Gerry Akbarhananta Putra - R1
Gerry Akbarhananta Putra - R1
Gerry Akbarhananta Putra - R1
Abstrak
Notaris memiliki kewenangan untuk membuat akta autentik, selain itu, notaris juga memiliki kewenangan
lainnya, diantaranya melakukan legalisasi. Penelitian ini membahas bagaimana penerapan Prinsip kehati-
hatian dan akibat hukum apabila Notaris mengabaikan Prinsip kehati-hatian terhadap kewenangan Notaris
Dalam Melakukan Legalisasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan Prinsip kehati-
hatian Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dan menggunakan data sekunder.
Hasil penelitian ini yaitu Notaris wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dengan cara Melakukan
Pengenalan Terhadap Identitas Penghadap, Membaca dengan cermat Akta yang hendak dilakukan
Legalisasi, memenuhi teknik Legalisasi, dan melakukan pembukuan terhadap proses legalisasi. Adapun
akibat hukum apabila notaris mengabaikan asas kehati-hatian, ialah akta yang dilakukan legalisasi dapat
dinyatakan batal demi hukum atau dapat dibatalkan yang dinyatakan oleh pengadilan. Notaris juga dapat
dituntut upaya hukum oleh penghadap yang dirugikan berupa gugatan melalui pengadilan dan mengajukan
laporan kepada Majelis Pengawas Daerah agar notaris yang bersangkutan dikenai sanksi administratif.
Kata kunci: Prinsip kehati-hatian, Legalisasi, Akta Dibawah Tangan, Notaris, dan Kepastian Hukum
Introduction
Indonesia adalah Negara Hukum (Rechtstaat), seasas dengan negara-
negara eropa kontinental. hal ini dibuktikan dengan Undang-Undang Dasar 1945
pasal 1 ayat (3) yang berbunyi “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”.
Tentunya Negara Hukum yang menjamin tinggi supremasi hukum, yang
terefleksi dalam penegakkan hukum (enforcement of law) dan keadilan (equality)
berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(Tutik, 2008). Maksud dari Negara hukum tersebut adalah segala pelaksanaan
maupun tindakan dari badan dan/atau pejabat pemerintahan harus berdasarkan
A.T.C. Vol. (No.): page | DOI: ………….
pada hukum, dimana dalam suatu negara hukum harus terdapat peraturan
tertulis yang dibuat oleh badan/pejabat yang berwenang untuk mengatur tingkah
laku masyarakat tersebut dan dan mempunyai sanksi yang tegas serta bersifat
mengikat dan memaksa untuk mengkaji permasalahan dalam negara hukum.
Pada intinya, negara hukum menempatkan hukum sebagai sebagai dasar aturan
dalam penyelenggaraan negara, pemerintahan dan kemasyarakatan. Hukum
sendiri merupakan kumpulan, aturan perundang-undangan atau hukum
kebiasaan, dimana satu negara atau masyarakat mengakuinya sebagai sesuatu
yang mengikat terhadap warganya (Ali, 2015).
Dalam kehidupan bermasyarakat, hubungan antara orang dan orang akan
selalu menyangkut hak dan kewajiban melalui perjanjian baik yang dilaksanakan
secara tertulis maupun tidak tertulis. Namun dalam pelaksanaannya seringkali
menimbulkan pelanggaran yang menimbulkan peristiwa hukum. Begitu juga
pada akta yang pada praktiknya, akta dimanfaatkan untuk mencatatkan peristiwa
hukum dan tanda tangani oleh para pihak yang bersangkutan. Akta adalah
tulisan khusus yang dibuat agar menjadi suatu alat bukti tertulis. Akta sendiri
dibedakan menjadi dua yaitu, Akta Otentik dan Akta Bawah Tangan
(Andasasmita, 1981). Penjelasan tentang akta dibawah tangan tercantum dalam
pasal 1874 KUHPerdata, yang berbunyi:
“Yang dianggap sebagai tulisan di bawah tangan adalah akta yang
ditandatangani di bawah tangan, surat, daftar, surat urusan rumah tangga
dan tulisan-tulisan yang lain yang dibuat tanpa perantaraan seorang
pejabat umum.”
Pada ketentuan tersebut dijelaskan bahwa Akta dibawah tangan
ditandatangani secara bawah tangan yang artinya dibuat oleh para pihak itu
sendiri tanpa perantara pejabat umum yang dalam hal ini oleh Notaris. Artinya
dibuatnya akta dibawah tangan mewakili kepentingan para pihak secara
langsung. Meski begitu, akta dibawah tangan tetap dapat pengesahan secara
langsung oleh notaris agar dinyatakan sebagai akta yang dapat
dipertanggungjawabkan secara formil.
Notaris adalah salah satu profesi hukum yang memiliki tugas dan
kewenangan untuk memberikan pelayanan dan konsultasi hukum kepada
masyarakat yang membutuhkannya. Pengertian Notaris tercantum dalam pasal 1
angka 1 UU Jabatan Notaris, yang berbunyi:
“Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta
autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam
UndangUndang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya”
[2]
Title of your article...
First Author, Second Author, & Third Author
[3]
A.T.C. Vol. (No.): page | DOI: ………….
Pengaturan Legalisasi secara lengkap diatur dalam pasal 1874 ayat (2)
KUHPerdata, yang berbunyi
“Dengan penandatanganan sepucuk tulisan di bawah tangan dipersamakan
suatu cap jempol, dibubuhi dengan pernyataan yang bertanggal dari seorang
notaris atau seorang pegawai lain yang ditunjuk oleh undang-undang dari
mana ternyata bahwa ia mengenal si pembubuh cap jempol, atau bahwa
orang ini telah diperkenalkan kepadanya, bahwa isinya akta telah dijelaskan
kepada orang itu, dan bahwa setelah itu cap jempol tersebut dibubuhkan di
hadapan pegawai tadi. Pegawai ini harus membukukan tulisan tersebut”.
Ketentuan tersebut menjadi landasan dan dasar tata cara pelaksanaan
legalisasi oleh Notaris.
Dalam pelaksanaan legalisasi, penting bagi notaris untuk menerapkan
prinsip kehati-hatian. Kehati-hatian berasal dari kata hati-hati (prudent). Prinsip
ini secara tidak langsung didasarkan pada kewajiban kepemilikan sifat saksama
yang tercantum dalam huruf a pasal 16 ayat (1) UU Jabatan Notaris. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, saksama adalah sifat teliti, cermat, tepat, dan
jitu[ Kamus Besar Bahasa Indonesia]. Sifat ini diperlukan mengingat banyaknya
permasalahan hukum terhadap perjanjian-perjanjian yang diakibatkan oleh causa
yang tidak halal dan tidak cakapnya para pihak dalam melaksanakan perjanjian.
Begitupula dalam legalisasi, dibutuhkan ketelitian agar akta yang dilakukan
legalisasi tidak menimbulkan permasalahan hukum nantinya. Oleh karena itu
notaris harus bertindak hati-hati lebih cermat serta teliti dalam memeriksa
dokumen maupun keterangan para pihak yang ingin melakukan legalisasi. Ia
harus meneliti semua fakta relevan terhadap apa yang didapatkannya,
kelengkapan dan keabsahan alat bukti yang dibutuhkan serta pernyataan para
penghadap yang didapatkan diluar maupun diterangkan pada akta yang hendak
dilakukan legalisasi olehnya, agar dapat meningkatkan kepastian hukum dan
tidak menimbulkan permasalahan hukum terhadap akta yang dibuatnya
dikemudian hari.
Kepastian hukum menjadi tujuan yang penting untuk dicapai guna
menciptakan hukum yang baik. Kepastian hukum adalah asas dalam negara
hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan,
kepatuhan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan negara. Dalam
hal ini, makna penyelenggaraan mencakup luas termasuk notaris dalam
menjalankan kewenangannya harus mengutamakan landasan peraturan
perundang-undangan, kepatuhan, dan keadilan. Untuk mencapai kepastian
hukum, maka hukum positif yang mengatur kepentingan-kepentingan manusia
dalam masyarakat harus selalu ditaati. Maka prinsip kehati-hatian penting untuk
[4]
Title of your article...
First Author, Second Author, & Third Author
diterapkan untuk tercapainya kepastian hukum atas akta dibawah tangan yang
dilakukan legalisasi oleh Notaris.
Akan tetapi dalam pelaksanaannya, masih terdapat ketidaksesuaian antara
regulasi dengan pelaksanaan. Masih minimnya pengaturan tentang legalisasi
menyebabkan kurangnya kepastian hukum terhadap kewenangan notaris
melakukan legalisasi. Selain itu, perlu dipertegasnya batasan tentang sejauh
mana notaris bertanggungjawab terhadap akta dibawah tangan yang dilakukan
legalisasi.
Research Problems
Berkaitan dengan Penerapan prinsip kehati-hatian terhadap kewenangan
notaris melakukan legalisasi, maka penulis tertarik melakukan pembahasan
dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan prinsip kehati-hatian terhadap kewenangan notaris
melakukan legalisasi?
2. Bagaimana akibat hukum terhadap notaris yang mengabaikan prinsip kehati-
hatian terhadap kewenangannya melakukan legalisasi?
[5]
A.T.C. Vol. (No.): page | DOI: ………….
Research Method
Penelitian ini dilakukan dengan metode yuridis normatif. Penelitian
yuridis normatif adalah penelitian hukum kepustakaan yang dilakukan yang
dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan kepustakaan atau data sekunder
belaka. (Soemitro, 1985). Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini ialah pendekatan perundang-undangan, yaitu pendekatan normatif yang
meneliti berbagai aturan hukum yang menjadi fokus suatu penelitian dan
pendekatan konseptual, yaitu jenis pendekatan dalam penelitian hukum yang
memberikan sudut pandung analisa penyelesaian permasalahan dalam penelitian
hukum dilihat dari aspek konsep-konsep hukum yang melatarbelakangi, atau
bahkan dapat dilihat dari nilai-nilai yang terkandung dalam penormaan sebuah
peraturan kaitannya dengan konsep-konsep yang digunakan.
Data yang digunakan ialah data sekunder yang bersumber dari: a. Badan
Hukum Primer, yaitu aturan hukum yang dibentuk dan/atau dibuat secara resmi
oleh suatu lembaga dan/atau badan-badan pemerintahan yang demi tegaknya
akan diupayakan berdasarkan daya paksa yang dilakukan secara resmi oleh
aparat negara, dalam penulisan ini meliputi:, Undang-Undang Jabatan Notaris. B.
Badan Hukum Sekunder, yaitu Seluruh informasi tentang hukum yang berlaku
atau yang pernah berlaku disuatu negeri, namun secara formil tidak dapat
dikategorikan sebagai hukum positif, dalam penelitian ini yaitu literatur dan
jurnal ilmiah. C. Badan Hukum Tersier, yaitu Bahan hukum yang memberikan
petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder, dalam penelitian ini yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Discussion
A. Penerapan prinsip kehati-hatian terhadap kewenangan notaris
melakukan legalisasi
Jabatan Notaris adalah jabatan yang sangat mulia. Menurut Tan Thong
Kie, seorang Notaris mempunyai kedudukan sebagai fungsionaris dalam
masyarakat hingga sekarang dirasakan masih disegani. Notaris dapat
dianggap sebagai seorang pejabat yang dapat memberikan nasihat yang
dapat diandalkan. Segala sesuatu yang dituliskan dan ditetapkannya adalah
benar, dikarenakan ia adalah pembuat dokumen yang kuat dalam proses
hukum (Kie, 444). Oleh karenanya orang-orang yang menyandang jabatan
tersebut dituntut untuk bersikap profesional dengan menjalankan tugas yang
berlandaskan kode etik dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
serta mengutamakan keahlian dalam menjalankan tugasnya. Keterangan-
keterangan yang diberikan olehnya dianggap dapat diandalkan dan
[6]
Title of your article...
First Author, Second Author, & Third Author
[7]
A.T.C. Vol. (No.): page | DOI: ………….
[8]
Title of your article...
First Author, Second Author, & Third Author
[9]
A.T.C. Vol. (No.): page | DOI: ………….
a. Judul Legalisasi
b. Nomor Legalisasi
[10]
Title of your article...
First Author, Second Author, & Third Author
[11]
A.T.C. Vol. (No.): page | DOI: ………….
[12]
Title of your article...
First Author, Second Author, & Third Author
2. Data identitas dari salah satu pihak dalam akta dianggap tidak benar
atau dianggap memberikan keterangan palsu;
4. Tanda tangan salah satu pihak yang ada dalam akta yang dilakukan
legalisasi dipalsukan; atau
[13]
A.T.C. Vol. (No.): page | DOI: ………….
Selain itu, akta dibawah tangan juga bisa diberikan sanksi dapat
dibatalkan. Akta dibawah tangan dapat dinyatakan dapat dibatalkan jika
terdapat syarat subyektif yang tidak sah. Pembatalannya tergantung pada
para pihak tertentu yang dapat menyebabkan perbuatan hukum tersebut
dapat dibatalkan. Namun akta yang mempunyai sanksi dapat dibatalkan,
tetap berlaku dan mengikat selama belum ada putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap yang membatalkan akta tersebut.
[14]
Title of your article...
First Author, Second Author, & Third Author
dapat diatasi dengan verifikasi identitas yang dilakukan oleh para pihak
kepada notaris melalui kartu identitas yang sah.
[15]
A.T.C. Vol. (No.): page | DOI: ………….
[16]
Title of your article...
First Author, Second Author, & Third Author
[17]
A.T.C. Vol. (No.): page | DOI: ………….
[18]
Title of your article...
First Author, Second Author, & Third Author
pihak disangkal atau diingkari, maka kekuatan materiil dan formilnya dapat
menjadi lenyap. Akta dibawah tangan yang dilakukan legalisasi memiliki
kekuatan pembuktian yang lebih kuat dari akta dibawah tangan yang tidak
dilakukan legalisasi. Hal ini dikarenakan akta dibawah tangan yang
dilakukan legalisasi ditandatangani dihadapan Notaris atau Pejabat Umum
yang berwenang. Oleh jika ada akta notaris yang dipersalahkan, maka
Notaris terkadang dipanggil untuk menjadi saksi. Bahkan tidak jarang notaris
diturutsertakan menjadi tersangka atau pihak ikut yang membantu
melakukan tindakan pemalsuan atas akta yang diterbitkan notaris. (Adjie,
2008)
[19]
A.T.C. Vol. (No.): page | DOI: ………….
Conclusion
Berdasarkan hasil penelitian penulis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. penerapan prinsip kehati-hatian terhadap kewenangan notaris melakukan
legalisasi dapat dilakukan dengan melakukan pengenalan terhadap identitas
penghadap, membaca dengan cermat akta dibawah tangan yang hendak
dilakukan legalisasi, memenuhi teknik legalisasi, dan melakukan proses
pembukuan terhadap proses legalisasi.
2. akibat hukum terhadap notaris yang mengabaikan prinsip kehati-hatian
terhadap kewenangannya melakukan legalisasi, adalah akta yang dilakukan
legalisasinya dapat dinyatakan batal demi hukum atau dapat dibatalkan yang
dinyatakan oleh pengadilan melalui putusan pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum tetap. Notaris yang mengabaikan prinsip kehati-hatian juga
dapat dituntut upaya hukum oleh penghadap yang dirugikan berupa gugatan
menuntut ganti rugi, biaya-biaya, dan bunga melalui pengadilan dan
mengajukan laporan kepada Majelis Pengawas Daerah agar notaris yang
bersangkutan dikenai sanksi administratif.
Suggestions
1. Perlunya menerap prinsip kehati-hatian oleh notaris dengan ketat, agar tidak
menimbulkan permasalahan hukum terhadap akta yang dilakukan legalisasi
olehnya di kemudian hari.
2. Perlu adanya aturan hukum yang mengatur secara tegas tentang sejauh mana
notaris bertanggung jawab atas akta dibawah tangan yang dilakukan legalisasi
olehnya.
References
Buku:
[20]
Title of your article...
First Author, Second Author, & Third Author
Jurnal:
Manuaba, Ida Bagus Paramaningrat., Parsa, I Wayan., Ariawan, I Gusti Ketut.
(2018). Prinsip Kehati-hatian Notaris Dalam Membuat Akta Autentik.
Acta Comitas. 1 (59). 4, 8, 10-11
Prastomo, Dimas Agung. (2017). Akibat Hukum Akta Di Bawah Tangan Yang
Dilegalisasi Oleh Notaris. Jurnal Akta. 4 (4). 9-10
Pratama, Brilian., Warsito, Happy., Adriansyah, Herman. (2022). Prinsip Kehati-
hatian Dalam Membuat Akta Oleh Notaris. Repertorium. 11 (1). 8.
Rahman, Fikri Ariesta. (2018). Penerapan Prinsip Kehati-hatian Notaris Dalam
Mengenal Para Penghadap. Lex Renaissance. 3 (2). 10-14.
Salamah, Sania., Irianto, Agung. (2019). Prinsip Kehati-hatian dan Tanggung
Jawab Notaris Dalam Membuat Akta Berdasarkan Pasal 16 Ayat (1) Huruf
a. Undang-Undang Jabatan Notaris (Studi Kasus Putusan Nomor 457
PK/Pdt/2019). Jurnal Kemahasiswaan Hukum dan Penelitian Imanot. 2
(02). 3-4
[21]