Eksplorasi Konsep Topik 6

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

TOPIK 6

INTEGRASI ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN


(ISLAM DAN SAINS, ISLAM DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

EKSPLORASI KONSEP

A. ISLAM DAN SAINS MATEMATIKA

Integrasi nilai-nilai Islam pada pengembangan materi matematika berupa


islamisasi matematika, dan matematisasi islam.

1) Model Integrasi Islamisasi Matematika

Pada islamisasi matematika, materi matematika dikembangkan dari konteks


pengamalan Islam baik melalui modeling, role playing atau pendekatan
klarifikasi nilai lainnya menuju matematika. Modeling berawal dari pemilihan
konteks pengamalan Islam (misalnya menghadirkan sosok keteladanan seorang
pelaku amaliah islam), dan berujung pada penemuan atau penerapan
konsep/prinsip matematika, sedangkan role playing berawal dari kegiatan
bermain peran yang syarat akan nilai-nilai Islam, dan berujung pada penemuan
atau penerapan konsep/prinsip matematika.

Contoh:

Memperhatikan hasil observasi pembelajaran dan catatan peserta didik


tentang Bentuk Aljabar, penyajian materi konsep Bentuk Aljabar disajikan
dengan mengambil konteks pengamalan Islam, yaitu prosesi menghadiri shalat
jamaah setelah mendengar panggilan adzan. Konsep Bentuk Aljabar
diilustrasikan dengan banyaknya keluarga besar MTs Teladan yang memenuhi
panggilan adzan untuk menghadiri shalat jamaah melalui kelompok-kelompok
pengendara mobil, pengendara sepeda dan pejalan kaki. Tujuannya agar peserta
didik dapat menemukan contoh-contoh bentuk aljabar dan kemudian dapat
dibantu mengkonstruksi sendiri konsep Bentuk Aljabar sebagaimana yang
dideskripsikan pada studi kasus berikut:
Studi Kasus 1:
Setelah adzan Duhur berkumandang keluarga besar MTs Teladan berbondong-
bondong menuju Masjid Baiturrahman yang berjarak 1 km dari sekolah untuk
memenuhi panggilan Adzan. Ada rombongan guru sebanyak 5 mobil dimana
tiap mobil jumlah penumpangnya sama banyak (x), ada rombongan siswa
sebanyak 40 motor dimana tiap motor jumlah penumpangnya sama banyak (y)
dan lainnya pejalan kaki sebanyak 100 orang.

a. Berapa jumlah keluarga besar MTs Teladan yang berangkat ke Masjid


dengan mobil? (J1)
b. Berapa jumlah keluarga besar Madrasah yang berangkat ke Masjid dengan
motor? (J2)
c. Berapa jumlah keluarga besar Madrasah yang berangkat ke Masjid dengan
mobil dan pejalan kaki? (J3)
d. Berapa jumlah keluarga besar Madrasah yang berangkat ke Masjid dengan
motor dan pejalan kaki? (J4)
e. Berapa jumlah semua keluarga besar Madrasah yang berangkat ke
Masjid?(J5)
f. J1 sampai dengan J5 adalah contoh-contoh dari bentuk Aljabar. Coba anda
identifikasi apa saja unsur-unsur dari bentuk aljabar. Coba anda definisikan
apa yang dimaksud dengan bentuk aljabar dilihat dari unsur-unsurnya.

Materi konsep bentuk aljabar diatas diawali dari konteks pengamalan


Islam, yaitu berupa keyakinan dan sikap spiritual yang mencerminkan kekuatan
nilai-nilai akidah Islam dan kepatuhan terhadap nilai-nilai ibadah yaitu
menunaikan shalat berjamaah. Aktivitas pemenuhan terhadap panggilan adzan
ini dilakukan dengan melibatkan aktivitas matematik yaitu terdapat sebagaian
jamaah yang menggunakan mobil, sepeda, dan pejalan kaki sehingga
menginspirasi konsep bentuk aljabar yang melibatkan beberapa variabel, yang
dapat ditunjukkan dalam Gambar 6.1 berikut:
Nilai-nilai Islam modeling

Matematika

Gbr. 6.1. Integrasi Nilai-nilai Islam dalam Materi Konsep Bentuk Aljabar

Pada kasus integrasi diatas konstruksi tentang konsep bentuk aljabar


dilakukan melalui pemilihan konteks pengamalan Islam yaitu pemenuhan
panggilan adzan yang dilakukan oleh keluarga besar MTs teladan. Nilai-nilai
Islam yang diintegrasikan adalah nilai akidah (sikap meyakini keagungan dan
kehadiran Ilahi) dan nilai ibadah (terutama taat azas dan tanggungjawab sebagai
hamba). Ketaatan keluarga besar MTs teladan dalam memenuhi panggilan adzan
sebagaimana yang dinarasikan dalam pengembangan materi aljabar (khususnya
bentuk aljabar) merupakan sebuah modeling, yaitu suatu tindakan terpuji yang
pantas diteladani. Dalam hal ini adalah keteladan dalam meyakini keagungan
Ilahi sebagai zat yang maha Agung melebihi dari kegaungan yang lain, sikap
disiplin dan taat azas sebagai bentuk rasa tangungjawabnya sebagai seorang
hamba kepada sang Khaliq, serta meyakini bahwa kepuasan dan kebahagiaan
tertinggi hidup bukan pada kebendaan namun pada penyatuannya terhadap
kehendak Ilahi. Keikutsertaan dewan guru dan pesrta didik dalam pemenuhan
panggilan adzan memberikan pesan bahwa eksistensi seorang hamba di mata
Allah swt adalah sama baik guru maupun peserta didik, semuanya
membutuhkan ampunan, kebaikan dan rahmat Ilahi. Selain itu juga
menunjukkan adanya kesamaan dan kebersamaan dalam menjalani hidup, yaitu
kesamaan sebagai hamba dan kebersamaan dalam menghamba. Kehadirannya
memenuhi panggilan Ilahi adalah kebutuhan setiap insan, yang harus dilakukan
sendiri dan tidak boleh diwakili. Narasi ini memberikan sentuhan jiwa untuk
membangkitkan kesadaran dan sikap spiritual yang harus ditumbuhkembangkan
dalam pribadi peserta didik. Aktivitas pemenuhan panggilan adzan dalam narasi
tersebut adalah sebuah konteks yang dipilih untuk menginternalisasi nilai-nilai
Islam sekaligus sebagai konteks untuk membelajarkan peserta didik mengenal
bentuk aljabar.

Mobil dan sepeda motor masing-masing menunjukkan variabel (peubah)


karena mewakili banyaknya penumpang yang memungkinkan jumlahnya
berubah-ubah, sedangkan pejalan kaki adalah konstanta karena mewakili dirinya
sendiri. Banyaknya keluarga besar MTs yang datang ke Masjid untuk shalat
jamaah adalah jumlah dari penumpang mobil, sepeda motor dan pejalan kaki.
Peserta didik mendefinisikan pengertian bentuk aljabar melalui contoh model
matematika yang dikonstruksi dari permasalahan kontekstual yang berbasis
nilai-nilai Islam, selanjutnya dari model tersebut diidentifikasi konsep-konsep
pembangunnya sehingga diperoleh karakteristik Bentuk Aljabar. Selanjutnya
dari karakteristik Bentuk Aljabar peserta didik mengungkapkan pengertian
Bentuk Aljabar dengan versinya masing-masing.

2) Model Integrasi Matematisasi Islam

Pada matematisasi islam, fakta simbolis, konsep/prinsip matematika


dipandang sebagai sumber inspirasi nilai-nilai Islam yang dapat membangun
kesadaran spiritual. Analogi lebih mengembangkan pemaknaan metaforis /
konotatif dari konsep atau prinsip dalam matematika menjadi falsafah-falsafah
hidup Islami sebagai bahan untuk memberikan pesan-pesan spiritual. Islamisasi
matematis merupakan bentuk literasi matematika yang dapat dijadikan sebagai
sumber nilai bagi para guru sebagai pendidik. Dalam hal ini matematika
dipandang sebagai ayat-ayat kauniyah yang mengandung nilai dan pesan-pesan
dakwah islamiyah

Kasus 1. Gradien Garis Lurus

Tahap-tahap aktivitas pembelajaran yang dilakukan dimulai dari konsep gradien


garis lurus dan akan diarahkan untuk menemukan nilai-nilai Islam yaitu golongan
orang-orang yang akan selamat (Ashabulyamin) dan golongan orang-orang yang
celaka (Ashabus-simal) sebagai berikut:

(1) Peserta didik mula-mula diminta mengamati gambar dua garis lurus yang
saling berpotongan yang satu miring ke kanan dan yang lain miring ke kiri.
(2) Peserta didik diminta menentukan dua titik sebarang (x1, y1) dan (x2, y2)
pada masing-masing kedua garis tersebut lalu diminta menentukan perubahan
komponen y ( y ) dan perubahan komponen x ( x ). Dengan menggunakan

y y  y1
mg = = 2 diperoleh harga gradien masing-masing garis yaitu mg1
x x 2  x1
dan mg2
(3) Peserta didik diminta mengambil sebarang dua titik pada masing-masing
garis dan memasukkan ke dalam rumus mg serta mengamati masing-masing
hasilnya.
(4) Peserta didik diminta menyimpulkan hubungan antara arah garis dengan nilai
dari gradien garis tersebut.
(5) Peserta didik menyimpulkan bahwa garis yang gradiennya positif maka arah
garisnya condong ke kanan, sebaliknya garis yang gradiennya negatif arah
garisnya condong ke kiri.
(6) Selanjutnya guru memberikan pesan spiritual bahwa orang-orang yang
hidupnya diselamatkan Allah swt di dunia dan di akhirat adalah golongan
ashabul yamiin yaitu orang-orang yang selalu berbuat positif atau kebajikan
dan meninggalkan kemungkaran, sebaliknya orang-orang yang akan
dibinasakan Allah swt di dunia dan akhirat adalah golongan ashabus simal
yaitu orang-orang yang selalu berbuat negatif atau kejahatan dalam
kehidupannya.
Secara garis besar bahwa integrasi nilai-nilai Islam dalam
pengembangan materi dilakukan dengan analogi, yaitu mengembangkan
makna simbolik dari matematika dihubungkan dengan makna kehidupan,
sepeti yang diilustrasikan pada Gambar 6.2 berikut:

Kasus 2. Garis Lurus

Tahap-tahap aktivitas pembelajaran dimulai dari konsep garis lurus dan akan
diarahkan untuk menemukan nilai-nilai Islam shirothol mustaqiem. Pembelajaran
dimulai dari konsep garis lurus yang dapat dibuat melalui dua titik yang berbeda
selanjutnya diarahkan untuk menemukan sebuah garis yang menggambarkan satu-
satunya jalan menuju keselamatan (shirothol mustaqiem).

(1) Peserta didik diminta untuk membuat sebarang dua titik yang berbeda pada
bidang Cartesius
(2) Peserta didik diminta untuk membuat lintasan yang menghubungkan kedua titik
tersebut dengan cara yang berbeda.
(3) Selanjutnya peserta didik diminta untuk menghitung berapa banyak lintasan yang
mungkin terjadi yang menghubungkan kedua titik tersebut.
(4) Selanjutnya peserta didik diminta menghitung diantara lintasan-lintsan tersebut
berapa lintasan yang berupa garis lurus
(5) Peserta didik secara umum dapat menjawab dengan menyatakan bahwa
banyaknya lintasan yang berupa garis lurus yang menghubungkan kedua titik
tersebut adalah hanya satu, sedangkan lintasan-lintasan yang lain banyaknya tak
hingga dan semuanya adalah bengkok.
(6) Selanjutnya guru menyampaikan pesan spiritual bahwa inilah perumpamaan
sirotol mustaqiem, bahwasanya setiap orang pasti menjalani kehidupan dari
kampung dunia menuju ke kampung akhirat. Ada banyak cara hidup yang
ditempuh manusia dalam menjalani kehidupannya, namun diantara cara-cara
hidup yang dipilih, hanya cara hidup yang mengikuti tuntunan Allah swt dan
rasulNya sajalah yang lurus dan menyelamatkan sedangkan cara-cara hidup
lainnya adalah bengkok dan tidak menyelamatkan. Proses integrasi dilakukan
secara analogi dan dapat digambarkan dalam Gambar 6.3 sebagai berikut:

Gambar 6.3.Integrasi Nilai-nilai Islam dalam Pengembangan Materi

Garis Lurus

B. ISLAM DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

Menurut perspektif John Haught, dalam memandang hubungan agama dan


sains terdapat empat pendekatan, yaitu: konflik, kontras, kontak dan konfirmasi.
Dua yang pertama bersifat dikotomik dan dua yang lainnya bersifat non-dikotomik
(Mu’tasim 2007, 6). Sedangkan dalam pandangan Ian G. Barbour hubungan antara
ilmu dan agama membentuk 4 pola, yaitu konflik (bertentangan), independensi
(masing-masing berdiri sendiri-sendiri), dialog (berkomunikasi) atau integrasi
(menyatu dan bersinergi) (Babour 2002, 47). Konflik adalah hubungan yang
bertelingkah (conflicting) bahkan bisa bermusuhan (hostile). Independensi berarti
ilmu dan agama berjalan sendiri-sendiri tanpa saling memperdulikan satu sama lain
atau pun saling mengganggu. Dialog ialah hubungan yang saling terbuka dan
saling menghormati. Integrasi ialah hubungan yang tertumpu pada keyakinan
adanya kesamaan dan kesatuan pada ranah kawasan telaah dan tujuan dari
keduanya.

Pada era modern ini, muncul para sarjana dari kalangan muslim yang terus
memperjuangkan penyatuan antara ilmu dan Islam, di antaranya adalah Syed
Muhammad Naquib al-Attas yang menyampaikan konsep ilmu dalam beberapa
karyanya antara lain Islam and the Philosophy of Science, Islam and Secularism,
The Concept of Education in Islam, Ismail Raji al-Faruqi Faruqi menawarkan
penyusunan dan pembangunan ulang sains-sains sastra, sains-sains sosial, dan
sains-sain alam dengan memberikan landasan dan konsistensi Islam (Soleh, 2012,
271-288), sehingga disiplin-displin tersebut memunculkan relevansi Islam
(Barbour, 2002, xi-xii), Seyyed Hossein Nasr yang menawarkan konsep
penggabungan (unity) berbagai sumber pengetahuan (Barbour, 2002, 189-190),
Ziauddin Sardar, dan Amin Abdullah dengan paradigma keilmuan integrasi-
interkoneksi. Meskipun saat ini Nidhal Guessoum menilai bahwa para pejuang
tersebut mengalami jalan buntu, sebagaimana yang dialami oleh Nasr dan al-Faruqi,
serta Sardar yang tenggelam dalam perkembangan sains itu sendiri dan saat ini
masih terdapat topik-topik penting yang belum tersentuh oleh para pemikir muslim
tersebut seperti topik tentang mukjizat, tindakan ilahi, sifat dasar waktu, realitas
penciptaan, dan sebagainya (Guessoum 2011, 543).

Dalam rangka menghadirkan ilmu pengetahuan secara komprehensif, relasi


agama dan science harus terus dibingkai dalam bentuk “integrasi” yang
memungkinkan terjadinya saling mengisi satu sama lain dalam mengarahkan
manusia ke arah yang lebih baik. Baik dalam ranah pendidikan (Zakiyah &
Yusriyah, 2020), keagamaan, hukum, dan ranah lainnya. Contoh nyata yang pernah
terjadi dalam ranah hukum adalah keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang
UU Perkawinan 1974 Pasal 43 ayat 1 pada tanggl 17 Februari 2012 tentang status
anak yang di luar perkawinan resmi (Istianah & Rahmatullah, 2021). Ia dapat
memiliki hubungan perdata dengan seseorang yang dianggap sebagai ayahnya
setelah dibuktikan melalui ilmu pengetahuan dan teknologi atau lainnya yang dapat
menunjukkan adanya hubungan dasar antara keduanya. Berdasarkan ketetapan
tersebut maka MK menetapkan bahwa M. Iqbal Ramadlan adalah anak hasil
pernikahan sirri almarhum Moerdiono dengan Machica Mochtar berdasarkan
pembuktian DNA dan anak tersebut mendapatkan hak keperdataan (Amri, 2012).
Sedangkan semula, berdasarkan tidak adanya catatan pernikahan keduanya baik di
Kantor Urusan Agama mau pun Kantor Catatan Sipil, maka Pengadilan Agama
Jakarta memutuskan bahwa anak tersebut tidak dapat dinisbahkan kepada ayah
biologisnya (almarhum Moerdiono).

Pada era saat ini, ilmu biologi dan kedokteran telah mampu membuktikan
melalui tes DNA di mana pada era pra modern hal tersebut belum dapat dilakukan.
Maka ketika para hakim agama bersikukuh kepada kesepakatan para ahli agama
(ulama fikih) berdasarkan naskah kitab fikih abad tengah dan mengabaikan bukti
ilmiah yang disumbangkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi bahkan tidak
memberikan ruang dialog apalagi memanfaatkan hasil temuan ilmu pengetahuan
tersebut (Moosa, 2006), sangat tampaklah bahwa paradigma para hakim agama
menggunakan konflik dan independensi (Abdullah, 2015). Contoh lainnya yaitu
pemikiran tentang konsep akhlak (agama) yang memasuki ranah kesehatan dan
kedokteran, yaitu meliputi pengobatan ruh maupun pengobatan jasmani, agama
berperan (ḥaḍārah al-naṣṣ) dan berada pada posisi mendasar dari seorang dokter.

Menurut al-Razi, dokter berperan besar dan berada pada posisi sentral dalam
proses pengobatan, karena tidak hanya wawasan dokter yang dapat menyelesaikan
penyakit pasien, tapi jauh sebelum itu adalah akhlak dokter dan keyakinannya
kepada Ilahi. Sehingga dalam hal ini, al-Razi tidak saja melibatkan ḥaḍārah al-‘ilm
(peradaban ilmu) dan ḥaḍārah al-falsafah (peradaban Filsafat) sebagai kerangka
pemikiran, melainkan juga mengintegrasikannya dengan ḥaḍārah al-naṣṣ
(peradaban teks agama) (Istianah, 2020).

Sedangkan beberapa contoh integrasi Islam dengan ilmu sosial budaya di


antaranya yaitu: 1) dalam ilmu sosiologi, konsep-konsep seperti keadilan sosial,
persaudaraan, dan kesetaraan dalam Islam dapat diintegrasikan dalam analisis
mengenai ketidaksetaraan sosial, konflik sosial, dan dinamika Masyarakat; 2)
dalam ekonomi Islam mencoba menggabungkan prinsip-prinsip ekonomi dalam
Islam dengan konsep-konsep ekonomi modern. Ini mencakup aspek-aspek seperti
sistem keuangan syariah, distribusi kekayaan yang adil, dan peran filantropi dalam
pengentasan kemiskinan; 3) bidang politik, dalam studi politik, integrasi Islam
dapat merujuk pada analisis peran Islam dalam politik, penerapan prinsip-prinsip
syariah dalam pemerintahan, dan pengaruh etika Islam dalam proses pengambilan
keputusan politik; dan 4) dalam bidang psikologi, mencoba untuk memahami
perilaku manusia dan perkembangan psikologis dengan mempertimbangkan nilai-
nilai dan ajaran Islam. Hal ini dapat digunakan untuk mengembangkan pemahaman
yang lebih dalam tentang aspek-aspek psikologis dalam masyarakat Muslim. Hal
tersebut juga dapat dilakukan dalam ranah pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi pembelajaran, budaya madrasah dan pembiasaan secara
terstruktur dan terjadwal kepada peserta didik (Wibowo, 2021).

KESIMPULAN

Integrasi Islam dan pengetahuan adalah upaya untuk mengintegrasikan


pemahaman atau nilai-nilai Islam dengan ilmu pengetahuan. Integrasi ini bertujuan
untuk mengatasi dikotomisasi antara ilmu atau nilai Islam dan ilmu pengetahuan,
sehingga keduanya dapat saling melengkapi. Integrasi ini juga mengajarkan
pentingnya menjaga keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat, serta bahwa
semua pengetahuan dan ilmu pengetahuan berasal dari Allah dan harus digunakan
untuk kebaikan dunia dan akhirat.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A. (2015). Agama, Ilmu Dan Budaya: Membuka Ruang Integrasi
Islam dan Ilmu Pengetahuan. Purwokerto.
Amri, A. B. (2012, February 18). Pakar: Putusan MK Terkait Anak di Luar
Nikah Dekati Aturan KUH Perdata. Retrieved from Dakwatuna website:
https://www.dakwatuna.com/2012/02/18/18766/pakar-putusan-mk-terkait-
anak-di-luar-nikah-dekati-aturan-kuh-perdata/#axzz6POrJRofy
Barbour, I. G. (2002). Juru Bicara Tuhan Antara Sains dan Agama (2nd ed.).
Bandung: Mizan.
Guessoum, N. (2011). Islam dan Sains Modern (Maufur, Ed.). Bandung: Mizan.
Istianah. (2020). Morals of Doctor According to Abū Bakral-Rāzī’s View. Al-
Irsyad: Journal of Islamic and Contemporary Issues, 5(1), 244–252.
Retrieved from http://al-
irsyad.kuis.edu.my/index.php/alirsyad/article/view/53
Istianah, I., & Rahmatullah, L. (2021). Abu Bakr Al-Razi di Antara Agama dan
Sains. Islamadina: Jurnal Pemikiran Islam, 22(2), 209–224.
Kusno & Marsigit (2018). Integrasi nilai-nilai spiritual dalam materi relasi. Journal of
Mathematics Education, 4(1), pp. 46-62.
https://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/alphamath/article/view/7354/3151
Kusno (2020). Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika pada tanggal 29 Agustus 2020 di Prodi Pendidikan
Matematika FKIP UMP.
https://drive.google.com/file/d/1rzjtffIX8vCNW_RPL0WV03XwsCLBtAZz/vie
w?usp=sharing
Kusno & Ahmad (2021). Matematisasi islam sebuah pembelajaran integrative dengan
pendekatan steam. Penerbit RIZQUNA. Jawa Tengah.
https://drive.google.com/file/d/1QmEhiQ5ITJlgxlLdsUpdf3GhPm_wGKUX/vie
w?usp=sharing
Kusno (2022). Islamic values-based mathematics learning for secondary schools
Indonesian in islamic boarding schools. Journal of Ethnomathematics Volume 1,
No. 1, pp. 15-28,
https://drive.google.com/file/d/1WDKwO4JpD6hQdt_fveGTCMKUDMnbRZQl
/view
Moosa, E. (2006). Perjumpaan Sains dan Yurisprudensi: Pelbagai Pandangan
tentang Tubuh dalam Etika Islam Modern. In M. I. dan S. N. H. Ted
Petters (Ed.), Tuhan, Alam, Manusia: Perspektif Sains dan Agama.
Bandung: PT. Mizan.
Mu’tasim, R. (2007). Keilmuan Integrasi dan Interkoneksi Bidang Agama dan
Kealaman. Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Suka.
Soleh, K. (2012). Wacana Baru Filsafat Islam (2nd ed.; Kamdani, Ed.).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wibowo, T. (2021). Konseptualisasi Integrasi Psikologi dan Islam (Psikologi
Islam) dalam Pembelajaran Di Madrasah Ibtidaiyah. Jurnal Pendidikan
Dasar Dan Keguruan, 6(1), 1–13. https://doi.org/10.47435/jpdk.v6i1.582
Zakiyah, Z., & Yusriyah, Y. (2020). Models of Children Character Building at
Aisyiyah Bustanul Athfal Kindergarten. Islam in World Perspectives
Symposium, 1(1), 197–204. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy