Journey
Journey
Journey
DOI: https://doi.org/10.47766/tanfidziy.v1i1.904
Qurratul Aini1
1 kuratulaini2006@gmail.com
59
60 TANFIDZIY: Jurnal Hukum Tata Negara dan Siyasah
Vol. 1 No. 1 (2022)
ABSTRAK
Politik hukum Islam mulai lebih konkret diterapkan pada masa Pemerintahan
Utsmani yakni pada masa Sultan Sulaiman (926-974 H/1520-1560), dimana
Sulaiman secara sungguh-sungguh memberlakukan Qanun sebagai hukum resmi
bagi negaranya Dan diantara wilayah yang menerapkan Qanun adalah Aceh,
Aceh merupakan salah satu Provinsi di Negara Kesatuan Refublik Indonesia,
Kata Kunci:
dimana Provinsi Aceh yang secara sah diberikan otonomi khusus melalui undang
Pemerintahan Aceh, undang nomor 11 tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh, penelitian ini
Sistem Penyusunan, bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara sistem qanun pada masa sultan
Sultan Sulaiman Al Qanuni, sulaiman al qanuni dan qanun aceh. maka dari itu penelitian ini menggunakan
Penelitian kualitatif yaitu Pustaka liberary (research) yang mengacu pada
Otonomi Daerah.
pendekatan hukum normative. Adapun sumber data primer yang mengacu pada
data sekunder yaitu berupa tentang undang-undang/Qanun Di Turki dan Aceh.
Maka hasil penelitian ini menunjukan bahwa.Sistem Penyusunan Qanun di turki
merujuk pada 1. Menetapkan mazhab resmi bagi negara 2. Penyusun satu
pendapat ,mazhab 3. Mengomplikasikan dari mazhab yang berbeda dan
mengadopsi perundang undangan modern.yang mana di Terapkan di Turki
adapun pembentukan hukumnya tidak lepas dari para ulama ulama dan Mulfi
Agung. Sedangkan di Aceh sistem penyusunan materi hukum yang dibahas secara
berjenjang banyak melibatkan berbagai ahli dengan lintas disiplin ilmu yang
meliputi hukum fiqh.yang berupa undang-undang yang dibentuk bersama
eksekutif dan legislatif (Gubenur dan DPRK). kedudukan qanun Aceh
berdasarkan ketentuan pasal 21 dan pasal 22 undang-undang nomor 11 tahun
2006 tentang pemerintahan Aceh dijelaskan bahwa qanun Aceh adalah peraturan
perundang -undangan sejenis peraturan daerah provinsi yang mengatur
penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan masyarakat Aceh.
PENDAHULUAN
Hukum Islam adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah
dan sunah Rasul tentang tingkah laku manusia mukalaf yang diakui dan
diyakini berlaku mengikat untuk semua umat yang beragama Islam, untuk
mewujudkan sebuah kedamaian dan kepatuhan baik secara vertikal maupun
horizontal.1 Hukum Islam adalah sekumpulan aturan beserta perintah Allah
SWT yang mengatur perilaku kehidupan orang Islam dalam seluruh aspeknya.
Hukum Islam adalah representasi pemikiran Islam, manifestasi pandangan
hidup Islam, dan intisari dari Islam itu sendiri.
Kemaslahatan manusia senantiasa berkembang dan berganti mengikuti
perkembangan kebutuhan manusia itu sendiri. Seandainya kemaslahatan
kemaslahatan yang sedang berkembang itu tidak diperhatikan, akan tetapi
yang diperhatikan hanyalah kemaslahatan yang ada nash-nya saja, niscaya
akan banyak kemaslahatan-kemaslahatan manusia yang terdapat di beberapa
daerah dan pada masa yang berbeda-beda mengalami kekosongan hukum.
Maka dari itu, menjadi sebuah urgensitas untuk mengisi hukum baru atau
1M. Sulaeman Jajli, Fiqih Madhzab Ala Indonesia Dalam Wasiat Dan Hibah (Yogyakarta: Cv. Budi
Copyright © Tanfidziy
Qurratul Aini;
Sistem Penyusunan dan Penerapan Qanun Pada Masa Sultan Sulaiman Al Qanuni
dan Pemerintahan Otonomi Aceh 61
2Abd Mukhsin, “Turki Usmani Dan Politik Hukumnya” XXXIII, no. 2 (2009): 216–25,
3Ibid.
4M. Sulaeman Jajli, Fiqih Madhzab Ala Indonesia Dalam..., h.34-36.
Copyright © Tanfidziy
Qurratul Aini;
Sistem Penyusunan dan Penerapan Qanun Pada Masa Sultan Sulaiman Al Qanuni
dan Pemerintahan Otonomi Aceh 63
5R. Nadila Andiani Karina, “Pemberlakuan Qanun Aceh Dalam Sistem Hukum Negara Kesatuan
Hukum Perdata Islam Dalam Hukum Nasional Indonesia),” Ulûmuna: Jurnal Studi Keislaman 6, no. 1
(2020), https:// doi. org/ https://doi.org/10.36420/ju.v6i1.3957.
64 TANFIDZIY: Jurnal Hukum Tata Negara dan Siyasah
Vol. 1 No. 1 (2022)
bak po teumeu reulom, Hukom bak Syiah Kuala, kanun bak putro phang,
Reusam bak laksamana ( urusan adat yaitu kewenangan raja/ sultan, urusan
syariat Islam adalah kewenangan ulama, peraturan perundang- undangan ada
dalam kewenangan permaisuri raja, sedangkan resam/pengaturan
kesepakatan-kesepakatan berbagai hal dalam masyarakat adalah kewenangan
laksamana).
METODE PENELITIAN
Penulis menggunakan metode hukum normatif yaitu metode penelitian
hukum yang digunakan dengan cara meneliti bahan pustaka.8 Jenis data yang
digunakan dalah Data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan
hukum sekunder.9 Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang
utama, sebagai bahan hukum yang bersifat autoritatif, yakni bahan hukum
yang mempunyai otoritas, bahan hukum primer meliputi peraturan
perundang-undangan dan segala dokumen resmi yang memuat ketentuan
hukum dalam sistem penyusunan pada masa Sultan Sulaiman al Qanuni dan
Qanun Aceh . Adapun bahan hukum sekunder adalah norma-norma hukum
termasuk hierarki peraturan perundang-undangan, asas-asas hukum,
sistematika hukum, perbandingan hukum dan sejarah hukum, Jenis Data
Adapun Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Dokumentasi. Dokumentasi adalah mencari data atau informasi berupa
benda-benda tertulis, seperti buku, majalah, dokumen peraturan-peraturan,
catatan harian, photo-photo/ brosur/gambar lainnya.10
8Prof. Dr. Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum: Edidi Revisi (Jakarta Timur: Kencana
h. 131.
Copyright © Tanfidziy
Qurratul Aini;
Sistem Penyusunan dan Penerapan Qanun Pada Masa Sultan Sulaiman Al Qanuni
dan Pemerintahan Otonomi Aceh 65
Copyright © Tanfidziy
Qurratul Aini;
Sistem Penyusunan dan Penerapan Qanun Pada Masa Sultan Sulaiman Al Qanuni
dan Pemerintahan Otonomi Aceh 67
(Suatu Tinjauan Sejarah),” Jurnal Rihlah 06, no. 1 (2018), https:// doi.org /https:
//doi.org/10.24252/rihlah.v6i1.5459.
68 TANFIDZIY: Jurnal Hukum Tata Negara dan Siyasah
Vol. 1 No. 1 (2022)
16MA Prof.Dr.Syahrizal Abbas, Filosofi Pelaksanaan Syariat Islam Di Aceh (Banda Aceh:
Copyright © Tanfidziy
Qurratul Aini;
Sistem Penyusunan dan Penerapan Qanun Pada Masa Sultan Sulaiman Al Qanuni
dan Pemerintahan Otonomi Aceh 69
Dalam udang undang disebutkan bahwa proses lagislasi qanun Aceh yang
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan hukum islam, ada tahapan yang
didalamnya melibatkan ulama dan unsur Majelis Permusyawaratan Ulama
(MPU) serta para pakar ilmu hukum islam lainnya yang dianggap mempuni,
ditahap inilah terjadi aktivitas intelektual luar biasa, yakni para ahli
mengerahkan segala kemampuannya untuk mengkaji dalil dari berbagai
aspeknya lalu dikaitakan dengan perkembangan peradaban yang serba cangih
di zaman ini, untuk kemudian dihasilkan sebuah kesimpulan hukum aktivitas
ini lebih sering sering disebut dengan istinbat al ahkam produk hukum yang
dihasilkan melalui jalan istinbat ini kemudian disusun menjadi naskah
akademik yang akan dilegislasi menjadi hukum positif (qanun) oleh
18Sulaiman Tripa, Antologi Opini Serambi Indonesia (Banda Aceh: Bandar Publishing, 2019), h. 17.
19 Prof.Dr.Jaih,SE,MH,M.Ag.. Taqnin Ahkam (Bandung : SAHIFA ) 2014 hlm 35
70 TANFIDZIY: Jurnal Hukum Tata Negara dan Siyasah
Vol. 1 No. 1 (2022)
h.119.
Copyright © Tanfidziy
Qurratul Aini;
Sistem Penyusunan dan Penerapan Qanun Pada Masa Sultan Sulaiman Al Qanuni
dan Pemerintahan Otonomi Aceh 71
(b) Dalam hukum qanun Aceh bahwasnya diaceh menetapkan hukum yang
berdasarkan dengan ranah hukum adat di aceh sebagimana aceh
menerapkan sistem formil sejak bergulirnya Reformasi dimulai dengan di
sahkannya undang undang hingga dibentukanya undang undang, yang
mana menegaskan bahwa status keistimewaan aceh terletak pada
kewenangan kehidupan beragama, adat, pendidikan, dan ulama dalam
penetapan kebijakan daerah,. Dan lembaga yang menetapkan hukum si
aceh sendiri adalah mahkamah syariah untuk memeriksa memutus
mengadili dan menyelesaikan perkara seperti jinayah yang mana
ditetapkan hukuman cambuk terhadap pelaku denda dan penjara dan
sesuai dengan si pelaku dalam melakukan kejahatan.
Copyright © Tanfidziy
Qurratul Aini;
Sistem Penyusunan dan Penerapan Qanun Pada Masa Sultan Sulaiman Al Qanuni
dan Pemerintahan Otonomi Aceh 73
22 Ibid
74 TANFIDZIY: Jurnal Hukum Tata Negara dan Siyasah
Vol. 1 No. 1 (2022)
Maka dari ketentuan kedua pasal diatas terlihat bahwa maksud dari qanun
dapat disamakan dengan peraturan daerah di provinsi lain di Indonesia tetapi
pada dasarnya pemahaman qanun yang disamakan dengan perda
sesungguhnya tidaklah tepat qanun merupakan suatu peraturan perundang
undangan yang diberlakukan di NAD yang isinya harus berlandaskan pada
syariat islam yang menjadi kekhususan dari NAD hal ini berbeda dengan
daerah lainnya yang aturan-aturan dalam perdanya tidak harus berlandaskan
ajaran ajaran islam selain itu berbeda dengan perda lainnya,di Indonesia aturan
aturan qanun dapat berisikan aturan aturan hukum tentan hukum secara
materil dan formil di mahkamah syari’ah.
UU nomor 12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-
undangan kedudukan qanun dipersamakan dengan perda di daerah lainnya,
menurut uu no 12 tahun 2011 disebutkan bahwa jenis dan hierarki peraturan
perundang-undangan adalah sebagai berikut (pasal 7 ayat 1 UU No 12
tahun2011), yaitu:23
(1) Undang undang dasar negara refublik Indonesia tahun 1945
(2) Ketetapan majelis permusyawaratan rakyat
(3) Undang undang/peraturan pemerintah pengganti undang undang
(4) Peraturan pemerintahan
(5) Peraturan presiden
(6) Peraturan daerah provinsi
(7) Peraturan daerah kabupaten/kota
Copyright © Tanfidziy
Qurratul Aini;
Sistem Penyusunan dan Penerapan Qanun Pada Masa Sultan Sulaiman Al Qanuni
dan Pemerintahan Otonomi Aceh 75
Copyright © Tanfidziy
Qurratul Aini;
Sistem Penyusunan dan Penerapan Qanun Pada Masa Sultan Sulaiman Al Qanuni
dan Pemerintahan Otonomi Aceh 77
KESIMPULAN
Sistem Qanun pada masa Sultan Sulaiman al Qanuni dilakukan dengan
cara memodifikasi hukum yang beliau lakukan dengan langkah, menetapkan
mazhab yang resmi bagi negara, kemudian menyusun pendapat mazhab
tersebut. Sultan Sulaiman Al Qanuni juga mengoplikasi qanunnya dari mazhab
yang berbeda dan pengadopsi perundang-undangan modern yang di anggap
sesuai dengan hukum Islam, Sistem qanun aceh bahwa proses penyusunan
materi hukum yang pembahasannya secara mendalam dan berjenjang yang
banyak melibatkan berbagai ahli dengan lintas disiplin ilmu yang meliputi
hukum fiqh yang telah diproses melalui taqnin yang mana telah menjadi
hukum postif nasional Indonesia yang hanya berlaku di wilayah Aceh
Perbandingan pembentukan Qanun Sultan sulaiman al qanuni dan qanun
ach Persmaaan dan perbedaan sistem Qanun Aceh dan Qanun Sulaiman al
Qanuni Sistem penyusunan di Qanun di Aceh merupakan hasil Ijtihad Ulama
dan Umara di Aceh, Materi hukum fiqh yang dituangkan dalam Qanun Aceh
melalui Taknin, yaitu proses Proses Taqnin dilakukan oleh Badan Legislasi
Dewan Perwakilan Rakyat (DPRA) bersama dengan tim Pemerintahan Aceh,
Materi hukum fiqh yang telah melalui taqnin telah menjadi hukum positif
nasional Indonesia yang hanya berlaku di wilayah Aceh, oleh karena itu, materi
fiqh yang bersumber dari al Qur’an dan al-Sunnah dan telah ditetapkan menjadi
Qanun Aceh, akan dilaksanakan penegakannya oleh aparat hukum negara
Indonesia di Aceh seperti: polisi, jaksa, hakim, dan advokad. bahwasannya
penyusunan Qanun Masa Sultan Sulaiman Al Qanuni mengkombinasi antara
hukum Islam murni, yang terdapat dalam suatu mazhab tertentu dengan
hukum modern Eropa namun dengan Syarat harus sejalan dengan hukum
Islam, semua aturan aturan perundang-undangan yang diterapkan tidak
terlepas dari bantuan dari para ulama –ulama dan mulfi Agung sedangkan
Qanun di Aceh Penyusunanya bersumber dari hukum Islam murni selama
tidak bertentangan dengan hukum negara.
Kedudukan Qanun dalam pemerintahan Aceh menurut ketentuan pasal 21
dan pasal 22 undang-undang nomor 11 tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh
dijelaskan bahwa qanun Aceh adalah peraturan perundang –undangan sejenis
peraturan daerah provinsi yang mengatur penyelenggaraan pemerintahan dan
kehidupan masyarakat aceh . UU nomor 12 tahun 2011 tentang pembentukan
peraturan perundang-undangan kedudukan qanun dipersamakan dengan
perda di daerah lainnya.
78 TANFIDZIY: Jurnal Hukum Tata Negara dan Siyasah
Vol. 1 No. 1 (2022)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta, 2002.
Berutu, Ali Geno. “Penerapan Qanun Aceh Di Kota Subulussalam: Kajian Atas
Qanun No. 12, 13 Dan 14 Tahun 2003.” Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, 2016.
Dr. Ali Mutakin, MA. Pembaharuan Hukum Keluarga Di Dunia Islam. Bandung:
Cv. Media Sains Indonesia, 2021.
Karina, R. Nadila Andiani. “Pemberlakuan Qanun Aceh Dalam Sistem Hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesia.” Universitas Katolik Parahayangan,
2017. http://hdl. handle.net/123456789/4383.
M. Sulaeman Jajli. Fiqih Madhzab Ala Indonesia Dalam Wasiat Dan Hibah.
Yogyakarta: Cv. Budi Utama, 2015.
Marzuki, Prof. Dr. Peter Mahmud. Penelitian Hukum: Edidi Revisi. Jakarta Timur:
Kencana Prenada Media Group, 2019.
Mukhsin, Abd. “Turki Usmani Dan Politik Hukumnya” XXXIII, no. 2 (2009):
216–25. https://doi.org/ http:// dx.doi.org/ 10.30821/miqot.v33i2.192.
Prof. Dr. Saldi Isr, SH. Pengujian Konstitusionalitas Perda. Jakarta:
Keperpustakaan Populer Gramedia, 2020.
Prof.Dr.Syahrizal Abbas, MA. Filosofi Pelaksanaan Syariat Islam Di Aceh. Banda
Aceh: Percetakan UIN Ar-Raniry, 2018.
Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-Press, 2010.
Sulaiman Tripa. Antologi Opini Serambi Indonesia. Banda Aceh: Bandar
Publishing, 2019.
Ulum, Miftahul Moh. Mujibur Rohman Mohsi. “Taqnīn Al-Ahkām (Telaah
Sejarah Legislasi Hukum Perdata Islam Dalam Hukum Nasional
Indonesia).” Ulûmuna: Jurnal Studi Keislaman 6, no. 1 (2020).
https://doi.org/https: //doi.org /10.36420/ju.v6i1.3957.
Zulfikar, Ahmad. “Kepemimpinan Dan Kontribusi Sulaiman Alqanuni Di
Turki Utsmani (Suatu Tinjauan Sejarah).” Jurnal Rihlah 06, no. 1 (2018).
https://doi.org/https: //doi.org/10.24252/rihlah.v6i1.5459.
Copyright © Tanfidziy