1646 4266 1 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)

ISSN 2623-1573 (Print)


STATUS GIZI STUNTING TERHADAP TINGKAT
PERKEMBANGAN ANAK USIA BALITA

Yena Wineini Migang


Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
Yenawineini.migang @yahoo.co.id

ABSTRACT
The problem of stunting is the main program that gets priority intervention because it is associated with
the risk of morbidity and mortality, one of which is stunted brain development.. Data from the
Indonesian Ministry of Health, Directorate General of Public Health, Directorate of Nutrition, Central
Kalimantan in 2015 the percentage of stunting aged 0-59 months was (38.4%), 2016 (34.1%) and 2017
(39.0%) in 2018 (34%) ). The 2020-2024 RPJM targets 19% and Central Kalimantan targets the next
4 years of 20% of the incidence of stunting and was issued by Governor Regulation No.13 of 2019
concerning actions to accelerate the prevention of stunting in 2019-2023. The research objective was
to see the difference in the proportion of children under five development in the stunting nutritional
status group of children children under five with normal nutrition. The research was carried out in
Sebangau Subdistrict, Pulang Pisau Regency in 2019. The number of respondents was 30 groups of
children children under five with stunting and 30 normal children children under five, with a case
control study, purposive sampling technique, and Chi Square statistical test and Fisher Exact Test and
binomial alternatives. There is a significant difference in the proportion of underfives' nutritional status
with under-five development 0.000 <0.05 where the development of late children under fives in the
stunting nutritional status group (43.3%) is not the same as the normal nutritional status (3.3%) with
OR (22.176) where the group of children children under five with nutritional status had a risk of 22
times the risk of developmental delays compared to the group of children children under five with
normal nutritional status.

Keywords : Stunting, Children Under Five, Development

ABSTRAK
Balita pendek (stunting) menjadi program utama mendapat prioritas intervensi karena berhubungan
dengan risiko terjadinya kesakitan dan kematian, salah satunya perkembangan otak terhambat. Balita
akan mengalami keterlambatan perkembangan, mempengaruhi pada masa usia produktif. Data
Kemenkes RI Dirjen Kesmas, Direktorat Gizi, Kalimantan Tengah tahun 2015 persentase stunting usia
0-59 bulan sebanyak (38,4%) tahun 2016 (34,1%) tahun 2017 (39,0%), tahun 2018 (34%) dan tahun
2019 (32%) hal ini masih jauh dari target RPJM tahun 2020-2024 (19%). Provinsi Kalteng target 4
tahun kedepan (20%) kejadian stunting. Tujuan penelitian ini menguji beda proporsi perkembangan
balita pada kelompok balita status gizi stunting dengan kelompok balita status gizi normal, serta
beberapa variabel lainnya yang berhubungan dengan perkembangan balita. Penelitian di Kecamatan
Sebangau Kabupaten Pulang Pisau pada tahun 2019. Jumlah responden ada 30 kelompok anak balita
stunting dan 30 anak balita yang normal, desain studi kasus kontrol, tehnik pengambilan sampel
purposive sampling, uji statistik Chi Square dan alternatif Fisher Exact Test dan binomial. Ada
perbedaan signifikan proporsi status gizi balita dengan perkembangan balita 0,000<0,05. Proporsi
perkembangan balita terlambat pada kelompok balita status gizi stunting (43,3%) tidak sama dengan
kelompok balita status gizi normal (3,3%) dengan OR (22,176) dimana kelompok balita status gizi
stunting beresiko 22 kali keterlambatan perkembangan dibandingkan kelompok balita status gizi
normal.

Kata Kunci : Stunting, Balita, Perkembangan

PENDAHULUAN terjadinya kesakitan dan kematian,


perkembangan otak terhambat
Stunting menjadi permasalahan karena (Organization, 2013); (Permatasari &
berhubungan dengan meningkatnya risiko
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 319
Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
Sumarmi, 2018). Stunting merupakan dengan aktivitas yang normal, tidak seperti
kurang gizi kronis yang disebabkan oleh anak kurus yang harus segera ditanggulangi
asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup (K. E. Kusuma, 2013); (Migang, Rarome,
lama akibat pemberian makanan yang tidak Heriteluna, & Dawam, 2020). Gizi ibu
sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting waktu hamil, masyarakat belum menyadari
terjadi mulai janin masih dalam kandungan pentingnya gizi selama kehamilan
dan baru nampak saat anak berusia dua berkontribusi terhadap keadaan gizi bayi
tahun (Rosadi, Rahayuh, Yulidasari, Putri, yang akan dilahirkannya kelak Menyingkapi
& Rahman, 2016). Stunting menyebabkan tingginya prevalensi stunting ini, yang
kemampuan kognitif para penderita juga terkonsentrasi di beberapa dunia negara-
berkurang, sehingga mengakibatkan negara termiskin, Organisasi Kesehatan
kerugian ekonomi jangka panjang bagi Dunia (WHO) telah mengusulkan target
Indonesia. Indonesia menduduki peringkat global penurunan kejadian stunting pada
kelima dunia untuk jumlah anak dengan anak dibawah usia lima tahun sebesar 40 %
kondisi stunting (Tim Nasional Pencegahan pada tahun 2025.
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), Data Kemenkes RI Dirjen Kesmas,
2018). Direktorat Gizi, Kalimantan Tengah tahun
Beberapa studi menunjukkan risiko 2015 persentase stunting usia 0-59 bulan
yang diakibatkan stunting yaitu penurunan sebanyak (38,4%) tahun 2016 (34,1%)
prestasi akademik, meningkatkan risiko tahun 2017 (39,0%), tahun 2018 (34%) dan
obesitas lebih rentan terhadap penyakit tidak tahun 2019 (32%) hal ini masih jauh dari
menular dan peningkatan risiko penyakit target RPJM tahun 2020-2024 (19%).
degeneratif. Anak-anak yang terhambat Provinsi Kalteng target 4 tahun kedepan
pertumbuhannya sebelum berusia 2 (dua) 20% kejadian stunting. Kalteng target 4
tahun memiliki hasil yang lebih buruk dalam tahun kedepan (20%) kejadian stunting dan
emosi dan perilakunya pada masa remaja dikeluarkan Pergub no 13 tahun 2019
akhir (Rindu Dwi Malateki Solihin, Faisal tentang aksi percepatan penanggulangan
Anwar, 2013). Stunting merupakan stunting tahun 2019-2023. Bersadarkan data
prediktor buruknya kualitas sumber daya Puskesmas Sebangau tahun 2018 bulan
manusia yang selanjutnya akan berpengaruh Oktober, dari 203 orang balita yang
pada pengembangan potensi bangsa (Tim dilakukan pemeriksaan status gizi TB/U, 66
Nasional Pencegahan Penanggulangan orang terdeteksi pendek dan sangat pendek
Kemiskinan (TNP2K), 2013). Stunting (stunting). Ini berarti 32,5% anak usia balita
merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan di Kecamatan Sebangau mengalami
(growth faltering) akibat akumulasi stunting. Sedangkan menurut hasil Pantauan
ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung Status Gizi (PSG) nasional kabupaten
lama mulai dari kehamilan sampai usia 24 Pulang Pisau menempati posisi sepuluh
bulan (Wiyogowati, 2012). besar kabupaten yang tinggi persentase
Banyak faktor yang menyebabkan kejadian stunting di Provinsi Kalimantan
tingginya kejadian stunting pada balita. Tengah mencapai (35,4%), sedangkan
Penyebab langsung adalah kurangnya persentase Bumil resiko kurang energi
asupan makanan dan adanya penyakit kalori (KEK) sebanyak (13.8%) dan WUS
infeksi (Tangerang & Arlius, 2017). Faktor (Wanita Usia Subur) resiko KEK mencapai
lainnya adalah pengetahuan ibu yang (11.0%) (Kemenkes R.I., 2017). Menurut
kurang, pola asuh yang salah, sanitasi dan hasil penimbangan serentak yang dilakukan
hygiene yang buruk dan rendahnya di Kecamatan Sebangau Kuala Kab. Pulang
pelayanan kesehatan, selain itu masyarakat Pisau pada bulan Oktober 2018, didapatkan
belum menyadari anak pendek merupakan status gizi anak balita 0-59 bulan
suatu masalah, karena anak pendek di berdasarkan TB/U mencapai 6,9% sangat
masyarakat terlihat sebagai anak-anak pendek, 25,6% pendek, dan 66,5% normal

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 320


Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
(Database Puskesmas Sebangau Kuala, HASIL
2018). Salah satu akibat dari status gizi
stunting akan menurunkan tingkat Setelah dilakukan analisa univariat dan
perkembangan pada anak, terutama saat bivariat dengan menggunakan uji chi
masa usia produktif. Permasalahan gizi square, berikut hasil penelitian pada enam
adalah permasalahan dalam siklus variabel penelitian. Variabel independen
kehidupan, dari masa kehamilan. Balita adalah status gizi balita, penyakit infeksi,
yang mengalami stunting beresiko akan pemberian ASI ekslusif, pendidikan ibu dan
mengalami gangguan perkembangan pekerjaan ibu. Variabel dependen adalah
(Wiyogowati, 2012). Tujuan penelitian ini perkembangan balita.
ingin menguji beda proporsi perkembangan
balita pada kelompok balita status gizi Analisa Univariat
stunting dengan kelompok balita gizi Berdasarkan hasil distribusi univariat
normal, dan melihat peluang resiko variabel pada Tabel 1, terlihat bahwa
keterlambatan perkembangan antara kelompok status gizi balita yang stunting
kelompok balita status gizi stunting dengan dan normal, masing-masing 30 subyek
balita status gizi normal penelitian.
METODE Tabel 1 Distribusi Variabel Penelitian
Variabel f %
Desain penelitian studi kasus kontrol. Status Gizi Balita
Tujuan penelitian ini ingin menguji beda Stunting 30 50
proporsi perkembangan balita pada Normal 30 50
kelompok balita status gizi stunting dengan Perkembangan Balita
kelompok balita gizi normal, dan melihat Terlambat 14 23,3
Normal 46 76,7
peluang resiko keterlambatan Penyakit Infeksi >3
perkembangan antara kelompok balita status bulan terakhir
gizi stunting dengan balita status gizi Sakit 7 11,7
normal. Tidak sakit 53 88,3
Subyek penelitian adalah anak usia Pemberian ASI ekslusif
Tidak ASI ekslusif 12 20
balita usia 12 bulan sampai 36 bulan.. ASI ekslusif 48 80
Jumlah responden ada 30 kelompok anak Pendidikan Ibu
balita stunting dan 30 anak balita yang Tidak sekolah 1 1,7
normal, dengan tehnik pengambilan sampel SD 20 33,3
purposive sampling, dimana kriteria SMP 18 30,0
SMA 20 33,3
inklusinya anak balita yang diasuh satu Perguruan Tinggi 1 1,7
rumah dengan ibu kandung, dan kriteria Pekerjaan Ibu
ekslusi bila mengalami kelainan kongenital. Tidak bekerja 52 86,7
Pelaksanaan penelitian di Kecamatan Bekerja 8 13,3
Sebangau Kabupaten Pulang Pisau tahun
2019. Uji statistik chi square dengan
alternatif fisher exact test dan binomial. Perkembangan normal (76,7%), dan
Menggunakan instrumen penelitian aplikasi subyek penelitian yang tidak sakit < 3 bulan
WHO Anthro untuk mengukur nilai Z-score terakhir (88,3%), (80%) riwayat balita
status gizi balita dan pengukuran diberikan ASI ekslusif, pendidikan ibu
perkembangan menggunakan instrumen persentase tertinggi pada tingkat SD dan
DDST Denver II SMA masing-masing sama (33,3%) dan
status pekerjaan ibu, tidak bekerja( 86,7%).

Analisa Bivariat

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 321


Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
Berikut tabel 2 adalah hasil uji statistik untuk menggunakan chi square. Seluruh
dengan menggunakan uji chi square dan variabel menggunakan skala data nominal,
alternatif fisher exact test, binomial untuk data dikotomi untuk menyesuaikan tabel
beberapa hasil yang tidak memenuhi syarat 2x2, kecuali variabel pendidikan ibu.

Tabel 2. Hubungan Status Gizi Balita, Penyakit Infeksi, Pemberian ASI Ekslusif, Pendidikan Ibu
dan Pekerjaan Ibu dengan Perkembangan Balita

Perkembangan Balita
Variabel Terlambat Normal ρ OR
f % f %
Status Gizi Balita
Stunting 13 43,3 17 56,7 0,000 22,176
Normal 1 3,3 29 96,7 (2,661 – 184,798)
Penyakit Infeksi >3
bulan terakhir
Sakit 4 57,1 3 42,9 0,045* 5,733
Tidak sakit 10 18,9 43 81,1 (1.104-29,780)
Pemberian ASI ekslusif
Tidak ASI ekslusif 3 25,0 9 75,0 1.000 1,721
ASI ekslusif 11 22,9 37 77,1 (0,258 -4,875)
Pendidikan Ibu
Tidak sekolah 0 0 1 100 0,915** -
SD 5 25 15 75
SMP 5 27,8 13 72,2
SMA 4 20 16 80
Perguruan Tinggi 0 0 1 100
Pekerjaan Ibu
Tidak bekerja 10 19,2 42 80,8 0,077 0,238
Bekerja 4 50 4 50 (0,051-1,120)

* Fisher exact test


** Binomial

Ada perbedaan signifikan proporsi status mudah untuk dideteksi keterlambatan


gizi balita dengan perkembangan balita perkembangan. (Probosiwi, Huriyati, &
0,000<0,05. Proporsi perkembangan balita Ismail, 2017).
terlambat pada kelompok balita status gizi Instrumen yang digunakan untuk
stunting (43,3%) tidak sama dengan kelompok
mengukur status gizi adalah software WHO
balita status gizi normal (3,3%) dengan OR
Anthro,akan di hitung nilai Z-score masing-
(22,176) dimana kelompok balita status gizi
stunting beresiko 22 kali keterlambatan
masing subyek penelitian yang kemudian
perkembangan dibandingkan kelompok akan ditentukan status gizi berdasarkan
balita status gizi normal. tinggi badan dibandingkan usia (TB/U).
Pengukuran perkembangan menggunakan
instrumen Denver Developmental Screening
PEMBAHASAN
Test (DDST), yang akan diukur adalah
Status Gizi dengan Perkembangan Balita komponen kognitif, personal sosial, motorik
Penelitian ini mengambil subyek halus, bahasa, dan motorik kasar.
penelitian balita 12 bulan sampai dengan 36 Pada penelitian ini didapat hasil ada
bulan, artinya balita tersebut sudah melewati perbedaan signifikan proporsi status gizi
masa ASI ekslusif dan sudah makan dengan balita dengan perkembangan balita
gizi sesuai kebutuhan (Hanum & Khosman, 0,000<0,05. Proporsi perkembangan balita
2012). Pada usia ini sudah dapat terlihat terlambat pada kelompok balita status gizi
apakah terjadi stunting atau tidak, dan stunting (43,3%) tidak sama dengan
kelompok balita status gizi normal (3,3%)
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 322
Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
dengan OR (22,176) dimana kelompok dengan nilai hubungan status gizi p sebesar
balita status gizi stunting beresiko 22 kali 0,493. Posisi korelasinya sangat lemah
keterlambatan perkembangan dibandingkan dengan perkembangan balita (R. M.
kelompok balita status gizi normal. Kusuma, 2019). Beberapa penelitian juga
Hasil penelitian ini sejalan beberapa menyatakan ada hubungan antara status gizi
penelitianlainnya yang mengatakan ada dengan perkembangan balita, tetapi status
hubungan antara status gizi balita dengan gizi balita ditentukan sejak janin dalam
perkembangan balita maka nilai ρ (0,000) kandungan ibu, seperti berat lahir rendah,
dimana nilai α (0,05 (Setiawan, Machmud, dan kondisi ini dapat pula mempengaruhi
& Masrul, 2018) dalam penelitian tersebut perjalanan perkembangan balita nantinya.
menyatakan status gizi merupakan salah Pentingnya status gizi janin yang nantinya
satu faktor penyebab stunting. Masa balita mempengaruhi berat badan saat lahir dan
merupakan periode penting dalam tumbuh perkembangan otak, maka perlu
kembang anak karena pertumbuhan dasar diperhatikan dengan intervensi gizi spesifik
yang berlangsung pada masa balita akan salah satunya memperhatikan status gizi ibu
mempengaruhi dan menentukan hamil (Migang et al., 2020).
perkembangan anak selanjutnya. Seperti Perkembangan balita harus
diketahui bahwa tiga tahun (baduta) pertama diperhatikan, terdapat pengaruh antara
merupakan periode keemasan (golden perkembangan bahasa terhadap
period), yaitu terjadi optimalisasi proses perkembangan kognitif pada anak usia 1-3
tumbuh kembang. Dalam pertumbuhan dan tahun. Bayi yang mengalami keterlambatan
perkembangan anak memerlukan zat gizi bahasa awal dapat dinyatakan bahwa
agar proses pertumbuhan dan ditemukan masalah neurodevelopmental.
perkembangan berjalan dengan Keterlambatan bahasa ekspresi dan reseptif
baik(Annisa, Sumiaty, & Tondong, 2019). oleh para ahli sering dikaitkan dengan
Zat-zat gizi yang dikonsumi balita akan kelemahan aspek kognitif secara umum.
berpengaruh pada status gizi balita Keterlambatan terjadi dapat dikarenakan
(Khoeroh, Handayani, & Indriyanti, 2017). kurangnya stimulasi bahasa dari orang tua
Status gizi harus diperhatikan sejak atau pendamping balita. Banyak upaya yang
janin dalam kandungan karena kondisi Berat dilakukan oleh orangtua agar anaknya dapat
badan lahir rendah, yaitu kurang dari 2,5 melalui masa perkembangan dengan tepat
kilogram dengan panjang badan yang (Rindu Dwi Malateki Solihin, Faisal Anwar,
kurang dari 48 cm beresiko untuk 2013).
mengalami gangguan nutrisi yang akan
mempengaruhi perkembangan otak anak Penyakit Infeksi > 3 Bulan Terakhir
(Ningrum & Utami, 2014). Ternyata berat dengan Perkembangan Balita
lahir rendah berisiko 2,4 kali lipat untuk Pada penelitian ini berdasarkan hasil uji
mengalami keterlambatan perkembangan statistik ada beda proporsi antara kelompok
(KI 95%: 0,9-0,7; p=0,042). Kepadatan balita yang mengalami penyakit infeksi >3
hunian berisiko 3,8 kali lipat untuk bulan dengan kelompok balita yang tidak
mengalami keterlambatan perkembangan mengalami penyakit infeksi > 3 bulan
(KI 95% :0,8-17,6; p=0,038). Bahwa terhadap keterlambatan perkembangan.
hubungan sangat lemah antara Peluang kelompok balita yang mengalami
perkembangan balita dengan faktor risiko penyakit infeksi > 3 bulan beresiko 6 kali
berupa pendidikan ibu, pendapatan keluarga mengalami perkembangan terlambat
(Hartono dkk, 2019). dibanding kelompok yang tidak mengalami
Umur anak 24-60 bulan merupakan penyakit infeksi > 3 bulan.
salah satu masa krisis bagi anak balita yang Penyakit infeksi merupakan salah satu
terus terbentuk jaringan otaknya faktor penyebab langsung stunting, Kaitan
perkembangan balita umur 24-60 bulan antara penyakit infeksi dengan pemenuhan

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 323


Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
asupan gizi tidak dapat dipisahkan. Adanya terlambat pada balita. Dimana didapat
penyakit infeksi akan memperburuk bahwa nilai ρ> 0,05. Hal ini sejalan dengan
keadaan bila terjadi (Nadhiroh, 2010). beberapa penelitian yang mengatakan
Penyakit infeksi yang lama, melebihi tiga bahwa pada usia lebih dari 12 bulan hal yang
bulan dapat mengganggu perkembangan paling mempengaruhi status gizi adalah pola
karena kondisi sakit dapat melemahkan makan (Destiadi, Susila, & Sumarmi, 2013).
fungsi organ tubuh untuk melakukan proses Usia di atas 12 bulan tidak lagi mendapatkan
pertumbuhna dan perkembangan (Kasim, ASI ekslusif lagi, seharusnya sudah
Malonda, & Amisi, 2019); (Namangboling, mendapatkan makanan padat yang
Murti, & Sulaeman, 2017). Hasil penelitian komposisi gizinya sesuai kebutuhan, artinya
(Wilar, P.Moonik, & H Lestari, 2015) bila mengalami kekurangan akan beresiko
memperlihatkan infeksi ibu pada masa terjadinya gangguan nutrisi. Kuantitas
prenatal, status gizi, pemberian ASI, asupan gizi dalam pemberian makan pada
perawatan kesehatan, pendapatan orangtua, balita sangat tergantung pada pola asuh
pendidikan orangtua dan jumlah saudara pemberian makan oleh pengasuh(Hanum &
tidak memiliki hubungan bermakna Khosman, 2012).Jadi walaupun balita
terhadap keterlambatan perkembangan anak memiliki riwayat pemberian ASI ekslusif
dimana nilai (p=0,05). dapat saja balita dalam perkembangannya
Pemenuhan zat gizi yang sudah sesuai mendapat keterlambatan.
dengan kebutuhan namun penyakit infeksi Pendidikan dan pekerjaan ibu, pada
yang diderita tidak tertangani akan tidak penelitian ini juga tidak memiliki beda
dapat memperbaiki status kesehatan dan proporsi dengan perkembangan balita.
status gizi anak balita. Untuk itu penanganan Beberapa penelitian mengatakan bahwa
terhadap penyakit infeksi yang diderita stimulasi orangtua saat mengasuh balita
sedini mungkin akan membantu perbaikan sangat mempengaruhi perkembangan, salah
gizi dengan diiimbangi pemenuhan asupan satu yang mempengaruhi adalah
yang sesuai dengan kebutuhan anak balita. pengetahuan ibu. Pada Penelitian ini tidk
Penyakit infeksi yang sering diderita balita ada mengukur tingkat pengetahuan ibu,
seperti cacingan, Infeksi saluran pernafasan sehingga tidak diketahui apakah ada
Atas (ISPA), diare dan infeksi lainnya hubungan dengan perkembangan balita.
sangat erat hubungannya dengan status mutu Keterlambatan terjadi dapat dikarenakan
pelayanan kesehatan dasar khususnya kurangnya stimulasi bahasa dari orang tua
imunisasi, kualitas lingkungan hidup dan atau pendamping balita. Banyak upaya yang
perilaku sehat ((Nations & Unicef, 2013); dilakukan oleh orangtua agar anaknya dapat
(Hanum & Khosman, 2012)). Ada beberapa melalui masa perkembangan dengan tepat.
penelitian yang meneliti tentang hubungan Salah satunya seperti penelitian (Muniroh &
penyakit infeksi dengan stunting yang Ni’mah, 2015)
menyatakan bahwa diare merupakan salah Stimulasi agar anak dapat bersosialisasi
satu faktor risiko kejadian stunting pada dengan baik. Kemampuan balita melakukan
anak usia dibawah 5 tahun(Tim Nasional sosialisasi dan kemandirian merupakan
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, salah satu poin utama penilaian
2017). perkembangan. Kemampuan balita
melakukan sosialisasi dipengaruhi oleh pola
Pemberian ASI Ekslusif, Pendidikan Ibu, asuh. Pola asuh ada beberapa macam salah
Pekerjaan Ibu dengan Perkembangan satunya ada non otoritatif. Hal ini sesuai
Balita dengan penelitian yang menyatakan pola
Pada penelitian ini variabel pemberian asuh non otoritatif berhubungan dengan
ASI ekslusif, pendidikan ibu dan pekerjaan kekurangan kemampuan sosialisasi anak.
tidak memiliki beda proporsi yang Perilaku ibu yang hangat berkaitan dengan
signifikan terhadap perkembangan kemampuan sosialisasi anak dalam

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 324


Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
membina hubungan interpersonal dengan DAFTAR PUSTAKA
teman sebaya dan lingkungan sosia (RI,
2016). Pola asuh orang tua memiliki Annisa, N., Sumiaty, S., & Tondong, H. I.
pengaruh yang besar pada perilaku anak, (2019). Hubungan Inisiasi Menyusu
namun penelitian ini tidak ada meneliti Dini dan ASI Eksklusif dengan
sampai pada pola asuh orang tua, hanya Stunting pada Baduta Usia 7-24
sebatas pendidikan dan pekerjaan ibu. Bulan. Jurnal Bidan Cerdas (JBC),
2(2), 92.
KESIMPULAN https://doi.org/10.33860/jbc.v2i2.1
98
Berdasarkan hasil penelitian dan Destiadi, A., Susila, T., & Sumarmi, S.
merujuk pada tujuan penelitian, maka dapat (2013). Frekuensi Kunjungan
diambil kesimpulan sebagai berikut: Ada Posyandu dan Riwayat Kenaikan
perbedaan signifikan proporsi status gizi Berat badan sebagai Faktor Risiko
balita dengan perkembangan balita Kejadian Stunting pada Anak Usia
0,000<0,05. Proporsi perkembangan balita 3-5 Tahun. Media Gizi Indonesia,
terlambat pada kelompok balita status gizi Vol.10 No., hlm.71-75.
stunting (43,3%) tidak sama dengan Hanum, N. L., & Khosman, A. (2012). Pola
kelompok balita status gizi normal (3,3%) Asuh Makan, Perkembangan
dengan OR (22,176) dimana kelompok Bahasa, dan Kognitif Anak Balita
balita status gizi stunting beresiko 22 kali Stunted dan Normal di Kelurahan
keterlambatan perkembangan dibandingkan Sumur Batu, Bantar Gebang Bekasi.
kelompok balita status gizi normal. Ada Gizi Dan Pangan, 7(2), 81–88.
beda proporsi perkembangan balita pada Hartono Gunardi, Resyana P. Nugraheni,
kelompok balita penyakit infeksi > 3 bulan Annisa R. Yulman, S., & Rini
dan yang tidak ada penyakit infeksi > 3 Sekartini, Bernie E. Medise, Angga
bulan dengan OR (5,733) dimana kelompok Wirahmadi, E. M. (2019).
balita menderita penyakit infeksi >3 bulan 6 Paediatrica Indonesiana, 59(5),
kali beresiko mengalami keterlambatan 276–283.
perkembangan. Kasim, E., Malonda, N., & Amisi, M.
Keterlambatan perkembangan pada (2019). Hubungan Antara Riwayat
balita memerlukan waktu yang lama dan Pemberian Imunisasi dan Penyakit
lebih kemungkinan berhubungan dengan Infeksi dengan Status Gizi pada
status gizi ibu saat hamil, artinya sejak Anak Usia 24-59 Bulan di
dalam kandungan. Perlu pemantauan status Kecamatan Ratahan Kabupaten
gizi ibu hamil secara intensif melalui Minahasa Tenggara. (Relationship
program intervensi gizi sensitif dan spesifik. Between History of Immunization
and Infectious Disease with
UCAPAN TERIMAKASIH Nutritional Status i. Jurnal Bios
Logos, 9(1), 34.
Penulis juga mengucapkan terima kasih https://doi.org/10.35799/jbl.9.1.201
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Pulang 9.23421
Pisau. Terima kasih kepada Direktur Kemenkes R.I. (2017). Buku Saku
Poltekkes Kemenkes Palangka Raya Pemantuan Status Gizi Tahun 2017.
berserta Wadir I,II, dan III yang telah Jakarta: Departemen Kesehatan
memfasilitasi pelaksanaan penelitian ini. Republik Indonesia.
Terima kasih kepada para subyek penelitian Khoeroh, H., Handayani, O. W. K., &
yang telah kooperatif saat proses Indriyanti, D. R. (2017). Evaluasi
pengumpulan data. Penatalaksanaan Gizi Balita
Stunting Di Wilayah Kerja

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 325


Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
Puskesmas Sirampog. Unnes BALITA RIWAYAT BBLR
Journal of Public Health, 6(3), 189. DENGAN BALITA BERAT
https://doi.org/10.15294/ujph.v6i3. LAHIR NORMAL The Differences
11723 Of Nutritional Status And
Kusuma, K. E. (2013). Faktor Risiko Development Between Child With
Kejadian Stunting pada Anak Usia History Of Low Birth Weight Infant
2-3 Tahun ( Studi di Kecamatan And Normal Weight Infant, (2).
Semarang Timur ). Universitas Organization, W. H. (2013). CHILDHOOD
Diponegoro. STUNTING : Challenges and
Kusuma, R. M. (2019). Hubungan Status opportunities. Geneva.
Gizi Dengan Perkembangan Anak Permatasari, D. F., & Sumarmi, S. (2018).
Umur 24-60 Bulan di Kelurahan Differences of Born Body Length,
Bener Kota Yogyakarta. Jurnal History of Infectious Diseases, and
Kesehatan Vokasional, 4(3). Development between Stunting and
Migang, Y. W., Rarome, M. J., Heriteluna, Non-Stunting Toddlers. Jurnal
M., & Dawam, M. (2020). Berkala Epidemiologi, 6(2), 182.
Intervention of Specific Nutrition https://doi.org/10.20473/jbe.v6i220
and Sensitive Nutrition with 18.182-191
Nutritional Status of Under Two- Probosiwi, H., Huriyati, E., & Ismail, D.
Year Infants in Family Planning (2017). Stunting dan perkembangan
Village as Efforts to Face the anak usia 12-60 bulan di Kalasan.
Demographic Bonus. Jurnal Journal of Community Medicine
Kesehatan Masyarakat, 16(1), 101– and Public Health, (November),
110. 1141–1146.
https://doi.org/10.15294/kemas.v16 RI, K. kesehatan. (2016). Pedoman
i1.23172 Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan
Muniroh, L., & Ni’mah, C. (2015). Intervensi Dini Tumbuh Kembang
Hubungan tingkat pendidikan, anak. Jakarta: Kementerian
tingkat pengetahuan dan pola asuh Kesehatan RI.
ibu dengan. Media Gizi Indonesia, Rindu Dwi Malateki Solihin, Faisal Anwar,
10, No 1, 84–90. dan D. S. (2013). Kaitan Antara
Nadhiroh, S. R. (2010). Faktor yang Status Gizi, Perkembangan
berhubungan dengan kejadian. Kognitif, dan Perkembangan
Namangboling, A. D., Murti, B., & Motorik Pada Usia Prasekolah
Sulaeman, E. S. (2017). Hubungan (Relationship Between Nutritional
Riwayat Penyakit Infeksi dan Status, Cognitive development, And
Pemberian ASI Eksklusif dengan Motor Development in Preschool
Status Gizi Anak Usia 7-12 Bulan di Children), 36(1), 62–72.
Kecamatan Kelapa Lima Kota Rosadi, D., Rahayuh, A., Yulidasari, F.,
Kupang. Sari Pediatri, 19(2), 91. Putri, A. O., & Rahman, F. (2016).
https://doi.org/10.14238/sp19.2.201 Faktor Risiko Yang Berhubungan
7.91-6 Dengan Kejadian Pendek Pada
Nations, U., & Unicef, F. (2013). Improving Anak Usia 6-24 Bulan. Jurnal
Chils Nutrition The achievable Kesehatan Masyarakat, 11(2), 233.
imperative for global progress. New https://doi.org/10.15294/kemas.v11
York. i2.4512
Ningrum, E. W., & Utami, T. (2014). Setiawan, E., Machmud, R., & Masrul, M.
PERBEDAAN STATUS GIZI (2018). Faktor-Faktor yang
STUNTING DAN Berhubungan dengan Kejadian
PERKEMBANGAN ANTARA Stunting pada Anak Usia 24-59

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 326


Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Penurunan Stunting (Vol. 5).
Andalas Kecamatan Padang Timur Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kota Padang Tahun 2018. Jurnal Kemiskinan. (2017). 100
Kesehatan Andalas, 7(2), 275. Kabupaten/Kota Prioritas untuk
https://doi.org/10.25077/jka.v7.i2.p Intervensi Anak Kerdil ( (Vol. 1).
275-284.2018 Jakarta. Retrieved from
Tangerang, K., & Arlius, A. (2017). www.tnp2k.go.id
Hubungan Ketahanan Pangan Wilar, R., P.Moonik, & H Lestari, H.
Keluarga Dengan Status Gizi Balita (2015). Faktor-faktor yang
( Studi Di Desa Palasari Dan mempengaruhi keterlambatan
Puskesmas Kecamatan Legok , perkembangan anak taman kanak-
23(3), 359–375. kanak 2. Jurnal E-Clinic (ECl),
Tim Nasional Pencegahan Penanggulangan 3(April).
Kemiskinan (TNP2K), S. W. P. R. Wiyogowati, C. (2012). Kejadian stunting
(2013). Stunting dan Masa Depan pada anak berumur dibawah lima
Indonesia, 2010, 2–5. tahun tahun (0-59 bulan) di provinsi
Tim Nasional Pencegahan Penanggulangan papua barat tahun 2010 (analisis
Kemiskinan (TNP2K), S. W. P. R. data riskesdas 2010). Universitas
(2018). Mendorong Konvergensi Indonesia.
dan Efektifititas Upaya Percepatan .

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 327

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy