Teuku Muhammad Haikal
Teuku Muhammad Haikal
Teuku Muhammad Haikal
ABSTRACT
The intrusion of seawater is a process in which seawater enters the groundwater layer due to the higher
pressure of seawater compared to the pressure of groundwater. This seawater intrusion leads to corrosion
occurring in the structural components of buildings, especially those located in coastal areas. This phenomenon
can affect the service life of these buildings. The purpose of this research is to determine the rate of corrosion
based on different levels of salinity in the eastern Krueng Aceh region, which can serve as a reference and
consideration in construction to prevent excessive corrosion in buildings. The determination of salinity levels is
obtained through testing the salinity of groundwater samples using a salinometer, with the results used to map
the extent of saltwater intrusion. After obtaining the mapping of saltwater intrusion, plain reinforcement test
specimens with diameters of Ø10 and Ø12 are immersed for one month at the previously selected groundwater
sampling points. The calculation of corrosion rate is performed by weighing the initial and final weights of the
test specimens after immersion, allowing the determination of weight loss using the Weight Loss formula. The
results of this study consist of a graph illustrating the relationship between salinity levels and corrosion rates in
plain reinforcement steel with diameters of Ø10 and Ø12.
ABSTRAK
Intrusi air laut merupakan proses masuknya air laut kedalam lapisan air tanah yang diakibatkan oleh
tekanan air laut yang lebih tinggi dibandingkan tekanan air tanah. Intrusi air ini menyebabkan terjadinya korosi
pada komponen struktur bangunan terutama pada bangunan yang terletak pada wilayah pesisir. Hal tersebut
dapat mempengaruhi umur layan dari bangunan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
besarnya laju korosi berdasarkan tingkatan salinitas pada wilayah timur krueng aceh sehingga dapat dijadikan
referensi dan pertimbangan dalam pembangunan guna menghindari terjadinya korosi yang berlebihan pada
bangunan. Penentuan tingkatan salinitas diperoleh dari pengujian sainitas pada sampel air tanah menggunakan
salinometer dimana hasil yang diperoleh digunakan untuk menentukan pemetaan tingkat intrusi air asin. Setelah
didapatkan pemetaaan intrusi air asin maka dilakukan perendaman benda uji tulangan polos diameter Ø10 dan
Ø12 selama 1 bulan pada titik pengabilan sampel air tanah sebelumnya. Perhitungan laju korosi dilakukan
dengan melakukan penimbangan berat awal dan akhir benda uji setelah perendaman sehingga didapatkan
kehilangan berat yang selanjutnya dilakukan perhitungan menggunakan rumus Weight Loss. Hasil dari
penelitian ini ialah grafik hubungan antara tingkat salinitas dan laju korosi pada baja tulangan polos diameter
Ø10 dan Ø12.
Kata kunci: Salinitas, Laju Korosi, Intrusi Air Asin, Weight Loss
I. Pendahuluan air tanah ikut melemah. Pada kondisi ini, air laut
dapat mendesak dan mengalir kedalam
Perkembangan yang pesat mendorong terjadinya
permukaan tanah dan terjadilah intrusi air laut.
pembangunan terus menerus di suatu daerah
Intrusi air asin adalah kejadian dimana air laut
yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan
masuk kedalam lapisan tanah sehingga
akan air bersih, salah satu alternatif pemenuhan
mencemari kualitas air tanah yang
air bersih tersebut antara lain adalah air tanah.
mengakibatkan air tanah tidak dapat digunakan
Penggunaan air tanah yang melebihi kapasitas
kembali oleh makhluk hidup [1]. Intrusi atau
amannya dapat menyebabkan volume dan muka
penyusupan air asin ke dalam akuifer di daratan
air tanah menurun, sehingga tekanan hidrostatis
pada dasarnya adalah proses masuknya air laut menggunakan berat tersebut sebagai massa
di bawah permukaan tanah melalui akuifer di awal, yang kemudian mengalami lingkungan
daratan atau daerah pantai [2]. Dengan korosif, seperti air laut pada periode tertentu.
pengertian lain, yaitu proses terdesaknya air Berat kemudian dihitung sekali lagi setelah
bawah tanah tawar oleh air asin/air laut di dalam logam dibersihkan dari efek korosi, dan berat
akuifer pada daerah pantai. Apabila adalah berat akhir. Laju korosi dapat ditentukan
keseimbangan hidrostatik antara air bawah tanah dengan mengumpulkan data seperti luas
tawar dan air bawah tanah asin di daerah pantai permukaan terendam, waktu perendaman, dan
terganggu, maka akan terjadi pergerakan air berat jenis logam yang diuji.
bawah tanah asin/air laut ke arah darat dan
Untuk menghitung laju krosi digunakan rumus
terjadilah intrusi air laut. Air Asin adalah air
sebagai berikut:
yang bersifat asin dan mengandung sejumlah
garam terlarut didalamnya, di mana kandungan (K ×W )
CR=
garam tersebut dinyatakan dalam parts per ( A × T × D)
million (ppm) [3]. Sedangkan air asin adalah (1)
semua air yang mempunyai kadar garam yang
tinggi, tingkat garam biasanya dicerminkan dari Dimana:
CR = Laju korosi (mm/year)
total kandungan zat telarut [4]. Air tanah
K = Konstanta (8,76 x 104)
merupakan air tawar yang berada pada lapisan
W = Kehilangan berat (gr)
tanah yang terdapat dibawah permukaaan yang A = Luas baja tulangan yang terendam (cm2)
dikenal sebagai akuifer [5]. Air laut adalah salah T = Waktu terhadap korosi (h)
satu penyebab kegagalan pada struktur D = Densitas baja karbon (7,85 gr/cm3)
bangunan. Hal ini disebabkan kandungan sulfat
dan ion klorida pada air laut yang bereaksi Laju korosi dipengaruhi oleh tingkat salinitas,
dengan unsur kimia pada baja tulangan sehingga salinitas adalah jumlah kandungan garam yang
mengakibatkan terjadinya korosi pada tulangan. terdapat dalam satuan massa larutan [12].
Padahal tulangan adalah komponen yang Salinitas dapat diukur menggunakan alat
penting untuk menahan beban-beban struktur. bernama salinometer maupun refraktometer.
Dengan terjadinya korosi, kekuatan tulangan Perbedaan pada kedua alat ini terletak pada
akan menurun dan bahkan hilang, sehingga display, salinometer dalam bentuk digital
mengakibatkan kegagalan struktur [6]. sedangkan refraktometer dalam bentuk analog
Lingkungan air asin yang mempengaruhi umur [13]. Klasifikasi air tanah berdasarkan tingkat
layan dari struktur Bangunan yang salinitas yang berhubungan dengan intrusi air lat
mengakibatkan bangunan pada wilayah pesisir ditunjukkan dalam Tabel 1 berikut [14].
sangat rentan terkena korosi [7]. Korosi adalah
Tabel 1. Klasifikasi Air berdasarkan Tingkat
kerusakan material yang disebabkan oleh
Sainitas
lingkungan sekitar seperti lingkungan asam, air
laut, air sungai dan air danau [8]. Korosi pada N Jenis Salinitas Salinita Salinitas
O Air (mg/L atau ppm) s (ppt) (%)
tulangan baja menyebabkan diameter baja Sangat
tulangan berkurang, selain itu juga 1 > 35.000 > 35 > 3,5
Asin
menimbulkan volume senyawa hasil reaksi 2 Asin 3.000 – 35.000 3 – 35 0,3 – 3,5
3 Payau 1.000 – 3.000 1–3 0,1 – 0,3
korosi lebih besar daripada volume baja yang
4 Tawar < 1.000 <1 < 0,1
bereaksi [9]. Laju korosi adalah kecepatan Sumber: Bouwer, 2001 dikutip dari Ardaneswari, 2016
rambatan atau keepatan penurunan kualitas
bahan terhadap waktu. Menghitung laju korosi Berdasarkan data yang telah dikumpulkan,
dapat dilakukan menggunakan metode penulisan tugas akhir ini dibuat dengan tujuan
kehilangan berat (Weight Loss) [10]. Menurut untuk mengetahui seberapa besar laju korosi
standar ASTM G31-72 (American Society for yang terjadi pada Zona Timur Krueng Aceh,
Testing Materials International), prinsip dari sehingga diperoleh data perhitungan laju korosi
prosedur ini adalah menghitung berapa banyak terhadap salinitas dengan menggunakan bantuan
material atau berat yang hilang setelah melalui software microsoft excel. Selain itu, dari data
langkah perendaman [11]. Menghitung berat perhitungan yang diperoleh akan meghasilkan
logam yang telah dibersihkan dari oksida dan kurva hubungan antara laju korosi yang terjadi
dengan tingkat salinitas yang diperoleh. Dari 1. Pekerjaan Persiapan & Penentuan Titik
penelitian ini juga akan dihasilkan peta intrusi Rencana Pengambilan Sampel Air Tanah
air asin berdasarkan tingkat salinitas yang Pekerjaan persiapan meliputi pengadaan
didapatkan. peralatan guna pengambilan sampel air tanah
dan spesimen benda uji, pengadaan material
II. Metodologi Penelitian
tulangan baja dan peta rencana pengambilan
Tahapan pada penelitian ini dimulai dengan titik sampel air tanah yang dibuat menggunakan
studi litelatur, dilanjutkan dengan peninjauan bantuan software ArcGIS, pengujian tarik baja
survey lapangan, pengumpulan data salinitas, menggunakan alat yang tersedia di
pembuatan peta intrusi air asin dengan bantuan Laboratorium Konstruksi Bahan Bangunan
software ArcGIS dan perendaman benda uji Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
tulangan baja Ø10 dan Ø12 untuk melihat Universitas Syiah Kuala untuk memastikan
kehilangan berat dari baja tulangan, serta kesesuaian mutu benda uji baja tulangan yang
melakukan perhitungan laju korosi dengan digunakan dan pemotongan material beda uji
menggunakan metode weight loss. tulangan baja yang dilakukan menggunakan
gerinda potong sepanjang 50 milimeter untuk
A. Objek Penelitian digunakan dalam pengujian korosi.
Objek peneltian adalah sampel air tanah, benda
uji baja tulangan diameter Ø10 dan Ø12.
Pengumpulan data salinitas menggunakan alat
pengukur salinitas yaitu salinometer,
Pengolahan data menggunakan bantuan
software microsoft excel serta pembuatan peta
menggunakan bantuan software ArcGIS.
(8 , 76 x 10 )
(Mpa) (Mpa)
(%) 4 mm
×0,153 gr
(a) (b) (c) (d) = (b) / (c) year
BjTP
CR=
1
Ø10
324,752 0,164 197,477 ( 17 , 91 c m2 ×720 jan ×7 , 85 gr /c m2 )
2
BjTP
299,772 0,176 170,083 CR=0,1324 mm/ year
Ø10
BjTP Diameter 12 mm:
3 324,752 0,182 178,166
Ø10 (K ×W )
CR=
Sumber : Perhitungan Microsoft Excel yang dilakukan Penulis ( A × T × D)
(8 , 76 x 10 )
Tabel 4. Hasil perhitungan Uji Tarik Baja 4 mm
Diameter 12 ×0,192 gr
year
Regan CR=
Benda
Tegangan
gan
Modulus ( 22 , 63 c m2 ×720 jan × 7 , 85 gr /c m2 )
No Leleh Elastisitas
Uji Leleh
(Mpa) (Mpa)
(%) CR=0,1315 mm/ year
(a) (b) (c) (d) = (b) / (c)
Data perhitungan laju korosi selanjutnya dapat
BjTP
1 346,958 0,190 182,633 dilihat pada Tabel 5 berikut:
Ø12
2
BjTP
329,610 0,161 201,409 Tabel 5 Hasil Perhitungan Laju Korosi
Ø12
Menggunakan Metode Weight Loss
BjTP
3 312,262 0,171 182,609 Berat Berat Rata-rata
Ø12 Awal Akhir
Kehilangan Laju Korosi
Laju
Benda Uji Berat (W) (CR)
Sumber : Perhitungan Microsoft Excel yang dilakukan Penulis (W0) (W1) Korosi
gr gr gr mm/year mm/year
Pengujian kuat tarik baja tulangan polos BjTP 1 30.016 29.863 0.153 0.1324
280 ini dilakukan untuk mengetahui atau D10 2 30.144 29.98 0.164 0.1419 0.1305
3 29.636 29.503 0.133 0.1171
memastikan kesesuaian spesimen benda uji baja A
1 45.105 44.913 0.192 0.1315
tulangan polos yang digunakan. Hasil dari D12 2 45.098 44.881 0.217 0.1486 0.1349
pengujian uji kuat tarik baja untuk diameter 3 44.721 44.539 0.182 0.1247
1 27.158 27.079 0.079 0.0742
tulangan Ø10 maupun Ø12 menghasilkan nilai D10 0.0634
2 26.943 26.884 0.059 0.0554
tegangan leleh dan juga regangan leleh yang 3 26.843 26.779 0.064 0.0607
B
terjadi untuk masing-masing spesimen sehingga 1 39.55 39.465 0.085 0.0659
D12 2 39.534 39.448 0.086 0.0667 0.0672
dari kedua nilai tersebut dapat diperoleh nilai
3 39.241 39.153 0.088 0.0689
modulus elastisitas baja 1 30.352 30.305 0.047 0.0403
D10 2 30.566 30.518 0.048 0.0412 0.0393
B. Hasil Perhitungan Laju Korosi Metode C
3 30.000 29.958 0.042 0.0363
1 44.923 44.861 0.062 0.0432
Weight Loss D12 2 44.745 44.687 0.058 0.0404 0.0409
3 44.737 44.681 0.056 0.0390
Dari pengujian yang telah dilakukan maka Sumber : Perhitungan Microsoft Excel yang dilakukan Penulis
didapatkan hasil berupa pengurangan berat
benda uji baja tulangan yang selanjutnya akan Dari data laju korosi yang didapatkan maka
dibuatkan grafik dari laju korosi terhadap
dilakukan perhitungan laju korosi untuk setiap
salinitas yang dapat dilihat pada Gambar 2 dan
benda uji baja tulangan BjTP 280 diameter 10 Gambar 3 berikut ini:
Sumber: Pembuatan grafik dilakukan penulis di Microsoft Excel
Gambar 2. Grafik Laju Korosi Diameter 10 mm
Sumber: Pembuatan peta dilakukan penulis di ArcGis ArcMap
Gambar 4. Peta Intrusi Air Asin