Prosiding Lamas 7 Unscure Binar Kurniasari Febrianti
Prosiding Lamas 7 Unscure Binar Kurniasari Febrianti
Prosiding Lamas 7 Unscure Binar Kurniasari Febrianti
PROCEEDINGS
LANGUAGE MAINTENANCE AND SHIFT
(LAMAS) 7
“The Vitality of Local Languages in Global Community”
Compiled by
Agus Subiyanto, Herudjati Purwoko, Kartini Rahayu,
Wa Ode Nisrawati, Nur Faidatun Naimah, and Ardis Septi Eka Rachmatika
PROCEEDINGS
LANGUAGE MAINTENANCE AND SHIFT
(LAMAS) 7
“The Vitality of Local Languages in Global Community”
Compiled by
Agus Subiyanto, Herudjati Purwoko, Kartini Rahayu,
Wa Ode Nisrawati, Nur Faidatun Naimah, and Ardis Septi Eka Rachmatika
Compiled by:
Agus Subiyanto
Herudjati Purwoko
Kartini Rahayu
Wa Ode Nisrawati
Nur Faidatun Naimah
Ardis Septi Eka Rachmatika
Published by:
Master Program in Linguistics, Diponegoro University
in Collaboration with:
Balai Bahasa Jawa Tengah
Address
Jalan Imam, S.H. No.5, Semarang, Indonesia, 50241
Telp/Fax +62-24-8448717
Email: lamas@live.undip.ac.id
seminarlinguistics@gmail.com
Website: www.lamas.undip.ac.id
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
NOTE
In this international seminar on Language Maintenance and Shift 7 (LAMAS 7 for short), we try to do
the new paradigm, that is publishing the proceeding after the seminar was held. The positive aspect of
the paradigm is that the presenters of the seminar have opportunity to revise their paper based on the
responses of the audience. However, it takes longer time to process the proceeding until it is ready to
distribute. Therefore, we apologize for being late.
In this opportunity, we would like to extent our deepest gratitude to Balai Bahasa Jawa Tengah for
continuously cooperation in conducting the seminar. Thanks also go to the Dean of the Faculty of
Humanities, the Head and the Secretary of the Master Program in Linguistics Diponegoro University,
without whom the seminar would not have been possible. We would also express our special thanks to
committee for putting together the seminar that gave rise to this compilation of papers.
We would like to thank Mrs. Shu-Chuan Chen, Ph.D. from Asia University Taiwan, Dr. Tupas Topsie
Ruanni, from National Institute of Education Singapore, Drs, Pardi M.Hum. from Balai Bahasa Jawa
Tengah; Prof. Ketut Artawa, Ph.D. from Udayana University, and Dr. Suharno, M.Ed. from
Diponegoro University, as invited speakers in plenary sessions, and to all of the participants of the
seminar.
iii
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
iv
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
v
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
Dian Indira, Wahya, R.M. KONSEP LITERASI BERKARAKTER DALAM BUKU PELAJARAN
Mulyadi BAHASA SUNDA TINGKAT SEKOLAH DASAR
vi
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
15.00 – 16.00 Herudjati Purwoko PROMOTING REGISTER AS POLITENESS FORMULA KRYPTON 1 COMMITTEE
EMPAT SIMBOL DASAR LAMBANG KEHIDUPAN MASYARAKAT
Niswa Binti Rahim
TORAJA: SEBUAH KAJIAN SEMIOTIK MODEL PIERCE
VOICE SELECTION IN JAVANESE NARRATIVE AND
Agus Subiyanto
CONVERSATIONAL DISCOURSE
Sri Ratnawati JHEMO MADURA: KEARIFAN LOKAL DALAM TANTANGAN GLOBAL
OUR IDENTIFICATION THROUGH COMMON CULTURE AS SINGLE
Patrick Munyensanga
LANGUAGE UNIFIES US
vii
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
Sri Puji Astuti & M. DESAIN PEMBENTUKAN LEKSIKON UNIK TUTURAN JAWA PADA
Suryadi MASYARAKAT PINGGIRAN DI KOTA SEMARANG
KEBIJAKAN PENDIDIKAN BAHASA DAERAH DI ERA MEA
Ulva Fatiya Rosyida
(MASYARAKAT EKONOMI ASEAN)
viii
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
ix
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
x
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
xi
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
xii
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
xiii
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
xiv
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
xv
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
xvi
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
TABLE OF CONTENTS
NOTE iii
SCHEDULE OF THE INTERNATIONAL SEMINAR iv
TABLE OF CONTENTS xvii
RECONSTRUCT THE IDENTITIES ON CULTURAL AND LANGUAGE TRANSITION IN
TAIWAN 1
Shu-Chuan Chen
INEQUALITIES OF MULTILINGUALISM: GLOBALIZATION, NATIONALISM AND
MOTHER TONGUES 2
Ruanni Tupas
SPEECH LEVELS OF MADURESE LANGUAGE: A SOCIO-PRAGMATIC STUDY OF
BANGKALAN DIALECT 3
Agni Kusti Kinasih, Muhammad Hawas
PILIHAN BAHASA PENUTUR DI LINGKUNGAN PESANTREN (STUDI KASUS DI
PESANTREN AL-ITQON, BUGEN, SEMARANG) 11
Agus Sudono
TERJEMAHAN TUTURAN YANG MENGAKOMODASI TINDAK TUTUR MENYURUH
PADA NOVEL CHRIST THE LORD OUT OF EGYPT KARYA ANNE RICE 20
Agustina Aloojaha, M.R Nababan, Djatmika
UNTOLD BLACK HISTORY
27
Ahmed Fomba
PREFIX N- AND ITS COMBINATION IN SUNDANESE: A MORPHOLOGY STUDY
28
Ai Yeni Yuliyanti, Sutiono Mahdi
STRATEGI KESANTUNAN POSITIF & TINDAK TUTUR KOMISIF BERJANJI DALAM
DEBAT PERDANA PILKADA DKI JAKARTA 2017 35
Aldila Arin Aini, Sumarlam, Dwi Purnanto
STRATEGI KESANTUNAN POSITIF DALAM BAHASA MELAYU PONTIANAK
40
Amanah Hijriah
THE STUDENTS PRESENT ATTITUDES IN USING JAVA AND NGAPAK DIALECT ON
CAMPUS 48
Anandha
VITALIZING JAVANESE LANGUAGE THROUGH PLACE NAMES
53
Angelika Riyandari
KOHESI LEKSIKAL PADA SPIRIT HARI INI DI RADIO MHFM SOLO DAN UNTAIAN
KATA DI RADIO IMMANUEL SOLO 60
Anisak Syaid Fauziah Djatmika, Sumarlam
POLA DASAR KALIMAT BAHASA BATAK TOBA
66
Anne Meir, Sutiono Mahdi
KARAKTERISTIK BUDAYA MELAYU DALAM SEPOK TIGE #SEPANYOL
#ANDALUSIA KARYA PAY JAROT SUJARWO 70
Binar Kurniasari Febrianti
PERANCANGAN APLIKASI FLESCH LEVEL UNTUK MENENTUKAN INDIKATOR
KETERBACAAN TEKS 79
Debyo Saptono, Tri Wahyu Retno Ningsih
xvii
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
xviii
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
xix
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
xx
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
xxi
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
xxii
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
xxiii
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
xxiv
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
xxv
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
Abstrak
Pepatah mengatakan buku adalah gudang ilmu dan jendela dunia. Dengan membaca buku
orang mendapatkan ilmu, pengetahuan, dan informasi baru yang belum diketahui
sebelumnya. Kisah perjalanan seseorang bisa dikumpulkan menjadi sebuah karya buku
yang menarik untuk dibaca. Begitu pula dengan Pay Jarot Sujarwo yang memaparkan
kisah perjalanan ke luar negeri dari pengalaman pribadinya. Buku Sepok Tige #Sepanyol
#Andalusia karya Pay Jarot Sujarwo yang disingkat PJS ini adalah judul terbaru (buku
ketiga) dari trilogi buku kisah perjalanan si penulis yang diterbitkan tahun 2016. PJS
adalah penulis lokal yang lahir di Kampung Arang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan
Barat. PJS menuangkan pengalaman pribadinya dalam buku dengan gaya lokal khas
Melayu asli, kental. Kekhasan ini mencerminkan lokalitas budaya. Oleh karena itu
karakteristik budaya Melayu dalam Sepok Tige #Sepanyol #Andalusia dipilih penulis
menjadi judul dalam penelitian. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan karakteristik
budaya dalam buku Sepok Tige terkait peristiwa atau persoalan di Pontianak, Kalimantan
Barat. Data dalam buku Sepok Tige dianalisis melalui pendekatan antropologi sastra
dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Melalui teori dan pendekatan tersebut
karakteristik budaya Melayu Pontianak, Kalimantan Barat bisa diungkapkan dengan jelas
sehingga pemaknaan peristiwa perjalanan si penulis terimplementasi dalam buku tersebut.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah semangat lokalitas begitu jelas digunakan
oleh penulis dalam menuangkan kisah perjalanannya di negeri orang. Karakteristik
tersebut bisa menjadi penguat khazanah budaya dan identitas Melayu di Kalimantan Barat,
bahasa Melayu yang digunakan dalam buku ini memiliki nilai estetis dan mengekploitasi
kemampuan sebagai penulis lokal, serta memotivasi penulis lokal lain untuk membukukan
karyanya.
Kata kunci: sepok, karakteristik, budaya, Melayu.
PENDAHULUAN
Pepatah mengatakan buku adalah gudang ilmu dan jendela dunia. Dengan membaca buku orang
mendapatkan ilmu, pengetahuan, dan informasi baru yang belum diketahui sebelumnya. Kisah
perjalanan seseorang bisa dikumpulkan menjadi sebuah karya buku yang menarik untuk dibaca. Begitu
pula dengan Pay Jarot Sujarwo yang memaparkan kisah perjalanan ke luar negeri dari pengalaman
pribadinya menjadi sebuah karya buku.
Suatu karya sastra niscaya dipengaruhi oleh latar belakang budaya pengarangnya, termasuk cerita
kisah perjalanan #Sepok Tige karya Pay Jarot Sujarwo yang kemudian disingkat PJS. Buku ini ditulis
menggunakan bahasa Melayu dialek Pontianak. Latar belakang PJS yang lahir di Kampung Arang,
Kubu Raya berbatasan dengan Pontianak, Kalimantan Barat banyak memengaruhi kisah perjalanan
tersebut. Bahasa Melayu adalah bahasa penghubung yang digunakan di Pontianak. Karena Pontianak
sebagai ibukota Kalimantan Barat menjadi pusat bertemu dan berinteraksinya suku Melayu, maka
bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Melayu dialek Pontianak. Hal ini menunjukkan bahwa
bahasa Melayu memiliki peranan penting dan mendominasi penggunaan bahasa di Kalimantan Barat
khususnya kota Pontianak dan sekitarnya. Karena Bahasa Melayu Pontianak memiliki peranan yang
penting dalam berinteraksi di Kalimantan Barat maka pemertahanan bahasa Melayu Pontianak menjadi
penting dilakukan (Musfeptial, 2016: 310). Buku Sepok Tige karya PJS ini selain merupakan bentuk
konkrit pemertahanan bahasa Melayu Pontianak yang juga mengandung karakteristik budaya lokal yang
Page 70 of 811
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
perlu dilestarikan. Sementara itu, karakteristik berasal dari kata karakter, yaitu sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Jadi, karakteristik
adalah ciri-ciri khusus (KBBI, 2014: 623).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, yang menjadi pokok masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana karakteristik budaya yang berupa lokalitas yang dituangkan dalam buku
kisah perjalanan Sepok Tige #Sepanyol #Andalusia karya Pay Jarot Sujarwo.
Bahasa merupakan bagian dari budaya dalam masyarakat. Bahasa pun menjadi media untuk
menulis suatu karya sastra. Pengarang menggunakan bahasa untuk menuangkan pokok pikirannya,
sedangkan hasil karyanya dipengaruhi oleh budaya di lingkungan ia tinggal. Endraswara menyatakan
bahwa antropologi sastra termasuk ke dalam pendekatan arkeptial, yaitu kajian karya sastra yang
menekankan pada warisan budaya masa lalu. Warisan budaya tersebut dapat terpantul dalam karya-
karya sastra klasik dan modern (2013: 109). Selanjutnya Endraswara menambahkan bahwa analisis
antropologi sastra mengungkapkan berbagai hal, antara lain:
1. Kebiasaan-kebiasaan masa lampau yang berulang-ulang masih dilakukan dalam sebuah cipta sastra.
Kebiasaan leluhur melakukan semedi, melantunkan pantun, mengucapkan mantra-mantra, dan
sejenisnya menjadi fokus penelitian.
2. Peneliti akan mengungkapkan akar tradisi atau subkultur serta kepercayaan seorang penulis yang
terpantul dalam karya sastra. Dalam kaitan ini tema-tema tradisional yang diwariskan turun-temurun
akan menjadi perhatian tersendiri.
3. Kajian juga dapat diarahkan pada aspek penikmat sastra etnografis, mengapa mereka sangat taat
menjalankan pesan-pesan yang ada dalam karya sastra. Misalnya saja, mengapa orang Jawa taat
menjalankan pepali yang termuat dalam Pepali Ki Ageng Sela.
4. Peneliti juga perlu memperhatikan bagaimana proses pewarisan sastra tradisional dari waktu ke
waktu.
5. Kajian diarahkan pada unsur-unsur etnografis atau budaya masyarakat yang mengitari karya sastra
tersebut.
6. Perlu dilakukan kajian terhadap simbol-simbol mkitologi dan pola pikir masyarakat pengagumnya.
Misalnya, peneliti dapat mengkaji mitos Nyi Lara Kidul yang terkenal sampai sekarang.
Berkaitan dengan budaya, Ratna (2011: 42-43) menjelaskan bahwa bangsa Indonesia memiliki
kearifan lokal yang sangat kaya, baik dalam bentuk sastra lisan maupun tulisan, baik yang dikemukakan
melalui sastra lama maupun modern. Karakteristik budaya dalam Sepok Tige mencerminkan kearifan
lokal dan kekayaan masa lampau yang harus dipelihara. Oleh karena itu, pendekatan antropologi sastra
berkaitan erat dengan kajian budaya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dalam perspektif sastra. Jenis penelitian ini
merupakan penelitian kepustakaan mengingat data yang digunakan berupa data tertulis untuk membuat
deskripsi yang kualitatif. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan data yang
didapat kemudian disusul analisis terhadap fakta-fakta dan data yang sudah dimiliki (Ratna, 2011:53).
Penulis membaca sumber data secara cermat yang berupa karakteristik budaya dan mencatatnya.
Selanjutnya, data yang telah terkumpul dideskripsikan dengan fakta-fakta dan dianalisis dengan
memberikan pemahaman melalui pendekatan antropologi sastra.
PEMBAHASAN
Pengarang mempunyai cara khas dan unik agar bukunya menarik dan pesan yang terdapat di dalamnya
bisa sampai kepada pembaca. Demikian juga yang dilakukan oleh Pay Jarot Sujarwo, pengarang buku
Sepok Tige #Sepanyol #Andalusia. Buku yang ditulis PJS selain mengangkat judul lokalitas, terdapat
juga karakteristik budaya berupa identitas etnis, ciri-ciri daerah, kesenian/kebudayaan lokal, dan citra
masa lampau.
Page 71 of 811
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
Identitas Etnis
Bahasa merupakan media utama dalam penulisan suatu karya yang menjadi identitas suatu etnis. Jadi,
bahasa memiliki relevansi sosial budaya dengan karya sastra. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Riffaterre (dalam Teeuw, 1984: 79-80) bahwa bahasa dalam karya sastra tidak hanya bersifat puitik
saja, akan tetapi juga harus memperhatikan aspek pragmatik dan ekspresif serta relevansi karya sastra.
Dalam buku kisah perjalanan Sepok Tige, PJS menggunakan bahasa Melayu dialek Pontianak yang
kental. Contoh bahasa Melayu tersebut terdapat pada daftarkata berikut.
“Lalulah kamek makan siang pakai indomie same kecap manis. Serase makan di Kampong
Arang. Kurang cencalok yak sikit. Kalaok ada cencalok tambah ikan teri, lengkaplah die.
Jadi belior aku dibuatkan-e”(Sujarwo, 2016:48).
Lalu saya makan siang dengan indomie dan kecap manis. Serasa makan di Kampung
Arang. Kurang sedikit cencalok. Kalau ada cencalok tambah ikan teri, pasti lengkap. Jadi
berliur saya dibuatnya.
“Sekali nak pegi, tak alang-alang Eropah (pakai H di ujung-e). Nyebotkan “Eropah” pas
abes makan jering” (Sujarwo, 2016:18).
Begitu akan pergi, tak tanggung-tanggung Eropah (pakai H diujungnya). Menyebutkan
Eropah pas setelah makan jengkol.
Pada kutipan di atas terdapat istilah makanan khas Melayu Pontianak, yakni cencalok dan jering.
Jering adalah sebutan lain untuk jengkol bagi masyarakat Pontianak dan di beberapa daerah lain.
Makanan yang mempunyai aroma khas ini sangat digemari masyarakat di berbagai daerah. Selain bau,
jengkol dapat mengganggu kesehatan seseorang karena konsumsi jengkol berlebihan menyebabkan
terjadinya penumpukan kristal di saluran urin, yang disebut kejengkolan. Ini terjadi karena jengkol
mengandung asam jengkolat yang tinggi dan sukar larut di air pada PH yang
asam.https://id.wikipedia.org/wiki/Jengkol
Sementara, calok atau cencalok adalah makanan khas Kalimantan barat yang terbuat dari udang
kecil (rebon) difermentasi dengan mikroba asam laktat. Udang dicuci dengan air laut kemudian
Page 72 of 811
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
dicampur dengan garam, gula, dan cabai yang disimpan dalam wadah tertutup selama 20-30 hari.
Cencalok bisa dimakan begitu saja diberi perasan jeruk dan cabai rawit sebagai pendamping nasi. Bisa
juga ditumis dan dibuat menjadi sambal.
Ciri-ciri Daerah
Karakteristik warna lokal tergambar pada buku Sepok Tige. Hal ini sejalan dengan Ratna (dalam
Juliastuty dan Fuad, 2016: 18) bahwa sastra warna lokal yaitu karya sastra dengan melukiskan ciri-ciri
daerah tertentu. Dalam buku kisah perjalanan ini ditemukan ciri-ciri daerah Pontianak, Kalimantan
Barat, antara lain Desa Kampong Arang, pasar, termasuk Pasar Dahlia dan Pasar Flamboyan, paret
(sungai), Kantor pos lama, Alun-alun Kapuas. Ciri-ciri daerah tersebut terdapat pada kutipan berikut.
“Kampong Arang pembar. Dulok orang tak tau Kampong Arang tu di mane, abes buku
Sepok ni keluar, sikit-sikit orang ngumongkan Kampong Arang” (Sujarwo, 2016:19).
Kampung Arang heboh. Dulu orang tidak tahu Kampung Arang itu di mana, setelah buku
Sepok ini keluar, sedikit-sedikit orang membicarakan Kampung Arang
Pada kutipan tersebut disebutkan wilayah Kampong Arang. Kampong Arang adalah nama lain
dari Desa Arang Limbung yang terletak di jalan Adi Sucipto, kecamatan Sungai Raya, kabupaten Kubu
Raya, Kalimantan Barat. Kampung ini merupakan tanah kelahiran penulis #Sepok Tige, Pay Jarot
Sujarwo.
https://bukusepok.wordpress.com/2010/07/15/kampung-arang-and-villager-story/
“Eit, sekali agek aku ingatkan, jangan kitak nak nyame-nyamekan ngan Pasar Plamboyan
yang lecah-e mintak ampon tu. Ape agek pas musim ujan. Bauk-e ngambor” (Sujarwo,
2016:75).
Eit, sekali lagi saya ingatkan, jangan kalian samakan dengan Pasar Flamboyan yang
beceknya minta ampun. Apalagi pas musim hujan. Baunya menyebar.
Pasar Flamboyan, pasar tradisional terbesar di Pontianak ini terletak di Jalan Gajah Mada,
Pontianak Selatan. Tahun 2013 pemerintah merevitalisasi pasar ini sehingga terlihat lebih bersih dan
tidak kumuh. Pembeli dan penjual bisa bertransaksi dengan fasilitas 53 ruko yang menjual berbagai
kebutuhan. Konsep yang saling menguntungkan inilah yang membuat pasar tradisional masih memiliki
andil dalam dunia yang semakin modern ini dalam memenuhi kebutuhan harian masyarakat. Beberapa
pasar tradisional yang masih Berjaya, khususnya di kota Pontianak ini adalah Pasar
Flamboyan.https://www.travelio.com/en/pontianak/pasar-flamboyan 30 Juni 2017
“Untong gak tang Eropah tu pas musim dingin tadak ade lalat. Kalau banyak lalat macam
tang Pasar Dahlia agek musim ujan, hal cerite” (Sujarwo, 2016:18).
Untung saja di Eropa pas musim dingin tidak ada lalat. Kalau banyak lalat seperti di Pasar
Dahlia ketika musim hujan, lain cerita.
Selain Flamboyan, ciri daerah berupa pasar tradisional lain di Pontianak adalah Pasar Dahlia.
Pasar yang menggunakan nama bunga tersebut disebut-sebut merupakan pasar kebanggaan dari warga
Pontianak. Pasar yang menggunakan nama bunga tersebut disebut-sebut merupakan pasar kebanggaan
dari warga Pontianak dan merupakan sektor ekonomi yang menyumbang pendapatan beberapa
pedagang yang tergabung di dalamnya menjadi meningkat. Pasar yang memiliki lokasi di jalan
Hasanudin, Pontianak barat ini memang tergolong pasar yang selalu ramai untuk dikunjungi oleh para
pengunjung setiap harinya. https://www.travelio.com/pontianak/pasar-dahlia
“Kau tengok orang-orang Pontianak tu, mandik tang paret. Di dalam paret tu sampah
betumpok. Nyuci baju di paret, di dalam paret tu sampah betumpok. Gosok gigi di paret,
di dalam paret tu sampah betumpok” (Sujarwo, 2016:41).
Kau lihat saja orang-orang Pontianak mandi di sungai. Di dalam sungai itu sampah
bertumpuk. Mencuci baju di sungai, di dalam sungai itu sampah bertumpuk. Gosok gigi di
sungai, di dalam sungai itu sampah bertumpuk.
Page 73 of 811
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
Dari kutipan di atas disebutkan ciri daerah yang berupa paret atau sungai. Kalimantan Barat
termasuk dalam salah satu daerah yang dijuluki sebagai provinsi seribu sungai. Julukan ini selaras
dengan kondisi geografis yang mempunyai ratusan sungai besar dan kecil yang diantaranya dapat dan
sering dilayari. Peran Sungai Kapuas sangat primer dalam kehidupan masyarakat Kalimantan Barat
baik sebagai sarana transportasi maupun lahan untuk mengekplorasi kearifan lokal. Pengembangan
Sungai Kapuas masih memiliki banyak kendala dan masalah seperti pencemaran sungai yang tinggi
oleh logam berat dan bahan kimia karena kegiatan penambangan emas dan perak dan masih rendahnya
kesadaran masyarakat lokal setempat untuk berperan serta dalam melestarikan dan mengembangkan
potensi yang dimiliki Sungai Kapuas. Namun, paret atau sungai tetap menjadi urat nadi bagi kehidupan
masyarakat, terutama masyarakat di sepanjang aliran sungai.
https://blogs.uajy.ac.id/kris02/2017/02/20/sungai-kapuas-sumber-daya-yang-terabaikan-di-
kalimantan-barat/
“Tapi jangan kitak mbayangkan macam kantor pos lamak yang di dekat Korem tu.
Gedong-e mang dibuat orang Eropa mang. Tapi sayang orang kite tadak pandai
ngerawat-e. jadilah akher-e macam itu” (Sujarwo, 2016:64).
Tapi jangan kalian membayangkan seperti kantor pos lama yang dekat Korem itu.
Gedungnya memang dibuat orang Eropa. Tapi sayang kita tidak pandai merawatnya,
hingga akhirnya seperti itu.
Pada kutipan di atas ciri daerah yang berupa bangunan Kantor Pos Lama ini berada dijalan Rahadi
Oesman, Pontianak Kota berdekatan dengan bangunan Bank Indonesia dan Kantor Walikota Pontianak.
Lokasinya tidak jauh dari lapangan Alun-Alun Kapuas dan Pelabuhan Pontianak. Corak bangunan
nuansa arsitektur indies sangat kental terasa di bangunan kantor pos yang pertama di kota Pontianak
ini. Dibangun pertama kali pada tahun 1858 oleh pemerintahan Kolonial Hindia Belanda. Semenjak
awal, bangunan ini memang di fungsikan sebagai ‘post telegraf kantoor’ (kantor pos). Bangunan ini,
sampai sekarang masih kokoh berdiri dan masih berfungsi sebagai kantor pos yang di kelola oleh PT
POS, khusus melayani ekspedisi pengiriman barang. Sebagai menjadi salah satu bangunan peninggalan
sejarah, sudah sepatutnya bangunan ini di jaga dan dilestarikan.
https://pontianakheritage.wordpress.com/tag/kantor-pos-lama-pontianak/
“Kalok di Pontianak, macam alun-alun depan Korem. Cobelah di Korem tu, jangan arap
kitak tadak nemu sampah. Ntah ngape ke ye, orang kita ni payah benar di kabakan.
Padahal udah ade peratoran pemerintah. Siape yang mbuang sampah sembarangan,
kenak tangkap, kenak masokkan penjare, kenak suroh bayar dende. Tapi maseh gak
sampah itu betepek-tepek di mane-mane” (Sujarwo, 2016:69-70).
Kalau di Pontianak, seperti alun-alun depan Korem. Coba di Korem, jangan harap kalian
tidak menemukan sampah. Siapa yang membuang sampah sembarangan ditangkap,
dimasukkan penjara, disuruh bayar denda. Tapi masih saja sampah itu bertebaran di mana-
mana.
Ikon atau ciri daerah pada kutipan di atas adalah Taman Alun-alun Kapuas yang menjadi satu
diantara tempat wisata yang ada di kota pontianak. Taman Alun-alun Kapuas terletak Jalan Rahadi
Usman atau di depan kantor Walikota Pontianak. Taman Alun-Alun Kapuas merupakan salah satu
ruang terbuka umum yang cukup populer di kota Pontianak. Alun-Alun Kapuas ini berada dipinggir
tepian Sungai Kapuas. Dengan memiliki air mancur dan replika Tugu Khatulistiwa. Luas Taman Alun-
alun Kapuas saat ini sekitar tiga hektare. Dibangun sudah sejak zaman dulu, namun renovasi dilakukan
pada tahun 1999. Di Taman Alun-Alun Kapuas ini juga dijadikan tempat pelaksanaan berbagai acara.
Seperti Lomba Meriam Karbit, Lomba Layang-Layang, Festival Budaya Bumi Khatulistiwa, dan
berbagai acara lainnya yang berkaitan dengan kebudayaan dan pariwisata.
http://wisatapontianak.com/taman-alun-alun-kapuas-kota-pontianak-kalimantan-barat/
Kesenian/Kebudayaan Lokal
Pada buku kisah perjalanan ini, penulis menceritakan permainan tradisonal masa kecilnya. Permainan
tradisional merupakan bagian dari kesenian/kebudayaan lokal yang perlu dilestarikan. Permainan
tersebut terdapat pada kutipan berikut.
Page 74 of 811
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
“Budak-budak gang palenglah maen tang lapangan SD. Maen kejar bulan, maen guli, maen
tabak, maen joli, maen getah, maen lak. Maok yang menantang, maen tarta serbu, maen bekap
kasti, maen kelayang, ngejar kelayang putos. Pegi ke laot, mandik laot. Kalo ndak, pegi ke utan,
ngelempar pokok asam yang agek berbuah. Kalok ndak pon buat pondok-pondok tang dalam
utan tu. Ade gak yang njebak burung keroak. Ade gak yang nepel burung pipit” (Sujarwo,
2016:95-96). Anak-anak gang paling main di lapangan SD. Main kejar bulan, main guli/kelereng,
main tabak, main joli, main getah/karet, main lak. Mau yang menantang, main tarta serbu, main
bekap kasti, main layang-layang, mengejar layang-layang putus. Pergi ke laut, mandi laut. Kalau
tidak pergi ke hutan, melempar pohon asam yang sedang berbuah. Kalau tidak pun membuat
pondok di dalam hutan. Ada juga yang menjebak burung keroak. Ada juga yang mengetapel
burung pipit.
Pada kutipan di atas memaparkan permainan tradisional atau permainan rakyat merupakan
warisan kearifan lokal yang perlu dijaga dan dilestarikan kepada generasi berikutnya. Permainan
tradisional Pontianak, misalnya, main tabak. Tabak adalah permainan rakyat yang menggunakan batu
dan kotak-kotak yang digambar di atas tanah, biasa dimainkan anak perempuan. Ada juga main guli.
Sebelum adanya guli (kelereng) digunakan buah getah (karet) yang biasa gugur atau terbawa aliran
sungai kapuas, namun sejak adanya guli atau kelereng maka penggunaan buah getah atau karet
digantikan dengan guli, atau kelereng atau gundu. Permainan ini dimainkan bisa secara sendiri maupun
bersama teman.
Permainan tradisional lainnya adalah main kelayang atau layang-layang. Kelayang adu biasanya
dimainkan pada saat musim kemarau, dimainkan oleh anak – anak hingga dewasa, kelayang adu terbuat
dari rotan yang diserut, kertas kelayang dan benang. Pelaksanaan kelayang adu sudah mulai ditertibkan
oleh aparat karena banyak yang menggunakan kawat dan sebagai talinya, sehingga dapat
membahayakan bagi orang lain terutama pengguna jalan, sehingga banyak yang bermain di tepian
sungai kapuas. Selain itu ada main getah atau kadang disebut rinso atau karet gelang yang dirangkai.
Main getah dimainkan oleh anak – anak perempuan.
https://panduanwisatakotapontianak.wordpress.com/category/artikel/permainan-tradisional/
“Waktu aku kecik, paret di Pontianak bukan-bukan banyak-e, tapi jeman sekarang, lenyap
di makan jaman” (Sujarwo, 2016:20).
Waktu saya kecil, sungai di Pontianak sangat banyak, tapi zaman sekarang lenyap di
makan zaman.
Pada kutipan di atas, kita dapat mengetahui bahwa dahulu Pontianak memiliki banyak paret atau sungai.
Seiring dengan perkembangan zaman, kini paret atau sungai tersebut semakin sedikit. Sebenarnya parit
atau sungai masih ada namun kualitas airnya yang memprihatinkan akibat sampah dan limbah rumah
tangga yang menumpuk. Baru-baru ini pemerintah menggalakkan penertiban bangunan di atas sungai
dan membersihkan sungai dengan tujuan agar lingkungan menjadi bersih dan tidak kumuh. Hal ini
diungkapkan oleh Kepala Balai Wilayah Sungai Kalimantan 1, Iriandi Aswartika yang mengatakan
parit-parit yang ada di Pontianak ini secara kuantitas airnya ada dan melimpah, tapi secara kualitas
memprihatinkan. Inilah yang harus kita jaga. Dalam momentum hari air ini, kita mengajak seluruh
lapisan masyarakat untuk menjaganya, ucapnya saat acara hari air dunia, rabu
(22/3/2017).http://pontianak.tribunnews.com/2017/03/22/kuantitas-berlimpah-kualitas-air-di-
pontianak-mengkwatirkan
SIMPULAN
Dari analisis yang telah dilakukan tentang karakteristik budaya dalam Sepok Tige #Sepanyol #Andalusia
karya Pay Jarot Sujarwo, dapat disimpulkan sebagai berikut. Selain judul buku yang mencirikan lokal,
lokalitas-lokalitas yang terdapat dalam buku kisah perjalanan, antara lain identitas etnis, ciri-ciri daerah,
kesenian/kebudayaan lokal, dan citra masa lampau yang mempunyai karakteristik budaya lokal
menjadikan buku ini menarik bagi pembaca.
Page 75 of 811
International Seminar on Language Maintenance and Shift (LAMAS) 7 July 19-20, 2017
Dari aspek bahasa, pemakaian lokalitas yang dilakukan oleh Pay Jarot Sujarwo dalam buku
Sepok Tige #Sepanyol #Andalusia bisa menjadi upaya pemertahanan bahasa Melayu dialek Pontianak.
Dari aspek budaya, kultur paret atau sungai misalnya pada aspek wilayah merupakan lokalitas yang
dekat dengan Kalimantan Barat, yang dibelah dan dilintasi sungai terpanjang di Indonesia, yaitu Sungai
Kapuas. Sungai Kapuas menjadi urat nadi kehidupan masyarakat Pontianak. Makanan khas Melayu,
seperti jering atau jengkol dan cencalok juga bagian dari lokalitas yang dituangkan pengarang dalam
buku. Permainan tradisional, seperti main guli, tabak, getah, layang-layang merupakan kearifan lokal
yang perlu diwariskan kepada anak-anak generasi berikutnya.
Karakteristik budaya lokal dalam sebuah karya buku merupakan suatu upaya positif
melestarikan budaya Melayu. Hal ini tidak terlepas dari latar belakang budaya penulis yang asli Melayu
dari Kampung Arang. Selain menggambarkan ciri-ciri khas lokal, pengarang buku ini juga menyisipkan
kritik sosial terhadap berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat Kalimantan Barat, khususnya di
Pontianak.
DAFTAR PUSTAKA
Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi.
Yogyakarta. Media Pressindo.
Juliastuty, Dewi dan Fuad, Khairul. 2016. Lokalitas dalam Bayang-bayang Tembawang Antologi Puisi
Penulis Kalimantan Barat dalam Tuah Talino Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra Tahun X
Volume 8, Edisi September 2016. Pontianak: Balai Bahasa Kalimantan Barat.
Musfeptial. 2016. Pemertahanan Bahasa Melayu Pontianak Lewat Literasi Karya Sastra pada Novel
Long Kiat Karya Beni Sulastiyo dalam Bunga Rampai Bahasa Ibu sebagai Sumber Budaya
Literasi. Bandung: Unpad Press.
Pusat Bahasa, 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Antropologi Sastra: Peranan Unsur-Unsur Kebudayaan dalam Proses
Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sujarwo, Pay Jarot. 2016. Sepok Tige #Sepanyol #Andalusia. Pontianak: CV. Kristal Kreasi
Khatulistiwa.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
https://id.wikipedia.org/wiki/Jengkol diakses tanggal 1 Juli 2017
https://bukusepok.wordpress.com/2010/07/15/kampung-arang-and-villager-story/ diakses tanggal 30
Juni 2017
https://www.travelio.com/en/pontianak/pasar-flamboyan diakses tanggal 30 Juni 2017
https://www.travelio.com/pontianak/pasar-dahlia diakses tanggal 30 Juni 2017
https://blogs.uajy.ac.id/kris02/2017/02/20/sungai-kapuas-sumber-daya-yang-terabaikan-di-
kalimantan-barat/ diakses tanggal 30 juni 2017
https://pontianakheritage.wordpress.com/tag/kantor-pos-lama-pontianak/diakses tanggal 30 Juni 2107
http://wisatapontianak.com/taman-alun-alun-kapuas-kota-pontianak-kalimantan-barat/ diakses tanggal
30 Juni 2017
https://panduanwisatakotapontianak.wordpress.com/category/artikel/permainan-tradisional/ diakses
tanggal 30 Juni 2017
http://pontianak.tribunnews.com/2017/03/22/kuantitas-berlimpah-kualitas-air-di-pontianak-
mengkhawatirkan diakses tanggal 1 Juli 2017
BIODATA
Name : Binar Kurniasari Febrianti
Institution : Balai Bahasa Kalimantan Barat
Field of Interest : Sastra Interdisipliner
No telp seluler : 081345603363
Email : bin_antya@yahoo.co.id
Page 76 of 811
Master Program in Linguistics, Diponegoro University
in Collaboration with
Balai Bahasa Jawa Tengah