1068 5615 2 PB
1068 5615 2 PB
1068 5615 2 PB
Abstract
Background: Diabetes Mellitus is a group of metabolic disorders with typical symptoms of hyperglycemia. Blood glucose
examination can use a spectrophotometer and a glucometer (Point of Care Test). Although both are used to check blood
glucose, these two tools have some differences when viewed from the working principle, the samples used, and their
benefits. Both tools have advantages and disadvantages. The cost factor, a spectrophotometer is more expensive and
requires more blood and a long time. Compared to glucometers, which are cheaper, easier to use, and have faster
results. However, the level of reliability in measuring the value of fasting blood sugar levels is not yet significantly known.
Objectives: This study aims to measure the difference in fasting blood sugar levels based on a spectrophotometer
examination with a glucometer examination at Sukajaya Health Center, Sabang City.
Methods: The analytical descriptive research uses a cross-sectional design. The research was conducted at the Sukajaya
Health Center in Sabang City in October 2019. The object of this study was 24 patients. The examination is carried out
through a Duplo process to avoid errors. The tools used to check fasting blood sugar levels are Spectrophotometer and
Glucometer. Data analysis used non-parametric statistical tests, namely Kruskal Wallis, at 95% CI.
Results: The average fasting blood glucose level using a spectrophotometer with repetition twice (Duplo) is 146.83
mg/dl (minimum= 77 mg/dl and maximum= 404 mg/dl). While the average value of fasting blood glucose levels
examined using a glucometer is 158,25 mg/dl (minimum = 66 mg/dl and maximum= 424 mg/dl). The results of statistical
tests indicate a difference in the average fasting blood glucose levels in patients examined using a spectrophotometer
with a glucometer (p= 0,019; p < 0,05) at UPTD Puskesmas Sukajaya Sabang City.
Conclusion: Using a glucometer, the results of checking blood glucose levels show a higher value than a
spectrophotometer. There are differences in fasting blood sugar levels in patients examined with a spectrophotometer
and glucometer.
Keywords
Diabetes mellitus, blood glucose, glucometer, spectrophotometer
Abstrak
Latar Belakang: Diabetes Melitus merupakan sekelompok gangguan metabolik dengan gejala umum hiperglikemia.
Pemeriksaan glukosa darah dapat menggunakan dua alat yaitu Spektrofotometer dan Glukometer (Point of Care Test).
Meskipun keduanya digunakan untuk pemeriksaan glukosa darah, akan tetapi kedua alat ini mempunyai beberapa
perbedaan bila ditinjau dari prinsip kerja, sampel yang digunakan, dan juga manfaat dalam penggunaannya. Kedua alat
memiliki kelebihan dan kekurangan. Faktor biaya, spektrofotometer lebih mahal dan memerlukan lebih banyak darah
serta waktu yang lama. Dibandingkan alat glukometer yang cenderung lebih murah, mudah digunakan dan hasil lebih
1
Program Studi D-III Teknologi Laboratorium Medik, Jurusan Teknologi Laboraotorium Medik, Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh, Aceh, Indonesia.
E-mail: fifarah1976@gmail.com
2
Program Studi D-III Teknologi Laboratorium Medik, Jurusan Teknologi Laboraotorium Medik, Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh, Aceh, Indonesia.
E-mail: safridhakemalaputri@gmail.com
3
Program Studi D-III Teknologi Laboratorium Medik, Jurusan Teknologi Laboraotorium Medik, Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh, Aceh, Indonesia.
Penulis Koresponding:
Safridha Kemala Putri: Jurusan Teknologi Laboratorium Medis, Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh. Jln. Tgk. Mohd. Daud Beureueh, No.168 A, Kuta
Alam, Kota Banda Aceh 24415, Aceh, Indonesia. E-mail: safridhakemalaputri@gmail.com
cepat. Namun demikian tingkat kehandalan dalam mengukur nilai atau kadar gula darah puasa belum diketahui secara
signifikan.
Tujuan: Untuk mengukur perbedaan kadar gula darah puasa berdasarkan pemerksaan Spektrofotometer dengan
pemeriksaan Glukometer di UPTD Puskesmas Sukajaya Kota Sabang.
Metode: Penelitian deskriptif analitik menggunakan desain cross-sectional. Penelitian telah dilakukan di puskesmas
Sukajaya Kota Sabang pada bulan Oktober 2019. Objek penelitian ini sebanyak 24 orang pasien. Pemeriksaan dilakukan
melalui proses duplo untuk menghindari terjadinya error. Alat yang digunakan dalam melakukan pemeriksaan kadar
gula darah puasa yaitu alat Spektrofotometer dan alat Glukometer. Analisis data menggunakan uji statistik non-
parametrik yaitu Kruskal Wallis pada CI 95%.
Hasil: Rata-rata kadar glukosa darah puasa menggunakan alat spektrofotometer dengan pengulangan sebanyak dua kali
(duplo) yaitu sebesar 146,83 mg/dl (minimum= 77 mg/dl dan maksimum= 404 mg/dl). Sedangkan nilai rata-rata kadar
glukosa darah puasa yang diperiksa menggunakan alat glukometer yaitu sebesar 158,25 mg/dl(minimum= 66 mg/dl
dan maksimum= 424 mg/dl). Hasil uji statistik menujukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kadar glukosa darah
puasa pada pasien yang diperiksa menggunakan alat spektrofotometer dengan alat glukometer (p= 0,019; p < 0,05) di
UPTD Puskesmas Sukajaya Kota Sabang.
Kesimpulan: Menggunakan alat glukometer, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah menunjukkan nilai yang lebih tinggi
dibandingkan menggunakan alat spektrofotometer. Terdapat perbedaan kadar gula darah puasa pada pasien yang
diperiksa dengan alat spektrofotometer dan alat glukometer.
Kata Kunci
Diabetes mellitus, glukosa darah, glucometer, spektrofotometer
untuk sampel serum atau plasma. Penggunaan Pemeriksaan dilakukan pengulangan duplo
POCT karena harga yang terjangkau dan hasil yang Pengambilan sampel secara purposive sampling
relatif singkat. Alat ini hanya memerlukan sedikit yang merupakan teknik pengambilan sampel
sampel darah (whole blood), sehingga digunakan dengan pertimbangan khusus. Alat dan bahan yang
darah kapiler (Kemenkes RI, 2010). digunakan dalam penelitian adalah Glukometer
Umumnya dalam penggunaan alat-alat Benecheck, Spektrofotometer SFRI BSA-3000
spektrofotometer di laboratorium pemerintah Chemistry Analyzer, Reagen Glukosa dan reagen
yaitu rumah sakit dan puskesmas, serta klinik, standar.
seperti di UPTD Puskesmas Sukajaya Kota Sabang
juga menggunakan spektrofotometer. Pemeriksaan Glukosa Puasa Darah Menggunakan
Penggunaan alat ini dianggap paling tepat dan Alat Spektrofotometer dan Glukometer
mempunyai akurasi paling baik untuk Pengambilan Darah Vena
menggambarkan kadar glukosa dalam darah. Petugas laboratorium memberikan penjelasan
Oleh karena itu spektrofotometer dijadikan kepada pasien mengenai persiapan dan tindakan
sebagai acuan dalam pemeriksaan kadar yang hendak dilakukan misalnya persiapan puasa
glukosa dalam darah. Sedangkan Glukometer 10-12 jam.
digunakan sebagai pendamping data pelengkap di Selanjutnya dilakukan pengambilan darah
Puskesmas Sukajaya Kota Sabang. vena (dengan cara plebotomi/menggunakan
Masyarakat di Kecamatan Sukajaya pada tabung vakum. Lalu meminta pasien untuk duduk
umumnya lebih tertarik kepada pemeriksaan secara atau berbaring dengan posisi lengan pasien harus
cepat dan tidak memerlukan waktu lama yaitu dengan lurus, jangan membengkokkan siku, dan petugas
alat glukometer. Oleh karena itu maka peneliti tertarik memilih lengan yang banyak melakukan aktivitas
melakukan penelitian ini untuk mengetahui untuk pengambilan darah, sebelumnya petugas
keakuratan dari kedua alat tersebut diatas. Penelitian laboratorium meminta pasien untuk mengepalkan
ini juga merujuk pada penelitian sebelumnya yang tangan. memasang torniquet +/- 10 cm diatas lipat
dilakukan oleh Firgiansyah (2016), tentang hasil rerata siku pasien dan memilih bagian vena median cubiti.
kadar glukosa darah sewaktu menggunakan Petugas laboratorium membersihkan kulit pada
glukometer (236,03 mg/dl) dari pada rerata kadar bagian yang akan diambil darahnya dengan alkohol
glukosa sewaktu menggunakan spektrofotometer 70% dan membiarkan kering. Lalu menusuk bagian
(214,27mg/dl) dengan p<0,05. Kemudian dilanjutkan vena tadi dengan lubang jarum menghadap keatas
dengan penelitian Firgiansyah, A (2016) tentang hasil dengan sudut kemiringan 15 derajat, tabung vakum
rerata pemeriksaan kadar glukosa menggunakan alat ditekan sehingga darah terhisap kedalam lubang.
spektrofotometer (90,46 mg/dl) daripada rerata
kadar glukosa menggunakan glukometer (142,50
mg/dl). Oleh karena itu maka peneliti bertujuan untuk
melihat perbedaan yang berarti dari hasil
pemeriksaan glukosa darah menggunakan alat
spektrofotometer dan glukometer di UPTD
Puskesmas Sukajaya Kota Sabang, Aceh-Indonesia.
Sehingga dapat memberi gambaran pilihan kepada
masyarakat tentang pemeriksaan glukosa darah yang
lebih baik digunakan.
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode Selanjutnya petugas melepas torniquet dan
deskriptif. Objek penelitian ini yaitu pasien meminta pasien melepaskan kepalan tangan dan
pemeriksaan glukosa darah di UPTD Puskesmas membiarkan darah mengalir kedalam tabung
Sukajaya Kota Sabang pada bulan Oktober 2019 sampai selesai. Lalu tabung vakum dilepaskan.
yang berjumlah 24 orang pasien (20%) dari 120 Petugas laboratorium menarik, meletakkan
orang total pasien. kapas kering pada bekas tusukan. Setelah darah
92 SAGO Gizi dan Kesehatan 4(1)
Juli – Desember 2022
berhenti, petugas laboatorium memplester bagian ke strip. Diaplikasikan tetesan darah yang keluar ke
ini. Lalu mencampur tabung vakum yang berisi atas bantalan strip. Selanjutnya dibaca hasil gula
darah dengan cara dibolak balik 5x atau sesuai yang darah setelah 2 menit.
dipersyaratkan sesuai warna tutup tabung vakum.
Petugas mempersiapkan sampel serum dan tabung
yang bersih untuk pemeriksaan. Petugas memipet
reagen gula 1000µl ke dalam tabung blanko,
standar, kontrol dan sampel. Selanjutnya petugas
memipet standar 10µl kedalam tabung standar dan
tabung kontrol serta 10µl sampel ke dalam tabung
sampel, lalu diinkubasi pada suhu kamar selama 20
menit. Selanjutnya dilakukan pembacaan pada
spektrofotometer pada menu glukosa.
Gambar 1. Hasil Pemeriksaan kadar glukosa darah menggunakan alat Spektrofotometer dan Glukometer
Fajarna et al. 93
Perbedaan kadar glukosa darah berdasarkan hasil pemeriksaan....
Hasil Penelitian (Gambar 1 dan Tabel 1) glukosa darah yang diperiksa dengan
menunjukkan bahwa 24 responden yang diteliti menggunakan alat spektrofotometer dan yang
memiliki nilai rata-rata kadar glukosa darah puasa diperiksa dengan glukometer dapat disebabkan
yang diperiksa menggunakan alat karena jenis sampel yang digunakan berbeda.
Spektrofotometer sebesar 146,83 mg/dl, nilai Pada pemeriksaan dengan alat spektrofotometer
terendah 77 mg/dl, dan nilai tertinggi 404 mg/dl. menggunakan darah vena, digunakan serum
Sedangkan nilai rata-rata kadar glukosa darah darah sebagai sampelnya, sedangkan pada
puasa yang diperiksa menggunakan alat pemeriksaan menggunakan alat glukometer
Glukometer adalah sebesar 158,25 mg/dl, nilai digunakan darah kapiler (whole blood) sebagai
terendah 66 mg/dl, dan nilai tertinggi 424 mg/dl. sampelnya. Darah vena banyak mengandung
Berdasarkan hasil yang ditampilkan pada karbondioksida karena merupakan pembuluh
Gambar 3, dapat dikatakan bahwa dari seluruh balik yang membawa karbondioksida dari
sampel yang digunakan dalam pemeriksaan kadar jaringan ke paru-paru sedangkan darah kapiler
glukosa darah, hasil yang diperoleh menggunakan merupakan pertemuan antara pembuluh darah
alat glukometer seluruhnya menunjukkan nilai vena dan arteri yang mengandung
yang lebih tinggi daripada kadar glukosa darah karbondioksida, oksigen, dan zat-zat kimia lain
yang diperiksa menggunakan alat yang terkandung di jaringan sekitarnya.
Spektrofotometer. Menurut (Binugraheni et al., Kadar glukosa pada darah kapiler menjadi
2016) metode stick test cenderung menunjukkan lebih tinggi daripada vena dikarenakan pada saat
hasil yang lebih tinggi kadarnya, dibandingkan pemeriksaan glukosa darah, sampel darah vena
dengan metode spektrofotometri, sehingga yang digunakan adalah serum dan sampel dari
menghasilkan lebih banyak warga yang kadarnya darah kapiler adalah darah lengkap (whole
melebihi normal. Untuk menegakkan diagnosa blood). Darah lengkap dari kapiler yang
klinis, dianjurkan memakai metode merupakan pertemuan antara arteri dan vena
spektrofotometer, sedangkan menggunakan stick yang mengandung berbagai macam molekul baik
test hanya untuk pemantauan saja. karbondioksida, oksigen, hormon, vitamin,
mineral, dan zat kimia lain yang dapat
Tabel 1. Perbedaan kadar gula darah puasa menyulitkan dalam pemeriksaan glukosa darah
berdasarkan hasil pemeriksaan alat sehingga menyebabkan kadar glukosa darah
Spektrofotometer dan Glukometer menjadi tinggi. Jika menggunakan darah vena,
Alat Pemeriksaan Kadar Gula Darah sampel serum yang digunakan merupakan bagian
Puasa cair dari darah yang mengandung molekul-
Rata-rata Nilai p molekul kimia yang menunjukkan metabolisme
Spektrofotometer (mg/dl) 146,83 0,019 tubuh manusia.
Glukometer(mg/dl) 158,25 Nilai rata-rata kadar glukosa darah yang
diperiksa menggunakan alat spektrofotometer
Selanjutnya, hasil uji statistik (Tabel 1) sebesar 146,83 mg/dl, nilai terendah 77 mg/dl,
diperoleh nilai p= 0,019 (p < 0,05). Dengan dan nilai tertinggi 404 mg/dl. Sedangkan nilai
demikian terdapat perbedaan nilai kadar gula rata-rata kadar glukosa darah yang diperiksa
darah puasa pada pasien yang diperiksa menggunakan alat glukometer adalah sebesar
menggunakan alat Spektrofotometer dan 158,25 mg/dl, nilai terendah 66 mg/dl, dan nilai
menggunakan alat Glukometer pada pasien di tertinggi 424 mg/dl. Hal ini sejalan dengan
UPTD Puskesmas Sukajaya Kota Sabang. penelitian terdahulu Mariady et al., (2013)
Perbedaan atau selisih kadar gula darah puasa mengenai menunjukkan hasil yang sejalan
berdasarkan kedua jenis alat yang digunakan dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini.
yaitu mencapai sebesar 11,42 mg/dl. Dalam penelitian sebelumnya diperoleh hasil
rerata kadar glukosa darah sewaktu
menggunakan glukometer (263,03 mg/dl) lebih
tinggi 21,76 mg/dl daripada rerata kadar glukosa
Pembahasan
darah sewaktu menggunakan spektrofotometer
Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah dengan (214,27 mg/dl) dengan nilai p<0,05.
menggunakan alat spektrofotometer dan Firgiansyah (2016) menambahkan dari
glukometer berbeda. Perbedaan nilai kadar pemeriksaan kadar glukosa darah menggunakan
94 SAGO Gizi dan Kesehatan 4(1)
Juli – Desember 2022
metode spektrofotometer, hasil pemeriksaan menggunakan prinsip kerja yaitu enzim glucose
kadar glukosa darah pada pasien dengan kode oxidase mengkatalisis reaksi oksidasi glukosa
1242 dan 1281 masing-masing diperoleh hasil menjadi asam glukonat dan hidrogen
glukosa darah puasa yaitu, 229 mg/dL dan 247 peroksida. Hidrogen peroksida yang terbentuk
mg/dL, sedangkan hasil glukosa darah 2 jam bereaksi dengan phenol dan 4-amino phenazone
setelah makan (pp) yaitu, 392 mg/dL dan 403 dengan bantuan enzim peroksidase menghasilkan
mg/dL. Dimana hasil pemeriksaan glukosa darah quinoneimine yang berwarna merah muda dan
pasien lebih tinggi dibandingkan dengan nilai dapat diukur dengan fotometer pada panjang
normal ≤ 126 mg/dL pada Bsn dan < 140 mg/dL gelombang 546 nm. Intensitas warna yang
pada pp, maka daat didiagnosa pasien terkena terbentuk setara dengan kadar glukosa darah
penyakit diabetes mellitus (DM). Pasien dengan yang terdapat dalam sampel (Widyastuti &
kode 0593 dan 0564 masing-masing diperoleh Purwaningsih, 2019).
hasil glukosa darah puasa (Bsn) yaitu 74 mg/dL Glukometer yaitu strip test diletakkan
dan 87 mg/dL, sedangkan hasil glukosa darah 2 pada alat, ketika darah diteteskan pada zona
jam setelah makan (pp), yaitu 87 mg/dL dan 116 reaksi tes strip, katalisator glukosa akan
mg/dL. Dimana hasil pemeriksaan glukosa darah mereduksi glukosa dalam darah. Intensitas yang
pasien tergolong normal, karena masih berada terbentuk dari elektron dalam strip setara dengan
dibawah range normal, yaitu ≤ 126 mg/dL untuk konsentrasi glukosa dalam darah. Pada alat
Bsn dan < 140 mg/dL untuk pp. spektrofotometer digunakan sampel berupa
Pemeriksaan dengan alat spektrofotometer serum darah dari darah vena sedangkan pada alat
memiliki kelebihan, yaitu : presisi tinggi, akurasi glukometer digunakan sampel berupa darah
tinggi, spesifik, relatif bebas dari gangguan (kadar kapiler. Spektrofotometer merupakan suatu
hematokrit, vitamin C, lipid, volume sampel, metode analisa yang didasarkan pada
dan suhu). Sedangkan kekurangannya adalah pengukuran serapan sinar monokromatis oleh
memiliki ketergantungan pada reagen, butuh suatu lajur larutan berwarna pada panjang
sampel darah yang banyak, pemeliharaan alat gelombang spesifik dengan menggunakan
dan reagen memerlukan tempat yang khusus dan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan
membutuhkan biaya yang cukup mahal. detektor fototube. Spektrofotometer dapat
Sedangkan pada cara strip memiliki kelebihan dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan
hasil pemeriksaan dapat segera diketahui, hanya visual dengan studi yang lebih mendalam dari
butuh sampel sedikit, tidak membutuhkan reagen absorsi energi (Saputra, 2019) Selanjutnya
khusus, praktis dan mudah dipergunakan jadi (Adhitya Dwi Prabowo, 2016) menambahkan
dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa butuh bahwa rapid tes dan spektrofotometer memiliki
keahlian khusus. Kekurangannya adalah perbedaan yang cukup jauh.
akurasinya belum diketahui, dan memiliki Faktor-faktor yang membuat hasil tidak
keterbatasan yang dipengaruhi oleh kadar optimal dan mempengaruhi hasil dari rapid tes
hematokrit, interfensi zat lain (Vitamin C, lipid, termasuk teknik operator, paparan lingkungan,
bilirubin dan hemoglobin), suhu, volume sampel fisiologi pasien serta efek obat. Semua alat uji rapid
yang kurang, dan strip bukan untuk menegakkan tes rentan terhadap uji panas dan dingin, karena
diagnosa klinis melainkan hanya untuk enzim adalah protein yang bisa mengubah sifat
pemantauan kadar glukosa (Suryaatmadja, 2003). sesuatu benda menjadi tidak aktif pada suhu
Pemeriksaan kadar glukosa darah ekstrim. Meskipun dikemas dalam keadaan kering,
menggunakan alat spektrofotometer dan paparan dari enzim untuk kelembaban prematur
glukometer memberikan perbedaan yang menyebabkan rehydrate protein dan membatasi
signifikan dengan menggunakan uji Kruskal Wallis aktivitas mereka ketika digunakan untuk pengujian
- Test dimana didapatkan Asymp sig 0,019 < 0,05. pasien. Reagen sekali pakai untuk alat uji glukosa
Perbedaan ini dapat dilihat dari nilai darah, oleh karena itu harus dililndungi dari suhu
signifikansinya. Kedua alat ini baik itu ekstrim dan kelembaban. Kondisi tersebut bisa
spektrofotometer maupun glukometer sama- terjadi ketika memindahkan reagen luar dimusim
sama menggunakan metode enzimatik dalam panas atau musim dingin. Tes strip tidak boleh
penggunaannya, akan tetapi masing- masing alat disimpan dalam keadaan tertutup untuk waktu
terdapat perbedaan bila ditinjau dari prinsip kerja lama dan harus dilindungi dari hujan, salju, dan
dan sampel pemeriksaannya. Spektrofotometer unsur-unsur lingkungan lainnya.
Fajarna et al. 95
Perbedaan kadar glukosa darah berdasarkan hasil pemeriksaan....
Kedokteran Universitas Indonesia. Yunir, E., & Soebardi, S. (2009). Terapi non
Taylor, S. I., Yazdi, Z. S., & Beitelshees, A. L. (2021). farmakologis pada diabetes melitus. In Buku
Pharmacological treatment of hyperglycemia Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Issue 718, pp.
in type 2 diabetes. The Journal of Clinical 1891–1895). Jakarta: Departemen Ilmu
Investigation, 131(2). Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Widyastuti, R., & Purwaningsih, N. V. (2019). Modul Universitas Indonesia.
Praktikum Kimia Klinik 1.