Gerry Akbarhananta Putra - R1

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 21

Authentica

Vol. ... Issue ..., ...........


E-ISSN 2655-4771 P-ISSN 2655-4763
DOI: ...........................................
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License (cc-by)

PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM


LEGALISASI ATAS SUATU AKTA DIBAWAH TANGAN
OLEH NOTARIS GUNA MENINGKATKAN KEPASTIAN
HUKUM
Gerry Akbarhananta Putra
Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Jenderal Soedirman.
Abstract
Notaries have the authority to make authentic deeds, besides that they also have other powers, including
legalization. This study discusses the principle of applying prudence and legal consequences if a Notary is
a precautionary principle with the permission of a Notary in carrying out legalization. The purpose of this
study was to analyze the application of the precautionary principle. This study used a normative juridical
approach and used secondary data. The results of this study are that Notaries are required to apply the
precautionary principle by conducting an introduction to the identity of the appearers, carefully reading
the deed to be legalized, complying with legalization techniques, and keeping books of the legalization
process. As for the legal consequences, if there is no such thing as prudence, the actions taken by
legalization can be declared null and void or can be canceled as declared by the court. Notaries can also
face legal difficulties by facing the aggrieved party in the form of a lawsuit through the court and
submitting a report to the notary concerned who is subject to administrative sanctions.
Keywords: Prudence, Legalization, Underhand Deed, Notary, dan Legal Certainty

Abstrak
Notaris memiliki kewenangan untuk membuat akta autentik, selain itu, notaris juga memiliki kewenangan
lainnya, diantaranya melakukan legalisasi. Penelitian ini membahas bagaimana penerapan Prinsip kehati-
hatian dan akibat hukum apabila Notaris mengabaikan Prinsip kehati-hatian terhadap kewenangan Notaris
Dalam Melakukan Legalisasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan Prinsip kehati-
hatian Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dan menggunakan data sekunder.
Hasil penelitian ini yaitu Notaris wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dengan cara Melakukan
Pengenalan Terhadap Identitas Penghadap, Membaca dengan cermat Akta yang hendak dilakukan
Legalisasi, memenuhi teknik Legalisasi, dan melakukan pembukuan terhadap proses legalisasi. Adapun
akibat hukum apabila notaris mengabaikan asas kehati-hatian, ialah akta yang dilakukan legalisasi dapat
dinyatakan batal demi hukum atau dapat dibatalkan yang dinyatakan oleh pengadilan. Notaris juga dapat
dituntut upaya hukum oleh penghadap yang dirugikan berupa gugatan melalui pengadilan dan mengajukan
laporan kepada Majelis Pengawas Daerah agar notaris yang bersangkutan dikenai sanksi administratif.

Kata kunci: Prinsip kehati-hatian, Legalisasi, Akta Dibawah Tangan, Notaris, dan Kepastian Hukum

Copyright©2022 Authentica. All rights reserved.

Introduction
Indonesia adalah Negara Hukum (Rechtstaat), seasas dengan negara-
negara eropa kontinental. hal ini dibuktikan dengan Undang-Undang Dasar 1945
pasal 1 ayat (3) yang berbunyi “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”.
Tentunya Negara Hukum yang menjamin tinggi supremasi hukum, yang
terefleksi dalam penegakkan hukum (enforcement of law) dan keadilan (equality)
berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(Tutik, 2008). Maksud dari Negara hukum tersebut adalah segala pelaksanaan
maupun tindakan dari badan dan/atau pejabat pemerintahan harus berdasarkan
A.T.C. Vol. (No.): page | DOI: ………….

pada hukum, dimana dalam suatu negara hukum harus terdapat peraturan
tertulis yang dibuat oleh badan/pejabat yang berwenang untuk mengatur tingkah
laku masyarakat tersebut dan dan mempunyai sanksi yang tegas serta bersifat
mengikat dan memaksa untuk mengkaji permasalahan dalam negara hukum.
Pada intinya, negara hukum menempatkan hukum sebagai sebagai dasar aturan
dalam penyelenggaraan negara, pemerintahan dan kemasyarakatan. Hukum
sendiri merupakan kumpulan, aturan perundang-undangan atau hukum
kebiasaan, dimana satu negara atau masyarakat mengakuinya sebagai sesuatu
yang mengikat terhadap warganya (Ali, 2015).
Dalam kehidupan bermasyarakat, hubungan antara orang dan orang akan
selalu menyangkut hak dan kewajiban melalui perjanjian baik yang dilaksanakan
secara tertulis maupun tidak tertulis. Namun dalam pelaksanaannya seringkali
menimbulkan pelanggaran yang menimbulkan peristiwa hukum. Begitu juga
pada akta yang pada praktiknya, akta dimanfaatkan untuk mencatatkan peristiwa
hukum dan tanda tangani oleh para pihak yang bersangkutan. Akta adalah
tulisan khusus yang dibuat agar menjadi suatu alat bukti tertulis. Akta sendiri
dibedakan menjadi dua yaitu, Akta Otentik dan Akta Bawah Tangan
(Andasasmita, 1981). Penjelasan tentang akta dibawah tangan tercantum dalam
pasal 1874 KUHPerdata, yang berbunyi:
“Yang dianggap sebagai tulisan di bawah tangan adalah akta yang
ditandatangani di bawah tangan, surat, daftar, surat urusan rumah tangga
dan tulisan-tulisan yang lain yang dibuat tanpa perantaraan seorang
pejabat umum.”
Pada ketentuan tersebut dijelaskan bahwa Akta dibawah tangan
ditandatangani secara bawah tangan yang artinya dibuat oleh para pihak itu
sendiri tanpa perantara pejabat umum yang dalam hal ini oleh Notaris. Artinya
dibuatnya akta dibawah tangan mewakili kepentingan para pihak secara
langsung. Meski begitu, akta dibawah tangan tetap dapat pengesahan secara
langsung oleh notaris agar dinyatakan sebagai akta yang dapat
dipertanggungjawabkan secara formil.
Notaris adalah salah satu profesi hukum yang memiliki tugas dan
kewenangan untuk memberikan pelayanan dan konsultasi hukum kepada
masyarakat yang membutuhkannya. Pengertian Notaris tercantum dalam pasal 1
angka 1 UU Jabatan Notaris, yang berbunyi:
“Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta
autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam
UndangUndang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya”

[2]
Title of your article...
First Author, Second Author, & Third Author

Maka menurut ketentuan diatas, pelayanan dan konsultasi hukum yang


dapat diberikan oleh notaris ialah dalam bentuk pembuatan akta otentik dan
kewenangan lainnya yang diatur dalam Undang-Undang Jabatan Notaris dan
undang-undang lainnya.
Kewenangan notaris secara spesifik tercantum dalam pasal 15 Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, yang berbunyi sebagai
berikut:
“(1) Notaris berwenang membuat Akta autentik mengenai semua perbuatan,
perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-
undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk
dinyatakan dalam Akta autentik, menjamin kepastian tanggal
pembuatan Akta, menyimpan Akta, memberikan grosse, salinan dan
kutipan Akta, semuanya itu sepanjang pembuatan Akta itu tidak juga
ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang
ditetapkan oleh undang-undang.
(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Notaris
berwenang pula:
a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat
di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
b. membukukan surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku
khusus;
c. membuat kopi dari asli surat di bawah tangan berupa salinan yang
memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat
yang bersangkutan;
d. melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya;
e. memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan
Akta;
f. membuat Akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau
g. membuat Akta risalah lelang.
(3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
Notaris mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam peraturan
perundangundangan.”
Adapun salah satu kewenangan notaris yang tercantum dalam ketentuan
diatas yaitu kewenangan mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian
tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus atau biasa
disebut dengan legalisasi yang tercantum dalam pasal 15 ayat (2) huruf a.

[3]
A.T.C. Vol. (No.): page | DOI: ………….

Pengaturan Legalisasi secara lengkap diatur dalam pasal 1874 ayat (2)
KUHPerdata, yang berbunyi
“Dengan penandatanganan sepucuk tulisan di bawah tangan dipersamakan
suatu cap jempol, dibubuhi dengan pernyataan yang bertanggal dari seorang
notaris atau seorang pegawai lain yang ditunjuk oleh undang-undang dari
mana ternyata bahwa ia mengenal si pembubuh cap jempol, atau bahwa
orang ini telah diperkenalkan kepadanya, bahwa isinya akta telah dijelaskan
kepada orang itu, dan bahwa setelah itu cap jempol tersebut dibubuhkan di
hadapan pegawai tadi. Pegawai ini harus membukukan tulisan tersebut”.
Ketentuan tersebut menjadi landasan dan dasar tata cara pelaksanaan
legalisasi oleh Notaris.
Dalam pelaksanaan legalisasi, penting bagi notaris untuk menerapkan
prinsip kehati-hatian. Kehati-hatian berasal dari kata hati-hati (prudent). Prinsip
ini secara tidak langsung didasarkan pada kewajiban kepemilikan sifat saksama
yang tercantum dalam huruf a pasal 16 ayat (1) UU Jabatan Notaris. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, saksama adalah sifat teliti, cermat, tepat, dan
jitu[ Kamus Besar Bahasa Indonesia]. Sifat ini diperlukan mengingat banyaknya
permasalahan hukum terhadap perjanjian-perjanjian yang diakibatkan oleh causa
yang tidak halal dan tidak cakapnya para pihak dalam melaksanakan perjanjian.
Begitupula dalam legalisasi, dibutuhkan ketelitian agar akta yang dilakukan
legalisasi tidak menimbulkan permasalahan hukum nantinya. Oleh karena itu
notaris harus bertindak hati-hati lebih cermat serta teliti dalam memeriksa
dokumen maupun keterangan para pihak yang ingin melakukan legalisasi. Ia
harus meneliti semua fakta relevan terhadap apa yang didapatkannya,
kelengkapan dan keabsahan alat bukti yang dibutuhkan serta pernyataan para
penghadap yang didapatkan diluar maupun diterangkan pada akta yang hendak
dilakukan legalisasi olehnya, agar dapat meningkatkan kepastian hukum dan
tidak menimbulkan permasalahan hukum terhadap akta yang dibuatnya
dikemudian hari.
Kepastian hukum menjadi tujuan yang penting untuk dicapai guna
menciptakan hukum yang baik. Kepastian hukum adalah asas dalam negara
hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan,
kepatuhan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan negara. Dalam
hal ini, makna penyelenggaraan mencakup luas termasuk notaris dalam
menjalankan kewenangannya harus mengutamakan landasan peraturan
perundang-undangan, kepatuhan, dan keadilan. Untuk mencapai kepastian
hukum, maka hukum positif yang mengatur kepentingan-kepentingan manusia
dalam masyarakat harus selalu ditaati. Maka prinsip kehati-hatian penting untuk

[4]
Title of your article...
First Author, Second Author, & Third Author

diterapkan untuk tercapainya kepastian hukum atas akta dibawah tangan yang
dilakukan legalisasi oleh Notaris.
Akan tetapi dalam pelaksanaannya, masih terdapat ketidaksesuaian antara
regulasi dengan pelaksanaan. Masih minimnya pengaturan tentang legalisasi
menyebabkan kurangnya kepastian hukum terhadap kewenangan notaris
melakukan legalisasi. Selain itu, perlu dipertegasnya batasan tentang sejauh
mana notaris bertanggungjawab terhadap akta dibawah tangan yang dilakukan
legalisasi.

Research Problems
Berkaitan dengan Penerapan prinsip kehati-hatian terhadap kewenangan
notaris melakukan legalisasi, maka penulis tertarik melakukan pembahasan
dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan prinsip kehati-hatian terhadap kewenangan notaris
melakukan legalisasi?
2. Bagaimana akibat hukum terhadap notaris yang mengabaikan prinsip kehati-
hatian terhadap kewenangannya melakukan legalisasi?

[5]
A.T.C. Vol. (No.): page | DOI: ………….

Research Method
Penelitian ini dilakukan dengan metode yuridis normatif. Penelitian
yuridis normatif adalah penelitian hukum kepustakaan yang dilakukan yang
dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan kepustakaan atau data sekunder
belaka. (Soemitro, 1985). Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini ialah pendekatan perundang-undangan, yaitu pendekatan normatif yang
meneliti berbagai aturan hukum yang menjadi fokus suatu penelitian dan
pendekatan konseptual, yaitu jenis pendekatan dalam penelitian hukum yang
memberikan sudut pandung analisa penyelesaian permasalahan dalam penelitian
hukum dilihat dari aspek konsep-konsep hukum yang melatarbelakangi, atau
bahkan dapat dilihat dari nilai-nilai yang terkandung dalam penormaan sebuah
peraturan kaitannya dengan konsep-konsep yang digunakan.
Data yang digunakan ialah data sekunder yang bersumber dari: a. Badan
Hukum Primer, yaitu aturan hukum yang dibentuk dan/atau dibuat secara resmi
oleh suatu lembaga dan/atau badan-badan pemerintahan yang demi tegaknya
akan diupayakan berdasarkan daya paksa yang dilakukan secara resmi oleh
aparat negara, dalam penulisan ini meliputi:, Undang-Undang Jabatan Notaris. B.
Badan Hukum Sekunder, yaitu Seluruh informasi tentang hukum yang berlaku
atau yang pernah berlaku disuatu negeri, namun secara formil tidak dapat
dikategorikan sebagai hukum positif, dalam penelitian ini yaitu literatur dan
jurnal ilmiah. C. Badan Hukum Tersier, yaitu Bahan hukum yang memberikan
petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder, dalam penelitian ini yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Discussion
A. Penerapan prinsip kehati-hatian terhadap kewenangan notaris
melakukan legalisasi

Jabatan Notaris adalah jabatan yang sangat mulia. Menurut Tan Thong
Kie, seorang Notaris mempunyai kedudukan sebagai fungsionaris dalam
masyarakat hingga sekarang dirasakan masih disegani. Notaris dapat
dianggap sebagai seorang pejabat yang dapat memberikan nasihat yang
dapat diandalkan. Segala sesuatu yang dituliskan dan ditetapkannya adalah
benar, dikarenakan ia adalah pembuat dokumen yang kuat dalam proses
hukum (Kie, 444). Oleh karenanya orang-orang yang menyandang jabatan
tersebut dituntut untuk bersikap profesional dengan menjalankan tugas yang
berlandaskan kode etik dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
serta mengutamakan keahlian dalam menjalankan tugasnya. Keterangan-
keterangan yang diberikan olehnya dianggap dapat diandalkan dan

[6]
Title of your article...
First Author, Second Author, & Third Author

dibenarkan serta dipercayai tanda tangannya serta dapat memberi jaminan


dan bukti yang kuat terhadap produk-produk yang dibuat (Manuaba, dkk.
2018). Penerapan sifat-sifat jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan
menjaga kepentingan para pihak yang terkait menjadi landasan sikap yang
harus dimiliki dan diterapkan notaris dalam menjalankan jabatannya.

Namun dalam kenyataannya, sifat-sifat tersebut tidak sepenuhnya


dilaksanakan oleh para notaris, sehingga sering terjadi permasalahan hukum
terhadap produk-produk yang dibuat olehnya. Dalam kewenangan notaris
melakukan legalisasi atas suatu akta dibawah tangan, notaris dapat saja
menunjukan keberpihakkannya pada salah satu pihak dengan mengabaikan
sifat dan prinsip yang tercantum dalam UU Jabatan Notaris dan Kode Etik
Jabatan Notaris.

Prinsip kehati-hatian menjadi penting diterapkan dalam notaris


menjalankan tugas dan kewenangannya. Hal ini disebabkan oleh peran
notaris sebagai pejabat umum yang kewenangannya untuk meningkatkan
kepastian hukum. Maka sudah sewajarnya notaris harus menerapkan prinsip
kehati-hatian demi tercapainya kepastian hukum atas produk-produk yang
dibuat oleh notaris.

Adapun penerapan prinsip kehati-hatian dalam melakukan legalisasi


meliputi :

1. Melakukan Pengenalan Terhadap Identitas Penghadap

Sebelum melakukan pengesahan terhadap suatu akta dibawah


tangan, notaris dihadapkan oleh para pihak yang ingin melakukan
legalisasi. Tentunya para pihak tersebut adalah para pihak yang
namanya dicantumkan dalam akta yang akan dilegalisasi nantinya.
Maka sebelum melakukan pengesahan, notaris harus mengecek
identitas para pihak dengan mencocokkan identitas yang tercantum
dalam kartu identitas seperti KTP, KK, atau Pasport dengan identitas
yang tercantum dalam akta. Notaris juga wajib mencocokan foto
yang tercantum dalam kartu identitas dengan para pihak yang
hendak melakukan legalisasi untuk mencegah pemalsuan identitas
terhadap akta yang dilakukan legalisasi.

2. Membaca dengan cermat Akta Dibawah Tangan yang hendak


dilakukan Legalisasi olehnya

[7]
A.T.C. Vol. (No.): page | DOI: ………….

Ketentuan Pasal 1874 KUHPerdata mewajibkan pejabat umum


yang dalam hal ini notaris, untuk membacakan akta dibawah tangan
yang hendak dilakukan legalisasi olehnya. Membacakan ulang akta
dibawah tangan yang hendak dilakukan legalisasi oleh notaris
memiliki makna dan tujuan sebagai berikut :

a. Memastikan bahwa para pihak paham dan mengerti terhadap isi


akta yang hendak ditandatangani dan disahkan oleh notaris

Kewajiban notaris membacakan akta sebelum


dilakukannya penandatanganan oleh para pihak bertujuan
untuk memastikan para pihak telah mengerti dan paham serta
sepakat dengan isi akta tersebut. Hal ini dilakukan agar
meminimalisir masalah dikemudian hari yang mana salah satu
pihak merasa tidak mengetahui atau salah mempersepsikan
klausul-klausul yang tercantum dalam akta.

Ketentuan mengenai kewajiban membacakan akta


dihadapan para pihak dapat di kecualikan oleh pasal 16 ayat (7)
UU Jabatan Notaris, yang berbunyi “

“Pembacaan Akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf m tidak wajib dilakukan, jika penghadap
menghendaki agar Akta tidak dibacakan karena penghadap
telah membaca sendiri, mengetahui, dan memahami
isinya, dengan ketentuan bahwa hal tersebut dinyatakan
dalam penutup Akta serta pada setiap halaman Minuta
Akta diparaf oleh penghadap, saksi, dan Notaris.”

Oleh atas ketentuan tersebut, pembacaan akta pada


Legalisasi tidak wajib dilakukan dan dikehendaki untuk
langsung dilanjutkan pada penandatanganan akta. Apabila para
pihak menghendaki agar tidak dibacakan akta tersebut, maka
wajib dinyatakan dalam penutup akta serta pada setiap halaman
Minuta Akta yang diparaf oleh penghadap, saksi, dan Notaris.

b. Membaca isi akta dan mengecek untuk meminimalisir terjadinya


permasalahan hukum di kemudian hari

Sebelum melakukan pengesahan atas suatu akta dibawah


tangan, notaris diwajibkan untuk membacakan isi akta tersebut.
Maka kesempatan tersebut harus dimanfaatkan oleh notaris

[8]
Title of your article...
First Author, Second Author, & Third Author

untuk dapat memeriksa isi akta tersebut, apakah melanggar


peraturan perundang-undangan dan/atau ketertiban umum atau
tidak.

Apabila isi akta tersebut mempunyai potensi melanggar


peraturan perundang-undangan dan/atau ketertiban umum
apabila ditandatangani, maka notaris dapat melakukan
penolakan untuk melakukan Legalisasi. Ketentuan notaris dapat
menolak memberikan pelayanan diatur dalam penjelasan pasal
16 ayat (1) huruf e UU Jabatan Notaris, yang menyatakan bahwa
alasan notaris untuk menolak memberikan pelayanan, yaitu
alasan yang mengakibatkan Notaris tidak berpihak, seperti
adanya hubungan darah atau semenda dengan Notaris sendiri
atau dengan suami/istrinya, salah satu pihak tidak mempunyai
kemampuan bertindak untuk melakukan perbuatan, atau hal
lain yang tidak dibolehkan oleh undang-undang. Apabila notaris
mengetahui terdapat isi akta seperti dalam alasan yang
tercantum pada Penjelasan pasal 16 ayat (1) huruf e UU Jabatan
Notaris tersebut, maka notaris dapat menolak untuk
memberikan pelayanan berupa Legalisasi.

R. Soegondo Notodisoerjo memberikan pandangan


terhadap alasan-alasan notaris untuk menolak memberikan
pelayanan. yang juga dapat dikaitkan dalam kewenangan notaris
melakukan legalisasi, yaitu pada salah satu poinnya yang
berbunyi: “Apabila karena pemberian jasa tersebut, Notaris
melanggar sumpahnya atau melakukan perbuatan melanggar
hukum”

Ketika notaris melakukan legalisasi, sangat mungkin


untuk notaris melanggar sumpahnya atau melakukan perbuatan
melanggar hukum. Sebagai contoh, notaris dapat melakukan
legalisasi padahal ia mengetahui bahwa isi dari akta tersebut
berpotensi merugikan salah satu pihak. Apabila itu terjadi, maka
notaris tersebut wajib menolak untuk memberikan pelayanan.

Setelah notaris menolak untuk memberikan Legalisasi,


notaris wajib untuk memberikan nasihat hukum. Hal ini sesuai
dengan ketentuan pasal 15 ayat (2) huruf e UU jabatan Notaris,
yaitu kewenangan notaris untuk menjadi penyuluh hukum yang
berkaitan dengan pembuatan akta. Ia berhak untuk memberikan

[9]
A.T.C. Vol. (No.): page | DOI: ………….

nasihat hukum kepada para penghadap agar akta yang hendak


dilakukan legalisasi olehnya tidak melanggar baik peraturan
perundang-undangan maupun ketertiban umum yang berlaku.

3. Memenuhi teknik Legalisasi

Dalam melakukan legalisasi terhadap suatu akta dibawah


tangan, notaris wajib mengetahui dan menerapkan teknik Legalisasi
dengan baik dan benar. Hal ini penting untuk diterapkan notaris,
untuk meminimalisir permasalahan di kemudian hari. Apabila
terdapat kekurangan terhadap pernyataan pengesahan yang
dilakukan oleh notaris, maka esensi dari legalisasi untuk
mengesahkan dan memastikan tanggal dan identitas penandatangan
menjadi kurang dan notaris wajib bertanggungjawab atas
keteledoran tersebut.

Adapun dalam melakukan Legalisasi, notaris wajib memberikan


pernyataan yang isinya adalah sebagai berikut:

a. Judul Legalisasi

Judul Legalisasi menjadi pernyataan awal akan


dilakukannya Legalisasi atas suatu akta dibawah tangan.

b. Nomor Legalisasi

Nomor Legalisasi adalah nomor yang ditentukan oleh


notaris berdasarkan urutan dilakukannya Legalisasi atau
pelayanan. Nomor tersebut nantinya akan dicatatkan dalam
buku yang dipersiapkan oleh notaris.

c. Pernyataan melihat dan mengesahkan

Pernyataan ini adalah inti dari dilakukannya Legalisasi,


yaitu pernyataan bahwa Notaris melihat dan mengesahkan
tanda tangan. Pernyataan tersebut menjadi bukti otentik
yang dikeluarkan oleh notaris, bahwa penandatanganan
akta dilakukan dihadapan notaris secara langsung.

d. Identitas para penghadap secara lengkap

Dalam melakukan Legalisasi atas suatu akta dibawah


tangan, diperlukan pencatatan identitas yang lengkap bagi
para penghadap yang hendak mengajukan pengesahan oleh

[10]
Title of your article...
First Author, Second Author, & Third Author

notaris. Adapun identitas yang tercatat wajib disesuaikan


dengan kartu identitas yang diserahkan kepada notaris.

e. Tanggal dan waktu penandatanganan

Perlunya mencantumkan tanggal dan waktu


penandatanganan agar tanggal dan waktu penandatanganan
akta tercatat dan dapat menjadi bukti yang kuat. Tanggal
dan waktu penandatanganan harus disesuaikan dengan
tanggal dan waktu dilakukannya legalisasi secara real time.

f. Tanda tangan Notaris.

Notaris wajib menandatangani pernyataan legalisasi


yang dicantumkan dalam akta dibawah tangan yang hendak
dilegalisasi. Tanda tangan tersebut menjadi bukti otentik
bahwa notaris telah melakukan legalisasi atas suatu akta
dibawah tangan tersebut.

Keenam unsur tersebut menjadi penting untuk dinyatakan


secara tegas terhadap akta yang dilakukan legalisasi oleh notaris,
untuk memenuhi ketentuan legalisasi dalam Pasal 1874 KUHPerdata
dan menjadi bukti yang kuat apabila dipermasalahkan di kemudian
hari.

4. Melakukan pembukuan terhadap proses legalisasi

Setelah dilakukannya legalisasi, notaris wajib melakukan


mencatatkan legalisasi terhadap suatu akta dibawah tangan kedalam
buku khusus yang telah disediakan oleh notaris. Hal ini tercantum
dalam kata “mendaftar dalam buku khusus” yang tertulis dalam Pasal
15 ayat (2) huruf a UU Jabatan Notaris yang mengatur tentang
kewenangan Notaris. Proses pembukuan tersebut dimaksudkan agar
penyusunan daftar akta yang dilegalisasi oleh notaris dapat tersusun
rapi serta tersimpan dengan baik apabila suatu hari dibutuhkan
untuk proses pembuktian.

Dalam melakukan pembukuan, penting bagi notaris untuk


menerapkan prinsip kehati-hatian. Setiap yang dicatat dan
dibukukan oleh notaris, harus sesuai dengan apa yang terjadi dalam
prakteknya. Oleh karenanya notaris harus teliti dalam mengamati
proses legalisasi dan kemudian mencatat serta menyimpan segala
yang diperlukan untuk proses pembukuan. Apabila notaris tidak bisa

[11]
A.T.C. Vol. (No.): page | DOI: ………….

memenuhi itu, maka dapat berakibat baik bagi proses pembuktian


akta dan melanggar kewajiban notaris untuk menyimpan protokol
notaris dengan baik.

Berdasarkan uraian pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa


penerapan prinsip kehati-hatian terhadap kewenangan notaris melakukan
legalisasi dapat dilakukan dengan melakukan pengenalan terhadap identitas
penghadap, membaca dengan cermat akta dibawah tangan yang hendak
dilakukan legalisasi, memenuhi teknik legalisasi, dan melakukan proses
pembukuan terhadap proses legalisasi.

B. Akibat hukum terhadap notaris yang mengabaikan prinsip kehati-


hatian terhadap kewenangannya melakukan legalisasi

Notaris dalam melaksanakan kewenangannya tidak luput dari kesalahan


atau kekeliruan yang disebabkan karena perilaku yang tidak profesional
sehingga terjadi permasalahan dalam setiap produk yang dikeluarkannya
(Rahman, 2018). Sebagai pejabat umum yang diberikan tugas-tugas dan
kewenangan yang dapat meningkatkan kepastian hukum atas akta yang
dibuatnya, Notaris seringkali bertindak tidak hati-hati yang dapat
mengakibatkan permaslahan hukum, baik dalam ranah hukum pidana
maupun hukum perdata, yang disebabkan para pihak memberikan dokumen
atau keterangan yang palsu, atau bahkan notaris yang bersikap tidak jujur
dan adil bagi para pihak, sehingga menimbulkan permasalahan hukum
terhadap produk-produk yang dikeluarkannya.

Notaris harus selalu bertanggung jawab apabila hendak melakukan


tugas jabatannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tanggung Jawab
adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya yang mana kalau
terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya.
Tanggung jawab juga dimaknai sebagai fungsi menerima pembebanan,
sebagai akibat sikap pihak sendiri atau pihak lain. Hans Kelsen memberikan
pengertian mengenai tanggung jawab hukum secara rinci. Dalam teorinya
tentang tanggung jawab hukum menyatakan bahwa :

“Seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu


atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, subyek berarti bahwa dia
bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang
bertentangan”. (Hans Kelsen, 2007)

[12]
Title of your article...
First Author, Second Author, & Third Author

Lebih lanjut, Hans Kelsen menyatakan bahwa:

“Kegagalan untuk melakukan kehati-hatian yang diharuskan oleh hukum


disebut kekhilafan (negligence); dan kekhilafannya biasanya dipandang
sebagai suatu jenis lain dari kesalahan (culpa), walaupun tidak sekeras
kesalahan yang terpenuhi karena mengantisipasi dan menghendaki, dengan
atau tanpa maksud jahat, akibat yang membahayakan” (Hans Kelsen,
2007:)

Jika teori tanggung jawab di kaitkan dengan tanggung jawab notaris


dalam melakukan legalisasi, maka secara umum notaris bertanggung jawab
untuk melakukan legalisasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan nilai-nilai ketertiban umum yang berlaku. Jika notaris tersebut
melakukan hal-hal yang bertentangan, maka ia dapat dituntut,
dipersalahkan, diperkarakan, serta harus bertanggung jawab atas sanksi yang
didapatkannya baik secara jabatannya maupun secara moral.

Notaris adalah pejabat umum sekaligus profesi hukum yang


berhubungan dengan banyak orang. Tidak dipungkiri, bahwa orang-orang
yang memilih menduduki profesi notaris menjadikan notaris sebagai mata
pencaharian untuk menghidupi baik dirinya maupun keluarganya.
Pernyataan tersebut sering membuat notaris mendapat masalah,
dikarenakan menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan keuntungan
pribadinya. Permasalahan yang berpotensi didapatkan oleh notaris dalam
melakukan legalisasi ialah:

1. Akta dilegalisasi dengan kondisi para pihak tidak berhadapan;

2. Data identitas dari salah satu pihak dalam akta dianggap tidak benar
atau dianggap memberikan keterangan palsu;

3. Tanggal yang tertulis tidak sesuai dengan tanggal dilakukannya


penandatanganan

4. Tanda tangan salah satu pihak yang ada dalam akta yang dilakukan
legalisasi dipalsukan; atau

5. Penghadap menggunakan identitas orang lain.

Dalam perspektif hukum acara, akta dibawah tangan mempunyai


kekuatan pembuktian yang sempurna apabila tanda tangan akta tersebut
diakui keberadaannya oleh para pihak. Maka apabila akta tersebut disangkal
keberadaannya oleh para pihak, kekuatan pembuktiannya berubah menjadi

[13]
A.T.C. Vol. (No.): page | DOI: ………….

bebas yang artinya sesuai dengan keyakinan hakim. Ia dapat menyatakan


apakah akta tersebut benar dan berlaku atau dinyatakan batal demi hukum,
dengan didasarkan pada bukti-bukti yang dilekatkan kepadanya. Akta
tersebut dapat dinyatakan batal demi hukum ataupun dapat dibatalkan.

Akta dibawah tangan dinyatakan batal demi hukum apabila terdapat


syarat obyektif yang tidak sah. Apabila akta dibawah tangan dinyatakan batal
demi hukum maka akta tersebut dapat dianggap tidak pernah ada dan
perbuatan hukum yang dilakukannya tidak mempunyai akibat hukum.
Keputusan batal demi hukum dapat dinyatakan oleh pengadilan putusan
pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

Selain itu, akta dibawah tangan juga bisa diberikan sanksi dapat
dibatalkan. Akta dibawah tangan dapat dinyatakan dapat dibatalkan jika
terdapat syarat subyektif yang tidak sah. Pembatalannya tergantung pada
para pihak tertentu yang dapat menyebabkan perbuatan hukum tersebut
dapat dibatalkan. Namun akta yang mempunyai sanksi dapat dibatalkan,
tetap berlaku dan mengikat selama belum ada putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap yang membatalkan akta tersebut.

Dasar pemeriksaan perkara di pengadilan diperlukan agar dapat


mengungkap kebenaran melalui proses pembuktian dalam pengadilan. Yang
dimaksud dalam pembuktian ialah meyakinkan majlis hakim tentang dalil-
dalil yang dikemukakan dalam suatu persengketaan atau menurut pengertian
yang lain adalah kemampuan penggugat atau tergugat memanfaatkan
hukum pembuktian untuk mendukung dan membenarkan hubungan hukum
dan peristiwa-peristiwa yang didalilkan dalam hubungan hukum yang
diperkarakan.(Prastomo, 2017)

Kewenangan notaris melakukan legalisasi hadir dalam rangka untuk


meningkatkan kekuatan pembuktian atas suatu akta dibawah tangan serta
meyakinkan hakim tentang dalil-dalil yang dikemukakan, walaupun hanya
sebatas terhadap beberapa aspek. Dengan mendasarkan ketentuan pasal 1874
KUHPerdata yang mengatur tentang tatacara melakukan legalisasi, maka
seharusnya dapat meningkatkan kekuatan pembuktian atas suatu akta
dibawah tangan dengan memberi kepastian hukum terhadap kebenaran
syarat subyektif atas suatu perbuatan hukum. Adapun syarat subyektif
tersebut berupa kesepakatan untuk menyelenggarakan suatu perjanjian
dapat diatasi dengan keterangan notaris mengesahkan tanda tangan setelah
dilakukannya pembacaan isi akta, serta kecakapan untuk membuat perikatan

[14]
Title of your article...
First Author, Second Author, & Third Author

dapat diatasi dengan verifikasi identitas yang dilakukan oleh para pihak
kepada notaris melalui kartu identitas yang sah.

Dengan dilegalisasinya suatu akta dibawah tangan, maka hakim telah


memperoleh kepastian akibat hukum mengenai tanggal dan identitas dari
para yang menyelenggarakan perjanjian serta tanda tangan yang dibubuhkan
pada perjanjian tersebut adalah benar dari tanda tangan yang namanya
tercantum dalam para pihak. Orang-orang yang namanya tercantum dalam
akta tersebut tidak dapat lagi mengingkari atau mengatakan tidak
mengetahui isi akta tersebut, karena isinya telah dijelaskan dan dibacakan
sebelum para pihak menandatangani akta tersebut dihadapan saksi-saksi
yang notaris kenal.

Namun dalam melakukan legalisasi, seringkali notaris mengabaikan


prinsip kehati-hatian. Notaris seringkali melakukan kesalahan dengan salah
mengenal identitas para penghadap, atau bahkan notaris dengan sengaja
memberikan keterangan palsu untuk menguntungkan salah satu pihak. Maka
jika terdapat penghadap yang dirugikan karena kesalahan dan kelalaian
notaris tersebut, para penghadap dapat mengajukan ganti rugi. Maka
terdapat upaya hukum yang dapa ditempuh oleh para penghadap untuk
mengajukan ganti rugi sebagai akibat dari kelalaian notaris. Upaya hukum
tersebut adalah sebagai berikut:

1. Apabila terhadap penghadap yang dirugikan sebagai akibat dari


kelalaian notaris dalam menjalankan kewenangannya, maka
penghadap tersebut dapat mengajukan gugatan menuntut ganti rugi,
biaya-biaya, dan bunga melalui pengadilan negeri

2. Upaya hukum lainnya dapat dilakukan dengan mengajukan laporan


kepada Majelis Pengawas Daerah, agar notaris yang bersangkutan
dikenai sanksi administratif. (Hutama, 2012)

Proses penjatuhan sanksi administratif yang dijatuhkan oleh Majelis


Pengawas diatur dalam Kode Etik jabatan Notaris, yang poin-poin dan
intinya adalah sebagai berikut (Rahman, 2018):

a) Dewan Kehormatan Daerah/Dewan Kehormatan Wilayah/ Dewan


Kehormatan Pusat dapat mencari fakta atas pelanggaran kode etik
oleh anggota perkumpulan atau setelah menerima pengaduan
tertulis dari anggota perkumpulan atau orang lain disertai bukti-
bukti yang meyakinkan

[15]
A.T.C. Vol. (No.): page | DOI: ………….

b) Setelah menemukan fakta-fakta dugaan pelanggaran kode etik,


selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari Dewan
Kehormatan Wajib memanggil secara tertulis anggota yang
bersangkutan untuk memastikan terjadinya pelanggaran kode etik.
Pemanggilan dilaksanakan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari
kerja sebelum tanggal pemeriksaan. Apabila anggota yang
bersangkutan tidak hadir, Dewan Kehormatan yang memeriksa
memanggil secara tertulis kembali anggota yang bersangkutan
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah pemanggilan
pertama. Apabila kembali tidak hadir, Dewan Kehormatan dapat
memanggil kembali untuk ketiga kalinya selambat-lambatnya 14
(empat belas) hari kerja setelah pemanggilan kedua. Apabila anggota
yang bersangkutan tetap tidak hadir kedalam persidangan, maka
Dewan Kehormatan yang memeriksa tetap menyelenggarakan sidang
dan menentukan dan/atau menjatuhkan sanksi

c) Berdasarkan hasil pemeriksaan, dibuat berita acara pemeriksaan


yang ditandatangani oleh anggota yang bersangkutan dan Dewan
Kehormatan yang memeriksa. Apabila anggota yang bersangkutan
tidak bersedia menandatangani, maka cukup ditandatangani Dewan
Kehormatan yang memeriksa

d) Dewan kehormatan yang memeriksa, selambat-lambatnya dalam


waktu 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal sidang terakhir,
diwajibkan untuk mengambil keputusan atas hasil pemeriksaan dan
menentukan sanksi terhadap pelanggarnya apabila terbukti ada
pelanggaran yang dituangkan kedalam Surat keputusan. Apabila
anggota yang bersangkutan tidak terbukti melakukan pelanggaran,
maka anggota tersebut dipulihkan namanya dengan Surat Keputusan
Dewan Kehormatan yang memeriksa

e) Dewan Kehormatan yang memeriksa wajib mengirimkan surat


keputusan tersebut kepada anggota yang diperiksa dengan surat
tercatat dan tembusannya kepada Pengurus Pusat, Dewan
Kehormatan Pusat, Pengurus Wilayah, Dewan Kehormatan Wilayah,
Pengurus Daerah, dan Dewan Kehormatan Daerah.

f) Apabila sanksi diputuskan dalam Kongres, wajib diberitahukan


dalam kongres kepada anggota yang diperiksa dengan surat tercatat
dan tembusannya kepada Pengurus Pusat, Dewan Kehormatan

[16]
Title of your article...
First Author, Second Author, & Third Author

Pusat, Pengurus Wilayah, Dewan Kehormatan Wilayah, Pengurus


Daerah, dan Dewan Kehormatan Daerah.

g) Permohonan banding dilakukan oleh anggota yang bersangkutan


dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja, setelah tanggal penerimaan
Surat Keputusan penjatuhan sanksi dari Dewan Kehormatan
Daerah/Dewan Kehormatan Wilayah. Permohonan banding dikirim
dengan surat tercatat atau dikirim langsung oleh anggota yang
bersangkutan kepada Dewan Kehormatan Pusat dan tembusannya
kepada Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, Dewan Kehormatan
Wilayah, Pengurus Daerah, dan Dewan Kehormatan Daerah.

h) Dewan Kehormatan yang memutus sanksi selambat-lambatnya


dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah menerima surat
tembusan permohonan banding wajib mengirim semua salinan/foto
copy berkas pemeriksaan kepada Dewan Kehormatan Pusat

i) Setelah menerima permohonan banding, Dewan Kehormatan Pusat


wajib memanggil anggota yang mengajukan banding, selambat-
lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah menerima
permohonan banding untuk didengar keterangan dan diberi
kesempatan untuk membela diri dalam sidang Dewan Kehormatan
Pusat

j) Dewan Kehormatan Pusat wajib memutuskan permohonan banding


selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja setelah
anggota yang bersangkutan diperiksa pada sidang terakhir. Apabila
anggota yang dipanggil tidak hadir, maka Dewan Kehormatan Pusat
tetap akan memutuskan dalam waktu yang sudah ditentukan.

k) Dewan Kehormatan Pusat wajib mengirimkan surat keputusan


tersebut kepada anggota yang diperiksa dengan surat tercatat dan
tembusannya kepada Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, Dewan
Kehormatan Wilayah, Pengurus Daerah, dan Dewan Kehormatan
Daerah selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja
setelah tanggal surat keputusan.

l) Apabila banding diajukan kepada kongres, maka permohonan


banding dilakukan oleh anggota yang bersangkutan dalam waktu 30
(tiga puluh) hari kerja sebelum kongres diselenggarakan.
Permohonan banding dikirim dengan surat tercatat atau dikirim
langsung oleh anggota yang bersangkutan kepada Presidium kongres

[17]
A.T.C. Vol. (No.): page | DOI: ………….

melalui Sekretariat Pengurus Pusat dan tembusannya kepada


Pengurus Pusat, Dewan Kehormatan Pusat, Pengurus Wilayah,
Dewan Kehormatan Wilayah, Pengurus Daerah, dan Dewan
Kehormatan Wilayah.

m) Dewan Kehormatan yang memutus sanksi selambat-lambatnya


dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah menerima surat
tembusan permohonan banding wajib mengirim semua salinan/foto
copy berkas pemeriksaan kepada Presidium melalui Sekretariat
Pengurus Pusat.

n) Kongres wajib mengagendakan pemeriksaan terhadap anggota yang


mengajukan banding untuk didengar keterangannya dan diberi
kesempatan untuk membela diri dalam kongres. Kongres juga wajib
memutuskan permohonan banding dalam kongres tersebut. Apabila
anggota yang mengajukan banding tidak hadir dalam kongres, maka
kongres tetap akan memutuskan permohonan banding tersebut.
Kongres melalui Dewan Kehormatan Pusat wajib mengirimkan surat
keputusan kepada anggota yang diperiksa dengan surat tercatat dan
tembusannya kepada Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, Dewan
Kehormatan Wilayah, Pengurus Daerah, dan Dewan Kehormatan
Daerah

o) Keputusan Sanksi mempunyai kekuatan hukum tetap dalam hal:

a.Anggota dikenakan sanksi berupa teguran dan peringatan;

b.Anggota dikenakan sanksi berupa pemberhentian sementara atau


pemberhentian dengan hormat atau pemberhentian dengan tidak
hormat dari anggota Perkumpulan, menerima putusan tersebut
dan tidak mengajukan banding dalam waktu yang telah
ditentukan;

c.Dewan kehormatan Pusat/Kongres telah mengeluarkan keputusan


sanksi tingkat banding.

Meskipun Legalisasi dapat meningkatkan kekuatan pembuktian atas


suatu akta dibawah tangan, namun tetap saja pada dasarnya dilakukan
legalisasi atas suatu akta dibawah tangan tidak mengubah kedudukan suatu
akta dibawah tangan menjadi akta otentik. Akibat hukum dari akta dibawah
tangan, yaitu pembuktiannya bergantung pada apakah keberadaan akta
tersebut disangkal atau diingkari oleh para pihak. Jika tanda tangan para

[18]
Title of your article...
First Author, Second Author, & Third Author

pihak disangkal atau diingkari, maka kekuatan materiil dan formilnya dapat
menjadi lenyap. Akta dibawah tangan yang dilakukan legalisasi memiliki
kekuatan pembuktian yang lebih kuat dari akta dibawah tangan yang tidak
dilakukan legalisasi. Hal ini dikarenakan akta dibawah tangan yang
dilakukan legalisasi ditandatangani dihadapan Notaris atau Pejabat Umum
yang berwenang. Oleh jika ada akta notaris yang dipersalahkan, maka
Notaris terkadang dipanggil untuk menjadi saksi. Bahkan tidak jarang notaris
diturutsertakan menjadi tersangka atau pihak ikut yang membantu
melakukan tindakan pemalsuan atas akta yang diterbitkan notaris. (Adjie,
2008)

Berdasarkan uraian pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa


akibat hukum terhadap notaris yang mengabaikan prinsip kehati-hatian
terhadap kewenangannya melakukan legalisasi, adalah akta yang dilakukan
legalisasinya dapat dinyatakan batal demi hukum atau dapat dibatalkan yang
dinyatakan oleh pengadilan melalui putusan pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum tetap. Notaris yang mengabaikan prinsip kehati-hatian juga
dapat dituntut upaya hukum oleh penghadap yang dirugikan berupa gugatan
menuntut ganti rugi, biaya-biaya, dan bunga melalui pengadilan dan
mengajukan laporan kepada Majelis Pengawas Daerah agar notaris yang
bersangkutan dikenai sanksi administratif.

[19]
A.T.C. Vol. (No.): page | DOI: ………….

Conclusion
Berdasarkan hasil penelitian penulis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. penerapan prinsip kehati-hatian terhadap kewenangan notaris melakukan
legalisasi dapat dilakukan dengan melakukan pengenalan terhadap identitas
penghadap, membaca dengan cermat akta dibawah tangan yang hendak
dilakukan legalisasi, memenuhi teknik legalisasi, dan melakukan proses
pembukuan terhadap proses legalisasi.
2. akibat hukum terhadap notaris yang mengabaikan prinsip kehati-hatian
terhadap kewenangannya melakukan legalisasi, adalah akta yang dilakukan
legalisasinya dapat dinyatakan batal demi hukum atau dapat dibatalkan yang
dinyatakan oleh pengadilan melalui putusan pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum tetap. Notaris yang mengabaikan prinsip kehati-hatian juga
dapat dituntut upaya hukum oleh penghadap yang dirugikan berupa gugatan
menuntut ganti rugi, biaya-biaya, dan bunga melalui pengadilan dan
mengajukan laporan kepada Majelis Pengawas Daerah agar notaris yang
bersangkutan dikenai sanksi administratif.
Suggestions
1. Perlunya menerap prinsip kehati-hatian oleh notaris dengan ketat, agar tidak
menimbulkan permasalahan hukum terhadap akta yang dilakukan legalisasi
olehnya di kemudian hari.
2. Perlu adanya aturan hukum yang mengatur secara tegas tentang sejauh mana
notaris bertanggung jawab atas akta dibawah tangan yang dilakukan legalisasi
olehnya.
References
Buku:

Adjie, Habib. (2008). Hukum Notaris di Indonesia-Tafsiran Tematik Terhadap


UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. Bandung: PT Refika
Aditama
Ali, Achmad. (2015). Menguak Tabir Hukum. Jakarta: Kencana.
Andasasmita, I Komar. (1981). Notaris Jilid I. Bandung: Sumur Bandung.

[20]
Title of your article...
First Author, Second Author, & Third Author

Kelsen, Hans. (2007). Sebagaimana diterjemahkan oleh Somardi, General Theory


Of law and state, Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu
Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif Empirik. Jakarta: BEE
Media Indonesia.
Kie, Tan Thong. (2007). Studi Notariat dan Serba Serbi Praktik Notaris. Jakarta:
Ichtiar Baru
Notodisoerjo, Soegondo. (1982). Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan.
Jakarta: Rajawali
Soemitro, Hanitijo. (1985). Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Subekti, R. dkk. (2014). Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta: Balai
Pustaka
Tutik, Titik Triwulan. (2008). Hukum Perdata Dalam System Hukum Nasional.
Surabaya: Kencana.

Jurnal:
Manuaba, Ida Bagus Paramaningrat., Parsa, I Wayan., Ariawan, I Gusti Ketut.
(2018). Prinsip Kehati-hatian Notaris Dalam Membuat Akta Autentik.
Acta Comitas. 1 (59). 4, 8, 10-11
Prastomo, Dimas Agung. (2017). Akibat Hukum Akta Di Bawah Tangan Yang
Dilegalisasi Oleh Notaris. Jurnal Akta. 4 (4). 9-10
Pratama, Brilian., Warsito, Happy., Adriansyah, Herman. (2022). Prinsip Kehati-
hatian Dalam Membuat Akta Oleh Notaris. Repertorium. 11 (1). 8.
Rahman, Fikri Ariesta. (2018). Penerapan Prinsip Kehati-hatian Notaris Dalam
Mengenal Para Penghadap. Lex Renaissance. 3 (2). 10-14.
Salamah, Sania., Irianto, Agung. (2019). Prinsip Kehati-hatian dan Tanggung
Jawab Notaris Dalam Membuat Akta Berdasarkan Pasal 16 Ayat (1) Huruf
a. Undang-Undang Jabatan Notaris (Studi Kasus Putusan Nomor 457
PK/Pdt/2019). Jurnal Kemahasiswaan Hukum dan Penelitian Imanot. 2
(02). 3-4

[21]

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy