1. The document discusses two research papers on the effects of processing methods on the nutritional and anti-nutritional properties of soybeans and red kidney beans.
2. The studies found that traditional processing methods like soaking, dehulling, and sprouting significantly improved the nutritional quality of the beans and reduced anti-nutrients. Protein content increased while fat and anti-nutrients like phytic acid decreased.
3. Processing methods had both positive and negative impacts on the beans. Cooking and roasting reduced minerals while sprouting increased protein content the most compared to other methods.
1. The document discusses two research papers on the effects of processing methods on the nutritional and anti-nutritional properties of soybeans and red kidney beans.
2. The studies found that traditional processing methods like soaking, dehulling, and sprouting significantly improved the nutritional quality of the beans and reduced anti-nutrients. Protein content increased while fat and anti-nutrients like phytic acid decreased.
3. Processing methods had both positive and negative impacts on the beans. Cooking and roasting reduced minerals while sprouting increased protein content the most compared to other methods.
1. The document discusses two research papers on the effects of processing methods on the nutritional and anti-nutritional properties of soybeans and red kidney beans.
2. The studies found that traditional processing methods like soaking, dehulling, and sprouting significantly improved the nutritional quality of the beans and reduced anti-nutrients. Protein content increased while fat and anti-nutrients like phytic acid decreased.
3. Processing methods had both positive and negative impacts on the beans. Cooking and roasting reduced minerals while sprouting increased protein content the most compared to other methods.
1. The document discusses two research papers on the effects of processing methods on the nutritional and anti-nutritional properties of soybeans and red kidney beans.
2. The studies found that traditional processing methods like soaking, dehulling, and sprouting significantly improved the nutritional quality of the beans and reduced anti-nutrients. Protein content increased while fat and anti-nutrients like phytic acid decreased.
3. Processing methods had both positive and negative impacts on the beans. Cooking and roasting reduced minerals while sprouting increased protein content the most compared to other methods.
Judul Effects of Processing Methods on the Nutritional and
Anti-Nutritional Properties of Soybeans (Glycine max) Jurnal African Journal of Food Science and Technology Volume & Halaman Vol. 7(1) pp. 009-012. Tahun terbit 2016 Penulis Pele, G.I.; Ogunsua, A.O. Adepeju, A.B.; Esan, Y.O.; and Oladiti, E.O Reviewer Salsafira Ayuningtyas (2014051030)
Permasalahan Kedelai mentah mengandung angka faktor
antinutrisi seperti tripsin inhibitor, asam fitat dan saponin yang menurunkan nilai gizi legum biji-bijian dan menyebabkan masalah kesehatan bagi manusia dan hewan jika dikonsumsi dalam jumlah besar. Antinutrisi tersebut harus dihilangkan untuk meningkatkan kualitas nutrisi dan penerimaan organoleptik legum sehingga dapat digunakan secara efektif sebagai pangan yang potensial. Tujuan Penelitian Mengevaluasi cara pengolahan biji kedelai terhadap sifat gizi dan anti gizi kedelai. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan sampel. Sampel A ( kontrol), kedelai dijemur dan digiling menjadi tepung. Sampel B, kedelai direndam dalam air pada suhu 12°C selama 24 jam, dijemur dan digiling menjadi tepung. Sampel C, kedelai direndam selama 12 jam, dikupas, dijemur dan digiling menjadi tepung. Sampel D, kedelai dikecambahkan, dikeringkan dan digiling menjadi tepung. Selanjutnya dilakukan penentuan komposisi proksimat, sifat antigizi dan analisis statistik. Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah kacang kedelai (Glycine max) Hasil Penelitian Berdasarkan Tabel 1. terdapat peningkatan yang signifikan pada kandungan protein sampel D dibandingkan dengan sampel lainnya. Peningkatan tersebut dapat disebabkan oleh perkecambahan yang meningkatkan bioavailabilitas protein kasar pada kedelai. Hal tersebut dikaitkan dengan perubahan biokimia kompleks yang terjadi selama hidrasi dan kecambah, yang menyebabkan konstituen protein dipecah oleh enzim menjadi senyawa sederhana yang digunakan untuk membuat senyawa baru. Peningkatan aktivitas hidrolitik enzim kecambah menghasilkan peningkatan konstituen protein kasar total karena hilangnya pati, sedangkan peningkatan kandungan protein kasar sangat penting dari sudut nutrisi karena akan meningkatkan kecernaan dan penyerapan. Hasil penelitian menunjukkan lemak kasar menurun secara signifikan pada sampel D, sedangkan pada sampel A terjadi peningkatan yang signifikan, hal ini dapat disebabkan oleh reaksi biokimia dan disosiasi kompleks lipid. Implikasi dari hal ini adalah bahwa sampel A akan lebih rentan terhadap ketengikan daripada sampel lainnya.
Kadar air (%) sampel A, B, C dan D berturut-turut
adalah 7,91, 8,43, 9,14 dan 10,92. Efek dari hasil ini adalah sampel D akan lebih rentan terhadap pembusukan mikroba dibandingkan dengan sampel lainnya. Kadar abu (%) sampel A, B, C dan D berturut-turut adalah 3,83, 4,76, 5,27 dan 6,75. Peningkatan kadar abu dapat diamati sebagai efek signifikan dari kecambah pada bioavailabilitas kandungan mineral kedelai sedangkan penurunan signifikan yang tercatat pada sampel B dapat disebabkan oleh de-hulling, di mana sebagian besar pericarp yang terdiri dari abu dapat ditemukan setelah dihilangkan kulitnya. Kandungan karbohidrat menunjukkan perbedaan meskipun tidak signifikan antara sampel A dan D.
Berdasarkan Tabel 2. Asam fitat pada sampel B, C
dan D menurun secara signifikan namun asam fitat tinggi pada sampel A. Efek penurunan asam fitat pada kedelai dapat disebabkan oleh pencucian, de- hulling dan perkecambahan. Proses tersebut juga mempengaruhi kandungan tanin dan inhibitor protease yang menunjukkan efek penurunan yang signifikan. Kesimpulan Berdasarkan penelitian pada jurnal ini dapat disimpulkan pengolahan tradisional secara signifikan meningkatkan kualitas gizi kedelai dan mengurangi sifat anti gizi kedelai. Kandungan protein kedelai meningkat secara signifikan sedangkan kandungan lemaknya berkurang secara signifikan karena perendaman, pengupasan kulit dan kecambah. Asam fitat yang menghambat penyerapan mineral juga berkurang secara signifikan karena bertunas. Kandungan lemak kedelai yang dapat berdampak negatif pada ketengikan berkurang secara signifikan karena perendaman, pengupasan kulit dan kecambah. Judul Effect of processing chemical composition of red kidney bean (Phaseolus vulgaris L.) flour Jurnal Pakistan Journal of Nutrition Volume & halaman Volume 10, No. 11, Halaman 1069-1075. Tahun Terbit 2011 Penulis S.S. Audu and M.O. Aremu Reviewer Salsafira ayuningtyas (2014051030)
Permasalahan Masyarakat terlalu banyak mengonsumsi produk
hewani (kaya lemak jenuh) dan tidak cukup mengonsumsi makanan nabati. Konsumsi daging dalam jumlah tinggi meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan beberapa jenis kanker. Alternatif sumber rotein nabati dapat diperoleh salah satunya dari kacang merah. Namun, perlu diperhatikan bahwa pengolahan kacang merah yang tidak tepat dapat membuat keracunan bahkan, dapat mempengaruhi kualitas gizi pada kacang merah. Tujuan Penelitian Menentukan komposisi proksimat, mineral dan asam amino dari kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) mentah dan yang telah diolah (perebusan, pemasakan, penyangraian, kecambah, fermentasi). Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sampel. Proses pengolahan dilakukan dengan perebusan, pengukusan, kecambah dan fermentasi. Selanjutnya dilakukan analisis proksimat sampel untuk kelembaban, lemak kasar, serat kasar dan abu total. Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah biji kacang merah (Phaseolus vulgaris L). Hasil Penelitian Tabel 1 menunjukkan bahwa kelembaban kacang merah mengalami kenaikkan setelah proses pemasakan yaitu kelembaban pengukusan< kecambah < penyangraian < perebusan < fermentasi. Kadar abu kacang merah mengalami penurunan selama proses pemasakan, kadar abu terendah pada kecambah, diikuti dengan fermentasi, perebusan, pemasakan dan penyangraian. Kadar lemak mengalami penurunan terendah adalah pada proses perebusan dan tertinggi pada proses penyangraian. Kadar protein kasar mengalami kenaikkan dengan urutan penyangraian > fermentasi > perebusan > kecambah > pengukusan. Pengukusan, penyangraian dan fermentasi meningkatkan kandungan serat sementara perebusan menurunkan. Karbohidrat meningkat dengan semua metode pengolahan.
Tabel 2. menyajikan kandungan mineral dari
tepung biji kacang merah. Semua metode pengolahan menurunkan mineral seperti kandungan magnesiun, fosfor, kalsium, dan natrium secara signifikan.
Tabel 3. menunjukkan bahwa konsentrasi tritofan
tidak dapat ditentukan. Nilai leusin yang diperolah dalam penelitian ini sesuai. Asam amino yang paling sedikit konsentrasinya adalah sistin pada sampel mentah sedangkan metionin adalah yang paling sedikit pada sampel yang telah di proses. Metode perebusan dapat meningkatkan kandungan Leu, Phe + Tyr dan Val serta menurunkan kandungan Lys, Met, Thr dan Arg. Lisin dan histidine tidak terpengaruh secara signifikan oleh metode pengolahan ini.
Tabel 4. menunjukkan bahwa metode pengolahan
dapat mengurangi TEAA dan TSAA kecuali perebusan yang dapat meningkatkan TAA dengan His. TAA pada semua sampel lebih besar daripada TBAA, hal tersebut menunjukkan bahwa protein tersebut kemungkinan bersifat asam.
Tabel 5. Menunjukkan skor asam amino kacang
merah mentah dan olahan, menunjukkan bahwa jumlah asam amino essensial meningkat dari 3 pada kacang mentah, kacang yang disangrai dan kacang yang difermantasi menjadi 4 pada biji yang direbus dan dikecambahkan, serta 5 pada biji yang dikukus.. Kesimpulan Kacang merah memiliki komponen nutrisi yang dapat rusak jika pengolahan tidak tepat. Penelitian ini menggunakan beberapa perlakuan seperti biji mentah, biji rebus, biji kukis, biji sangrai, biji berkecambah, dan biji fermentasi. Pengolahan tersebut memiliki dampak negatif maupun positif terhadap kacang merah. Lemak kasar menurun dengan beberapa metode pengolahan terutama pengukusan dan perebusan, sedangkan protein kasar meningkat dengan urutan penyangraian> fermentasi > perebusan > pengukusan > kecambah. Merebus dan menyangrai mengurangi kandungan magnesium masing-masing sebesar 4,7 dan 10,3%. Untuk meningkatkan Total Asam Amino ( TAA) dengan metode penyangraian, pengukusan, perkecambahan, dan fermentasi sedangkan Total Asam Amino Esensial (TEAA) dan Total Asam Amino Sulfur (TSAA) berkurang dengan semua metode pengolahan.