0% found this document useful (0 votes)
7 views11 pages

Admin, Jurnal III

P

Uploaded by

desta amanda
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
7 views11 pages

Admin, Jurnal III

P

Uploaded by

desta amanda
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 11

Mercatoria Vol. 3 No.

1 Tahun 2010

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN


KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
Rahmi Safrina
Iman Jauhari
Arif

ABSTRAK
Anak mempunyai hak yang bersifat asasi, sebagaimana yang dimiliki
orang dewasa, hak asasi manusia (HAM). Kekerasan dalam rumah tangga
terhadap anak (KDRTA) bukanlah kasus yang tidak ada terjadi. Berdasarkan
monitorin PKPA di Sumatera Utara sejak 1999 sampai sekarang, keluarga atau
orang yang terdekat dengan anak justru merupakan pelaku kekerasan paling
dominan terhadap anak. Sementara kasus-kasus kekerasan seperti memukul,
menendang dianggap sebagai hal biasa. Memandang pentingnya arti perlindungan
anak, terutama anak yang berada di kawasan rumah tangga yang notabene berada
di bawah pengawasan orang tua orang yang terdekat pada diri anak, maka perlu
ditelaah lebih lanjut mengenai perlindungan terhadap pengaruh untuk
meminimalisir kekerasan terhadap anak dalam rumah tangga. Perlindungan hak-
hak anak yang diwujudkan sebagai gerakan global negara-negara di seluruh dunia
dengan mensahkan Konvensi Hak Anak sebagai bagian dari hukum nasional.
Undang-undang RI Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak mengatur
tentang Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Kesejahteraan Anak.

Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Anak, Kekerasan Dalam Rumah Tangga

I. PENDAHULUAN depan anak. Padahal anak merupakan


belahan jiwa, gambaran dan cermin
Anak mempunyai hak yang masa depan, aset keluarga, agama,
bersifat asasi, sebagaimana yang bangsa dan negara. Di berbagai negara
dimiliki orang dewasa, hak asasi dan berbagai tempat di negeri ini,
manusia (HAM). Pemberitaan yang anak-anak justru mengalami perlakuan
menyangkut hak anak tidak segencar yang tidak semestinya, seperti
sebagaimana hak-hak orang dewasa eksploitasi anak, kekerasan terhadap
(HAM) atau isu gender, yang anak, dijadikan alat pemuas seks.
menyangkut hak perempuan. Keluarga sangat penting bagi
Perlindungan hak anak tidak banyak anak, karena keluarga tempat
pihak yang turut memikirkan dan membentuk pribadi anak sejak kecil.
melakukan langkah-langkah konkrit. Perlindungan anak adalah segala
Demikian juga upaya untuk kegiatan untuk menjamin dan
melindungi hak-hak anak yang melindungi anak dan hak-hak agar
dilanggar yang dilakukan negara, dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
orang dewasa atau bahkan orang berpartisipasi secara optimal sesuai
tuanya sendiri, tidak begitu menaruh dengan harta dan martabat
perhatian akan kepentingan masa kemanusiaan, serta mendapat

34
Mercatoria Vol. 3 No. 1 Tahun 2010

perlindungan dari kekerasan dan bidang politik, karena yang menjadi


diskriminasi. Oleh karenanya upaya esensi dasar kedudukan anak dalam
perlindungan anak bertujuan untuk pengertian kedua, yaitu anak adalah
menjamin terpenuhinya hak-hak agar subyek hukum dari sistem hukum
dapat hidup tumbuh, berkembang, dan nasional, yang harus dilindungi,
berpartisipasi secara optimal sesuai dipelihara dan dibina untuk mencapai
dengan harkat dan martabat kesejahteraan anak.
kemanusiaan, serta mendapat Undang-undang RI Nomor 4
perlindungan dari kekerasan dan Tahun 1979 tentang Kesejahteraan
diskriminasi, demi terwujudnya anak Anak mengatur tentang Tanggung
Indonesia yang berkualitas, berakhlak Jawab Orang Tua terhadap
mulia, dan sejahtera. Kesejahteraan Anak, dimana dikatakan
Dalam penyelenggaraan pertama-tama yang bertanggung jawab
perlindungan anak, Undang-undang atas kesejahteraan anak adalah orang
Perlindungan Anak telah menentukan tua (Pasal 9). Orang tua yang terbukti
bahwa penyelenggaraan harus melalaikan tanggung jawabnya, yang
berdasarkan Pancasila dan mengakibatkan timbulnya hambatan
berlandaskan UUD 1945 serta prinsip- dalam pertumbuhan dan perkembangan
prinsip dasar Konvensi Hak-hak Anak anak, dapat dicabut kuasa asuhnya
meliputi: sebagai orang tua terhadap anak (Pasal
a. Non diskriminasi 10 ayat 1) apabila hal ini terjadi, maka
b. Kepentingan yang terbaik bagi anak ditunjuk orang badan sebagai wali.
c. Hak untuk hidup, kelangsungan Pentingnya mamahami Hukum
hidup, dan perkembangan Anak, dapat disimpulkan dari
d. Penghargaan terhadap pendapat konsiderans Undang-undang RI No. 3
anak. Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak,
Secara teoritis, masalah hukum dimana dikatakan anak adalah bagian
bukan sekedar membuat materi hukum dari generasi muda, sebagai salah satu
yang baik akan tetapi bergerak dalam sumber daya manusia, merupakan
masyarakat hukum. Instrumen hukum potensi dan penerus cita-cita
yang mengatur perlindungan hak-hak perjuangan bangsa. Kedudukan
diatur dalam Konvensi PBB tentang demikian, anak memiliki peranan
Hak-hak anak (Convention on The strategis dan mempunyai ciri dan sifat
Right of The Child) tahun 1989, telah khusus. Anak memerlukan
diratifikasi oleh 191 negara Tahun perlindungan dalam rangka menjamin
1990, dengan demikian Konvensi PBB pertumbuhan dan perkembangan fisik,
tentang Hak Anak tersebut telah mental, dan sosial secara utuh, serasi,
menjadi hukum Indonesia dan selaras, dan seimbang. Melaksanakan
mengingat seluruh warga negara pembinaan dan memberikan
Indonesia. Dengan penerapan hak-hak perlindungan terhadap anak,
anak ke dalam hukum dan penegakan diperlukan dukungan baik menyangkut
hukum. Anak atau kedudukan anak kelembagaan maupun perangkat
yang diterapkan menurut Undang- hukum yang lebih mantap dan
undang Dasar 1945 terdapat dalam memadai. Memang ada beberapa
kebijaksanaan Pasal 34 yang berbunyi aturan perundang-undangan yang telah
fakir miskin dan anak-anak yang diundangkan seperti Undang-undang
terlantar dipelihara oleh negara. Pasal RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang
ini mempunyai makna khusus terhadap Perlindungan Anak, Undang-undang
pengertian dan status anak dalam RI Nomor 23 Tahun 2004 tentang

35
Mercatoria Vol. 3 No. 1 Tahun 2010

Penghapusan Kekerasan dalam Rumah terhadap perbuatan, pelaku maupun


Tangga, akan tetapi apakah peraturan anak sebagai korban kekerasan.
tersebut sudah mengakomodir secara Monitoring yang dilakukan
konkrit perlindungan terhadap anak. oleh Lembaga Advokasi Anak
Kekerasan dalam rumah tangga Indonesia (LAAI) dalam kurun waktu
terhadap anak (KDRTA) bukanlah 3 (tiga) tahun yaitu tahun 2005 sampai
kasus yang tidak terjadi. Berdasarkan dengan tahun 2007, banyak terjadi
monitoring PKPA di Sumatera Utara kasus-kasus kekerasan terhadap anak,
sejak 1999 sampai sekarang, keluarga bahkan tiap tahun semakin meningkat.
atau orang yang terdekat dengan anak Berdasarkan data dari LAAI kasus
justru merupakan pelaku kekerasan kekerasan terhadap anak dari tahun ke
paling dominana terhadap anak. tahun semakin meningkat, dimana
Bahkan kasus kekerasan yang secara total dalam tahun 2005 terdapat
dilakukan keluarga dalam banyak 268 kasus, meningkat menjadi 304
kasus termasuk kategori berat dan kasus pada tahun 2006 dan kembali
berakibatkan fatal bagi anak, seperti meningkat menjadi 380 kasus pada
pembunuhan, penyiksaan hingga tahun 2007. Kasus tersebut masih
menyebabkan cacat seumur hidup atau dimonitor oleh LAAI, kenyataannya
bahkan meningga. Demikian juga kasus-kasus yang belum terungkap
kasus incest atau hubungan seksual masih banyak lagi, terutama kasus-
sedarah yang dilakukan berulang kali kasus yang terjadi dalam rumah tangga
atau hingga berpuluh tahun terjadi. yang biasanya masih ditutupi karena
Sementara kasus-kasus kekerasan pelakunya adalah pihak keluarga
seperti memukul, menendang, sendiri.
menjambak, mencubit dan lain Bentuk kekerasan terhadap
sebagainya mungkin setiap hari terjadi anak yang palin banyak kasusnya
dan sudah dianggap hal biasa. adalah anak yang menjadi korban
Masyarakat mungkin masih pemerkosaan dan pelecehan seksual,
ingat kasus Arie Hanggara. Dalam kasus ini dari tahun ke tahun juga
kasus tersebut Arie Hanggara menjadi semakin meningkat. Kasus lain yang
korban kekerasan (penganiayaan) dari semakin meningkat yaitu kasus
kedua orang tuanya yang penelantaran anak. Kasus tindak
mengakibatkan kematian, dan kekerasan terhadap anak yang semakin
penganiayaan ini terjadi di rumah dan memprihatinkan ini, perlu
dilakukan oleh orang terdekat (orang ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang
tua). Masyarakat sering disuguhi berita terkait, yaitu dalam hal ini dari pihak
maupun gambar (visualisasi) kekerasan keluarga, masyarakat maupun
terhadap anak, baik oleh anggota pemerintah dalam bentuk pencegahan,
keluarganya sendiri maupun oleh orang perlindungan terhadap anak korban
di luar keluarganya.1 Persoalannya kekerasan maupun tindakan hukum
adalah sejauh mana hukum atau terhadap pelaku kekerasan.
perundang-undangan Indonesia,
termasuk peraturan perundang- II. Kekerasan Terhadap Anak
undangan di atas, mengapresiasi Bahasa Belanda, kekerasan
terhadap fenomena tersebut, baik diistilahkan dengan geweld, keras;
perbuatan kekerasan (Indonesia) yang
1
menggunakan kekuatan fisik atau
Retno Setyowati, Anak yang jasmani yang dapat diperkirakan
Dilacurkan di Surakarta dan Indramayu,
(UNICEF: 2004), hal. 20. akibatnya oleh pihak yang terkena

36
Mercatoria Vol. 3 No. 1 Tahun 2010

perbuatan itu menjadi pingsan, tak terpencil); anak dan perempuan cacat
berdaya atau tidak dapat berbuat dan anak dan perempuan dari keluarga
sesuatu.2 Pengertian kekerasan (abuse) broken home (keluarga retak).
menurut M.H. Tirtaamidjaja adalah Dewasa ini diperkirakan jumlah
setiap perbuatan yang dilakukan anak Indonesia usia di bawah 14
dengan kekuatan badan yang agak (empat belas) tahun yang secara
hebat. Secara yuridis dalam Bab IX ekonomis aktif adalah sekitar 2 (dua)
Pasal 89 KUHP menyebutkan bahwa sampai 4 (empat) juta anak. Tetapi
orang pingsan atau membuat orang sekedar angka saja, tidak dapat
tidak berdaya disamakan dengan menggambarkan penderitaan fisik,
menggunakan kekerasan.3 Menurut intelektual, emosional dan moral yang
Pasal 89 KUHP defenisi kekerasan harus ditanggung pekerja anak. Angka
adalah suatu perbuatan dengan itu tidak mengungkapkan bagaimana
menggunakan tenaga atau kekuatan hari depan seseorang anak yang tidak
jasmani tidak kecil secara tidak sah, berpendidikan, hari depan seseorang
misalnya memukul dengan tangan atau anak yang tidak berpendidikan, hari
dengan segala macam senjata, depan seseorang tanpa harapan akan
menyepak, menendang dan perbaikan.
sebagainya. Yang disamakan dengan Pekerja anak merupakan
melakukan kekerasan menurut pasal ini pelanggaran yang tidak dapat
adalah membuat orang jadi pingsan dimaafkan atas hak-hak anak untuk
atau tidak berdaya.4 mendapatkan pendidikan, kebebasan,
Kekerasan sering terjadi dan perlindungan dari pemerasan.5 Hal
terhadap anak dan perempuan rawan. yang mengejutkan, adalah kenyataan
Disebut rawan adalah karena bahwa masalah pekerja anak, bukan
kedudukan anak dan perempuan yang saja mengancam hari depan anak
kurang menguntungkan atau anak dan secara individu, melainkan yang sangat
perempuan yang dirugikan. Anak dan berbahaya bagi hari depan bangsa dan
perempuan rawan (children and negara di kemudian hari, karena masa
women at risk) merupakan anak dan depan negara terletak di tangan anak-
perempuan yang mempunyai resiko anak masa kini. Bentuk kekerasan yang
besar untuk mengalami gangguan atau dialami anak, bukan saja berasal dari
masalah dalam perkembangannya, baik kondisi atau keadaan keluarga dan
secara psikologis (mental), sosial bangsa, tetapi juga berasal dari
maupun fisik. Anak dan perempuan perlakuan anggota keluarganya sendiri.
rawan dipengaruhi oleh kondisi Bentuk kekerasan yang dialami anak
internal maupun kondisi eksternalnya, dapat berupa tindakan-tindakan
diantaranya ialah anak dan perempuan kekerasan baik secara fisik, psikis dan
yang “economically disadvantaged” seksual. Seperti yang terjadi di Kota
(anak dan perempuan dari keluarga Binjai Sumatera Utara awal April
miskin); culturally disadvantaged 2003, yaitu seorang abang mencabuli 2
(anak dan perempuan di daerah (dua) orang adik kandungnya. Seorang
ibu di kota Subang-Jawa Barat, awal
2
Yan Pramadya, Kamus Hukum, Agustus 2003 menganiaya anak
(Semarang: Aneka Ilmu, 1977), hal. 511. kandungnya hingga tewas. Peristiwa
3
Laden Marpaung, Kejahatan,
Kesusilaan dan Masalah Prevensinya,
5
(Jakarta:Sinar Grafika), hal. 52. Hadi Setia Tunggal (Ed), Konvensi
4
R. Soesilo, KUHP, (Bogor:Politeia), Hak-hak Anak (Harvarindo:Convention on Thr
hal. 98. Right of The Child, 2000), hal. iii-iv.

37
Mercatoria Vol. 3 No. 1 Tahun 2010

yang dialami seorang gadis cilik yang Undang-undang Nomor 23 tahun 2002
berusia 9 (sembilan) tahun di tegal- tentang Perlindungan Anak,
Jawa Tengah, awal Mei 2003 yang menentukan:
dicabuli oleh ayah angkatnya. 1. Setiap anak selama dalam
“keluarga dan kekerasan” pengasuhan orang tua, wali atau
sekilas seperti sebuah paradoks. pihak lain manapun yang
Kekerasan bersifat merusak, berbahaya bertanggung jawab atas pengasuhan,
dan menakutkan, sementara di lain sisi, berhak mendapatkan perlindungan
keluarga diartikan sebagai lingkungan dari perlakuan: a. Diskriminasi; b.
kehidupan manusia, merasakan kasih Eksploitasi, baik ekonomi, maupun
sayang, mendapatkan pendidikan, seksual; c. Penelantaran; d.
pertumbuhan fisik dan rohani, tempat Kekejaman, kekerasan, dan
brlindung, beristirahat dan sebagainya, penganiayaan; e. Ketidakadilan; f.
yang diterima anak dari anggota Perlakuan slah lainnya.
keluarganya hingga ia dewasa dan 2. Dalam hal orang tua, wali atau
sanggup memenuhi kebutuhannya pengasuh anak melakukan segala
sendiri. Apabila seorang anak bentuk sebagaimana dimaksud
mendapat tindak kekerasan dari dalam ayat (1), maka pelaku
keluarganya, siapa yang menanggung dikenakan pemberatan hukuman.
kerugian yang dideritanya. Kerugian
anak sebagai korban tindak kekerasan II.1. Bentuk-bentuk Kekerasan
yang dilakukan oleh keluarga, tidak Bentuk kekerasan terhadap
saja bersifat material, tetapi juga anak dan perempuan, mulai dari
immaterial antara lain berupa pengabaian sampai pada pemerkosaan
goncangan emosional dan psikologis, dan pembunuhan, yang dapat
yang langsung atau tidak langsung diklasifikasikan dalam 4 (empat)
akan mempengaruhi kehidupan masa macam, yaitu:7
depannya. a) Emotional Abuse (kekerasan
Dalam Resolusi Majelis Umum emosional), dapat terjadi apabila
PBB Nomor 40/34, ditentukan bahwa ada orang tua yang mengetahui
kerugian yang diderita korban keinginan anaknya untuk meminta
kejahatan meliputi kerugian fisik perhatian namun sang orang tua
maupun mental (physical on mental tidak memberi apa yang diinginkan
injury), penderitaan emosional anaknya tetapi justru
(emotional suffering), kerugian mengabaikannya. Anak akan
ekonomi (economic loss) atau mengingat semua kekerasan
perusakan substansial dari hak-hak emosional jika kekerasan emosional
asasi mereka (substansial impairment berjalan konsisten.
of their fundamental right). b) Verbal Abuse (kekerasan dengan
Selanjutnya dikemukakan, bahwa perkataan), lahir akibat bentakan,
seseorag dapat dipertimbangkan makian orang tua terhadap anak,
sebagai korban tanpa melihat apakah si ketika anak meminta sesuatu orang
pelaku kejahatan itu sudah diketahui, tua tidak memberikan malah
ditahan atau dipidana dan tanpa
memandang hubungan keluarga antara Pengembangan Hukum Pidana,
si pelaku dengan korban.6 Pasal 13 (Bandung:Citra Aditya Bakti, 1998), hal. 54-
55.
7
Pusat Kajian dan Perlindungan
6
Barda Nawawi Arief, Beberapa Anak, Kekerasan Terhadap Anak, 1995, hal.
Aspek Kebijakan Penegakan dan 29-32.

38
Mercatoria Vol. 3 No. 1 Tahun 2010

membentaknya. Saat si anak ditunjukkan dengan perasaan tidak


mengajak berbicara orang tua tidak puas karena menjadi orang tua,
menanggapi justru menghardik merasa sangat terganggu dengan
dengan bentakan, anak akan kehadiran anak, menuntut anak
mengingat semua kekerasan verbal untuk selalu bersikap seperti orang
ini jika semua kekerasan verbal ini dewasa.
terjadi dalam satu periode tertentu d. Family structure model, yang
yaitu beberapa bulan, tahun. menunjuk pada dinamika antar
c) Physical Abuse (kekerasan fisik), ini keluarga yang memiliki hubungan
terjadi pada saat anak menerima kausal dengan kekerasan.
pukulan dari orang tua. Kekerasan e. Environment stress model, yang
jenis in akan diingat anak apalagi melihat anak dan perempuan
akibat kekerasan ini meninggalkan sebagai sebuah masalah
bekas pada tubuh si anak, karena multidimensional dan menempatkan
luka yang berbekas akan terus “kehidupan yang menekan” sebagai
mengingatkan si anak akan penyebab utamanya. Jika ada
peristiwa yang menyebabkan perubahan faktor-faktor yang
terjadinya luka tersebut. membentuk lingkungan manusia,
d) Sexual Abuse (kekerasan seksual), seperti kesejahteraan, pendidikan
kekerasan jenis ini terjadi jika ada yang rendah, tidak adanya
aktivita seksual yang dilakukan oleh pekerjaan, maka akan menimbulkan
orang dewasa terhadap seorang kekerasan pada anak;
anak. f. Social-Psychological model, dalam
hal ini “frustasi” dan “stress’’
II.2. Sebab-sebab Kekerasan menjadi faktor utama dalam
Model yang dapat memiliki menyebabkan terjadinya kekerasan
hubungan dengan kekerasan adalah:8 pada anak. Stress bisa terjadi karena
a. Psychodinamyc model, terjadinya berbagai sebab, seperti: konflik
kekerasan disebabkan karena rumah tangga, isolasi secara sosial,
kurangnya “mothering/jejak ibu”. dan lain-lain;
Seseorang yang tidak pernah g. Mental illness model, kekerasan
dirawat atau diasuh oleh seorang ibu pada anak terjadi karena
secara baik, maka dia tidak bisa kelainan saraf, penyakit
menjadi ibu dan merawat anaknya kejiwaan.
sendiri.
b. Personality or character trait II.3. Kekerasan terhadap Anak
model, hampir sama dengan dalam keluarga
psychodynamic, namun dalam hal Menurut Undang-undang
ini tidak terlalu diperhatikan apa Nomor 23 Tahun 2004 tentang
yang pernah dialami oleh orang tua Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
sebagai pelaku kekerasan, tetapi Tangga, yang dimaksud dengan
menganggap bahwa ini akibat orang Kekerasan dalam Rumah Tangga
tua si anak yang belum cukup adalah setiap perbuatan terhadap
dewasa, terlalu agresif, seseorang terutama perempuan, yang
frustrasi/berkarakter buruk. berakibat timbulnya kesengsaraan atau
c. Social learning model, kurangnya penderitaan secara fisik, seksual,
kemampuan sosial, yang psikologis, dan atau penelantaraan
rumah tangga termasuk ancaman untuk
8
Ibid., hal. 35. melakukan perbuatan, pemaksaan, atau

39
Mercatoria Vol. 3 No. 1 Tahun 2010

perampasan kemerdekaan secara kabar) sebagai sarana pengumpulan


melawan hukum dalam lingkup rumah datanya. Kemampuan data yang
tangga. dihasilkan tersebut dalam mewakili
Kekerasan dalam rumah tangga kekerasan pada anak yang terjadi di
merupakan salah satu bentuk kejahatan Indonesia sangat jauh dengan
terhadap kemanusiaan yang sangat kenyataan. Karena pertama, berita-
sulit terungkap kepermukaan. Sulitnya berita yang ditampilkan di surat kabar
mengungkapkan kasus Kekerasan akan sangat berpengaruh pada keadaan
Dalam Rumah tangga karena rumah peristiwa yang terjadi pada waktu itu,
tangga dianggap sebuah lembaga jika banyak peristiwa menarik maka
sakral yang tidak boleh dimasuki oleh kasus kekerasan pada anak akan
pihak lain. Membisu demi harmoni, otomatis berkurang karena kalah jual
merupakan jargon ampuh untuk dengan berita “panas” saat itu. Kedua
menutup rapat-rapat kasus kekerasan sekalipun ada berita yang diberitakan,
dalam rumah tangga. Dalam jalan cerita, kejadian sering
keseharian, banyak suami yang ditambahkan atau justru terlalu
melakukan kekerasan terhadap istrinya sederhana sehingga tidak tersedia
maupun kepada anak-anakny. Anak cukup data yang menggambarkan
dan istri dijadikan pelampiasan kejadian. Tetapi jika mau memandang
kemarahan sang suami. Dalam dari segi positifnya, dengan semakin
keluarga pun anak-anak itu mendapat banyak (Lembaga Advokasi, LAAI,
perlakuan yang tidak nyaman dari Lembaga Kesejahteraan Anak dan
orang tua mereka. Mulai dari dikatakan sebagainya) yang melakukan monitor
bodoh, sampai dengan menggunakan kasus kekerasan kepada anak
tangan. menunjukkan bahwa mulai dari
Perlindungan anak sebagai peningkatan kesadaran, dan perhatian
korban tindak kekerasan yang yang lebih bagi kasus kekerasan pada
dilakukan oleh keluarga hanyalah anak. Semakin banyak orang-orang
berupa pemberatan sanksi. Hal ini yang peduli, mulai meneliti, membahas
dapat dilihat dalam Pasal 356 ayat (1) solusi-solusi yang mungkin
KUHP, yang menentukan bahwa dilaksanakan dan menganggap
hukuman yang ditentukan dalam Pasal kekerasan pada anak sebagai masalah
351, 353, 354, dan 355 dapat yang serius dari suatu bangsa, dapat
ditambahkan dengan sepertiganya. Jika dianggap sebagai kemajuan dari
si tersalah melakukan kejahatan itu Perlindungan Anak di Indonesia saat
kepada Ibunya, Bapaknya yang sah, ini.9
Istrinya (Suaminya) atau Anaknya. Hal Data empirik didapatkan
yang sama diatur dalam Pasal 13 dengan metode studi pustaka yaitu
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 dengan mengacu pada hasil penelitian-
tentang Perlindungan Anak. penelitian yang sudah pernah
dilakukan pasca krisis ekonomi di
II.4. Pendekatan Hukum Empiris Indonesia. Ada beberapa hasil
tentang Perlindungan Hukum penelitian dari lembaga-lembaga
terhadap Anak Korban swadaya masyarakat, organisasi
Kekerasan.
9
Kebanyakan data empiris Maidin Gultom, Bentuk-bentuk
mengenai kekerasan kepada anak di Kekerasan, Makalah dalam seminar yang
Indonesia, yang bisa didapatkan saat dilaksanakan oleh PPAI, tanggal 26-29 Maret
2004, Tempat Taman rekreasi Dewi Bandar
ini menggunakan media massa (surat Baru Sibolangit.

40
Mercatoria Vol. 3 No. 1 Tahun 2010

internasional ataupun pemerintah Indonesia, berarti secara otomatis


Indonesia yang digunakan dalam kebijakan pemerintah Indonesia untuk
penelitian ini, dan semuanya bukan masalah Hukum Perlindungan Anak
beralas dari pengumpulan data melalui harus selaras dengan Konvensi Hak
media massa. Adapun tujuannya untuk Anak (KHA), mengutip perkataan Jaap
mendapatkan penggambaran dari E. Doek (Vrije Universitiet,
situasi aktual kekerasan pada anak di Jurisdische Falcutei, a Lawyer anf,
Indonesia, dan dari situ dapat kita teliti Juvenile and Family Court Judge)
kendala-kendala yang dihadapi, pada konfersi III se- Asia mengenai
karakteristik yang dimiliki kasus di kekerasan dan pengabaian terhadap
Inedonesia (pelakunya, jenis anak.
kekerasan) pengaruh budaya
masyarakat dan sebagainya yang tentu II.6. Perlindungan Hukum
saja dapat mempengaruhi secara positif Terhadap Anak dalam
maupun negatif terhadap penegakan Ketentuan Perundang-
hukum perlindungan anak di undangan di Indonesia
Indonesia. 1. Menurut Kitab Undang-undang
Kekerasan di rumah tangga Hukum Pidana
tidak terjadi begitu saja tetapi ada Perlindungan hukum terhadap anak
kondisi sosial budaya yang mendukung dapat kita lihat dalam Kitab
terjadinya kekerasan tersebut. Kondisi Undang-undang Hukum Pidana
tersebut secara minimal dapat (KUHP) sebagaimana yang diatur
dikategorikan menjadi: dalam Pasal 341, Pasal 342, Pasal
1). Kondisi budaya 346, Pasal 347, pasal 348, Pasal
2). Kondisis sosial 349, Pasal 362, Pasal 330, Pasal
3). Kondisi ekonomi. 331, Pasal 332, Pasal 287, pasal
288, Pasal 290 ayat (2), Pasal 292,
II.5. Pendekatan Hukum Normatif Pasal 294 ayat (1), Pasal 295, Pasal
tentang Perlindungan Hukum 297, Pasal 305, Pasal 308 KUHP.
terhadap Anak Korban 2. Menurut Undang-undang Nomor 23
Kekerasan Tahun 2002 tentang Perlindungan
Dalam penelitian ini membahas Anak
mengenai masalah perlindungan Selama lima tahun terakhir
hukum terhadap anak korban Indonesia bergerak cepat dalam
kekerasan di dalam lingkungan upaya nya memaktubkan hak asasi
keluarga. Kata kekerasan dalam manusia dalam Undang-undang.
lingkungan keluarga di sini diartikan Maka salah satu langkah yang
sebagai kekerasan domestik (Domestic terpenting yang ditempuhnya adalah
Child Abuse). Sesuai dengan yang mengadopsi Undang-undang
diatur di dalam pasal 19 ayat (1) Perlindungan Anak. Undang-
Konvensi Hak Anak (KHA). Konvensi undang yang baru ini merupakan
Hak Anak (KHA) akan dipakai sebagai alat yang ampuh dalam
tolak ukur (pembanding) utama dalam melaksanakan Konvensi Hak Anak
menilai seberapa besar hukum (KHA) di Indonesia. Di dalamnya
perlindungan anak di Indonesia diatur hak-hak dasar anak untuk
memberikan perlindungan, dan memperoleh identitas, kebebasan,
perlindungan apa saja yang dapat pendidikan, layanan, kesehatan,
diberikan oleh hukum. Konvensi Hak hiburan dan perlindungan. Undang-
Anak (KHA) sudah diratifikasi oleh undang ini merupakan kerangka

41
Mercatoria Vol. 3 No. 1 Tahun 2010

kerja utama dan sangat bermanfaat secara langsung oleh dalam


dalam hal memberikan perkembangannya. Yang mngusahakan
perlindungan kepada anak. perlindungan anaka adalah pemerintah
Perlindungan hukum terhadap anak dan atau masyarakat (Pasal 11 ayat (2)
dapat dilihat dalam Undang-undang Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979
Nomor 23 Tahun 2002 tentang tentang Kesejahteraan Anak. Dalam
Perlindungan Anak yang diatur Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002
dalam Pasal 59, Pasal 64 ayat (1), tentang Perlindungan Anak, secara
ayat (2), dan ayat (3), Pasal 66 ayat jelas dalam salah satu pasalnya yakni
(1), ayat (2), ayat (3), Pasal 69, Pasal 59 yang intinya bahwa
Pasal 77 ayat (1) dan ayat (2), Pasal pemerintah dan lembaga Negara
78, Pasal 80 ayat (1), ayat (2), ayat lainnya berkewajiban dan bertanggung
(3), dan ayat (4), Pasal 81 ayat (1) jawab untuk memberikan perlindungan
dan ayat (2) Undang-undang Nomor khusus kepada anak sebagai korban
23 Tahun 2002. kekerasan.
Perlindungan secara yuridis
3. Menurut Undang-undang Nomor 23 atau perlindungan hukum didasarkan
Tahun 2004 tentang Penghapusan pada Undang-undang Nomor 23 Tahun
Kekerasan dalam Rumah Tangga. 2002 tentang perlindungan Anak,
Bahwa kekerasan dalam rumah undang-undang Nomor 23 tahun 2004
tangga kerap sekali terjadi, yang tentang Penghapusan Kekerasan
menjadi korbannya adalah anak. Di Dalam Rumah Tangga, Konvensi Hak
antaranya adalah kekerasan fisik, Anak dan Peraturan Perundang-
kekerasan seksual, kekerasan undangan lainnya yang menyangkut
psikologis, kekerasan ekonomi. tentang perlindungan anak. Dalam hal
Dalam hal ini hukum khususnya ini Perserikatan Perlindungan Anak
Undang-undang Nomor 23 tahun Indonesia (PPAI) memberikan
2004 memberikan perlindungan perlindungan hukum terhadap anak
secara khusus terhadap anak korban korban kekerasan dalam rumah tangga
kekerasan dalam rumah tangga yang berkoordinasi dengan lembaga-
yakni diatur dalam Pasal 15, Pasal lembaga swadaya masyarakat seperti
16, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 25, Lembaga Advokasi Anak Indonesia
Pasal 26, Pasal 27, Pasal 44 ayat (LAAI).
(1), ayat (2) dan ayat (3), Pasal 45, Lembaga Advokasi Anak
Pasal 46 Undang-undang Nomor 23 Indonesia (LAAI), secara fisik
Tahun 2004. memberikan perlindungan anak dengan
cara Litigasi dan Non litigasi. Litigasi
II.7. Usaha-usaha dalam maksudnya bahwa LAAI melindungi
Memberikan Perlindungan hak0ahak anak yang sebagai baik itu
Terhadap Anak Korban korban kekerasan maupun anak
Kekerasan sebagai pelaku kekerasan di peradilan.
Melihat situasi dan kondisi Non litigasi LAAI juga melakukan
anak sebagai korban kekerasan secara hubungan koordinasi dengan
umum dan kekerasan dalam rumah masyarakat dalam hal pemberian
tangga secara khusus, sangat seperti konseling, penguatan mental,
diperlukan perhatian dan tanggung memberikan penguatan mental pada si
jawab yang penuh bagi orang tua, anak korban kekerasan. Sangatlah
masyarakat dan pemerintah agar hak- tidak bertanggung jawab dan
ahak anak tersebut dapat dirasakan bertentangan dengan nilai-nilai

42
Mercatoria Vol. 3 No. 1 Tahun 2010

kemanusiaan apabila anak tetap tidak dengan baik secara fisik, mental dan
diperlakukan dan diposisikan dalam sosial. Kewajiban negara secara
status yang rendah. Oleh sebab itu, yuridis akan bergantung pada
perlu di cari solusi pemecahan hukum positis yang ada di dalam
permasalahan tersebut. Adapun solusi Negara tersebut. Memberikan
yang dapat diterapkan adalah sebagai perlindungan yang memadai
berikut: terhadap seorang anak, usaha
1. Perlu melakukan memasyarakatkan perlindungan terhadap anak harus
Konvensi Hak Anak dan hak Asasi didukung oleh adanya hukum
Manusia pada seluruh lapisan perlindungan anak yang efektif dan
masyarakat, terutama pada pihak komprehensif. Perlindungan hukum
yang selama ini sering melakukan terhadap anak korban kekerasan
kekerasan terhadap anak. dalam rumah tangga, belum diatur
2. Meningkatkan kualitas dan kualitas secara tegas dalam Hukum Pidana
kampanye perlindungan dan Nasional. Dalam upaya penegakan
penegakan hak-ahak anak melalui hukum perlindungan anak,
media massa, media elektronik dan menghadapi berbagai hambatan,
cetak, spanduk, poster, stiker, baik hambatan budaya, hambatan
seminar-seminar yang berkaitan ekonomi, hambatan dari sistem
dengan kekerasan. hukum itu sendiri, yang diakibatkan
3. Pelaku kriminal dan pelanggaran oleh kurangnya aturan-aturan
hak-hak anak di sektor public dan hukum tertentu, atau hambatan yang
keluarga hendaklah ditegakkan diakibatkan karena kurangnya
secara tegas dan jelas baik secara keahlian/skill para penegak hukum.
fisik, maupun materi. 2. Usaha-usaha yang dilakukan untuk
4. Usaha-usaha untuk meningkatkan menanggulangi kekerasan dalam
pengetahuan dan pemahaman para rumah tangga antara lain:
hakim, jaksa, pengacara polisi dan a) memasyarakatkan Konvensi Hak
aparat penegak hukum lainnya Anak dan Hak Asasi Manusia
terhadap anak dan hak-hak anak pada seluruh lapisan masyarakat,
yang dimilikinya, dengan demikian terutama pada pihak yang selama
penegakan hukum terhadap pelaku ini sering melakukan kekerasan
kekerasan terhdapa anak dapat terhadap anak.
dilakukan dengan memberikan rasa b) Meningkatkan kualitas dan
keadilan dan hukuman yang kuantitas kampanye
mendidik masyarakat serta pelaku. perlindungan dan penegakan
hak-hak anak melalui media
III. KESIMPULAN massa, media elektronik dan
1. Kekerasan terhadap anak dalam cetak, spanduk, poster, stiker,
lingkungan rumah tangga dan seminar-seminar yang
mempunyai karakteristik tertentu berkaitan dengan kekerasan.
yang mengakibatkan sulitnya untuk c) Pelaku kriminal dan pelanggaran
dilakukan penegakan hukum. hak-hak anak di sektor publik
Karena begitu pentingnya arti dan keluarga hendaklah
seorang anak, negara bersama-sama ditegakkan secara tegas dan jelas
masyarakat harus mengusahakan baik secara fisik, maupun materi.
memberikan perlindungan yang d) Meningkatkan pengetahuan dan
memadai terhadap anak supaya pemahaman para hakim, jaksa,
dapat tumbuh dan berkembang polisi, advokat dan para penegak

43
Mercatoria Vol. 3 No. 1 Tahun 2010

hukum lainnya terhadap anak Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002


dan hak-hak anak yang tentang perlindungan Anak
dimilikinya, dengan demikian undang-undang Nomor 23 tahun 2004
penegakan hukum terhadap tentang Penghapusan
pelaku kekerasan terhadap anak Kekerasan Dalam Rumah
dapat dilakukan dengan Tangga
memberikan rasa keadilan dan
hukuman yang mendidik
masyarakat serta pelaku.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku
Nawawi, A.B. 1998. Beberapa Aspek
Kebijakan Penegakan dan
Pengembangan Hukum Pidana.
Bandung: Citra Aditya Bakti.
Gultom, M. 2004. Bentuk-bentuk
Kekerasan, Makalah dalam
seminar yang dilaksanakan oleh
PPAI, Bandar Baru Sibolangit:
Tempat Taman rekreasi Dewi.
Marpaung, L. Kejahatan, Kesusilaan
dan Masalah Prevensinya.
Jakarta: Sinar Grafika.
Pramadya, Y. 1977. Kamus Hukum.
Semarang: Aneka Ilmu.
Pusat Kajian dan Perlindungan Anak.
1995. Kekerasan Terhadap
Anak.
Setia, H.T. 2000. (Ed). Konvensi Hak-
hak Anak. Harvarindo:
Convention on Thr Right of The
Child.
Setyowati, R. 2004. Anak yang
Dilacurkan di Surakarta dan
Indramayu. UNICEF.

B. Peraturan Perundang-undangan

44

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy