970 2229 2 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

ẟELT∆

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika


p.ISSN: 2303 -3983 e.ISSN:2548-3994
Vol. 8 No. 1 Januari 2020Hal 105 – 120
DOI: http://dx.doi.org/10.31941/delta.v8i1.970

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI PERSAMAAN KUADRAT


MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR
SHAREBERBANTUAN KOMPUTERPADA SISWA KELAS IXB SMP
NEGERI 26 SEMARANG
Rudi Marwanto
SMPN 26 Semarang
parikesita26@gmail.com

Abstract

Received :29/10/2019 The background of this study is because there are many students that do not
have the will and the ability to study mathematics. Therefore, they think
Accepted :29/01/2020 that math is a difficult subject. The main cause of this difficulty is the
Published : 31/01/2020 assumption that mathematics is not useful and can't be applied in everyday
life. The aim of this study is to know whether (1) Think Pair Share model
assisted with computer can increase the learning outcomes of the students
IXB SMP Negeri 26 Semarang (2) Think Pair Share model assisted with
computer can increase the learning activity of the students IXB SMP
Negeri 26 Semarang. his study is a classroom action research in two cycles
using comparative descriptive method. We compared the average value of
each cycle. The result of cycle I indicated that the average is 65,32 with the
percentage of classical mastery level is 52%. On cycle II, the average is
76,13 with the percentage of classical mastery level is 87%. Moreover, on
cycle I, there are 66% of students which include in medium category. This
increased to 76% which include in high category

Keywords:computer, learning outcome, quadratic equation, Think pair


share.

Abstrak
Penelitian ini dilatar belakangi banyak siswa yang kurang memiliki kemampuan dan kemauan belajar, sehingga
belajar merupakan sesuatu yang sulit dan membosankan. Salah satu sebab kebosanan, dan kesulitan siswa
terhadap pelajaran matematika disebabkan anggapan ketidakgunaan pelajaran matematika dalam kehidupan
sehari-hari. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah (1) untuk mengetahui apakah model pembelajaran Think
Pair Share berbantuan komputer dapat meningkatkan hasil belajar materi Persamaan Kuadrat siswa kelas IXB
SMP Negeri 26 Semarang (2) untuk mengetahui apakah model pembelajaran Think Pair Share berbantuan
komputer dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas IXB SMP Negeri 26 Semarang Semester I Tahun Pelajaran
2019/2020.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan metode analisis data, menggunakan
metode deskriptif komparatif yaitu membandingkan rata-rata nilai tiap siklus dengan indikator kinerjanya.
Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua siklus. Hasil refleksi siklus pertama digunakan untuk
menyempurnakan siklus kedua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I rata-rata kelas adalah 65,32
dengan persentase ketuntasan klasikal 52 %. Pada siklus II rata-rata kelas adalah 76,13 dengan persentase
ketuntasan 87 %. Keaktifan siswa setelah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas siklus I keaktifan siswa yaitu
66% katagori cukup. kemudian pada siklus II keaktifan siswa meningkat menjadi 76% katagori tinggi.

Kata Kunci: Model pembelajaran Think Pair Share,Komputer ,Hasil belajar, Materi Persamaan Kuadrat

1. Pendahuluan
Matematika sebagai salah satu ilmu yang diajarkan di sekolah, baik tingkat dasar
maupun menengah, mempunyai ruang lingkup materi atau bahan kajian yang berbeda-beda.
Berdasarkan pengalaman guru, menyatakan bahwa dalam menyampaikan bahan ajar
ẟELT∆ Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
106 Vol. 8 No. 1 Januari2020 Hal107 – 120
matematika kepada para siswa terdapat berbagai kesulitan khususnya yang berkaitan dengan
penyelesaian suatu masalah.
Pada jenjang pendidikan dasar terdapat beberapa materi yang tidak mudah dipahami
siswa jika hanya disampaikan dengan menggunakan metode ekspositori atau metode ceramah
serta membuat siswa konsentrasi, dan aktif terhadap materi yang disampaikan. Padahal
kondisi kelas sudah cukup baik dengan dilengkapi fasilitas yang diperlukan.
Dalam proses pembelajaran, siswa kadang bersikap pasif atau hanya menerima materi
tanpa melakukan aktivitas. Sehingga ada kecenderungan siswa untuk cepat melupakan apa
yang diberikan. Salah satu faktor yang menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah faktor
kelemahan otak manusia itu sendiri, karena proses belajar tersebut hanya mengandalkan
indera pendengaran.
Siswa sangat berperan dalam proses pembelajaran dan berusaha secara aktif untuk
mengembangkan dirinya dibawah bimbingan guru, mengingat siswa mampu menciptakan
situasi kegiatan belajar yang menyenangkan. Hal itu dikarenakan siswa bukanlah objek
pendidikan, melainkan subjek yang aktif dalam proses pembelajaran. (W.Gulo, 2002: 23)
Pada dasarnya setiap siswa mempunyai cara belajar yang berbeda-beda. Ada siswa yang
lebih senang membaca, berdiskusi dan ada juga yang senang praktik langsung. Inilah yang
sering disebut dengan gaya belajar atau learning style (Hisyam Zaini, 2007: 26). Untuk dapat
membantu siswa dengan maksimal dalam belajar, maka kesenangan dalam belajar sebisa
mungkin diperhatikan.
Padakehidupan sehari-hari, terdapat banyak tugas- tugas manusia yang dapat dilakukan
oleh komputer. Komputer digunakan dalam berbagai bidang, antara lain bidang komunikasi,
transportasi, industri, kesehatan, kesenian, pertanian bahkan dalam bidang pendidikan. Suatu
kecenderungan yang dapat diamati adalah bahwa komputer merupakan media yang efektif
dan efisien dalam menyampaikan pesan-pesan instruksional. Kemampuan komputer untuk
berinteraksi secara cepat dan akurat, bekerja dengan cepat dan tepat, serta menyimpan data
dalam jumlah besar dan aman, telah menjadikan komputer sebagai media yang cocok dan
dominan di bidang pendidikan di samping media yang lain (Anderson, 1987:195).
Berdasarkan hasil ulangan harian pada materi bilangan berpangkat dan bentuk akar
menunjukkan bahwa dari 31 siswa yang tuntas sesuai batas Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) 70 sebanyak 9 siswa yang tuntas dengan persentase 29%, sedangkan yang tidak
tuntas sesuai KKM sebanyak 22 siswa dengan persentase 71%.. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas IXB SMP Negeri 26 Semarang masih belum
mencapai ketuntasan belajar. Sebagai guru menyadari sepenuhnya didalam melaksanakan
pembelajaran di kelas belum memanfaatkan secara maksimal berbagai faktor yang dapat
Marwanto, PENINGKATAN HASIL BELAJAR .. 107
meningkatkan hasil belajar, khususnya pembelajaran model think phair share, mengingat
selama ini hanya pembelajaran secara konvensional.
Dengan adanya model pembelajaran yang mampu menjadikan situasi proses belajar
mengajar di sekolah sebagai kegiatan yang lebih mengaktifkan siswa untuk membaca dan
memecahkan masalah sendiri di bawah pengawasan dan bimbingan guru yang selalu siap
menolong siswa yang mempunyai kesulitan. Untuk pencapaian hasil belajar yang
memuaskan, guru harus bisa memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan
materi pembelajaran. Pemilihan strategi pembelajaran ini dapat dilakukan melalui kerjasama
yang aktif dan kreatif antara guru dengan siswa.
Salah satu model pembelajaran aktif yang dapat digunakan guru adalah Think Pair Share
(TPS) berbantuan komputer, dimana siswa melakukan aktifitas bersama pasangannya untuk
menyelesaikan suatu masalah. Model ini cukup mampu untuk membantu siswa dalam
meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa dalam menyelesaikan masalah pembelajaran
matematika.
Strategi think-pair-share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Strategi
think-pair-share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama
kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang
dikutip Arend, 1997 (dalam Trianto, 2007) menyatakan bahwa think-pair-share merupakan
suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi
bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas
secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think-pair-share dapat memberi
siswa lebih banyak waktu berpikir untuk merespon dan saling membantu. Guru
memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi
yang menjadi tanda tanya. Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih
banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami. Guru memilih menggunakan think-pair-share
untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan. Guru menggunakan langkah-
langkah (fase) berikut :
1. Langkah 1 : Berpikir (Thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan
meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban
atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan
bukan bagian berpikir.
2. Langkah 2 : Berpasangan ( Pairing)
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah
mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban
ẟELT∆ Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
108 Vol. 8 No. 1 Januari2020 Hal107 – 120
jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah
khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau
5 menit untuk berpasangan.
3. Langkah 3 : Berbagi (Sharing)
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan
keseluruh kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan
dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan
mendapatkan kesempatan untuk melaporkan Arends, 1997; disadur Tjokrodihardjo,
2003 (dalam Trianto, 2007).

Pembelajaran berbantuan komputer berkaitan langsung dengan pemanfaatan komputer


dalam proses belajar mengajar baik di dalam maupun di luar kelas, secara individu maupun
secara kelompok (Suharjo, 1994:46-47). Pembelajaran berbantuan komputer dibagi menjadi
5 kelompok, yaitu (1) tutorial, (2) latih dan praktik, (3) simulasi, (4) permainan dan (5)
pemecahan masalah.
2. Metode Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas IXB SMPN 26 Semarang, dengan jumlah 31
siswa yang terdiri dari 17 siswa putri dan 14 siswa putra.
b. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di Kelas IXB SMPN 26 Semarang Semester I
Tahun Pelajaran 2019/2020.
B. Desain Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dua siklus. Ada empat tahapan yang
dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan dan refleksi.
Penelitian tindakan ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. Kegiatan penelitian tindakan dilakukan dengan melalui 2 siklus, yaitu siklus I dan
siklus II. Alasan penelitian ini dibagi menjadi dua siklus adalah untuk menyesuaikan
banyaknya materi agar peningkatan hasil belajar materi Persamaan Kuadrat melalui model
pembelajaran Think Pair Share berbantuan komputer siswa kelas IXB SMP Negeri 26
Semarang pada setiap siklusnya lebih terlihat.
. Model dan penjelasan untuk masing-masing tahap menurut Kemmis dan Mc Taggart
(Arikunto, 2008: 16) yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan
(observing), dan refleksi (reflecting) seperti tampak pada desain berikut.
Marwanto, PENINGKATAN HASIL BELAJAR .. 109

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

?
Desain Penelitian

Berikut ini akan diuraikan secara singkat untuk masing-masing siklus.


SIKLUS I
1. Perencanaan
a. Identifikasi masalah dan rumusan masalah. Dalam hal ini peneliti memilih
materi Persamaan Kuadrat
b. Guru dan peneliti kolaboratif membuat rencana pembelajaran yang sesuai
dengan langkah-langkah pada model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
c. Membuat soal (masalah) dan jawaban (penyelesaian) untuk evaluasi siklus I
d. Menyusun lembar kerja siswa
e. Menyusun lembar observasi
f. Menyiapkan sarana pembelajaran yang diperlukan
g. Pada hari sebelum proses pembelajaran, guru meminta siswa untuk belajar
materi Persamaan Kuadrat
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran/indikator yang akan dicapai
b. Guru memberikan motivasi pada siswa
c. Guru memberi petunjuk dan penjelasan mengenai cara-cara pelaksanaan mencari
pasangan
d. Guru melakukan proses pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran pada
model pembelajaran Thing Pair Share (TPS)
e. Guru membimbing tiap-tiap pasangan yang akan menyelesaikan masalah yang
diberikan
f. Guru memberikan penghargaan kepada pasangan yang lebih dulu berhasil
menyelesaikan masalah
g. Guru memberikan tugas rumah (PR) sebagai bahan pemantapan materi pada
siswa
h. Guru bersama siswa menarik kesimpulan

3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh observer sebagai berikut:
a. Obervasi terhadap siswa
ẟELT∆ Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
110 Vol. 8 No. 1 Januari2020 Hal107 – 120
Kegiatan mengamati keaktifan siswa dalam pembelajaran serta kemampuan
menyelesaikan soal-soal
b. Observasi terhadap guru
Kegiatan mengamati guru dalam pengelolaan model pembelajaran Think Pair
Share.

4. Refleksi
Hasil yang diperoleh dari pengamatan dan tes evaluasi pada tindakan siklus I
digunakan sebagai dasar apakah sudah memenuhi target/perlu dilakukan
penyempurnaan pada strategi pembelajaran agar siklus II diperoleh hasil yang lebih
baik.
SIKLUS II
a. Perencanaan
a. Identifikasi masalah dan rumusan masalah. Dalam hal ini peneliti memilih
materi Persamaan Kuadrat
b. Guru dan peneliti kolaboratif membuat rencana pembelajaran yang sesuai
dengan langkah-langkah pada model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
c. Membuat soal (masalah) dan jawaban (penyelesaian) untuk evaluasi siklus II
d. Menyusun lembar kerja siswa
e. Menyusun lembar observasi
f. Menyiapkan sarana pembelajaran yang diperlukan
g. Pada hari sebelum proses pembelajaran, guru meminta siswa untuk belajar
mengenai materi Persamaan Kuadrat
b. Pelaksanaan Tindakan

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran/indikator yang akan dicapai


b. Guru memberikan motivasi pada siswa
c. Guru memberi petunjuk dan penjelasan mengenai cara-cara pelaksanaan mencari
pasangan
d. Guru melakukan proses pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran pada
model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
e. Guru membimbing tiap-tiap pasangan yang akan menyelesaikan masalah yang
diberikan
f. Guru memberikan penghargaan kepada pasangan yang lebih dulu berhasil
menyelesaikan masalah
g. Guru memberikan tugas rumah (PR) agar siswa lebih memahami materi dan
bahan persiapan tes evaluasi
h. Guru bersama siswa menarik kesimpulan
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh observer sebagai berikut:
1. Obervasi terhadap siswa
Kegiatan mengamati keaktifan dalam pembelajaran serta kemampuan
menyelesaikan soal-soal
2. Observasi terhadap guru
Kegiatan mengamati guru dalam pengelolaan model pembelajaran Think Pair Share
Marwanto, PENINGKATAN HASIL BELAJAR .. 111

d. Refleksi
Refleksi merupakan analisis hasil pengamatan, dan evaluasi dari tahapan-tahapan pada
siklus II. Diharapkan setelah 2 siklus ini kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal dan
keaktifan belajar siswa semakin meningkat

C. Analisis Data
1. Data keaktifan siswa

Lembar pengamatan siswa dalam proses pembelajaran dan guru dalam mengajar
mencapai maksimal dengan skala penilaian:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛


Skor penilaian = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛
𝑥 100%

Kriteria Penilaian :
A : 81%  100% = Keaktifan sangat tinggi
B : 71%  80% = Keaktifantinggi
C : 61%  70% = Keaktifan cukuptinggi
D : 60% = Keaktifan kurangtinggi

2. Data Hasil Belajar


Adapun rumus yang digunakan:
a) Menghitung nilai rata-rata
Untuk menghitung nilai rata-rata menggunakan rumus :

x
x
N Keterangan:

x = rata-rata nilai
x = jumlah seluruh nilai
N = Jumlah Siswa

b) Menghitung ketuntasan belajar


1) Ketuntasan belajar individual
Data yang diperoleh dari kemampuan siswa menyelesaikan masalah dapat ditentukan
ketuntasan belajar individu menggunakan analisis deskriptif persentase dengan perhitungan:

jumlah skor yang diperoleh anak


Ketuntasan belajar individu = x 100
jumlah skor total

2) Ketuntasan belajar klasikal


ẟELT∆ Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
112 Vol. 8 No. 1 Januari2020 Hal107 – 120
Data yang diperoleh dari kemampuan siswa menyelesaikan masalah dapat ditentukan
ketuntasan belajar klasikal menggunakan analisis deskriptif persentase dengan perhitungan:

jumlah siswa yang tuntas belajar individu


Ketuntasan belajar klasikal = x 100 %
jumlah siswa

D. Indikator Keberhasilan

Yang menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah hasil belajar materi
Persamaan Kuadrat dapat meningkat, ditunjukkan rata-rata hasil belajar individual sesuai
KKM adalah 70 dan persentase banyaknya siswa yang mendapat nilai > 70 ketuntasan
klasikal adalah 75%, masing-masing aspek keaktifan siswa dalam pembelajaran minimal
kategori tinggi.

3. Hasil dan Pembahasan


Deskripsi Hasil Penelitian
a. Diskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan tabel di atas dan grafik tersebut dapat diperoleh informasi bahwa Kriteria
Ketuntasan Belajar Minimal (KKM) untuk mata pelajaran Matematika kelas IX SMPN 26
Semarang adalah 70dari 31 siswa kelas IXB yang tidak tuntas sebanyak 22 siswa (71%),
sisanya 9 siswa telah tuntas (29%) di atas KKM. Nilai terendah yang didapatkan siswa yaitu
62 dan nilai tertinggi 78, dengan rata-rata kelas 68,90.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada kondisi awal masih
sangat rendah, kemudian sebagai tindak lanjut untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
Matematika, maka peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
b. Diskripsi Siklus I dan Siklus II
a. Hasil Penelitian Siklus I
Sebagai tindak lanjut dari proses pembelajaran dan hasil belajar maka peneliti
melakukan PTK dengan melakukan proses pembelajaran siklus I. Siswa bekerja sama
berdiskusi bersama pasangan mereka, Beberapa diantara mereka antusias dan aktif, namun
ada juga siswa yang kurang aktif dalam bekerja secara berpasangan.
Pertemuan yang kedua merupakan kelanjutan dari pertemuan pertama dimana siswa
telah selesai mengerjakan LKS. Pada kegiatan pembelajaran ini, siswa diminta untuk
mempresentasikan hasil diskusi mereka pada pertemuan pertama di depan kelas. Siswa masih
terlihat malu-malu dan tidak terbiasa dalam mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas,
namun dengan arahan dan bimbingan peneliti akhirnya siswa menjadi lebih percaya diri dan
lebih baik dalam presentasi hasil diskusi kelompok. Setelah selesai mempresentasikan hasil
Marwanto, PENINGKATAN HASIL BELAJAR .. 113
diskusi, peneliti memberikan penguatan konsep dan memberikan soal evaluasi kepada siswa.
Pada siklus I telah terjadi peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran Matematika
materi Persamaan Kuadrat di kelas IXB. Hal ini dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah
ini

Tabel 1. Pencapaian Keaktifan Siswa Siklus I


No. Indikator Perilaku Positif Frekuensi Persen Keterangan
(%)
1 Siswa aktif menyelesaikan tugas
97 63 %
yang diberikan guru
2 Siswa membantu teman lain yang
kesulitan menyelesaikan materi 99 64 %
persamaan kuadrat
3 Siswa berani menyampaikan
100 65 %
pendapat atau gagasan
4 Siswa berani mengajukan pertanyaan
kepada guru mengenai materi yang 100 65 %
belum dipahami
5 Siswa memperhatikan penjelasan
102 66 %
guru atau teman
6 Siswa menuliskan hasil kerja
102 66 %
kelompok
7 Siswa mampu mengoperasikan
109 70 %
komputer
8 Siswa mampu menggunakan
110 71 %
program komputer
Pencapaian 819 66 % Cukup

Hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya siklus I dapat dilihat dari data nilai berikut
ini:

Tabel 2 Hasil Tes Siklus I


No Uraian Keterangan
1. Banyaknya siswa 31 siswa
2. Rata-rata Nilai 65,32
3. Nilai tertinggi 100
4. Nilai terendah 45
5. Banyak siswa yang mendapat nilai ≥ 70 16
6. Persentase siswa yang mendapat nilai ≥70 52%
7. Banyak siswa yang mendapat nilai < 70 15
8. Persentase siswa yang mendapat nilai <70 48%

Hasil tes siklus I diperoleh nilai tertinggi 100, nilai terendah 45 nilai rata-rata kelas
adalah 65,32 siswa yang mendapat nilai lebih dari 70 sebanyak 16 siswa (52%), sedangkan
siswa yang mendapat nilai kurang dari 70 sebanyak 15 siswa (48%). Secara visual dapat
ẟELT∆ Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
114 Vol. 8 No. 1 Januari2020 Hal107 – 120
disajikan pada diagram batang tentang rata – rata hasil belajar dan rata-rata secara klasikal
pada grafik 1 berikut ini.

55

50 Tuntas 52%

45 Belum tuntas 48%


Hasil Belajar Siklus I

Grafik 1. Hasil Belajar Siklus I

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan materi sudah meningkat,
meskipun belum optimal, yaitu 16 siswa dari 31 siswa (52%) sudah mencapai tuntas namun
belum sesuai indikator keberhasil minimal 75%, maka kegiatan penelitian dilanjutkan pada
siklus II.
Berikut dokumentasi model pembelajaran Think Pair Share berbantuan komputer
siklus I, seperti tampak pada gambar 1.

Gambar 1 Pembelajaran Siklus I

b. Hasil Penelitian Siklus II


Siklus II dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari proses pembelajaran dan hasil belajar
pada siklus I yang belum optimal. Pada proses pembelajaran ini siswa bekerja sama
berdiskusi secara berpasangan. Pada siklus II ini mereka antusias dan aktif. Dalam
melakukan pengamatan proses, peneliti dibantu oleh teman sejawat sebagai observer. Pada
kegiatan pembelajaran ini, kegiatan yang dilakukan siswa adalah mempresentasikan hasil
diskusi mereka pada pertemuan pertama di depan kelas.
Marwanto, PENINGKATAN HASIL BELAJAR .. 115
Pada siklus II ini siswa telah terlihat percaya diri. Hal ini dimungkinkan siswa telah
terbiasa dalam mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Setelah selesai
mempresentasikan hasil diskusi, peneliti memberikan penguatan konsep, memberikan soal
evaluasi, dan membahas soal evaluasi bersama serta menyimpulkan materi pembelajaran.
Pada siklus II peningkatan proses pembelajaran mengenai motivasi siswa dalam
pembelajaran matematika tentang materi persamaan kuadrat cukup memuaskan. Hal ini dapat
dilihat tabel dan grafik di bawah ini

Tabel 3. Pencapaian Keaktifan Siswa Siklus II

No. Indikator Perilaku Positif Frekuensi Persen (%) Keterangan


1 Siswa aktif menyelesaikan tugas
113 73 %
yang diberikan guru
2 Siswa membantu teman lain yang
kesulitan menyelesaikan materi 113 73 %
persamaan kuadrat
3 Siswa berani menyampaikan
116 75 %
pendapat atau gagasan
4 Siswa berani mengajukan
pertanyaan kepada guru mengenai 116 75 %
materi yang belum dipahami
5 Siswa memperhatikan penjelasan
118 76 %
guru atau teman
6 Siswa menuliskan hasil kerja
120 77 %
kelompok
7 Siswa mampu mengoperasikan
123 79 %
komputer
8 Siswa mampu menggunakan
126 81 %
program komputer
Pencapaian 945 76% Tinggi

Hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya siklus II dapat dilihat dari datanilai
berikut ini:

Tabel 4 Hasil Tes Siklus II


No Uraian Keterangan
1 Banyaknya siswa 31 siswa
2 Rata-rata Nilai 76,13
3 Nilai tertinggi 100
4 Nilai terendah 65
5 Banyak siswa yang mendapat nilai ≥ 70 27
6 Persentase siswa yang mendapat nilai ≥70 87%
7 Banyak siswa yang mendapat nilai < 70 4
8 Persentase siswa yang mendapat nilai <70 13%

Hasil tes siklus II diperoleh nilai tertinggi 100, nilai terendah 65 nilai rata-rata kelas
adalah 76,13, siswa yang mendapat nilai lebih dari 70 sebanyak 27 siswa (87%), sedangkan
ẟELT∆ Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
116 Vol. 8 No. 1 Januari2020 Hal107 – 120
siswa yang mendapat nilai kurang dari 70 sebanyak 4 siswa (13%). Secara visual dapat
disajikan pada diagram batang tentang rata – rata hasil belajar dan rata-rata secara klasikal
pada grafik 1 berikut ini.

30

20 Tuntas 87%
10 Belum tuntas 13%

0
Hasil Belajar Siklus II

Grafik 2. Hasil Belajar Siklus II

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan materi sudah mengalami
peningkatan bila dibandingkan sebelumnya. Pada siklus II ketuntasan belajar klasikal telah
mencapai 87% sehingga peneliti sudah tidak melakukan pembelajaran siklus III.
Berikut dokumentasi model pembelajaran Think Pair Share berbantuan komputer
siklus II, seperti tampak pada gambar 2.

Gambar 2 Pembelajaran Siklus II

Pembahasan
1. Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana (2006: 22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Dalam system pendidikan nasional dirumuskan tujuan pendidikan baik tujuan kurikulum
maupun tujuan pembelajaran, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom
yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni kognitif, efektif, dan
psikomotoris (Nana Sudjana, 2006: 22-23)
Marwanto, PENINGKATAN HASIL BELAJAR .. 117
Penguasaan terhadap konsep pada proses pembelajaran tersebut dapat dilihat pada
penilaian evaluasi siswa. Pada siklus II dikatakan bahwa hasil belajar meningkat
dibandingkan siklus I. Peningkatan tersebut dapat kita lihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5 Persentase ketuntasan nilai Matematika kelas IXB Siklus I dan II


No Keterangan Siklus I Siklus II
1 Rata-rata 65,32 76,13
2 Persentase Ketuntasan 52% 87%
3 Persentase ketidaktuntasan 48% 13%

80
60
40 Tuntas
20 Belum tuntas
0
Siklus I Siklus II
Grafik 3. Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I dan II

Berdasarkan tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
mengalami peningkatan. Ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus I, dan siklus II dari 16
siswa (52% ) menjadi 27 siswa (87%), sedangkan tidak tuntas 15 siswa (48 %) menjadi 4
siswa (13 % ). Sebanyak 4 siswa yang tidak tuntas tersebut dikonsultasikan kepada guru
bimbingan konseling untuk dicarikan solusi apakah siswa tersebut perlu diremidi atau
kesulitan tidak bisa menerima pembelajaran model Think Pair Share ( TPS )berbantuan
komputer.
Peningkatan hasil belajar pada siklus II ini disebabkan oleh penggunaan model
pembelajaran Think Pair Shareberbantuan komputer yang berhasil, dan pembelajaran lebih
bermakna, pengelolaan kelas dengan diskusi kelompok sesuai kedekatan pertemanan siswa
melnyebabkan keaktifan lebih tinggi.
Dengan terpenuhinya indikator keberhasilan lebih dari 75% yang diperoleh siswa
kelas IXB SMPN 26 Semarang tahun pelajaran 2019/2020. Dengan demikian apa yang
menjadi tujuan sudah terpenuhi dan dapat dikatakan berhasil.

2. Hasil Keaktifan Siswa


Pengkajian data yang peneliti lakukan pada proses pembelajaran siklus I, dan siklus II,
secara bertahap mengalami peningkatan yang lebih baik. Hal ini dapat kita lihat pada tabel
berikut.
ẟELT∆ Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
118 Vol. 8 No. 1 Januari2020 Hal107 – 120
Tabel 6. Persentase Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus I dan II

Siklus I Siklus II

Banyaknya Siswa Persentase Banyaknya Persentase


Siswa

Tingkat Keaktifan 31 66% 31 76%

75
70
65
60
K eaktifan S iklusK eaktifan S iklus
I II

Grafik 4. Keaktifan Siswa Siklus I dan II

Dari data tabel dan grafik tersebut di atas, maka dapat diperoleh informasi bahwa
keaktifan siswa pada siklus II meningkat, yang semula pada siklus I keaktifan siswa saat
melakukan kerjasama hanya 66% pada siklus II menjadi 76%. Hal ini disebabkan
perkembangan mental siswa tersebut berbeda dari siswa secara normal lainnya.
Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Kegiatan itu
beraneka ragam bentuknya, mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan
psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih
keterampilan-keterampilan dan sebagainya. Dengan menggunakan khasanah pengetahuan
yang dimiliki dalam membandingkan satu konsep dengan kata lain, menyimpulkan hasil dan
kegiatan psikis yang lain.
Penerapan model pembelajaran Think Pair Shareberbantuan komputer yang peneliti
lakukan tentunya lebih memunculkan keaktifan intrinsik siswa dan dengan penerapan model
pembelajaran Think Pair Share berbantuan komputer dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dengan demikian penerapan strategi pembelajaran berhasil.

4. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data pada bahasan sebelumnya serta hasil Penelitian Tindakan
Kelas yang dilakukan, maka peneliti menarik simpulan sebagai berikut:
Marwanto, PENINGKATAN HASIL BELAJAR .. 119
1. Penerapan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan komputerdapat meningkatkan
hasil belajar matematika materi persamaan kuadrat bagi siswa kelas IXB SMPN 26
Semarang. Peningkatan hasil belajar tersebut dibuktikan dengan ketuntasan hasil belajar
siswa. Jika pada pada silkus I ketuntasan klasikal 52% rata-rata 65,32, kemudian pada
siklus II meningkat menjadi 87% rata-rata 76,13.
2. Penerapan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan komputer dapat
meningkatkan keaktifan siswa kelas IXB SMPN 26 Semarang. Hal ini dibuktikan dengan
lembar pengamatan keaktifan siswa siklus I yaitu 66% katagori cukup, kemudian siklus
II menjadi 76% katagori tinggi.

Saran

Berdasarkan hasil uraian di atas, dapat dikemukakan saran sebagai berikut.

1. Sebagai tindak lanjut dari penelitian tindakan kelas ini perlu adanya penelitian tindakan
kelas lanjutan mengenai penerapan model Think Pair Share berbantuan komputer pada
materi lain .

2. Berdasarkan hasil penelitian ini guru kelas IX sebaiknya pada saat pembelajaran
matematika dapat menerapakan model Think Pair Share berbantuan komputer, karena
dengan mengkondisikan siswa dengan situasi yang menyenangkan akan membuat materi
pelajaran matematika mudah diterima siswa.Pihak sekolah selalu mendorong guru-guru
untuk melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan profesionalisme guru.

Pustaka
Arikunto, Suharsimi.2006. ProsedurPenelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Anderson, R.H.. 1987. Pemilihan dan Pengembangan Media untukPembelajaran. Jakarta:
Rajawali Pers.
Suharjo. 1994. Penggunaan Komputer dalam Pengajaran. Sumber Belajar.
I (1):43-53.
Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Subchan dkk..2018. Buku Siswa Matematika kelas IX. Jakarta: Penerbit Kemendikbud.
Syah, Muhibin. 2002. Psikologi Belajar. Bandung : Raja Grafindo Persada.
W. Gulo. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.
ẟELT∆ Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
120 Vol. 8 No. 1 Januari2020 Hal107 – 120
Trianto. 2007.Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Zaini, Hisyam dkk. 2007. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD.

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy