Motivasi Kerja Skala
Motivasi Kerja Skala
Motivasi Kerja Skala
Abstract. Based on secondary data from the government employee' performance of the
Directorate General of Resilience and the Development of International Industrial Access from
2014 - 2017 there was an average decline in employee' performance of around 4%. The number
of samples in this study were 82 samples from the total population of 87 employees. Data
collection techniques are observation, interviews and questionnaires. The data analysis
technique used in this research is the Structural Equation Modeling (SEM) analysis technique
with Partial Least Square (PLS) and processed using SmartPLS software. The results of
hypothesis testing indicate that the variables: 1) McClelland's work motivation has a positive
value and has a significant effect on employee performance; 2) Transformational leadership
has a positive value and has a significant effect on the non-physical work environment; 3) The
non-physical work environment has a positive value and has a significant effect on the
McClelland's work motivation; 4) McClelland's work motivation, transformational leadership
and non-physical work environment simultaneously have positive values and have a significant
effect on employee performance. This study concludes that employee performance can be
improved by building McClelland's work motivation, improving transformational leadership
quality and creating a good non-physical work environment.
Abstrak. Berdasarkan data sekunder kinerja aparatur sipil negara Direktorat Jenderal
Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional dari tahun 2014 - 2017 terjadi rata-
rata penurunan kinerja pegawai sekitar 4%. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
sebanyak 82 sampel dari jumlah total populasi sebanyak 87 pegawai. Teknik pengumpulan data
adalah observasi, wawancara dan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik analisis Structural Equation Modelling (SEM) dengan Partial Least
Square (PLS) dan diolah dengan menggunakan software SmartPLS. Hasil pengujian hipotesis
menunjukkan bahwa variabel-variabel : 1) Motivasi kerja McClelland memiliki nilai positif
dan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai; 2) Kepemimpinan transformasional
memiliki nilai positif dan berpengaruh signifikan terhadap lingkungan kerja non fisik; 3)
Lingkungan kerja non fisik memiliki nilai positif dan berpengaruh signifikan terhadap motivasi
kerja McClelland; 4) Motivasi kerja McClelland, kepemimpinan transformasional dan
lingkungan kerja non fisik secara simultan memiliki nilai positif dan berpengaruh signifikan
terhadap kinerja pegawai. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kinerja pegawai dapat
ditingkatkan dengan membangun motivasi kerja McClelland, meningkatkan kualitas
kepemimpinan transformasional dan menciptakan lingkungan kerja non fisik yang baik.
Kata Kunci: Kinerja Aparatur Sipil Negara, Motivasi Kerja McClelland, Kepemimpinan
Transformasional, Lingkungan Kerja Non Fisik.
263
ISSN : 2087-8877
Ansyari dan Kasmir 263-274 Jurnal SWOT, Volume VIII, No 2, Mei 2018
PENDAHULUAN
Dalam suatu perusahaan ataupun organisasi, sumber daya manusia memainkan peranan yang
sangat penting untuk mencapai keberhasilan dan tujuan suatu perusahaan. Sesuai amanah UU
No 3 tahun 2014 tentang Perindustrian, Direktorat Jenderal Ketahanan dan Pengembangan
Akses Industri Internasional mengemban tugas untuk meningkatkan pembangunan sumber
daya Industri melalui pembukaan akses industri baik dengan melakukan capacity building
dalam kerangka Kerjasama G to G ataupun yang lainnya dan meningkatkan pemberdayaan
industri melalui kerjasama internasional, membuka akses investasi asing melalui perizinan,
penanaman modal bidang industri dan fasilitasi serta melakukan tindakan pengamanan dan
penyelamatan industri. Berdasarkan sumber data dari Biro Kepegawaian Kementerian
Perindustrian, data kinerja pegawai Ditjen KPAII pada tahun 2014 - 2017 diketahui bahwa
kinerja pegawai mengalami penurunan rata-rata sebesar 4%. Hal ini ditunjukan pada gambar
dibawah ini :
Dari hasil pra survey faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja terhadap 40 responden
pegawai Ditjen KPAII dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja menempati peringkat
pertama dengan rata-rata sebesar 3,35 , kemudian motivasi kerja menempati peringkat kedua
dengan rata-rata sebesar 3,25 dan peringkat ketiga adalah kepemimpinan dengan rata-rata
sebesar 3,225 (skala Likert). Hal ini ditunjukan pada gambar dibawah ini :
Gambar 2. Hasil Pra Survey Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai Ditjen
KPAII (40 responden)
264
ISSN : 2087-8877
Ansyari dan Kasmir 263-274 Jurnal SWOT, Volume VIII, No 2, Mei 2018
KAJIAN TEORI
Motivasi Kerja McClelland. Menurut Amstrong (2014: 70) motivasi adalah kekuatan dan
arah perilaku dan faktor-faktor yang mempengaruhi orang untuk berperilaku dengan cara-cara
tertentu. Three Need Theory dikemukakan oleh David McClelland, yang mengatakan bahwa
tiga kebutuhan manusia, yaitu: 1) Kebutuhan berprestasi, yaitu keinginan untuk melakukan
sesuatu lebih baik dibandingkan sebelumnya; 2) Kebutuhan untuk berkuasa, yaitu kebutuhan
untuk lebih kuat, lebih berpengaruh terhadap orang lain; 3) Kebutuhan afiliasi, “kebutuhan
untuk disukai, mengembangkan, atau memelihara persahabatan dengan orang lain.
Kecendrungan teori motivasi untuk organisasi di pemerintah lebih dekat kepada Three Need
Teory (David McClelland, 1961). Ketiga dimensi tersebut dijadikan penilaian bagaimana
motivasi dijalankan pada Direktorat Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri
Internasional.
Lingkungan Kerja Non Fisik. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu baik fisik dan non fisik
yang ada disekitar para pekerja yang mempengaruhi tugas-tugas yang dibebankan namun
secara umum pengertian lingkungan kerja adalah merupakan lingkungan dimana para pegawai
melaksanakan tugas dan pekerjaannya (Melba, 2012). Anil P. Sarode (2012 : 2735),
menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terbentukan suatu
kondisi lingkungan kerja dikaitkan dengan kemampuan karyawan, diantaranya adalah: 1)
Penerangan / cahaya di tempat kerja; 2) Sirkulasi udara di tempat kerja; 3) Kebisingan di
tempat kerja; 4) Tata warna di tempat kerja; 5) Furniture di tempat kerja. Robbins (2007)
mengemukakan lingkungan kerja fisik juga merupakan faktor penyebab stress kerja pegawai
yang berpengaruh pada prestasi kerja. Dan pendapat menurut Ruchi Jain (2014 : 2) lingkungan
kerja dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu : 1) Physical environment, terdiri dari : ventilasi
dan temperature, kebisingan, infrastruktur dan interior, fasilitas; 2) Mentale environment,
terdiri dari : kelelahan, kebosanan, monoton, sikap dan perilaku dari atasan serta rekan kerja; 3)
Social environment, lingkungan sosial menunjukkan kepada kelompok pada posisi yang mana
karyawan harus sesuai.
Kinerja Pegawai. Menurut pendekatan perilaku dalam manajemen, kinerja adalah kuantitas
atau kualitas sesuatu yang dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh seseorang yang melakukan
pekerjaan (Luthans, 2011:394). Menurutnya kinerja tidak hanya dipengaruhi oleh sejumlah
usaha yang dilakukan seseorang, tetapi dipengaruhi pula oleh kemampuannya, seperti :
pengetahuan, pekerjaan, keahlian serta bagaimana seseorang merasakan peran yang
dibawakannya. Menurut Bernardin dalam Robbins (2007:260) dimensi dan indikator kinerja
265
ISSN : 2087-8877
Ansyari dan Kasmir 263-274 Jurnal SWOT, Volume VIII, No 2, Mei 2018
adalah sebagai berikut : kualitas, kuantitas, ketepatan waktu, efektivitas dan kemandirian. Ada
dua indikator kinerja lainnya selain yang telah disebutkan diatas yaitu : pengawasan dan
hubungan antar karyawan disebutkan dalam Kasmir (2016:210).
METODE
Model Teori
266
ISSN : 2087-8877
Ansyari dan Kasmir 263-274 Jurnal SWOT, Volume VIII, No 2, Mei 2018
267
ISSN : 2087-8877
Ansyari dan Kasmir 263-274 Jurnal SWOT, Volume VIII, No 2, Mei 2018
268
ISSN : 2087-8877
Ansyari dan Kasmir 263-274 Jurnal SWOT, Volume VIII, No 2, Mei 2018
Composite Reliability. Nilai Cronbach’s Alpha dalam penelitian ini ≥ 0,7 dan dapat dikatakan
bahwa indikator penelitian dapat diandalkan. Selain Cronbach’s Alpha, uji reliabilitas juga
menggunakan nilai Composite Reliability yang diinterpretasikan sama dengan nilai Cronbach’s
Alpha. Berikut ini digambarkan Composite Reliability konstruk penelitian dalam tabel 3
dibawah ini.
269
ISSN : 2087-8877
Ansyari dan Kasmir 263-274 Jurnal SWOT, Volume VIII, No 2, Mei 2018
Goodness of Fit Index (GoF) dan Predictive Relevance (Q 2). GoF dan Q² dilakukan untuk
mengukur fit atau tidaknya model penelitian. Nilai GoF dan Q² dihitung secara manual dengan
rumus:
a. GoF = √(AVE x R2 )
= √ (0,701 x 0,619)
= 0,658
b. Q² = 1- (1-R1² )
= 1 – (1-0,619)
= 0,619
Dilihat dari output Smart PLS yang dengan nilai R 2 sebesar 0,619 , perhitungan nilai
GoF sebesar 0,658 (nilai GoF lebih besar dari 0,36) dan nilai Q2 sebesar 0,619 , maka
disimpulkan bahwa measurement model (outer model) konstruk reflektif telah memenuhi
syarat. Dengan demikian dapat dilanjutkan untuk melakukan uji path coefficient, uji effect size
(f2) dan terakhir adalah uji hipotesis.
Effect Size (f2). Untuk mengevaluasi apakah exogenous construct yang dihilangkan tersebut
dapat berdampak penting pada endogenous constructs (variabel terikat/dependent) maka dapat
dilihat interpretasi dari hasil effect size (f2 ) digambarkan pada tabel 5 dibawah ini.
Uji Hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan melihat nilai probabilitasnya dan t-
statistic. Untuk nilai probabilitas, nilai p-value dengan alpha 5% adalah kurang dari 0,05 dan
signifikansi 5% yakni 1,990 (t-tabel) , sehingga kriteria penerimaan Hipotesa adalah ketika t-
statistic > t-tabel (Haryono, 2017). Berikut ini digambarkan hasil uji hipotesis konstruk
penelitian dalam tabel 6 dibawah ini.
270
ISSN : 2087-8877
Ansyari dan Kasmir 263-274 Jurnal SWOT, Volume VIII, No 2, Mei 2018
Pembahasan
Pengaruh motivasi kerja McClelland terhadap kinerja pegawai Direktorat Jenderal
Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII). Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa motivasi kerja McClelland berpengaruh signifikan terhadap kinerja
pegawai Ditjen KPAII. Hal ini dilihat dari nilai = 0,714 dan hasil thitung = 6,597 dengan p
value (0,000). Dikarenakan nilai thitung = 6,597 > ttabel = 1,990 (signifikan level = 5%) dan p
value (0,000) < 0,05 , maka dapat diartikan motivasi kerja McCLelland berpengaruh signifikan
terhadap kinerja kerja pegawai Ditjen KPAII. Adapun besarnya pengaruh tersebut dapat
diketahui berdasarkan nilai = 0,714 pada kolom original sample yaitu sebesar 0,714. Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan antara variabel motivasi kerja McClelland dengan kinerja
adalah signifikan dengan nilai pengaruhnya sebesar 71,4%. Salah satu tujuan utama dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana pengaruh motivasi kerja
McClelland terhadap kinerja pegawai Ditjen KPAII dari mulai staf pelaksana, pejabat eselon
IV dan pejabat eselon III yang terdiri dari 82 responden atau seluruh populasi. Pendekatan teori
yang digunakan untuk penelitian variabel motivasi di lingkungan pemerintah ini dengan
menggunakan teori three need theory yang dikemukakan oleh David McClelland (1961). Salah
satu dimensi motivasi dari teori tersebut yaitu need for power perlu digaris bawahi dalam
penelitian ini, ada 5 (lima) orang responden yang tidak diikutkan dalam pengambilan data
sampling yaitu : 4 (empat) orang pejabat eselon II dan 1 (satu) orang pejabat eselon I karena
motivasi khususnya untuk dimensi need for power sudah berbeda.
Pengaruh lingkungan kerja non fisik terhadap motivasi kerja McClelland pegawai
Direktorat Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional. Hasil
271
ISSN : 2087-8877
Ansyari dan Kasmir 263-274 Jurnal SWOT, Volume VIII, No 2, Mei 2018
penelitian ini menyatakan bahwa lingkungan kerja non fisik berpengaruh signifikan terhadap
motivasi kerja McClelland pegawai Ditjen KPAII. Hal ini dilihat dari nilai = 0,472 dan
hasil thitung = 2,737 dengan p value (0,006). Dikarenakan nilai thitung = 2,737 > ttabel = 1,990
(signifikan level = 5%) dan p value (0,006) < 0,05 , maka dapat diartikan lingkungan kerja non
fisik berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja McClelland pegawai Ditjen KPAII.
Adapun besarnya pengaruh tersebut dapat diketahui berdasarkan nilai pada kolom original
sample yaitu sebesar 0,472. Lezita (2010) telah meneliti bahwa faktor lingkungan kerja yang
paling mempengaruhi motivasi kerja karyawan adalah faktor hubungan dengan rekan kerja.
Lingkungan kerja dengan suasana kerja, hubungan dengan rekan sekerja dan tersedianya
fasilitas kerja yang nyaman dapat memberikan ketenangan karyawan dalam bekerja dan
memotivasi karyawan sehingga kinerjanya optimal.
PENUTUP
Kesimpulan.
Saran.
DAFTAR RUJUKAN
Porter, Tracy H.; Diane, Kelly; Dail Fields, Riesenmy. (2016). Work environment and
employee motivation to lead: moderating effects of personal characteristics. American
Journal of Business. Vol. 31, Issue 2, 2017
Robbins, Stephen P. & A. Judege, Timothy (2013). Organizational Behaviour, 15th ed., USA :
Prentice Hall
Rawat, Surya Rashmi. (2015). Impact of Transformational Leadership over Employee Morale
and Motivation. Indian Journal of Science and Technology. Vol. 8, No. 6, March 2015,
p. 25-34
Sarode, Anil P. (2012). The Affecting Employee Work Environment & it's Relation with
Employee Productivity. International Journal of Scence & Research. Vo.3. Issue 11. p.
2735- 2737.
Shu, Chin-Yi. (2015). The Impact of Intrinsic Motivation on The Effectiveness of Leadership
Style towards on Work Engagement. Contemporary Management Research. Vol. 11,
No. 4, 2015, p. 327-350
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Tindakan Komprehensif. Cetakan ke-1. Bandung :
Alfabeta.
274
ISSN : 2087-8877