845-Article Text-2264-2-10-20200207
845-Article Text-2264-2-10-20200207
Mohammad Rifa’i
Institut Pemerintahan Dalam Negeri
E-mail: masfairif@yahoo.co.id
ABSTRACT
Implementation of the Licensing Policy for Community Licensing in Depok City, West
Java Province. This study aims to determine the extent of the application of policies on
community organizations in the city of Depok. The Central Government takes a quick
step by issuing Perppu Number: 2 of 2017 as a change to Law Number 17 of 2013
concerning Community Organizations. This policy is to anticipate the turmoil in the
wider community, including what happened in Depok, so that with all the authority
and tools available, the Government will immediately try to implement the Substitution
Regulations for the Act. The method used is descriptive qualitative method with an
inductive approach. The purpose of the use of the inductive approach is to explore the
facts in the field related to the centralization of licensing organizations in the city of
Depok and describe them systematically and factually to draw conclusions. In this study
the authors used data sources from interviews as primary data. Meanwhile, the source
of data from document tracking is secondary data. Thus, the data collection techniques
used by the author are techniques: interview and documentation. The results show that
the implementation of the Centralization Policy for Licensing Community Organizations
in Depok City is not yet optimal. This can be seen from the performance and policy
strategies of the Depok National Unity and Politics which still face obstacles related
to the socialization, coordination and supervision of the registration of community
organizations due to the existence of the decentralization policy.
Keywords: policy; decentralization; community organization
ABSTRAK
Penerapan Kebijakan Resentralisasi Perizinan Organisasi Kemasyarakatan di
Kota Depok Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana penerapan kebijakan tentang organisasi kemasyarakatan di kota Depok. Pemerintah
Pusat mengambil langkah cepat dengan mengeluarkan Perppu Nomor: 2 Tahun 2017
sebagai perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi
Kemasyarakatan. Kebijakan ini sebagai antisipasi untuk meredam gejolak di masyarakat
13
J-3P (Jurnal Pembangunan Pemberdayaan Pemerintahan) Vol. 4, No. 1, Juni 2019: 13–31
yang lebih luas, termasuk yang terjadi di Kota Depok, maka dengan segala kewenangan
dan perangkat yang ada, Pemerintah berupaya segera mungkin mengimplemntasikan
Peraturan Pengganti Undang-Undang tersebut. Metode yang digunakan adalah metode
deskriptif kualitatif dengan pendekatan induktif. Maksud dari penggunaan pendekatan
induktif adalah untuk menggali fakta-fakta yang ada di lapangan terkait dengan
resentralisasi perizinan ormas di Kota Depok dan menggambarkannya secara sistematis
dan faktual untuk ditarik suatu simpulan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
sumber data dari hasil wawancara sebagai data primer. Sementara itu, sumber data dari
pelacakan dokumen sebagai data sekundernya. Dengan demikian, teknik pengumpulan
data yang digunakan penulis yakni teknik: wawancara dan dokumentasi. Hasilnya
menunjukkan bahwa pelaksanaan Kebijakan Resentralisasi Perizinan Organisasi
Kemasyarakat di Kota Depok belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari kinerja dan strategi
kebijakan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Depok yang masih menghadapi kendala
terkait sosialisasi, koordinasi dan pengawasan pendaftaran organisasi kemasyarakatan
akibat adanya kebijakan resentralisasi.
Kata kunci: kebijakan; resentralisasi; orgnisasi kemasyarakatan
14
Penerapan Kebijakan Resentralisasi ... (Mohammad Rifa’i, Kurnia Fitriani Pamungky)
15
J-3P (Jurnal Pembangunan Pemberdayaan Pemerintahan) Vol. 4, No. 1, Juni 2019: 13–31
maka ada dua pilihan langkah yang ada, Penulis menyimpulkan bahwa
yaitu langsung mengimplementasikan sentralisasi dan resentralisasi (atau lebih
dalam bentuk program-program atau umum, sebagai pengurangan otonomi sub-
melalui formulasi kebijakan turunan dari nasional) kurang mendapat perhatian dari
kebijakan publik tersebut. Kebijakan proses desentralisasi. Dengan demkian,
publik dalam bentuk Undang-Undang atau resentralisasi merupakan kembalinya
Peraturan Daerah adalah jenis kebijakan proses sentralisasi dari proses desentralisasi
publik yang memerlukan kebijakan publik yang disebabkan adanya kecenderungan
penjelas atau yang disebut peraturan kontrol dan kekuasaan pemerintah pusat
pelaksana. Kebijakan publik yang dalam mengambil beberapa kebijakan dan
bisa langsung operasional antara lain kewenangan pemerintah daerah.
Keputusan Presiden, Instruksi Presiden, Menurut E Utrecht (dalam
Keputusan Menteri, Keputusan Kepala Ridwan, 2011), pemberian izin dari
Daerah, Keputusan Kepala Dinas, dan keputusan administrasi negara bilamana
lainnya. pembuat peraturan umumnya tidak
melarang suatu perbuatan, masih juga
Resentralisasi memperkenankannya, asal saja sesuai
dengan yang ditentukan untuk masing-
Menurut Dickovick (1973) dalam buku masing hal konkret. Maka penulis
Decentralization and Recentralization menyimpulkan perizinan merupakan
in the Developing World: Comparative persetujuan dari penguasa sesuai
Studies From Africa and Latin America peraturan yang ada untuk melaksanankan
bahwa: kepentingan umum didasarkan keputusan
Centralization and recentralization administrasi negara
(or, more generally, reduction in sub-
national autonomy) have received Organisasi Kemasyarakatan
less attention than decentralization
Organisasi Kemasyarakatan merupa-
processes in recent years. There are
kan organisasi yang dibentuk oleh masya-
good reasons for this. The greater
rakat berlandaskan Pancasila dengan
emphasis on decentralization is due
tujuan untuk menampung dan menyam-
several asymmetries. Recentralization
is conditional upon some prior paikan aspirasi masyarakat guna menca-
instance of decentralized governance; pai tujuan dan pembangunan nasional.
given the nature of the centralized Adapun pembentukannya mengacu pada
state in the developing world, it is Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013
understandable that decentralization tentang Organisasi Kemasyarakatan pada
would take precedence. Moreover, Bab IV, yang menjelaskan tentang Pendi-
decentralization is examined in a rian Organisasi Kemasyarakatan bahwa:
variety of issue areas, including Organisasi Kemasyarakatan didiri-
fiscal decentralization, administrative kan oleh 3 (tiga) orang warga
decentralization, and political negara Indonesia atau lebih, kecuali
decentralization, whereas studies of Organisasi Kemasyarakatan yang
recentralization generally focus on berbadan hukum yayasan. Organisasi
central control of revenue authority. Kemasyarakatan memiliki lingkup
16
Penerapan Kebijakan Resentralisasi ... (Mohammad Rifa’i, Kurnia Fitriani Pamungky)
17
J-3P (Jurnal Pembangunan Pemberdayaan Pemerintahan) Vol. 4, No. 1, Juni 2019: 13–31
18
Penerapan Kebijakan Resentralisasi ... (Mohammad Rifa’i, Kurnia Fitriani Pamungky)
deteksi dini sebelum terjadi pelanggaran Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2017
yang dilakukan oleh Ormas. adalah sebagai berikut:
4. Penyelesaian sengketa Ormas pada 1. Ormas tidak berbadan hukum terdaftar
prinsipnya diselesaikan oleh Ormas itu setelah mendapatkan SKT yang
sendiri. Pemerintah dapat memediasi diterbitkan oleh Menteri dilakukan
apabila diminta oleh para pihak oleh pengurus Ormas di tingkat pusat
yang bersengketa. Permintaan para kepada Menteri melalui Direktur
pihak untuk Ormas yang berbadan Jenderal Politik dan Pemerintahan
hukum diajukan kepada menteri yang Umum serta melaporkan keberadaan
menyelenggarakan urusan pemerintahan kepengurusannya di daerah kepada
di bidang hukum dan hak asasi manusia, Pemerintah Daerah setempat dengan
sedangkan yang tidak berbadan hukum melampirkan SKT dan kepengurusan
diajukan kepada Menteri. di daerah
5. Sanksi diberikan oleh Pemerintah atau 2. Pendaftaran Ormas dilakukan melalui
Pemerintah Daerah sesuai lingkup tahapan (a) pengajuan permohonan;
tugas dan kewenangannya kepada (b) pemeriksaan kelengkapan dan
Ormas yang melakukan pelanggaran. keabsahan dokumen pendaftaran; dan
Sanksi dalam Peraturan Pemerintah (c) penerbitan SKT atau penolakan
ini adalah sanksi administratif. permohonan pendaftaran.
Pemerintah atau Pemerintah
3. Tata cara perpanjangan dan perubahan
Daerah sebelum menjatuhkan
SKT pendaftaran dilaksanakan
sanksi administratif kepada Ormas
oleh Pemerintah Daerah yang
melakukan upaya persuasif.
bertanggung jawab menyimpan
6. Adapun materi muatan mengenai dokumen kelengkapan permohonan,
perizinan, tim perizinan, dan perpanjangan dan perubahan SKT
pengesahan Ormas yang didirikan Ormas yang diajukan melalui unit
oleh warga negara asing serta tata layanan administrasi di daerah
cara pengenaan sanksi terhadap provinsi atau kabupaten/kota kepada
ormas berbadan hukum yayasan Menteri.
asing atau sebutan lain diatur dalam
Peraturan Pemerintah tersendiri, tetapi 4. Pengelolaan sistem informasi
implementasi Peraturan Pemerintah Ormas dibentuk oleh Menteri
tersebut merupakan satu kesatuan dari melalui Direktorat Jenderal Politik
Peraturan Pemerintah ini. dan Pemerintahan Umum untuk
meningkatkan pelayanan publik dan
Dalam melaksanakan ketentuan Pasal
tertib administrasi.
20 dan Pasal 33 Peraturan Pemerintah
Nomor 58 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan 5. Ormas menyampaikan laporan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 perkembangan organisasi dan kegiatan
tentang Organisasi Kemasyarakatan, organisasi setiap 6 (enam) bulan
perlu mengatur Pendaftaran dan sekali yang ditandatangani ketua dan
Pengelolaan Sistem Informasi Organisasi sekretaris atau sebutan lainnya kepada
Kemasyarakatan, sebagaimana dijelaskan Menteri, gubernur, atau bupati/wali
pada Peraturan Menteri Dalam Negeri kota.
19
J-3P (Jurnal Pembangunan Pemberdayaan Pemerintahan) Vol. 4, No. 1, Juni 2019: 13–31
20
Penerapan Kebijakan Resentralisasi ... (Mohammad Rifa’i, Kurnia Fitriani Pamungky)
21
J-3P (Jurnal Pembangunan Pemberdayaan Pemerintahan) Vol. 4, No. 1, Juni 2019: 13–31
KEPALA
KANTOR
Kasubag.Tata Usaha
Kelompok
Jabatan
Fungsional
Gambar 1
Struktur Organisasi Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Depok
Sumber: Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Depok
22
Penerapan Kebijakan Resentralisasi ... (Mohammad Rifa’i, Kurnia Fitriani Pamungky)
empat kali kegiatan, enam kali Rakor pengawasan dan pengendalian kebijakan
dengan jumlah 300 orang; perizinan organisasi kemasyarakatan di
18. Pembinaan Pembauran Kebangsaan Kota Depok. Kebijakan ini dibuat agar
Tingkat Kota Depok sebanyak dua Organisasi Kemasyarakatan di daerah
kali kegiatan, empat kali Rakor dan dapat dikendalikan keberadaannya sesuai
jumlah peserta 200 orang; dengan konstitusi dan diberdayakan
19. Sosialisasi Pemilihan Gubernur dan sebagai mitra pemerintahan dalam
membantu menyelesaikan permasalahan
Wakil Gubernur Jawa Barat Tahun
yang ada di Kota Depok.
2018 sebanyak sebelas kali kegiatan
dengan jumlah peserta sebanyak 500 Kebijakan Resentralisasi Perizinan
orang; Organisasi Kemasyarakatan diselengga-
20. Kerja sama Pemerintah Daerah dan rakan berdasarkan Peraturan Pemerintah
Perguruan Tinggi Bidang Kesatuan Nomor 58 Tahun 2016 yang memiliki
Bangsa dan Politik Dalam Negeri tujuan memberikan informasi menge-
dalam tiga kali kegiatan. nai Organiasasi Kemasyarakat di Kota
Depok sehingga dalam penyelengga-
Kebijakan Resentralisasi Perizinan raan Kebijakan Resentralisasi Perizin-
an Organisasi Kemasyarakatan dapat
Organisasi Kemasyarakatan di Kota
dilaksanakan dengan baik sesuai dengan
Depok
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
Kebijakan dilaksanakan pemerintah 57 Tahun 2017 tentang Pendaftaran dan
guna mencapai tujuan sesuai dengan Pengelolaan Sistem Informasi Organisasi
aturan pelaksanaannya yang ada. Kemasyarakatan.
Kebijakan Resentralisasi Perizinan
Berdasarakan Peraturan Pemerintah
Organisasi Kemasyarakatan di Kota Depok
Nomor 58 Tahun 2016 pada BAB
diselenggarakan berdasarakan Peraturan
II mengenai Pendaftaran Organisasi
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2016, terkait
Kemasyarakatan menerangkan bahwa
Pendaftaran Organisasi Kemasyarakatan
Ormas berbadan hukum dinyatakan
yang diperjelas pelaksanaannya dalam
terdaftar setelah mendapatkan pengesahan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
badan hukum dari menteri yang
57 Tahun 2017 tentang Pendaftaran dan
menyelenggarakan urusan pemerintahan
Pengelolaan Sistem Informasi Organisasi
di bidang hukum dan hak asasi manusia.
Kemasyarakatan.
Ormas tidak berbadan hukum terdaftar
setelah mendapatkan Surat Keterangan
Tujuan dan Kinerja Kebijakan
Terdaftar yang diterbitkan oleh Menteri
Suatu kebijakan didasari oleh peraturan Dalam Negeri. Ormas yang telah
yang telah ditetapkan oleh pemerintah mendapatkan pengesahan badan hukum
dalam bentuk peraturan perundang- pengurus Ormas melaporkan keberadaan
undangan. Pelaksanaan Kebijakan kepengurusannya di daerah kepada
Resentralisasi Perizinan Organisasi Pemerintah Daerah setempat dengan
Masyarakat di Kota Depok merupakan melampirkan surat keputusan pengesahan
kewenangan Kantor Kesatuan Bangsa status badan hukum dan susunan
dan Politik Kota Depok yaitu sebagai kepengurusan di daerah.
23
J-3P (Jurnal Pembangunan Pemberdayaan Pemerintahan) Vol. 4, No. 1, Juni 2019: 13–31
24
Penerapan Kebijakan Resentralisasi ... (Mohammad Rifa’i, Kurnia Fitriani Pamungky)
oleh menteri. Sedangkan materi muatan kesadaran dari ormas Pemuda Pancasila
mengenai pendataan ormas dalam yang disebabkan kurang paham tentang
Peraturan Pemerintah ini tidak diatur. Hal peraturan pendirian organisasi masyarakat,
ini disebabkan adanya putusan MK Nomor sehingga ormas hanya menunggu perintah
82/PUU-XI/2013 bahwa ormas yang tidak untuk melaporkan keberadaanya padahal
berbadan hukum dapat mendaftarkan diri pelaporan kepada Kantor Kesbangpol
kepada instansi pemerintah dan dapat pula Depok merupakan hal awal yang harus
tidak mendaftarkan diri. dilakukan sebelum melaksanakan
Berdasarkan pernyataan di atas wajar bila kegiatannya di Kota Depok.
masih ada ormas yang tidak mendaftarkan Strategi Kebijakan
kembali ke Kesbangpol kota Depok sebab
tidak adanya kewajiban untuk mendaftarkan Strategi dalam suatu kebijakan
ormas kembali ke Kesbangpol daerah. diperlukan agar pelaksanaan kebijakan
Namun dalam Peraturan Pemerintah Nomor di lapangan sesuai dengan tujuan yang
58 Tahun 2016 telah dijelaskan bahwa diharapkan dan mendapatkan hasil yang
ormas yang telah mendaftarkan ke pusat optimal. Begitupun dalam pelaksanaan,
untuk melaksanakan pelaporan kembali ke Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
kesbangpol daerah. Berdasarkan putusan 2016 yang diperjelas pelaksanaannya dalam
MK menyatakan peraturan pemerintah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
mengenai pelaporan ormas tidak memiliki 57 Tahun 2017 tentang Pendaftaran dan
kekuatan hukum yang mengikat sehingga Pengelolaan Sistem Informasi Organisasi
membingungkan pendiri ormas mengenai Kemasyarakatan sebagai pedoman dalam
kewajiban pelaporan di Kantor Kesbangpol pelakasaaan Kebijakan Resentralisasi
Kota Depok. Perizinan Organisasi Kemasyarakatan di
Kota Depok.
Kemudian di kesempatan berikutnya
penulis menemui ormas yang belum Berdasarkan hasil wawancara dengan
melaporkan keberadaan ormasnya di Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan
Kantor Kesbangpol Kota Depok yaitu Politik Kota Depok pada 24 Januari 2018,
Ormas Pemuda Pancasila. Ormas ini dikatakan bahwa Kantor Kesbangpol
merupakan ormas nasional yang terkenal Depok memiliki kewenangan dalam
namun keberadaanya tidak dilaporkan mengawasi dan membina ormas yang ada
di kantor Kesabangpol Kota Depok. di Kota Depok. Dalam pelaksanaanya
Hasil wawancara dengan Bapak Heri dilakukan melaui Rapat Koordinasi Ormas
Banok sebagai Penasihat Ormas Pemuda dan Jambore Ormas yang dilaksanakan
Pancasila Kota Depok (tanggal 25 Januari setiap tahunanya yang dihadiri ormas yang
2018) diperoleh keterangan bahwa alasan telah melaporkan kembali ke Kesbangpol
belum melaksanakan pelaporan kembali Depok saja dan menerapkan strategi
ke Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik kebijakan yang dilaksanakan Kesbangpol
Kota Depokkarena belum adanya arahan Depok melalui sosialisasi, koordinasi dan
dan himbauan dari pimpinan pusat untuk pengawasan.
melaporkan ke Kantor Kesbangpol. Dari hasil wawancara tersebut Kantor
Berdasarkan hasil wawancara Kesbangpol Kota Depok berupaya agar
tersebut terlihat masih kurang adanya kebijakan resentralisasi perizinan ormas ini
25
J-3P (Jurnal Pembangunan Pemberdayaan Pemerintahan) Vol. 4, No. 1, Juni 2019: 13–31
26
Penerapan Kebijakan Resentralisasi ... (Mohammad Rifa’i, Kurnia Fitriani Pamungky)
yang telah dilaksanakan oleh Kesbangpol saja tidak semua tim terpadu di tingkat
Kota Depok daerah datang untuk membantu proses
Observasi dari peneliti terdapat survey lokasi ormas hanya saja ada yang
temuan bahwa ada ormas telah diberikan mewakilinya.
Surat Terdaftar dari Kemenkumham
yang mencantumkan nama walikota Pengawasan
sebagai penasihat ormas tersebut namun
ormas tersebut tidak melampirkan Langkah selanjutnya yaitu
surat kesediaan atau persetujan dari melaksanakan pengawasan Ormas sesuai
pejabat negara, pejabat pemerintahan dengan kewenangan Kantor Kesatuan
yang namanya dicantumkan dalam Bangsa. Pelaksanaanya seperti survey
kepengurusan Ormas. Hal ini tentunya lapangan, melaksanakan rapat koordinasi
sangat membahayakan pejabat yang telah Ormas dan jambore Ormas yang dihadiri
ditunjukapabilaormastersebutmelakukan oleh Ormas yang telah terdaftar pada
pelanggaran. Kemudian ormas tersebut Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota
melaporkan pada Kesbangpol Daerah Depok.
dan verifikasi berkas tidak sesuai dengan Pengawasan dilakukan oleh
prasyarat. Pihak Kesbangpol tidak dapat Kantor Kesatuan Bangsa Kota Depok
menolak pelaporan ormas tersebut sebab guna memastikan keadaan Organisasi
ormas tersebut sudah terdaftar secara Kemasyarakatan. Hal ini diperkuat
online di Kemenkumham tanpa adanya dengan pernyataan dari Kepala Seksi
pengecekan susunan kepengurusan Hubungan Antara Lembaga dan Politik
yang ada maka kebijakan yang diambil Dalam Negerii (Senin, 22 Januari 2018),
oleh Kepala Kantor adalah menerbitkan bahwa bentuk pengawasan internal
Surat Keterangan Pelaporan Ormas dan yang dilakukan oleh Kantor Kesatuan
LSM dengan Syarat mengganti struktur Bangsa dan Politik Kota Depok dalam
kepengurusannya. Berdasarkan temuan meningkatkan kinerja dan akuntanbilitas
tersebut terlihat kurang koordinasi antara serta menjamin terlaksananya fungsi dan
Kesbangpol dengan Kemenkumham tujuan Ormas yang ada di Kota Depok.
mengenai prasyarat pendaftaran ormas. Menurut observasi peneliti pengawasan
internal ini berfungsi menegakkan kode
Selain itu, dalam proses verifikasi
etik organisasi dan bila ada yang melanggar
berkas pendaftaran ormas diperlukan dapat diberikan sanksi sesuai dengan
kerja sama dengan kepolisian, tentara, AD/ART Ormas, namun Kesbangpol
kejaksaan, badan intelejen negara dan tidak ikut campur urusan internal ormas
pemerintahan daerah di tingkat kecamatan/ hanya saja mengawasi. Selain itu terdapat
kelurahan sebagai pelaksana survey pengawasan eksternal yang dilakukan
lokasi dan tempat kegiatan ormas. Dalam oleh Masyarakat dan Pemerintah yang
pelaksanaan survey pemerintah daerah berkoordinasi dengan Kementerian/
melakukan koordinasi dengan lembaga Lembaga terkait.
yang terkait sesuai dengan kebutuhan. Hal tersebut sesuai pernyataan
Dengan demikian, pelaksanaan koordinasi Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kantor
dengan lembaga lain sudah baik hanya Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Depok
27
J-3P (Jurnal Pembangunan Pemberdayaan Pemerintahan) Vol. 4, No. 1, Juni 2019: 13–31
28
Penerapan Kebijakan Resentralisasi ... (Mohammad Rifa’i, Kurnia Fitriani Pamungky)
29
J-3P (Jurnal Pembangunan Pemberdayaan Pemerintahan) Vol. 4, No. 1, Juni 2019: 13–31
30
Penerapan Kebijakan Resentralisasi ... (Mohammad Rifa’i, Kurnia Fitriani Pamungky)
31
J-3P (Jurnal Pembangunan Pemberdayaan Pemerintahan) Vol. 4, No. 1, Juni 2019: 13–31