ar-
dan perintah dari seseorang yang tinggi Raudhah Surakarta. Pendekatan studi kasus
kedudukannya (Sapto, 2015: 158). Lalu, karena fenomena tentang peran sosial habib
acara sebha ini juga menunjukkan yang berada di Majelis Ilmu dan Dzikir Ar-
kebesaran raja serta loyalitas (kesetiaan) Raudhah Surakarta. Peran sosial yang
dari para bawahannya. “Pada upacara- dijalankan habib mungkin berbeda dari setiap
upacara khusus, seperti Garebeg, semua wilayah tertentu. Teknik pengumpulan data
pejabat dari seluruh bagian negara harus dilakukan dengan wawancara, observasi dan
datang” (Sapto, 2015: 158). Kedatangan dokumentasi video. Sumber data penelitian
para bawahan ini merupakan suatu bentuk diperoleh dari informan dan peristiwa selama
kesetiaan kepada raja dan kehadiran mereka penelitian dilangsungkan. Informan yang
dalam upacara sebha tersebut merupakan diambil dalam penelitian ini adalah asisten
suatu kehormatan. Selain wajib hadir dalam pribadi dari pimpinan dan pengasuh dari
upacara sebha (pisowanan), para bawahan Majelis Ilmu dan Dzikir Ar-Raudhah
dan rakyat juga diharuskan menghadiri Surakarta yang merupakan seorang tokoh
pertemuan-pertemuan tertentu yang habib di Surakarta. Beliau adalah Habib Novel
diselenggarakan di wilayah keraton. bin Muhammad Al-Aydrus. Selain itu,
Pertemuan tersebut misalnya upacara informan dalam penelitian ini juga diambil
penobatan raja, kelahiran putera mahkota, dari beberapa asisten (relawan) dari habib dan
perkawinan raja, pemakaman jenazah raja, beberapa jamaah yang hadir dalam kajian rutin
Majelis Ilmu dan Dzikir Ar-Raudhah perkumpulan pengajian (majelis) dari sekian
Surakarta. Relawan dalam hal ini diambil banyak majelis di Kota Surakarta. Seperti
dengan kriteria sudah mengikuti majelis kebanyakan perkumpulan pengajian di Kota
(pengajian) minimal 1 tahun. Sedangkan Surakarta, Majelis Ilmu dan Dzikir Ar-
informan jamaah diambil dengan kriteria telah Raudhah ini berjalan dan berlandaskan pada
mengikuti pengajian rutin kurang lebih 1 aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah. Majelis ini
tahun. Hal ini dilakukan agar data yang didirikan dan dipimpin oleh salah satu
diperoleh valid dan sesuai dengan pertanyaan keturunan Nabi Muhammad SAW bernama
penelitian. Habib Novel bin Muhammad Al-Aydrus.
Teknik pengambilan subjek penelitian Majelis Ilmu dan Dzikir Ar-Raudhah
(informan) dilakukan dengan purposive Surakarta juga menyelenggarakan berbagai
sampling. Sedangkan teknik uji validitas data acara rutin. Setiap satu minggu sekali terdapat
dilakukan dengan triangulasi sumber dan tiga pengajian rutin yaitu pada Senin, Rabu
ketekunan (keajegan) pengamatan. Analisis dan Jumat malam. Pada kajian Senin malam,
data dilakukan dengan teknik analisis data isi kajian berupa fiqih tasawwuf. Kajian Rabu
kualitatif, yaitu: pengumpulan data, proses malam diisi kajian Kitab Riyadhus Sholihin
reduksi data (data reduction), penyajian data (Imam Nawawi) oleh Habib Novel bin
(data display) dan verifikasi (penarikan Muhammad Al-Aydrus. Sedangkan kajian
kesimpulan). Jumat malam diisi dengan kajian kitab Al-
Hikam (Ibnu At-Thaillah As-Sakandari).
HASIL PENELITIAN Selain acara pengajian rutin, di Majelis
Penelitian dengan judul “Peran Sosial Ilmu dan Dzikir Ar-Raudhah Surakarta juga
Habib dalam Komunitas Sosial (Studi Kasus diadakan berbagai acara (event) tertentu. Acara
Di Majelis Ilmu dan Dzikir Ar-Raudhah (event) tersebut dilakukan secara harian,
Surakarta)” dilakukan di Markas Besar mingguan dan tahunan. Untuk acara harian
(Mabes) Majelis Ilmu dan Dzikir Ar-Raudhah misalnya pembacaan Al-Qur‟an dan wirid
Surakarta. Lokasi Majelis Ilmu dan Dzikir Ar- (ratib) Al-Haddad selepas sholat Maghrib,
Raudhah Surakarta yaitu di Jalan Dewutan No. pembacaan Wirdul Lathif selepas sholat
112 RT.01 RW.16 Semanggi, Pasar Kliwon, Shubuh. Sedangkan acara mingguan berupa
Surakarta. Majelis Ilmu dan Dzikir Ar- pembacaan surat Yasin, sholawat, dan tahlil
Raudhah sendiri merupakan salah satu bersama para jamaah sebelum kajian rutin
Jumat malam dimulai. Setiap kajian Jumat
Legi dan Kliwon, terdapat acara jamuan
makan bersama para jamaah. Acara jamuan
makan ini digelar selepas pengajian rutin.
Acara bulanan berupa pembacaan kitab
Maulid Shimtuddurar karya Habib Ali bin
Muhammad Al-Habsyi disertai qosidah
rebana. Acara tahunan di Majelis Ilmu dan
Dzikir Ar-Raudhah Surakarta berupa acara
haul Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi,
peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW,
peringatan Tahun Baru Islam (1 Hijriah), doa
bersama pada malam Nishfu Sya‟ban, acara
Tahlil Akbar untuk mengenang ayahanda
Habib Novel bin Muhammad Al-Aydrus, serta
berbagai acara dalam menyambut bulan suci
Ramadhan.
Berikut ini adalah beberapa kegiatan rutin yang dilaksanakan Majelis Ilmu dan Dzikir
Ar-Raudhah Surakarta:
NO. HARI WAKTU ACARA TEMPAT

1. SETIAP 04.00- Sholat Subuh Berjamaah dan Majelis Ar-


HARI 06.30 WIB Pembacaan Wirdul Lathif Raudhah, Pasar
Bersama Habib Husein bin Kliwon, Surakarta
Anis Al-Habsyi

2. SENIN 19.00- Kajian Kitab Fiqih Tasawuf Majelis Ar-


20.30 WIB (Untuk Umum) Raudhah, Pasar
Kliwon, Surakarta

3. RABU 16.00- Semaan Al-Qur‟an (Khusus Majelis Ar-


17.30 WIB Jamaah Putri) Raudhah, Pasar
Kliwon, Surakarta

4. RABU 16.00- Maulid Simthudduror Majelis Ar-


KLIWON 17.30 WIB (Khusus Jamaah Putri) Raudhah, Pasar
Kliwon, Surakarta

5. RABU 19.00- Kajian Thoriqoh Alawiyah Majelis Ar-


20.30 WIB (Untuk Umum) Raudhah, Pasar
Kliwon, Surakarta

6. KAMIS 20.30- Sholat Tasbih dan Yassin Majelis Ar-


WAGE 21.30 WIB Fadhilah (Untuk Umum) Raudhah, Pasar
Kliwon, Surakarta

7. JUM‟AT 20.00- Kajian Kitab Al-Hikam Majelis Ar-


22.00 WIB (Untuk Umum) Raudhah, Pasar
Kliwon, Surakarta
8. JUM‟AT 20.00- Maulid Simthudduror (Untuk Majelis Ar-
KLIWON 22.00 WIB Umum) Raudhah, Pasar
Kliwon, Surakarta

PEMBAHASAN broker). Sebagai makelar budaya, kyai

Peran Sosial Habib Dalam Komunitas berperan di dalam menyaring (memfilter)


Sosial berbagai arus informasi (budaya) yang masuk
ke dalam lingkungan santri (pesantren),
Dalam bahasan ini diperoleh data bahwa
kemudian para kiai tersebut menularkan
tokoh habib menjalankan beberapa peran
(mentransfer) informasi yang dianggap
sosial di dalam komunitas sosial (wadah)
berguna dan membuang (membendung)
berupa majelis. Tokoh habib yang dimaksud
informasi yang dianggap merusak kehidupan
yaitu Habib Novel bin Muhammad Al-
para santri. Geertz (1960: 230) juga
Aydrus, sedangkan komunitas sosial berupa
menyatakan bahwa peran makelar budaya ini
Majelis Ilmu dan Dzikir Ar-Raudhah
berkaitan dengan peran para kyai dalam
Surakarta. Peran sosial yang dijalankan oleh
menjembatani (menengahi) antara dua sistem
tokoh habib ini diantaranya yaitu peran sosial
tradisi-tradisi besar dengan tradisi-tradisi kecil
makelar budaya (cultural broker), peran
di kebudayaan Jawa.
sosial dakwah (transfer ilmu keagamaan)
Bertolak dari analisis Geertz mengenai
kepada para jamaah, serta peran sosial
peran makelar budaya dari para kyai, peneliti
sebagai konselor, yaitu peran tokoh habib
melihat bahwa peran tokoh habib dalam
dalam melayani, menjawab, memecahkan
komunitas sosial (majelis) juga hampir mirip
dan memberikan solusi atas permasalahan
dengan peran para kyai. Sebagaimana para
yang dialami oleh para jamaah. Ketiga peran
kyai yang memiliki wadah berupa pesantren,
sosial dari tokoh habib ini hampir mirip
tokoh habib dalam hal ini memiliki wadah
(serupa) dengan peran sosial yang dijalankan
berupa majelis (pengajian) rutin, seperti yang
oleh para kyai Jawa pada penelitian Geertz di
dilakukan Habib Novel melalui Majelis Ilmu
Mojokuto.
dan Dzikir Ar-Raudhah Surakarta. Melalui
Yang pertama, para kyai sebagai seorang
wadah majelis tersebut, peran makelar
tokoh agama memiliki peran sosial yang oleh
(perantara) budaya dijalankan tokoh habib
Geertz disebut “makelar budaya” (cultural
kepada para jamaah. Perlu digarisbawahi pekerjaan, bisnis, keluarga, pendidikan, dan-
bahwa peran makelar budaya yang dijalankan lain-lain. Dengan kata lain, dimensi material
tokoh habib dalam komunitas sosial (majelis) berkaitan dengan sesuatu yang bersifat profan
ini tidak dilakukan secara mutlak (total). (keduniawaian). Sedangkan dimensi non-
Artinya, tokoh habib hanya melakukan peran meterial berupa perilaku-perilaku yang
makelar budaya (cultural broker) pada konten berkaitan dengan aspek keagamaan (religius)
atau informasi (budaya) tertentu yang para jamaah. Kegiatan ini dapat berupa dzikir,
dianggap penting dan mengganggu tatanan sholawatan, tahlil, atau kajian ilmu yang rutin
sosial jamaah di lingkungan majelis. Konten dilaksanakan setiap minggunya.
atau informasi (budaya) yang dimaksud berupa Yang kedua, peran sosial dakwah
konsep amalan bid‟ah dan pemberitaan (transfer ilmu keagamaan), Dirdjosanjoto
tentang aksi demo bela Islam. (1999: 110) juga menyebutkan bahwa para
Proses menjembatani informasi (budaya) kyai sibuk dalam mengajarkan Al-Qur‟an atau
dilakukan Habib Novel melalui ceramah- berbagai keilmuan agama kepada santri di
ceramah pada beberapa pengajian rutinnya. pesantren, khususnya berdasarkan “kitab
Melalui ceramah pengajian, Habib Novel kuning”. Serupa dengan peran kyai tersebut,
mengkomunikasikan informasi (budaya) peran sosial dakwah juga dilakukan tokoh
berupa konsep amalan bid‟ah dan aksi demo habib di dalam komunitas sosial. Peran sosial
bela Islam kepada para jamaah. Lebih dari itu, dakwah (transfer ilmu keagamaan) ini
Habib Novel juga memberikan pemahaman dilakukan tokoh habib kepada para jamaah
(penularan ilmu) terkait 2 informasi (budaya) melalui pengajian rutin setiap minggunya.
tersebut sehingga tatanan sosial di majelis Habib Novel memberikan pengajaran ilmu
menjadi stabil. Selain itu Habib Novel bin keagamaan yang bersumber dari beberapa
Muhammad Al-Aydrus juga menjembatani kitab ulama tempo dulu (salaf). Kitab ulama
(menengahi) antara dimensi material dengan yang dimaksud yaitu Riyadhus Sholihin dan
dimensi non-material para jamaah di Majelis Al-Hikam.
Ilmu dan Dzikir Ar-Raudhah Surakarta. Yang ketiga, peran sosial habib sebagai
Dimensi material dalam hal ini berupa konselor. Peran konselor dalam hal ini yaitu
berbagai perilaku kehidupan (budaya) yang peran tokoh habib dalam melayani, menjawab,
dijalani para jamaah di luar lingkungan memecahkan serta memberikan solusi atas
Majelis Ilmu dan Dzikir Ar-Raudhah, seperti permasalahan yang dialami oleh para jamaah.
Peran sosial sebagai konselor ini serupa taktik, rencana atau langkah yang dilakukan
dengan peran para kyai Jawa pada penelitian dalam mencapai tujuan tertentu. Hardini dan
Geertz, yaitu dalam hal memberikan nasehat Puspitasari (2012: 11) menyatakan bahwa
spiritual bagi para santri. “To his former strategi memiliki pengertian sebagai suatu
students and their families he was spiritual garis-garis besar haluan untuk melakukan
advisor, magical curer and social superior” sesuatu (bertindak) di dalam mencapai sasaran
(Geertz, 1960: 234). Kondisi ini juga dijumpai atau tujuan yang telah ditentukan. Tokoh
di Majelis Ilmu dan Dzikir Ar-Raudhah habib sebagai pemimpin majelis (pengajian)
Surakarta. Para jamaah di Majelis Ilmu dan memiliki langkah-langkah (strategi) yang
Dzikir Ar-Raudhah Surakarta dalam beberapa berkaitan dengan loyalitas dari para jamaah.
kesempatan juga bertamu (sowan) ke Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat 5
kediaman Habib Novel guna menanyakan strategi yang dilakukan tokoh habib dalam
berbagai permasalahan hidupnya. Banyak membangun (menjaga) dan menjamin loyalitas
jamaah yang bertanya dan meminta solusi para jamaah agar senantiasa hadir di pengajian
seputar masalah agama, keluarga, bisnis rutin. Strategi-strategi tersebut diantaranya:
(pekerjaan) dan lain-lain. Salah satu informan melalui indoktrinasi, melalui penggunaan gelar
AS juga pernah berkonsultasi seputar masalah (status) habib, mengemas kajian ceramah yang
keluarga kepada Habib Novel. Lebih dari itu, menarik dan aplikatif, pemberian berbagai
peneliti juga mengamati bahwa selepas kajian suguhan dan doorprize kepada para jamaah,
rutin terdapat beberapa jamaah yang meminta serta melalui pembentukan sistem (jaringan)
doa kesembuhan kepada Habib Novel bin keulamaan dan kekerabatan diantara para
Muhammad Al-Aydrus. habaib.
Terdapat analisis konsep mengenai
Strategi Habib Dalam Membangun Dan strategi tokoh habib dalam menjaga (loyalitas)
Menjamin Loyalitas (Rutinnya) Jamaah dan menjamin rutinnya para jamaah untuk
Untuk Mengikuti Pengajian mengikuti pengajian di Majelis Ilmu dan
Loyalitas dalam hal ini merupakan bentuk Dzikir Ar-Raudhah setiap minggunya. Konsep
kesetiaan yang ditunjukkan oleh para jamaah ini sebagaimana para raja Jawa dahulu yang
di dalam menghadiri pengajian rutin di Majelis menjaga dan menjamin loyalitas para
Ilmu dan Dzikir Ar-Raudhah Surakarta. Istilah bangsawan serta rakyatnya dengan
atau konsep strategi mengacu pada suatu mengadakan pertemuan rutin setiap tahunnya.
Pertemuan (event) rutin ini biasanya menjamin dan menjaga loyalitas (rutinnya)
diselenggarakan di wilayah (area) kerajaan. para jamaah tersebut, maka tokoh habib
Menurut Sapto (2015: 157-158) menyebutkan mengadakan suatu pertemuan (event) tertentu
bahwa di dalam menjaga dan menjamin baik dalam skala besar maupun kecil di
loyalitas para penguasa daerah dan Majelis Ilmu dan Dzikir Ar-Raudhah
bawahannya, para raja Jawa memiliki satu Surakarta. Para jamaah dari berbagai kalangan
strategi (langkah) yaitu dengan mengadakan dihimbau dan diharapkan hadir dalam acara-
sebuah pertemuan rutin. Salah satu acara acara tersebut. Acara tersebut layaknya
pertemuan rutin tersebut berupa acara sebha. upacara sebha (pisowanan), dimana para
Sejak jaman Mataram Islam (Sultan Agung), jamaah berusaha menghadap (menghadiri)
para raja Jawa mengadakan sebuah pertemuan sebuah pertemuan yang diselenggarakan oleh
rutin (pisowanan) kepada para bawahan dan tokoh habib. Acara (pertemuan) rutin di
rakyat yang disebut dengan acara sebha. Para Majelis Ilmu dan Dzikir Ar-Raudhah
abdi dalem, bangsawan, bupati diwajibkan Surakarta dilaksanakan baik secara mingguan,
hadir dalam acara pisowanan (sebha) ini. bulanan maupun tahunan. Acara minggunan
“Sebha yang berarti menghadap atau berupa kegiatan pengajian rutin setiap Rabu
menampakkan diri kepada Raja, juga dikenal dan Jumat malam. Acara bulanan (setiap
dengan sebutan pisowanan yang berasal dari Jumat Kliwon) berupa pembacaan Kitab
kata sowan (berkunjung)” (Hadisiswaya, 2011: Maulid Shimthuddurar dan sholawatan. Selain
31). itu, setiap kajian rutin Jumat Legi dan Kliwon,
Sebagaimana raja-raja Jawa dahulu, tokoh tokoh habib menyelenggarakan acara jamuan
habib dalam hal ini juga memiliki strategi makan bersama dengan para jamaah. Jamuan
(langkah) di dalam menjaga dan menjamin makan bersama ini disajikan dalam sebuah
loyalitas (rutinnya) para jamaah agar wadah (beri) berupa nasi sayur dan lauk pauk.
senantiasa menghadiri pengajian di Majelis Sedangkan pertemuan (event) secara
Ilmu dan Dzikir Ar-Raudhah Surakarta. Habib tahunan misalnya acara haul Habib Ali bin
merupakan tokoh elit di bidang keagamaan, Muhammad Al-Habsyi, peringatan Maulid
memiliki wadah berupa (majelis) pengajian Nabi Muhammad SAW, peringatan Tahun
yang langsung dibawah kendali dan Baru Islam (1 Hijriah), doa bersama pada
kekuasaannya. Majelis tersebut juga dihadiri malam Nishfu Sya‟ban, acara Tahlil Akbar
para jamaah dari berbagi kalangan. Untuk untuk mengenang ayahanda Habib Novel bin
Muhammad Al-Aydrus, serta berbagai acara menciptakan suatu ikatan (hubungan) antara
dalam menyambut bulan suci Ramadhan. tokoh habib dengan para jamaah. Para jamaah
Berbagai acara (event) yang diadakan oleh akan menunjukkan loyalitas mereka kepada
Habib Novel di Majelis Ilmu dan Dzikir Ar- tokoh habib ini dengan selalu menghadiri
Raudhah Surakarta biasanya dihadiri oleh acara-acara (event) yang diselenggarakan
ratusan jamaah. Terlebih dalam acara-acara Majelis Ilmu dan Dzikir Ar-Raudhah
besar, jamaah yang hadir biasanya lebih Surakarta.
banyak. Pada acara doa bersama di malam
Nishfu Sya‟ban beberapa waktu lalu, peneliti SIMPULAN
mengamati bahwa jamaah yang hadir di Berdasarkan pada hasil penelitian dan
Majelis Ilmu dan Dzikir Ar-Raudhah pembahasan tentang peran sosial habib dalam
Surakarta mencapai 200 jamaah. Selain itu, komunitas sosial, maka dapat disimpulkan
pada acara peringatan Maulid Nabi beberapa hal sebagai berikut:
Muhammad SAW lalu, para jamaah yang 1. Peran sosial tokoh habib dalam komunitas
datang juga memenuhi kompleks Majelis Ilmu sosial dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu:
dan Dzikir Ar-Raudhah Surakarta. Kedatangan peran sosial makelar budaya (cultural
para jamaah tersebut menunjukkan loyalitas broker), peran sosial dakwah (transfer ilmu
mereka terhadap berbagai acara (event) yang keagamaan) kepada para jamaah, serta
diadakan oleh Habib Novel. Biasanya Habib peran sosial sebagai konselor, yaitu peran
Novel mengundang para jamaah bahwa di tokoh habib dalam melayani, menjawab,
Majelis Ilmu dan Dzikir Ar-Raudhah memecahkan dan memberikan solusi atas
Surakarta akan dilaksanakan acara (event) permasalahan yang dialami oleh para
tertentu. Dalam hal ini, Habib Novel tidak jamaah.
mewajibkan para jamaah untuk menghadiri 2. Strategi habib dalam membangun dan
acara tersebut, tetapi beliau menghimbau dan menjamin loyalitas para jamaah agar
mengharapkan agar mereka dapat senantiasa rutin menghadiri pengajian di
berpartisipasi. Melalui berbagai acara (event) Majelis Ilmu dan Dzikir Ar-Raudhah
keagamaan tersebut, tokoh habib mampu Surakarta dapat dibagi menjadi 5 yaitu:
menjamin dan menjaga loyalitas para jamaah melalui indoktrinasi, melalui penggunaan
untuk menghadiri pengajian-pengajiannya. gelar (status) habib, mengemas kajian
Adanya berbagai pertemuan rutin (event) ceramah yang menarik dan aplikatif,
pemberian berbagai suguhan dan doorprize dalam Comparative Studies in Society
and History. 15 (1), 228-249.
kepada para jamaah, serta melalui
________. (1992). Kebudayaan & Agama.
pembentukan sistem (jaringan) keulamaan Yogyakarta: Kanisius.
dan kekerabatan diantara para habaib. Gottschalk, L. (1975). Mengerti Sejarah
Selain itu, tokoh habib dalam hal ini juga (Terjemahan Nugroho Notosusanto).
Jakarta: UI Press.
mengadakan acara (event) rutin yang
Hadisiswaya, A. M. (2011). Pergolakan
diselenggarakan di Majelis Ilmu dan Dzikir Raja Mataram. Yogyakarta:
Ar-Raudhah Surakarta. Interprebook.
Hardini, I & Puspitasari, D. (2012). Strategi
Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep &
DAFTAR PUSTAKA Implementasi). Yogyakarta: Familia.
Abdurrahman. (2009). Fenomena Kiai Dalam Horton, P. B & Hunt, Chester L. (1999a).
Dinamika Politik: Antara Gerakan Sosiologi Jilid I Edisi Keenam
Moral dan Politik. Karsa,15 (1), 30-31. (Terjemahan Aminudin Rahman & Tito
Sobari). Jakarta: Erlangga.
Adilah, N & Mohd, F. O. (2016). Status
Golongan Habib Sebagai Keturunan Novel. (2006). Jalan Nan Lurus Sekilas
Nabi SAW. Jurnal Al-Thurat, 1 (2), 15- Pandang Tarekat Bani „Alawi. Surakarta:
24. Taman Ilmu.
Auliya, S. (2015). Kiai dan Pembangunan Sapto, Ari. (2015). Pelestarian Kekuasaan
Institusi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pada Masa Mataram Islam: Sebha
Pelajar. Jaminan Loyalitas Daerah Terhadap
Pusat. Sejarah dan Budaya, 9 (2), 153-
Dhofier, Z. (2011). Tradisi Pesantren: Studi 161.
Pandangan Hidup Kyai dan Visinya
Mengenai Masa Depan Indonesia Takdir, M. I. (2014). Kiai: Figure Elite
(Edisi Revisi). Jakarta: LP3S. Pesantren. Ibda‟: Jurnal Kebudayaan
Islam. 12 (12) 146.
Fadhilah, A. (2011). Struktur dan Pola
Kepemimpinan Kyai Dalam Pesantren Ungguh, J. M. (2015). Ilmu Pendidikan Islam:
di Jawa. Hunafa: Jurnal Studia Studi Kasus Terhadap Struktur Ilmu,
Islamika, 8 (1), 101-120. Kurikulum, Metodologi, dan
Kelembagaan Pendidikan Islam.
Geertz, C. (1960). The Javanese Kijaji: The
Changing Role of a Cultural Broker

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy