970 2229 2 PB
970 2229 2 PB
970 2229 2 PB
Abstract
Received :29/10/2019 The background of this study is because there are many students that do not
have the will and the ability to study mathematics. Therefore, they think
Accepted :29/01/2020 that math is a difficult subject. The main cause of this difficulty is the
Published : 31/01/2020 assumption that mathematics is not useful and can't be applied in everyday
life. The aim of this study is to know whether (1) Think Pair Share model
assisted with computer can increase the learning outcomes of the students
IXB SMP Negeri 26 Semarang (2) Think Pair Share model assisted with
computer can increase the learning activity of the students IXB SMP
Negeri 26 Semarang. his study is a classroom action research in two cycles
using comparative descriptive method. We compared the average value of
each cycle. The result of cycle I indicated that the average is 65,32 with the
percentage of classical mastery level is 52%. On cycle II, the average is
76,13 with the percentage of classical mastery level is 87%. Moreover, on
cycle I, there are 66% of students which include in medium category. This
increased to 76% which include in high category
Abstrak
Penelitian ini dilatar belakangi banyak siswa yang kurang memiliki kemampuan dan kemauan belajar, sehingga
belajar merupakan sesuatu yang sulit dan membosankan. Salah satu sebab kebosanan, dan kesulitan siswa
terhadap pelajaran matematika disebabkan anggapan ketidakgunaan pelajaran matematika dalam kehidupan
sehari-hari. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah (1) untuk mengetahui apakah model pembelajaran Think
Pair Share berbantuan komputer dapat meningkatkan hasil belajar materi Persamaan Kuadrat siswa kelas IXB
SMP Negeri 26 Semarang (2) untuk mengetahui apakah model pembelajaran Think Pair Share berbantuan
komputer dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas IXB SMP Negeri 26 Semarang Semester I Tahun Pelajaran
2019/2020.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan metode analisis data, menggunakan
metode deskriptif komparatif yaitu membandingkan rata-rata nilai tiap siklus dengan indikator kinerjanya.
Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua siklus. Hasil refleksi siklus pertama digunakan untuk
menyempurnakan siklus kedua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I rata-rata kelas adalah 65,32
dengan persentase ketuntasan klasikal 52 %. Pada siklus II rata-rata kelas adalah 76,13 dengan persentase
ketuntasan 87 %. Keaktifan siswa setelah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas siklus I keaktifan siswa yaitu
66% katagori cukup. kemudian pada siklus II keaktifan siswa meningkat menjadi 76% katagori tinggi.
Kata Kunci: Model pembelajaran Think Pair Share,Komputer ,Hasil belajar, Materi Persamaan Kuadrat
1. Pendahuluan
Matematika sebagai salah satu ilmu yang diajarkan di sekolah, baik tingkat dasar
maupun menengah, mempunyai ruang lingkup materi atau bahan kajian yang berbeda-beda.
Berdasarkan pengalaman guru, menyatakan bahwa dalam menyampaikan bahan ajar
ẟELT∆ Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
106 Vol. 8 No. 1 Januari2020 Hal107 – 120
matematika kepada para siswa terdapat berbagai kesulitan khususnya yang berkaitan dengan
penyelesaian suatu masalah.
Pada jenjang pendidikan dasar terdapat beberapa materi yang tidak mudah dipahami
siswa jika hanya disampaikan dengan menggunakan metode ekspositori atau metode ceramah
serta membuat siswa konsentrasi, dan aktif terhadap materi yang disampaikan. Padahal
kondisi kelas sudah cukup baik dengan dilengkapi fasilitas yang diperlukan.
Dalam proses pembelajaran, siswa kadang bersikap pasif atau hanya menerima materi
tanpa melakukan aktivitas. Sehingga ada kecenderungan siswa untuk cepat melupakan apa
yang diberikan. Salah satu faktor yang menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah faktor
kelemahan otak manusia itu sendiri, karena proses belajar tersebut hanya mengandalkan
indera pendengaran.
Siswa sangat berperan dalam proses pembelajaran dan berusaha secara aktif untuk
mengembangkan dirinya dibawah bimbingan guru, mengingat siswa mampu menciptakan
situasi kegiatan belajar yang menyenangkan. Hal itu dikarenakan siswa bukanlah objek
pendidikan, melainkan subjek yang aktif dalam proses pembelajaran. (W.Gulo, 2002: 23)
Pada dasarnya setiap siswa mempunyai cara belajar yang berbeda-beda. Ada siswa yang
lebih senang membaca, berdiskusi dan ada juga yang senang praktik langsung. Inilah yang
sering disebut dengan gaya belajar atau learning style (Hisyam Zaini, 2007: 26). Untuk dapat
membantu siswa dengan maksimal dalam belajar, maka kesenangan dalam belajar sebisa
mungkin diperhatikan.
Padakehidupan sehari-hari, terdapat banyak tugas- tugas manusia yang dapat dilakukan
oleh komputer. Komputer digunakan dalam berbagai bidang, antara lain bidang komunikasi,
transportasi, industri, kesehatan, kesenian, pertanian bahkan dalam bidang pendidikan. Suatu
kecenderungan yang dapat diamati adalah bahwa komputer merupakan media yang efektif
dan efisien dalam menyampaikan pesan-pesan instruksional. Kemampuan komputer untuk
berinteraksi secara cepat dan akurat, bekerja dengan cepat dan tepat, serta menyimpan data
dalam jumlah besar dan aman, telah menjadikan komputer sebagai media yang cocok dan
dominan di bidang pendidikan di samping media yang lain (Anderson, 1987:195).
Berdasarkan hasil ulangan harian pada materi bilangan berpangkat dan bentuk akar
menunjukkan bahwa dari 31 siswa yang tuntas sesuai batas Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) 70 sebanyak 9 siswa yang tuntas dengan persentase 29%, sedangkan yang tidak
tuntas sesuai KKM sebanyak 22 siswa dengan persentase 71%.. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas IXB SMP Negeri 26 Semarang masih belum
mencapai ketuntasan belajar. Sebagai guru menyadari sepenuhnya didalam melaksanakan
pembelajaran di kelas belum memanfaatkan secara maksimal berbagai faktor yang dapat
Marwanto, PENINGKATAN HASIL BELAJAR .. 107
meningkatkan hasil belajar, khususnya pembelajaran model think phair share, mengingat
selama ini hanya pembelajaran secara konvensional.
Dengan adanya model pembelajaran yang mampu menjadikan situasi proses belajar
mengajar di sekolah sebagai kegiatan yang lebih mengaktifkan siswa untuk membaca dan
memecahkan masalah sendiri di bawah pengawasan dan bimbingan guru yang selalu siap
menolong siswa yang mempunyai kesulitan. Untuk pencapaian hasil belajar yang
memuaskan, guru harus bisa memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan
materi pembelajaran. Pemilihan strategi pembelajaran ini dapat dilakukan melalui kerjasama
yang aktif dan kreatif antara guru dengan siswa.
Salah satu model pembelajaran aktif yang dapat digunakan guru adalah Think Pair Share
(TPS) berbantuan komputer, dimana siswa melakukan aktifitas bersama pasangannya untuk
menyelesaikan suatu masalah. Model ini cukup mampu untuk membantu siswa dalam
meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa dalam menyelesaikan masalah pembelajaran
matematika.
Strategi think-pair-share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Strategi
think-pair-share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama
kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang
dikutip Arend, 1997 (dalam Trianto, 2007) menyatakan bahwa think-pair-share merupakan
suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi
bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas
secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think-pair-share dapat memberi
siswa lebih banyak waktu berpikir untuk merespon dan saling membantu. Guru
memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi
yang menjadi tanda tanya. Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih
banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami. Guru memilih menggunakan think-pair-share
untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan. Guru menggunakan langkah-
langkah (fase) berikut :
1. Langkah 1 : Berpikir (Thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan
meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban
atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan
bukan bagian berpikir.
2. Langkah 2 : Berpasangan ( Pairing)
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah
mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban
ẟELT∆ Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
108 Vol. 8 No. 1 Januari2020 Hal107 – 120
jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah
khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau
5 menit untuk berpasangan.
3. Langkah 3 : Berbagi (Sharing)
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan
keseluruh kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan
dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan
mendapatkan kesempatan untuk melaporkan Arends, 1997; disadur Tjokrodihardjo,
2003 (dalam Trianto, 2007).
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
?
Desain Penelitian
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh observer sebagai berikut:
a. Obervasi terhadap siswa
ẟELT∆ Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
110 Vol. 8 No. 1 Januari2020 Hal107 – 120
Kegiatan mengamati keaktifan siswa dalam pembelajaran serta kemampuan
menyelesaikan soal-soal
b. Observasi terhadap guru
Kegiatan mengamati guru dalam pengelolaan model pembelajaran Think Pair
Share.
4. Refleksi
Hasil yang diperoleh dari pengamatan dan tes evaluasi pada tindakan siklus I
digunakan sebagai dasar apakah sudah memenuhi target/perlu dilakukan
penyempurnaan pada strategi pembelajaran agar siklus II diperoleh hasil yang lebih
baik.
SIKLUS II
a. Perencanaan
a. Identifikasi masalah dan rumusan masalah. Dalam hal ini peneliti memilih
materi Persamaan Kuadrat
b. Guru dan peneliti kolaboratif membuat rencana pembelajaran yang sesuai
dengan langkah-langkah pada model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
c. Membuat soal (masalah) dan jawaban (penyelesaian) untuk evaluasi siklus II
d. Menyusun lembar kerja siswa
e. Menyusun lembar observasi
f. Menyiapkan sarana pembelajaran yang diperlukan
g. Pada hari sebelum proses pembelajaran, guru meminta siswa untuk belajar
mengenai materi Persamaan Kuadrat
b. Pelaksanaan Tindakan
d. Refleksi
Refleksi merupakan analisis hasil pengamatan, dan evaluasi dari tahapan-tahapan pada
siklus II. Diharapkan setelah 2 siklus ini kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal dan
keaktifan belajar siswa semakin meningkat
C. Analisis Data
1. Data keaktifan siswa
Lembar pengamatan siswa dalam proses pembelajaran dan guru dalam mengajar
mencapai maksimal dengan skala penilaian:
Kriteria Penilaian :
A : 81% 100% = Keaktifan sangat tinggi
B : 71% 80% = Keaktifantinggi
C : 61% 70% = Keaktifan cukuptinggi
D : 60% = Keaktifan kurangtinggi
x
x
N Keterangan:
x = rata-rata nilai
x = jumlah seluruh nilai
N = Jumlah Siswa
D. Indikator Keberhasilan
Yang menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah hasil belajar materi
Persamaan Kuadrat dapat meningkat, ditunjukkan rata-rata hasil belajar individual sesuai
KKM adalah 70 dan persentase banyaknya siswa yang mendapat nilai > 70 ketuntasan
klasikal adalah 75%, masing-masing aspek keaktifan siswa dalam pembelajaran minimal
kategori tinggi.
Hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya siklus I dapat dilihat dari data nilai berikut
ini:
Hasil tes siklus I diperoleh nilai tertinggi 100, nilai terendah 45 nilai rata-rata kelas
adalah 65,32 siswa yang mendapat nilai lebih dari 70 sebanyak 16 siswa (52%), sedangkan
siswa yang mendapat nilai kurang dari 70 sebanyak 15 siswa (48%). Secara visual dapat
ẟELT∆ Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
114 Vol. 8 No. 1 Januari2020 Hal107 – 120
disajikan pada diagram batang tentang rata – rata hasil belajar dan rata-rata secara klasikal
pada grafik 1 berikut ini.
55
50 Tuntas 52%
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan materi sudah meningkat,
meskipun belum optimal, yaitu 16 siswa dari 31 siswa (52%) sudah mencapai tuntas namun
belum sesuai indikator keberhasil minimal 75%, maka kegiatan penelitian dilanjutkan pada
siklus II.
Berikut dokumentasi model pembelajaran Think Pair Share berbantuan komputer
siklus I, seperti tampak pada gambar 1.
Hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya siklus II dapat dilihat dari datanilai
berikut ini:
Hasil tes siklus II diperoleh nilai tertinggi 100, nilai terendah 65 nilai rata-rata kelas
adalah 76,13, siswa yang mendapat nilai lebih dari 70 sebanyak 27 siswa (87%), sedangkan
ẟELT∆ Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
116 Vol. 8 No. 1 Januari2020 Hal107 – 120
siswa yang mendapat nilai kurang dari 70 sebanyak 4 siswa (13%). Secara visual dapat
disajikan pada diagram batang tentang rata – rata hasil belajar dan rata-rata secara klasikal
pada grafik 1 berikut ini.
30
20 Tuntas 87%
10 Belum tuntas 13%
0
Hasil Belajar Siklus II
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan materi sudah mengalami
peningkatan bila dibandingkan sebelumnya. Pada siklus II ketuntasan belajar klasikal telah
mencapai 87% sehingga peneliti sudah tidak melakukan pembelajaran siklus III.
Berikut dokumentasi model pembelajaran Think Pair Share berbantuan komputer
siklus II, seperti tampak pada gambar 2.
Pembahasan
1. Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana (2006: 22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Dalam system pendidikan nasional dirumuskan tujuan pendidikan baik tujuan kurikulum
maupun tujuan pembelajaran, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom
yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni kognitif, efektif, dan
psikomotoris (Nana Sudjana, 2006: 22-23)
Marwanto, PENINGKATAN HASIL BELAJAR .. 117
Penguasaan terhadap konsep pada proses pembelajaran tersebut dapat dilihat pada
penilaian evaluasi siswa. Pada siklus II dikatakan bahwa hasil belajar meningkat
dibandingkan siklus I. Peningkatan tersebut dapat kita lihat pada tabel berikut ini.
80
60
40 Tuntas
20 Belum tuntas
0
Siklus I Siklus II
Grafik 3. Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I dan II
Berdasarkan tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
mengalami peningkatan. Ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus I, dan siklus II dari 16
siswa (52% ) menjadi 27 siswa (87%), sedangkan tidak tuntas 15 siswa (48 %) menjadi 4
siswa (13 % ). Sebanyak 4 siswa yang tidak tuntas tersebut dikonsultasikan kepada guru
bimbingan konseling untuk dicarikan solusi apakah siswa tersebut perlu diremidi atau
kesulitan tidak bisa menerima pembelajaran model Think Pair Share ( TPS )berbantuan
komputer.
Peningkatan hasil belajar pada siklus II ini disebabkan oleh penggunaan model
pembelajaran Think Pair Shareberbantuan komputer yang berhasil, dan pembelajaran lebih
bermakna, pengelolaan kelas dengan diskusi kelompok sesuai kedekatan pertemanan siswa
melnyebabkan keaktifan lebih tinggi.
Dengan terpenuhinya indikator keberhasilan lebih dari 75% yang diperoleh siswa
kelas IXB SMPN 26 Semarang tahun pelajaran 2019/2020. Dengan demikian apa yang
menjadi tujuan sudah terpenuhi dan dapat dikatakan berhasil.
Siklus I Siklus II
75
70
65
60
K eaktifan S iklusK eaktifan S iklus
I II
Dari data tabel dan grafik tersebut di atas, maka dapat diperoleh informasi bahwa
keaktifan siswa pada siklus II meningkat, yang semula pada siklus I keaktifan siswa saat
melakukan kerjasama hanya 66% pada siklus II menjadi 76%. Hal ini disebabkan
perkembangan mental siswa tersebut berbeda dari siswa secara normal lainnya.
Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Kegiatan itu
beraneka ragam bentuknya, mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan
psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih
keterampilan-keterampilan dan sebagainya. Dengan menggunakan khasanah pengetahuan
yang dimiliki dalam membandingkan satu konsep dengan kata lain, menyimpulkan hasil dan
kegiatan psikis yang lain.
Penerapan model pembelajaran Think Pair Shareberbantuan komputer yang peneliti
lakukan tentunya lebih memunculkan keaktifan intrinsik siswa dan dengan penerapan model
pembelajaran Think Pair Share berbantuan komputer dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dengan demikian penerapan strategi pembelajaran berhasil.
4. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data pada bahasan sebelumnya serta hasil Penelitian Tindakan
Kelas yang dilakukan, maka peneliti menarik simpulan sebagai berikut:
Marwanto, PENINGKATAN HASIL BELAJAR .. 119
1. Penerapan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan komputerdapat meningkatkan
hasil belajar matematika materi persamaan kuadrat bagi siswa kelas IXB SMPN 26
Semarang. Peningkatan hasil belajar tersebut dibuktikan dengan ketuntasan hasil belajar
siswa. Jika pada pada silkus I ketuntasan klasikal 52% rata-rata 65,32, kemudian pada
siklus II meningkat menjadi 87% rata-rata 76,13.
2. Penerapan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan komputer dapat
meningkatkan keaktifan siswa kelas IXB SMPN 26 Semarang. Hal ini dibuktikan dengan
lembar pengamatan keaktifan siswa siklus I yaitu 66% katagori cukup, kemudian siklus
II menjadi 76% katagori tinggi.
Saran
1. Sebagai tindak lanjut dari penelitian tindakan kelas ini perlu adanya penelitian tindakan
kelas lanjutan mengenai penerapan model Think Pair Share berbantuan komputer pada
materi lain .
2. Berdasarkan hasil penelitian ini guru kelas IX sebaiknya pada saat pembelajaran
matematika dapat menerapakan model Think Pair Share berbantuan komputer, karena
dengan mengkondisikan siswa dengan situasi yang menyenangkan akan membuat materi
pelajaran matematika mudah diterima siswa.Pihak sekolah selalu mendorong guru-guru
untuk melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan profesionalisme guru.
Pustaka
Arikunto, Suharsimi.2006. ProsedurPenelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Anderson, R.H.. 1987. Pemilihan dan Pengembangan Media untukPembelajaran. Jakarta:
Rajawali Pers.
Suharjo. 1994. Penggunaan Komputer dalam Pengajaran. Sumber Belajar.
I (1):43-53.
Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Subchan dkk..2018. Buku Siswa Matematika kelas IX. Jakarta: Penerbit Kemendikbud.
Syah, Muhibin. 2002. Psikologi Belajar. Bandung : Raja Grafindo Persada.
W. Gulo. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.
ẟELT∆ Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
120 Vol. 8 No. 1 Januari2020 Hal107 – 120
Trianto. 2007.Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Zaini, Hisyam dkk. 2007. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD.