Tugas Kutipan Langsung

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

ANALISIS PERUBAHAN IKLIM BERBAGAI VARIABILITAS CURAH

HUJAN DAN EMISI GAS METANA (CH4) DENGAN METODE GRID


ANALYSIS AND DISPLAY SYSTEM (GrADS) DI KABUPATEN SEMARANG
Ismi Dian Kusumawardhani dan Rahmat Gernowo
Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang
E-mail: ismidiankusumawardhani@st.fisika.undip.ac.id

ABSTRACT
Global climate change as the implications of global warming caused by greenhouse gas increases from time to
time. Methane (CH4) is a greenhouse gas that causes the greenhouse effect and has the effect of 20-30 times greater
than carbon dioxide. The rate of CH4 emissions to the atmosphere is the fastest among other greenhouse gases.
The research was conducted by analyzing climate change using the data of precipitation, air temperature, and
methane emissions. Data of Ungaran - kabupaten Semarang precipitation obtained from Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Climatological Station Semarang. Globally available data of precipitation and air
temperature, that is downloaded from the website National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). While
the emission data of methane (CH4) is obtained from Badan Lingkungan Hidup (BLH) Central Java with data that
covers an area of Central Java. To determine the existence of climate change in the research area of data analysis is
carried precipitation and air temperature during the last 30 years. The method used is the method of Grid Analysis and
Display System (GrADS) that can be used for processing and visualizing the earth science data.
The results of this study, the increase in precipitation and air temperature every year in a period of 30 years in
kabupaten Semarang. The average amount of precipitation every year is obtained by 1579.86 mm. Precipitation in
Central Java region shown by the pattern of monsoon rainfall. The average maximum precipitation in January, while
the minimum in August. The average air temperature increase annually by 0.014 oC or 0.051% every year. Similarly, the
amount of methane emissions (CH4) in all parts of human activity in the region of Central Java has increased every
year. The average increase of CH 4 emission obtained annually by 14.99 Gg or 1.36%. On average generated methane
emissions from human activities annually by 1104.54 Gg.
Keywords: Global warming, climate change, GrADS, precipitation, methane emissions (CH4)

ABSTRAK
Perubahan iklim global sebagai implikasi dari pemanasan global yang disebabkan oleh peningkatan gas rumah
kaca dari waktu ke waktu. Metana (CH4) merupakan salah satu gas rumah kaca yang menyebabkan efek rumah kaca
dan memiliki efek 20-30 kali lebih besar dibandingkan dengan karbon dioksida. Laju emisi CH4 ke atmosfer merupakan
yang paling cepat diantara gas rumah kaca lainnya.
Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis perubahan iklim menggunakan data curah hujan, temperatur udara,
serta emisi gas metana. Data curah hujan daerah Ungaran, Kabupaten Semarang diperoleh dari Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Semarang. Secara global didapatkan data curah hujan serta
temperatur udara yang diunduh dari situs National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). Sedangkan data
emisi gas metana (CH4) diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Jawa Tengah dengan data yang
meliputi wilayah Jawa Tengah. Untuk mengetahui adanya perubahan iklim di daerah penelitian maka dilakukan
analisa data curah hujan serta temperatur udara selama 30 tahun terakhir. Metode yang digunakan adalah dengan
metode Grid Analysis and Display System (GrADS) yang dapat digunakan untuk pengolahan serta memvisualisasi data
sains bumi.
Hasil dari penelitian ini didapatkan kenaikan curah hujan dan temperatur udara setiap tahunnya dalam periode
30 tahun di kabupaten Semarang. Rata-rata banyaknya curah hujan setiap tahun didapatkan sebesar 1579,86 mm. Curah
hujan pada wilayah Jawa Tengah diperlihatkan dengan pola curah hujan monsun. Rata-rata curah hujan maksimum
pada bulan Januari sedangkan minimumnya pada bulan Agustus. Rata-rata kenaikan temperatur udara setiap tahunnya
sebesar 0,014oC atau 0,051% pertahun. Begitu pula dengan jumlah emisi gas metana (CH4) pada semua bidang
aktivitas manusia di wilayah Jawa Tengah mengalami kenaikan setiap tahunnya. Rata-rata kenaikan emisi CH4 sebesar
14,99 Gg atau 1,36 % setiap tahunnya. Rata-rata dihasilkan emisi gas metana dari aktivitas manusia per tahunnya
sebesar 1104,54 Gg.
Kata kunci: Global warming, perubahan iklim, GrADS, curah hujan, emisi gas metana (CH4)

1
Ismi Dian K. dan Rahmat Gernowo Analisis Perubahan Iklim.....

PENDAHULUAN dengan wilayah perbukitan. Wilayah


Pemanasan global merupakan naiknya suhu perbukitan tersebut dapat memiliki risiko
rata-rata diseluruh permukaan bumi akibat dari bencana tanah longsor yang cukup signifikan.
emisi gas rumah kaca dalam jumlah banyak yang Dengan adanya perubahan pola hujan dan
membuat energi panas matahari terperangkap di kenaikan suhu memberikan dampak yang
atmosfer. Pemanasan global ini telah signifikan terhadap kestabilan tanah dan dapat
menimbulkan berbagai dampak seperti meningkatkan potensi maupun peristiwa
terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, bencana tanah longsor.
terjadinya kenaikan permukaan laut yang banyak Dari uraian tersebut maka perlu
memberikan kerugian untuk negara-negara dilakukan penelitian berupa “Analisis
kepulauan serta terjadinya perubahan iklim yang Perubahan Iklim Berbagai Variabilitas Curah
sangat ektrim di bumi. Hujan dan Emisi Gas Metana (Ch4) dengan
Gas rumah kaca merupakan gas-gas di Metode Grid Analysis and Display System
atmosfer yang memiliki potensi untuk (GrADS) di Kabupaten Semarang”.
menghambat radiasi sinar matahari yang
dipantulkan oleh bumi sehingga menyebabkan DASAR TEORI
suhu di permukaan bumi menjadi hangat (Newby, Iklim dan Perubahan Iklim
2007). Gas rumah kaca terdiri dari Karbon Iklim adalah peluang statistik berbagai
Dioksiada (CO2), Metana (CH4), Dinitrogen keadaan atmosfer, antara lain suhu, tekanan,
Mono Oksida (N2O), Hidro Flurocarbon (HFCs), angin, kelembaban, yang terjadi disuatu daerah
Sulfur Hexaflorida (SF6), Perfluoro Karbon selama kurun waktu yang panjang. Iklim tidak
(PFCS) dan gas-gas turunan lainnya. Gas hanya merupakan rata-rata dari kondisi
karbondioksida dan metana merupakan dua zat atmosfer atau rata-rata cuaca lokasi tersebut.
utama yang menyebabkan efek rumah kaca. Efek Untuk mempelajari iklim disuatu daerah perlu
dari gas rumah kaca tersebut dinamakan dengan diketaui bagaimana keadaan atmosfer dan
efek rumah kaca. Pada keadaan normal efek sistem iklim secara global. Sistem iklim terdiri
rumah kaca berpengaruh positif pada suhu bumi. dari lima komponen yaitu atmosfer, litosfer,
Efek rumah kaca yang dihasilkan oleh metana (21 hidrosfer, kriosfer dan biosfer.
GWP) lebih kuat daripada karbondioksida (1 Indonesia secara umum dibagi menjadi 3
GWP). pola iklim utama dengan melihat pola curah
Laju emisi CH4 ke atmosfer merupakan hujan selama setahun [3]. Begitu pula dengan
yang paling cepat diantara keenam gas rumah yang telah mengklasifikasi iklim Indonesia,
kaca. Konsentrasi CH4 meningkat 150% dari yang diperlihatkan pada gambar 1 [4].
konsentrasi sebelum jaman revolusi industri tahun Wilayah A yaitu wilayah dengan curah
1750 [1]. hujan pola monsunal. Pola ini dicirikan oleh
Variabilitas dan perubahan iklim sebagai tipe curah hujan yang bersifat unimodial (satu
akibat pemanasan global (Global Warming). puncak musim hujan). Dimana pada bulan
Perubahan iklim berdampak terhadap kenaikan Juni, Juli dan Agustus terjadi musim kering,
frekuensi maupun intensitas kejadian cuaca sedangkan untuk bulan Desember, Januari dan
ekstrim, perubahan pola hujan, serta peningkatan Februari merupakan bulan basah. Enam bulan
suhu dan permukaan air laut [2]. sisanya merupakan periode peralihan atau
Kabupaten semarang merupakan salah satu pancaroba (tiga bulan peralihan musim
kabupaten dari 29 kabupaten dan 6 kota yang kemarau ke musim penghujan dan tiga bulan
terdapat di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten peralihan musim penghujan ke musim
semarang dengan ibu kota Ungaran memiliki kemarau). Daerah yang didominasi oleh pola
kondisi geografis dan topografis yang monsun ini berada di daerah Sumatra bagian
ditunjukkan
2
Selatan, Kalimantan Tengah, dan Selatan, Jawa,
Bali, Nusa Tenggara dan sebagian Papua. anomali parameter cuaca tersebut akan
Wilayah B merupakan wilayah dengan menyebabkan terjadinya perubahan iklim.
curah hujan Pola Ekuatorial. Pola ekuatorial Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh
dicirikan oleh tipe curah hujan dengan bentuk perubahan iklim tersebut diantaranya adalah
bimodial (dua puncak hujan) yang biasanya (1) semakin banyaknya penyakit (Tifus,
terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober atau pada Malaria, Demam, dll), (2) meningkatnya
saat terjadi ekuinoks. Daerahnya meliputi pulau frekuensi bencana alam /cuaca ekstrim (tanah
Sumatra bagian tengah dan Utara, serta pulau longsor, banjir, kekeringan, badai tropis, dll.),
Kalimantan bagian Utara. (3) mengancam ketersediaan air, (4)
Wilayah C memperlihatkan wilayah dengan mengakibatkan pergeseran musim dan
curah hujan Pola Lokal. Pola lokal dicirikan oleh perubahan pola hujan, (5) menurunkan
bentuk pola hujan unimodial (satu puncak hujan), produktivitas pertanian, (6) peningkatan
tetapi bentuknya berlawanan dengan tipe hujan temperatur akan mengakibatkan kebakaran
monsun. Daerahnya hanya meliputi daerah hutan, (7) mengancam biodiversitas dan
Maluku, Sulawesi dan sebagian Papua. keanekaragaman hayati, dan (8) kenaikan
muka laut menyebabkan banjir permanen dan
kerusakan infrastruktur di daerah pantai [6].
Gas Rumah Kaca
Gas Rumah Kaca (GRK) adalah istilah
kolektif untuk gas-gas yang memiliki efek
rumah kaca, seperti kloroflurokarbon (CFC),
karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen
oksida (NOx), ozon (O3), dan uap air (H2O).
Beberapa gas tersebut memiliki efek rumah
Gambar 1. Tiga wilayah iklim di Indonesia. Wilayah kaca lebih besar daripada gas lainnya. Sebagai
A (monsun) garis hitam, Wilayah B (ekuatorial) garis contoh, metana memiliki efek 20-30 kali lebih
dan titik, dan Wilayah C (lokal) garis putus-putus besar dibandingkan dengan karbon dioksida,
Iklim akan mengalami perubahan kalau ada dan CFC diperkirakan memiliki efek rumah
proses yang mempengaruhi sistem iklim tersebut. kaca 1000 kali lebih kuat dibandingkan dengan
Disatu pihak proses ini dapat berasal dari karbon dioksida [7]. Berikut Indeks Potensi
perubahan di luar sistem yang disebut perubahan Pemanasan Global (Global Warming Potential
eksternal dan dilain pihak dapat bersumber dari = GWP) pada tabel 1 [8].
perubahan di dalam sistem yang dinamakan Tabel 1. Indeks GWP beberapa Gas Rumah Kaca
perubahan internal. Perubahan eksternal dapat terhadap CO2 dalam 100 tahun (GWP 1994)
berupa perubahan banyaknya radiasi matahari Jenis Gas Indeks GWP
yang sampai di bagian luar atmosfer dan CO2 1
perubahan konfigurasi atau perubahan distribusi CH4 21
daratan dan lautan pada permukaan bumi. N2O 310
Perubahan internal terjadi di dalam sistem iklim HFC 500
[5]. SF 9200
Perubahan temperatur atmosfer
menyebabkan kondisi fisik atmosfer semakin tak Emisi Gas Metana (CH4)
stabil dan menimbulkan terjadinya anomali- Gas metan yang dilepas ke udara
anomali terhadap parameter cuaca yang (atmosfer) lebih banyak berasal dari aktivitas
berlangsung lama. Dalam jangka panjang manusia (antropogenic) daripada hasil dari
anomali-
3
Ismi Dian K. dan Rahmat Gernowo Analisis Perubahan Iklim.....

proses alami. Termasuk pembakaran biomassa 5-D dengan menggunakan data file
dan beberapa kegiatan yang berasal dari descriptor. GrADS dapat
dekomposisi bahan organik dalam keadaan
anaerob [9].
CH4 merupakan gas rumah kaca dengan
konsentrasi terbesar kedua setelah
karbondioksida. Diperkirakan tiap molekul CH4
memiliki radiative forcing 21 kali lebih besar
daaripada CO2 per molekul. CH4
menyumbangkan 20% radiative forcing sehingga
pengaruhnya terhadap pemanasan global cukup
signifikan. Radiative forcing merupakan
perubahan pada selisih antara energi radiasi yang
masuk dan yang keluar di tropopause. Radiative
forcing yang semakin besar akan menyebabkan
suhu bumi semakin panas. Emisi CH4 dapat
berasal dari sumber alami maupun aktivitas
antropogenik. Sumber alami CH4 antara lain
lahan basah, laut, persawahan, proses fermentasi
oleh bakteri dan ternak. Sedangkan CH4 dari
aktivitas antropogenik berasal dari pemakaian
bahan bakar fosil, pembakaran lahan dan
biomassa serta pengeboran gas alam. Aktivitas
antropogenik diperkirakan menyumbang lebih
kurang 60% dari emisi CH4 ke atmosfer [10].

METODE PENELITIAN
Grid Analysis and Display System
(GrADS) adalah perangkat desktop interaktif
yang digunakan untuk memudahkan akses,
manipulasi, dan visualisasi data sains bumi.
GrADS memiliki dua model data untuk
menangani data grid dan stasiun. GrADS
mendukung banyak format data file, termasuk
biner (stream atau sequential), Grib (versi 1 dan
2), netCDF, HDF (versi 4 dan 5), dan BUFR
(untuk data stasiun). GrADS telah digunakan di
seluruh dunia di berbagai sistem operasi yang
umum digunakan dan didistribusikan secara
bebas melalui internet.
GrADS menggunakan lingkungan data 5-
Dimensi: empat konvensional (bujur, lintang,
tingkat vertikal, dan waktu) ditambah dimensi 5
opsional untuk grid yang umumnya digunakan
tetapi dirancang untuk digunakan untuk
ansambel. Data set ditempatkan dalam ruang
4
menggunakan grid yang teratur, spasi non- linier,
gaussian, atau resolusi variabel. Data dari set
data yang dioperasikan secara interaktif dengan
memasukan ekspresi FORTRAN seperti pada
baris perintah. Satu set dipenuhi dengan fungsi
built-in yang disediakan, namun pengguna juga
dapat menambahkan fungsi- fungsi mereka
sendiri sebagai rutinitas eksternal yang ditulis
dalam bahasa pemrograman.
Grads dapat ditampilkan menggunakan
berbagai teknis grafis: garis dan grafik batang,
plot terpisah, kontur halus, kontur berbayang,
dan model stasiun plot. Grafik-grafik
keluarannya dalam PostScript atau format
gambar. GrADS memberikan dafault geofisika
intuitif, tetapi pengguna memiliki pilihan untuk
mengontrol semua aspek output grafis [11].
Penelitian ini diawali dengan mengunduh
dan mengaplikasikan software GrADS pada PC.
Data yang akan diolah pada sofware GrADS ini
merupakan data curah hujan dan temperatur yang
telah diunduh dari situs satelit NOAA. Data
tersebut merupakan data global dengan awal
periode 1 Januari 1979. Kemudian data tersebut
diolah sesuai dengan titik koordinat dan waktu
daerah penelitian, yaitu daerah Ungaran
Kabupaten Semarang pada koordinat 7o8'23” LS
- 110o24'56” BT dan menggunakan waktu dari
Januari 2004 sampai dengan Desember 2011.
Untuk periode 30 tahun digunakan waktu pada
Januari 1984 sampai dengan Desember 2013.
Setelah pengolahan data dengan sofware
GrADS selesai, kemudian menganalisa data
sekunder dari NOAA, data curah hujan yang
diperoleh dari BMKG serta data emisi gas
metana yang diperoleh dari BLH provinsi Jawa
Tengah yang diolah pada program microsoft
excel. Data-data tersebut dianalisa mengenai
keterkaitan dengan perubahan iklim dan untuk
mengetahui kesamaan pola di setiap data dengan
menggunakan grafik.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Curah Hujan

5
Ismi Dian K. dan Rahmat Gernowo Analisis Perubahan Iklim.....

BM KG
dengan besarnya Ө = 46,75o. Banyaknya curah
hujan setiap tahunnya tidak menentu yaitu
curah hujan (mm)

N O AA, kurang lebih dari 1100 mm hingga 2400 mm


G RADS
setiap tahun. Rata-rata banyaknya curah hujan
y = 0,01L64I xN -
setiap tahun didapatkan sebesar 1579,86 mm.
E A R
4 4 7,97 R²
=( B0,0M07K4 Temperatur Udara
G)

LI N E A R

Temperatur (C)
( N O AA,
y = 0,00G86Rx A-
D20S9),05 R² =
y = 0.0094x + 9.0349 R² = 0.0994
0,0057

waktu (bulan)
Gambar 2. Grafik perbandingan data curah hujan
BMKG dan NOAA pada daerah Kabupaten Semarang
tahun 2004-2011
Berdasarkan gambar 1 dapat dilihat pola waktu (tahun)
curah hujan antara data dari BMKG maupun data rata2 temperatur tahunan,
NOAA
y = 0.0094x + 9.0349
R² = 0.0994
dari satelit NOAA. Kedua data tersebut
memperlihatkan pola curah hujan maksimum dan Gambar 4. Grafik temperatur udara daerah
Kabupaten Semarang periode 30 tahun (1984-
minimum. Data curah hujan dari BMKG maupun 2013)
dari satelit NOAA memperlihatkan pola curah
Berdasarkan gambar 4 terlihat adanya
hujan yang hampir sama. kedua data tersebut juga
kenaikan temperatur udara setiap tahunnya.
menunjukkan tren kenaikan curah hujan setiap
Kenaikan temperatur udara sebesar Ө = 0,54o.
tahunnya. Tren kenaikan tersebut dihitung dengan
Rata-rata kenaikan temperatur udara setiap
analisis regresi linier sederhana yang
tahunnya didapatkan sebesar 0,014oC atau
memperlihatkan persamaan garis regresi bernilai
sebesar 0,051% pertahun.
positif. Mayoritas curah hujan maksimum data
BMKG pada bulan Desember dan Januari. Total Emisi Gas Metana CH4
Sedangkan Mayoritas curah hujan maksimum
data dari satelit NOAA terjadi di bulan
Emisi Gas Metana (Gg)

Desember.
curah hujan (mm)

y = 14.023x - 27048 R² = 0.983

y = 1.0632x - 551.57 R² = 0.001

waktu (tahun)
waktu (tahun) total emisi CH4 di semua bidang

Curah Hujan Tahunan,


NOAA y = 1.0632x -
551.57 R² = Gambar 5. Grafik total emisi CH4 di semua
0.001
Gambar 3. Grafik curah hujan rata-rata tahunan terjadi kenaikan banyaknya curah hujan
daerah Kabupaten Semarang periode 30 tahun (1983- disetiap tahunnya. Kenaikan curah hujan
2013) diperlihatkan
Gambar 3 memperlihatkan bahwa telah
6
bidang dari aktivitas manusia pada wilayah Jawa
Tengah. Sumber data: BLH Provinsi Jawa Tengah.
Dari berbagai bidang emisi gas metana
didapatkan yang terbanyak atau dominan
menghasilkan emisi CH4 adalah pada bidang
TPA serta Bidang Peternakan. Gambar 5

7
Ismi Dian K. dan Rahmat Gernowo Analisis Perubahan Iklim.....

memperlihatkan grafik total emisi CH4 di semua UCAPAN TERIMA KASIH


bidang pada wilayah Jawa Tengah. Emisi CH4 Penulis mengucapkan terimakasih
dari semua bidang dijumlahkan dan ditampilkan kepada Dr. Rahmat Gernowo, M.Si Sebagai
pada grafik. Jumlah emisi CH4 disemua bidang dosen pembimbing serta Wahyu Jatmiko, S.Si
mengalami kenaikan setiap tahunnya. Kenaikan yang telah memberi arahan dalam software
total emisi gas metana sebesar Ө = 85,92o. GrADS.
Apabila dirata-rata dihasilkan emisi gas metana
DAFTAR PUSTAKA
dari aktivitas manusia per tahunnya dihasilkan [1]. IPCC. 2001. Climate Change 2001: The
sebesar 1104,539 Gg. Rata-rata kenaikan emisi Scientific Basis. Contribution of Working
CH4 sebesar 14,985 Gg per tahun atau sebesar Group I to the Third Assessment Report of
1,36 % per tahun. the Intergovernmental panel on Climate
Change. Cambridge Univ. Press. New York.
KESIMPULAN [2]. Surmaini, E., Runtunuwu, E., dan Las, I.
1. Curah hujan pada wilayah Kabupaten 2011. Upaya Sektor Pertanian dalam
Semarang diperlihatkan dengan pola curah Menghadapi Perubahan Iklim. jurnal Libang
hujan monsun. Pola musim basah terdapat Pertanian 30(1) 2011.
[3]. Tjasyono, Bayong. 1999. Klimatologi.
pada bulan November, Desember, Januari,
Bandung: Penerbit ITB.
Frebruari, Maret, dan April dengan rata-rata [4]. Aldrian, E., dan Susanto, RD. 2003.
curah hujan secara berurutan pada bulan-bulan Identification of Three Dominant Rainfal
tersebut adalah 168,43 mm; 244,47 mm; Regions within Indonesia and their
256,18 mm; 239,13 mm; 192,33 mm; dan Relationship to Sea Surface Temperature.
142,89 mm sedangkan pola musim kering Int. J. Climatol 23:1435-1452.
terdapat pada bulan Mei, Juni, Juli, Agustus, [5]. Prawirowardoyo, Susilo. 1996. Meteorologi.
September, dan Oktober dengan rata-rata Bandung: ITB Bandung.
intensitas hujan secara berurutan pada bulan- [6]. Susandi, A., Herlianti, I., Tamamadin, M.,
bulan tersebut adalah 94,82 mm; 66,93 mm; dan Nurlela I. 2008. Dampak Perubahan
38,76 mm; 23,82 mm; 32,5 mm; dan 79,59 Iklim terhadap Ketinggian Muka Laut di
Wilayah Banjarmasin. Jurnal Ekonomi
mm. Rata-rata intensitas curah hujan
Lingkungan Vol.12/No.2/2008.
maksimum pada bulan Januari sedangkan [7]. Porteous, A. 1992. Environmental and
minimumnya pada bulan Agustus. Dalam Sanitation. New York: A Willey –
melakukan studi perubahan iklim dibutuhkan Interscience Publicatin.
analisis iklim di masa lalu dengan periode [8]. Anon. 1999. The First National
waktu 30 tahun. Communication. Jakarta: Kementerian
2. Dalam periode 30 tahun, curah hujan dan Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
temperatur udara setiap tahun mengalami [9]. Dany, L.D. 2000. Climate and Global
kenaikan. Rata-rata banyaknya curah hujan Enviromental Change. Canada: Prentice
setiap tahun didapatkan sebesar 1579,86 mm. Hall.
Rata-rata kenaikan temperatur udara setiap [10]. Houweling, S., T. Rockmann, I. Aben, F.
Keppler, M. Krol, J.F. Meirink, E.J.
tahunnya didapatkan sebesar 0,014oC atau
Dlugokenckly, & C. Frankenberg. 2006.
sebesar 0,051% pertahun. Begitu pula dengan Atmospheric Constrains on Global
grafik emisi gas metana (CH4) yang setiap Emissions of Methane Fram Plants.
tahunnya mengalami kenaikan dengan rata- Geophys. Res. Lett., 33, L15821,
rata kenaikan emisi CH4 sebesar 14,99 Gg per doi:10.1029/2006GL026162.
tahun atau sebesar 1,36 % per tahun. Rata-rata [11]. http://iges.org/grads/
dihasilkan emisi gas metana dari aktivitas
manusia per tahunnya sebesar 1104,54 Gg.

8
NAMA : MUHAMMAD RAIHAN
NO. ABSEN : 16
NIM : 2205021044
KELAS : SI 2A

KUTIPAN LANGSUNG
1. Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Dr. Rahmat Gernowo, M.Si Sebagai dosen
pembimbing serta Wahyu Jatmiko, S.Si
yang telah memberi arahan dalam software
GrADS.

KUTIPAN TIDAK LANGSUNG


1. Data yang akan diolah pada sofware GrADS ini
merupakan data curah hujan dan temperatur
yang telah diunduh dari situs satelit NOAA.
2. data curah hujan yang diperoleh dari BMKG
serta data emisi gas metana yang diperoleh dari
BLH provinsi Jawa Tengah yang diolah pada
program microsoft excel. Data-data tersebut
dianalisa mengenai keterkaitan dengan
perubahan iklim dan untuk mengetahui
kesamaan pola di setiap data dengan
menggunakan grafik.

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy