Buku Clinik Privilega

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

PEDOMAN PENJABARAN

KEWENANGAN KLINIS
DOKTER SPESIALIS GIZI KLINIK

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS GIZI KLINIK INDONESIA


(PDGKI)
ISBN 978-979-17611-8-5 EDISI PERTAMA
2015
DAFTAR PUSTAKA Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia
Edisi Pertama April Jakarta, 2015
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor v + 27 halaman
14,8 cm X 21 cm
755/MENKES/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik Balai Penerbit Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia
di Rumah Sakit (PDGKI), Jakarta 2015
2. www.pdpersi.co.id/kegiatan/kredensial/ Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
3. Nationa Guidelines For Credentials And Clinical Privileges. 2002
4. Roberts A. The Credentialing Coordinator's Handbook. HCPro. Inc, Bibliografi
ISBN 978-979-17611-8-5
Marblehead, MA, 2007
5. Buku Pedoman Pendidikan Dokter Spesialis Gizi Klinik Universitas
Indonesia, 2011
Penerbit:
Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia
Departemen Ilmu Kedokteran Komunikasi -FKUI
Jl. Pegangsaan Timur No. 16, Cikini
Jakarta Pusat
Telepon/Fax: 62-21-3142889
Email: pdgki@yahoo.com

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang


Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian atau
seluruh isi buku ini dengan cara dan bentuk apa pun juga tanpa seizin
tim penyusun dan penerbit.

27
TIM PENYUSUN: Bagian III. Komite Medik/Sub-Komite Kredensial

dr. Ida Gunawan, MS, SpGK Disetujui Disetujui dengan Tidak Disetujui
Dr. dr. Johana Titus, MS, SpGK Catatan
Dr. dr. Meilani Kumala, MS, SpGK
dr. Victor Tambunan, MS, SpGK
dr. Abdullah Firmansah, M.Kes, SpGK Tanggal :

KONTRIBUTOR:

Dr. dr. Inge Permadhi, MS, SpGK Catatan :


dr. L. Dhita Alfara, MGizi, SpGK
dr. Verawati Sudarma, MGizi, SpGK
dr. Ingka Nilawardhani, MGizi, SpGK
dr. Tjandraningrum, MGizi, SpGK

Seluruh Pengurus Pusat PDGKI Ketua Komite Medik Ketua Sub-Komite Kredensial

(.......................................) (...................................)

26
Bagian II. Rekomendasi Mitra Bestari
KATA PENGANTAR
Disetujui Disetujui dengan Tidak Disetujui
Catatan
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan perkenan-
Nya telah terbit buku Pedoman Penjabaran Kewenangan Klinis Dokter
Spesialis Gizi Klinik Indonesia edisi pertama. Dalam era globalisasi ini
masyarakat mengharapkan pelayanan kesehatan yang paripurna. Oleh
karena itu diperlukan kualitas tenaga dokter yang bermutu dan kompeten
Tanggal: di bidangnya. Untuk menjamin hal tersebut, pemerintah telah menerbitkan
peraturan dan undang-undang yaitu Undang-undang No. 29 Tahun 2004
Catatan: tentang Praktik Kedokteran dan Peraturan Menteri Kesehatan No.
1. Lembar pertama dilengkapi sesuai dengan sertifikat yang 755/MENKES/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di
dikumpulkan. Rumah Sakit. Tenaga medis yang berpraktik di institusi kesehatan harus
melalui proses penilaian kompetensi dan kewenangan klinis sebelum
dapat berpraktik. Buku ini juga bertujuan untuk dapat membantu Dokter
Spesialis Gizi Klinik memilih kewenangan klinis yang sesuai dengan
kompetensi untuk memperoleh kewenangan klinis dari pimpinan rumah
Daftar Mitra Bestari (minimal ditandatangani tiga orang) sakit untuk melaksanakan praktiknya.
No. Nama Spesialisasi Tanda Tangan Buku Pedoman Penjabaran Kewenangan Klinis Dokter Spesialis
1. Gizi Klinik berisi latar belakang, lingkup kewenangan klinis, dasar hukum,
2. dan definisi operasional Kewenangan Klinis Dokter Spesialis Gizi Klinik,
3. Kompetensi dan Kompetensi Inti Pelayanan Terapi Medik Gizi Klinik,
4. Persyaratan Minimal Tindakan untuk Mencapai Kompetensi dan Pedoman
5. Mitra Bestari dan White Paper.
6. Tim Penyusun buku Pedoman Penjabaran Kewenangan Klinis
7. Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia mengucapkan terima kasih sebesar-
8. besarnya kepada semua pihak terkait yang telah berpartisipasi
9. menyumbangkan pikiran dan dukungan, sehingga buku ini dapat
10. diterbitkan. Kami mengharapkan kritik yang membangun bagi perbaikan
11. buku pedoman ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi manajemen Rumah
12. Sakit dalam meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
14.
15.
16. Jakarta, Maret 2015
17.
18.
19.
20. Tim Penyusun

25 i
SAMBUTAN KETUA H. Kanker
PERHIMPUNAN RUMAH SAKIT SELURUH INDONESIA I. Kelainan Sistem Saraf
(PERSI) J. Bedah dan Trauma
K. Transplantasi
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, L. Luka Bakar

Pujisyukur kepada Tuhan Yang MahaEsa, karena perkenanNya telah terbit C. NUTRIGENOMIK
buku Pedoman Penjabaran Kewenangan Klinis Dokter Spesialis Gizi Keterangan Pemohon Disetujui Keterangan
Klinik Indonesia 2015.Dalam era globalisasi ini masyarakat mengharapkan Terapi nutrisi berdasarkan landasan
pelayanan kesehatan yang paripurna. Oleh karena itu diperlukan kualitas berpikir genomik
tenaga dokter yang bermutu dan kompeten di bidangnya. Untuk menjamin
hal tersebut, pemerintah telah menerbitkan Undang-undang no. 29 tahun D. GIZI ESTETIKA
2004 tentang Praktik Kedokteran dan Peraturan Menteri Kesehatan nomor: Keterangan Pemohon Disetujui Keterangan
755/MENKES/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di 1. Obesitas
RumahSakit. Tenaga medis yang berpraktik di institusi kesehatan 2. Kelainan Kulit
diharuskan melalui proses penilaian kompetensi dan kewenangan klinis
(credentialing dan previleging).
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)
menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada PDGKI atas
terbitnya buku pedoman ini. Diharapkan buku pedoman ini dapat digunakan
dalam proses penilaian kompetensi dan kewenangan klinis tiap dokter
spesialis gizi klinik (DSpGK) di rumah sakit. Dengan demikian pelayanan
gizi klinik di rumah sakit seluruh Indonesia dapat semakin baik sehingga
akan meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
Indonesia.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Jakarta, Maret 2015

PERHIMPUNAN RUMAH SAKIT


SELURUH INDONESIA

Dr.dr. Sutoto, M.Kes


KetuaUmum

ii 24
SAMBUTAN
KETUA UMUM PENGURUS BESAR
F. Kelainan Jantung dan KATAN DOKTER INDONESIA (PB-IDI)
Pembuluh Darah
Assalammualaikum Wr Wb,
1. Hipetensi Salam Sehat lndonesia,
2. Aterosklerosis
3. Cardiac cachexia Satu tahun pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional sebagai amanah konstitusi
4. Lain-lain negara terhadap jaminan sosial bagi seluruh rakyat lndonesia telah dilalui. Begitu
banyak catatan sebagai bentuk evaluasi serta bahan perbaikan sistem pelayanan
G. Kelainan Paru dan Fungsi kesehatan di masa depan. Pelayanan kesehatan di mana pelayanan kedokteran
Pernafasan merupakan bagian utamanya.
1. Penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK) Salah satu pelayanan kedokteran yaitu pelayanan gizi klinik. Sebagai salah satu
2. P u l m o n a r y c a c h ex i a spesialisasi di bidang kedokteran yang mengedepankan profesionalisme guna
menjaga mutu layanan kepada masyarakat. Kita tahu permasalahan gizi di tanah
3. Lain-lain air masih menjadi salah satu permasalahan utama kesehatan dan pembangunan
H. Kelainan Tulang nasional. Oleh karenanya segala bentuk instrumen guna menjamin mutu pelayanan
1. Metabolic Bones Disease harus didorong demi perbaikan status gizi dan kesehatan masyarakat lndonesia.
and Osteoporosis
Salah satu tugas organisasi profesi kedokteran adalah melakukan kendali mutu
2. Osteoartritis serta kendali biaya. Terkait dengan mutu, organisasi profesi spesialis gizi klinik
3. Dental yaitu Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik lndonesia (PDGKI) yang merupakan
4. Lain-lain bagian dari lkatan Dokter lndonesia berkewajiban untuk menyu$un standar profesi
I. Kanker bagi spesialis gizi klinik yang di antaranya adalah Standar Kompetensi dan Standar
Pelayanan. Dari kedua standar tersebut akan menjadi acuan bagi pembuatan standar
J. Anemia dan Kelainan Darah
prosedur operasional termasuk di dalamnya kewenangan klinis yang berlaku di
lainnya masingmasing fasilitas pelayanan.
K. Kelainan Sistem Saraf
L. Bedah dan Trauma Dengan adanya standar profesi, pengawasan serta praktik kedokteran dapat secara
M. Kelainan Genetik pada Anak tegas di jalankan dan menjadi kewajiban setiap dokter untuk mematuhinya.
Kepatuhan terhadap standar profesi akan melindungi dokter dari tuntutan hukum
N. Transplatasi dan yang terpenting adalah terhindarnya pelanggaran etik serta disiplin dalam
O. Gangguan kejiwaan pengamalan profesinya.
P. Obesitas
B. GIZI PADA PERIOPERATIF Saya selaku Ketua Umum Pengurus Besar lkatan Dokter lndonesia mengucapkan
banyak terima kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya bagi PDGKI dan
Keterangan Pemohon Disetujui Keterangan
khususnya bagi tim penyusun Pedoman Penjabaran Kewenangan Klinis Dokter
A. Pelayanan Gastrointestinal Spesialis Gizi Klinik, semoga sumbangsih inidapat bermanfaat bagi kita semua.
B. Kelainan Hati dan Kandung Amin
Empedu Billahittaufiq wal hidayah
C. Infeksi dan Sepsis Wassalammualaikum Wr Wb
Ketau Umum
D. Kelainan Sistem Endokrin
E. Kelainan FUngsi Ginjal
F. Kelainan Jantung dan
Pembuluh Darah
Dr. Zaenal Abidin.SH,MH
G. Kelainan Paru dan Fungsi
NPA. lDl :42.557
Pernafasan

23 iii
SAMBUTAN Kategori IV (diberikan untuk para pendidik)
KETUA UMUM PENGURUS PUSAT PERHIMPUNAN DOKTER Termasuk kewenangan klinis Kategori I, II, dan III. Penyakit/ masalah
SPESIALIS GIZI KLINIK INDONESIA (PP-PDGKI) kesehatan/ prosedur yang khusus atau kompleks dan potensial
mengancam nyawa. Telah menyelesaikan pelatihan dan pendidikan sub-
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, spesialisasi
Salam sejahtera, A. GIZI PADA PENYAKIT KRITIS
Keterangan Pemohon Disetujui Keterangan
Saat ini tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang baik A. Kelainan Gastrointestinal
semakin kuat dan terbuka dengan mudahnya akses ke berbagai media 1. Gangguan sistem intestinal
sosial. Hal tersebut didukung dengan dikeluarkannya Undang-undang 2. Pankreatitis akut dan
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dimana hak dan kronik
kewajiban dokter dan pasien diatur lengkap beserta sangsi yang 3. Inflammatory bowel
menyertainya. disease
4. Gangguan otilitas sistem
Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) gastrointestinal
mengupayakan agar anggota PDGKI dapat menjalankan profesi kedokteran 5. Penyakit celiac
sesuai dengan kompetensinya dan menghindari ranah pelanggaran disiplin, 6. Short bowel syndrome
etika dan hukum. Buku Pedoman Penjabaran Kewenangan Klinis Dokter 7. Lain-lain
Spesialis Gizi Klinik ini merupakan salah satu upaya pengurus PDGKI B. Kelainan Hati dan Kandung
dalam mencapai tujuan tersebut. Empedu
1. Kolestasis
Kewenangan klinis (clinical privilege) memungkinkan rumah sakit untuk 2. Kolelitiasis
memberikan kewenangan bagi setiap staf medis sesuai dengan 3. Gagal hati
kompetensinya yang nyata. Dengan dikeluarkannya buku ini, diharapkan 4. Lain-lain
semakin jelas kewenangan klinis yang merupakan kompetensi Dokter C. Kelainan Lemak dan
Spesialis Gizi Klinik (DSpGK), sehingga dapat semakin melindungi, baik Lipoprotein Darah
kepentingan DSpGK maupun pasien, juga pihak penyelengara rumah D. Kelainan Sistem Endokrin
sakit. 1. Diabetes melitus tipe 1
2. Diabetes melitus tipe 2
Akhirul khalam mudah-mudahan buku ini dapat menjadi pedoman dalam 3. S i n d ro m a m eta b o l i k
penyelenggaraan praktik kedokteran yang optimal, terutama pelayanan 4. H i p e r p a r a t i r o i d i s m e
terapi medik gizi klinik. 5. Polycystic ovary syndrome
dan kelainan obs-gin
Jakarta, Maret 2015 lainnya
Ketua Umum PP-PDGKI 6. Lain-lain
E. Kelainan Fungsi Ginjal
Prof. Dr. dr. Abdul Razak Thaha, MSc, SpGK

iv 22
4. Melakukan pembahasan pasien DAFTAR ISI
multidisiplin Halaman
KEWENANGAN TINDAKAN KATA PENGANTAR i
Pemasangan pipa nutrisi enteral: SAMBUTAN KETUA PERSI ii
- pemasangan NGT SAMBUTAN KETUA UMUM PB-IDI iii
- pemasangan NJT SAMBUTAN KETUA UMUM PP-PDGKI iv
- PEG DAFTAR ISI v
- PEJ
Insersi kateter vena: BAB I PENDAHULUAN 1
- perifer 1. Latar Belakang 1
- sentral 2. Lingkup Kewenangan 2
Pemberian terapi medikamentosa 3. Dasar Hukum 2
terkait gizi 4. Definisi Operasional 3

BAB II KEWENANGAN KLINIS DOKTER SPESIALIS


GIZI KLINIK 4
1. Pendidikan 4
2. Lisensi 4
3. Peningkatan Kinerja/Kemampuan 4
4. Kualifikasi Personal 4
5. Pola Praktek 5

BAB III KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS GIZI KLINIK 6


1. Gambaran Kompetensi Dokter Spesialis Gizi Klinik 6
2. Kompetensi Inti Pelayanan Terapi Medik Gizi Klinik 6
3. Standar Keterampilan 7
4. Standar Mempertahankan dan Meningkatkan
Kompetensi 7
5. Standar Etik - Medikolegal 8
6. Persyaratan Jumlah Minimal Tindakan untuk
Mencapai Kompetensi 8

BAB IV PEDOMAN MITRA BESTARI DAN WHITE PAPER 10


1. Pedoman Mitra Bestari Bidang Gizi Klinik 10
2. Mitra Bestari Bidang Gizi Klinik 10
3. Pedoman tentang White Paper Rumah Sakit 11
BAB V PENUTUP 12
LAMPIRAN 13

21 v
7. Perioperatif
8. Imunologis dan keganasan
9. Perawatan intensif termasuk
ICU, ICCU, HDU, PICU, NICU,
BAB I
home care, dll
PENDAHULUAN
10. Sepsis, SIRS
11. Berbagai penyakit lain
(psikogenik, intoleransi atau
LATAR BELAKANG
alergi makanan)
Dengan disahkannya undang-undang rumah sakit yang baru di Indonesia,
1. Memberi terapi gizi sesuai
keselamatan pasien (patient safety) menjadi topik utama dalam setiap
kondisi klinik, status gizi, status
pelayanan kesehatan. Upaya penting yang segera dilakukan berkaitan
metabolik, kondisi cairan tubuh,
dengan undang-undang ini adalah mencegah terjadinya kecelakaaan
asam basa, serta fungsi saluran
pasien akibat inkompetensi tenaga medis di rumah sakit. Hal ini sejalan
cerna meliputi akses oral,
dengan penjelasan pasal 29 ayat (1) butir (r) Undang-Undang Republik
enteral (NGT,NGT,PEG,PEJ), dan
Indonesia tentang Rumah Sakit tahun 2009, yang menjelaskan masalah
parenteral (sentral,perifer); tipe
kewenangan klinis (clinical privilege) bagi setiap tenaga medis di rumah
diet, cara pemberian, waktu
sakit.
pemberian, indikasi dan
Kewenangan klinis merupakan hak khusus seorang staf medis di
kontraindikasi tatalaksana
rumah sakit untuk melakukan sekelompok pelayanan medis tertentu sesuai
terapi gizi, termasuk
kompetensinya yang nyata, selama periode tertentu, berdasarkan penugasan
melakukan:
klinis (clinical appointment). Jadi tidak hanya berdasarkan pada kredensial
- Menentukan kebutuhan gizi,
terhadap kompetensi keilmuan dan keterampilannya saja, tetapi juga
monitoring dan evaluasi bagi
terhadap kesehatan fisik, kesehatan mental, dan perilaku staf medis
pasien dengan gangguan fungsi
tersebut. Pemberian kewenangan klinis dilakukan oleh rumah sakit dengan
organ, kelainan metabolisme
melibatkan komite medik yang dibantu oleh mitra bestarinya (peer group)
dan sakit kritis:
sebagai pihak yang paling mengetahui masalah keprofesian yang
- Penentuan kebutuhan energi
bersangkutan.
dengan:
Dokter spesialis gizi klinik (DSpGK) sebagai seorang tenaga medis
a. Rumus perhitungan
di rumah sakit juga dituntut untuk memberikan terapi medik gizi klinik
kebutuhan energi yang
yang optimal sesuai dengan yang dibutuhkan oleh Sistem Kesehatan
sesuai dengan penyakitnya
Nasional, yakni pelayanan terpadu meliputi identifikasi masalah gizi
b. Kalorimetri indirek
pasien secara dini dan menanggulanginya sesuai dengan kewenangan
- Komposisi nutrien
klinis yang dimilikinya. Optimalnya pelayanan terapi medik gizi klinik
- Kebutuhan serat
yang diberikan dapat menunjang upaya promotif, preventif, kuratif, dan
- Kebutuhan cairan, elektrolit dan
rehabilitatif untuk menjamin keselamatan dan meningkatkan kualitas
mineral
hidup pasien.
- Kebutuhan medikamentosa
terkait gizi
- Kebutuhan nutrien dan non
nutrien spesifik
2. Melakukan konsultasi gizi sesuai
kondisi pasien
3. Melakukan terapi gizi paliatif

1 20
Insersi kateter vena:
- perifer LINGKUP KEWENANGAN
- sentral Dalam lingkup kewenangan ini, dibuat suatu pedoman untuk membantu
Pemberian terapi medikamentosa DSpGK menjalankan kewenangan klinis selama memberikan terapi medik
terkait gizi gizi klinik di rumah sakit. Pedoman ini berlaku bagi DSpGK yang telah
Kategori III memenuhi kualifikasi melalui suatu pendidikan formal dalam aspek gizi
Termasuk kewenangan klinis Kategori I dan II. Penyakit/ masalah klinik terkait keadaan klinis pasien dan menjalankan praktik sebagai
kesehatan/ prosedur yang kompleks dan potensial mengancam nyawa DSpGK di lingkungan institusi rumah sakit.
(batasannya ) jika tidak ditangani dengan tepat dapat menyebabkan Untuk memperoleh kewenangan-kewenangan dalam terapi medik
sepsis dan kematian. Telah menyelesaikan pelatihan dan pendidikan gizi klinik, seorang DSpGK diharapkan memenuhi kriteria gabungan dari
spesialisasi. kriteria yang diperlukan dan kriteria pilihan. Kriteria mana yang
Keterangan Pemohon Disetujui Keterangan dimaksudkan, ditentukan berdasarkan kebutuhan dan pilihan masing-
masing institusi/rumah sakit. Beberapa institusi/rumah sakit dapat
Melakukan penilaian dan analisis
melakukan modifikasi persyaratan-persyaratan tertentu bagi dokter-dokter
medis lanjut status gizi
yang baru menyelesaikan pendidikan spesialisasi dan pelatihan fellowship.
- Hasil pengukuran komposisi
Adapun pemberian, penilaian ulang, dan revisi kewenangan klinis
tubuh dengan berbagai metode
diberlakukan dalam batas waktu tertentu sesuai dengan peraturan internal
antara lain ; (penilaian masa
staf medis, sub komite kredensial komite medis maupun aturan-aturan
lemak, masa bebas lemak,
yang dikeluarkan oleh pemerintah dan institusi/rumah sakit yang
presentase cairan tubuh,dll)
bersangkutan.
* BIA
* DEXA
DASAR HUKUM
* IVNAA
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
- Penilaian hasil pemeriksaan
Rumah Sakit.
laboratorium dan pemeriksaan
2. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
penunjang terkait dengan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,
penyakit kelainan metabolisme
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431.
dan penyakit kritis
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/MENKES/SK/II/2008
Menegakkan diagnosis klinik dan
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
status gizi, status metabolik, status
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/MENKES/SK/XII/1999
saluran cerna , status cairan dan
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
asam basa pada penyakit terkait
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/MENKES/PER/I/2010
gizi:
tentang Perizinan Rumah Sakit
1. Saluran cerna, hepatobilier dan
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/MENKES/PER/III/2010
pankreas
tentang Klasifikasi Rumah Sakit
2. Metabolik-endokrin
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 512/MENKES/PER/IV/2007
3. Paru dan fungsi pernapasaisn
tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Pratik Kedokteran
4. Saraf dan muskuloskeletal
5. Ginjal dan saluran urogenital
6. Kardiovaskuler

19 2
- Berbagai penyakit lain
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1045/MENKES/PER/XI/2006 (psikogenik, intoleransi atau
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen alergi makanan)
Kesehatan Menentukan kebutuhan gizi bagi
9. Surat Pengakuan Dokter Spesialis Gizi Klinik sebagai Dokter Spesialis pasien dengan gangguan fungsi
Penunjang (MKKI-IDI) No. 181/KI/VII/2003. organ, kelainan metabolisme dan
10. Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik No. sakit kritis:
HK.00.06.3.4.1819 tentang Pembentukan Tim Terapi Gizi di Rumah - Penentuan kebutuhan energi
Sakit tahun 2007. dengan:
* Rumus perhitungan
kebutuhan energi yang
DEFINISI OPERASIONAL sesuai dengan penyakitnya
- Keselamatan pasien (patient safety) : bebas dari segala bentuk * Kalorimetri indirek
kecelakaan selama dirawat di rumah sakit. - Komposisi nutrien
- Surat penugasan (clinical appointment) : surat yang diterbitkan - Kebutuhan serat
oleh kepala rumah sakit kepada seorang dokter/dokter gigi untuk - Kebutuhan cairan, elektrolit,
melakukan tindakan medis di rumah sakit tersebut berdasarkan daftar dan mineral
kewenangan klinis yang ditetapkan baginya. - Kebutuhan medikamentosa
- Mitra bestari (peer-group): sekelompok orang dengan reputasi tinggi terkait gizi"
yang memiliki kesamaan profesi, spesialisasi dengan seorang dokter - Memberi terapi gizi sesuai
yang sedang menjalani proses kredensial, dan atau dianggap dapat kondisi klinik, status gizi, status
menilai kompetensi untuk melakukan tindakan medis tertentu. metabolik, kondisi cairan tubuh,
- Tenaga medis: dokter dan dokter gigi termasuk dokter spesialis dan asam basa, serta fungsi saluran
dokter gigi spesialis. cerna meliputi akses oral,
enteral (NGT,NGT,PEG,PEJ),
parenteral (sentral,perifer); tipe
diet, cara pemberian, waktu
pemberian, indikasi dan
kontraindikasi tatalaksana
terapi gizi
- Melakukan konsultasi gizi sesuai
kondisi pasien
- Melakukan terapi gizi paliatif
KEWENANGAN TINDAKAN
Pemasangan pipa nutrisi enteral:
- pemasangan NGT
- pemasangan NJT
- PEG
- PEJ

3 18
Kategori II
Termasuk kewenangan klinis Kategori I dan membutuhkan supervisi
(residen melakukan semua kewenangan sesuai dengan kompetisi, dan
disupervisi oleh konsulen). Penyakit/ masalah kesehatan/ prosedur yang BAB II
kompleks namun tidak mengancam nyawa. Telah melewati stase Divisi KEWENANGAN KLINIS DOKTER SPESIALIS GIZI KLINIK
Departemen RS pendidikan; sedang menjalani pelatihan dan pendidikan
spesialisasi di Departemen RS pendidikan. Kriteria yang dipertimbangkan untuk penjabaran kewenangan klinis dalam
pelaksanaan terapi medik gizi klinik
Keterangan Pemohon Disetujui Keterangan
Melakukan penilaian dan analisis 1. PENDIDIKAN
medis lanjut status gizi 1.1 Telah menyelesaikan pendidikan dokter spesialis gizi klinik yang
(menggunakan tools di bawah ini) diakui di Indonesia.
- Penilaian antropometri dan 1.2 Memiliki ijazah dari institusi Fakultas Kedokteran yang diakui
komposisi tubuh (penilaian 1.3 Mengikuti program resertifikasi kompetensi sesuai dengan ketentuan
masa lemak, masa bebas Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI)
lemak) 1.4 Mengikuti sedikitnya 40% dari program pendidikan berkelanjutan
(Lingkar Lengan Atas, Tebal yang diselenggarakan oleh Program Pendidikan Kedokteran
Lipatan Kulit, Lingkar Pinggang, Berkelanjutan (P2KB) PDGKI.
BIA) 1.5 Menyelesaikan pelatihan fellowship atau pendidikan Konsultan untuk
- Penilaian hasil pemeriksaan pelayanan Subspesialisasi, dan telah mendapat verifikasi kompetensi
klinis, status gizi makro dan di bidang tersebut oleh PDGKI.
mikro, status metabolik, cairan,
dan asam basa 2. LISENSI
- Penilaian hasil pemeriksaan 2.1 Memliki Izin Praktik dari Dinas Kesehatan setempat dengan waktu
laboratorium, dan pemeriksaan dan tempat yang masih berlaku.
penunjang 2.2 Tidak sedang menjalani sanksi akibat pelanggaran disiplin profesi.
Menegakkan diagnosis klinis dan
status gizi, status metabolik, status 3. PENINGKATAN KINERJA/KEMAMPUAN
saluran cerna , status cairan dan 3.1 Menjadi anggota PDGKI
status asam basa akibat penyakit 3.2 Berperan serta secara aktif dalam kegiatan-kegiatan yang
yang terkait gizi pada organ: diselenggarakan P2KB PDGKI untuk meningkatkan kemampuan
- Saluran cerna, hepatobilier, dan klinik mengelola pasien.
pankreas
- Metabolik-endokrin 4. KUALIFIKASI PERSONAL
- Paru dan fungsi pernapasan 4.1 Pernyataan secara tertulis mematuhi Kode Etik Kedokteran Indonesia
- Saraf dan muskuloskeletal dan Pedoman Nasional Pelayanan Gizi Klinik Rumah Sakit.
- Ginjal dan saluran urogenital
- Kardiovaskuler
- Perioperatif
- Imunologis dan keganasan
- Perawatan intensif

17 4
- Penentuan kebutuhan energi
dengan rule of thumb
- Kebutuhan nutrien
4.2 Keanggotaan dalam perhimpunan tingkat lokal, cabang atau nasional - Komposisi nutrien
yang mengharuskan anggota memenuhi kode etik kedokteran Indonesia - Penentuan kebutuhan cairan
dan pedoman etik DSpGK. Melakukan penatalaksanaan gizi
4.3 Surat Keterangan sehat jasmani dan mental, termasuk tidak terlibat pada :
ketergantungan obat terlarang dan alkohol, yang dapat mempengaruhi 1. Malnutrisi tanpa komplikasi
kualitas pelayanan pada pasien. - Anak dengan gizi kurang
Keterangan: bila BB/TB antara
5. POLA PRAKTEK P25-P3
5.1 Tempat praktek di klinik atau rumah sakit yang memenuhi persyaratan berdasarkan kurva NCHS/CDC
standar dan pedoman nasional pelayanan gizi klinik. 2000 atau BB/TB antara 70-80%
5.2 Rekam jejak kejadian tak diharapkan yang dialami selama 5 (lima) (antara -2 SD dan -3SD)
tahun terakhir. berdasarkan tabel WHO
5.3 Rekam jejak pelanggaran disiplin dalam 5 (lima) tahun terakhir - Dewasa dengan KEP ringan dan
berdasarkan data PDGKI. sedang
5.4 Rekam jejak ruang lingkup dan kualitas keterampilan klinik, sesuai Keterangan: KEP ringan bila IMT
hasil penilaian mitra bestari setempat, dan dianggap memadai oleh 17,0-18,5 kg/m2 dan KEP
institusi yang memberikan kewenangan klinis. sedang bila IMT 16.0-16.9
kg/m2
- O b es i tas ( a n a k / d ewas a )
Keterangan : pada dewasa jika
IMT 25-29.9 kg/m2 (kriteria
Asia Pasifik) dan pada anak jika
IMT P 95% berdasarkan grafik
CDC 2000 tanpa disertai
kelainan/penyakit ikutan
lainnya
2. Golongan rentan
- Bayi, anak, dan remaja
Keterangan: risiko menjadi gizi
kurang, KEP ringan-sedang
maupun obesitas
- Wanita hamil dan menyusui
- Usia lanjut (menopause &
andropause)
Keterangan : tanpa gangguan
menelan
3. Menilai pasien bermasalah gizi
dan merujuk ke dokter spesialis
gizi klinik

5 16
Bagian I. Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) BAB III
KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS GIZI KLINIK
Kategori Kewenangan
Kewenangan klinis diberikan untuk memberikan pelayanan pengelolaan Gambaran Kompetensi Dokter Spesialis Gizi Klinik
bidang Gizi Klinik di RS berdasarkan pada pelayanan yang dibutuhkan Dokter Spesialis Gizi Klinik adalah dokter yang memiliki kualifikasi
pasien. sebagai berikut:
Kategori I - Lulus pendidikan dokter yang diakui pemerintah Indonesia
Penyakit atau masalah kesehatan yang sederhana, tanpa penyulit, risiko - Memiliki sertifikat kompetensi yang diterbitkan oleh Kolegium Ilmu
pasien rendah. Dapat ditangani oleh dokter umum dengan pelatihan Gizi Klinik
singkat*/ tanpa pelatihan, namun sudah cukup berpengalaman**. - Lulus pendidikan dokter spesialis gizi klinik dari pusat pendidikan
Keterangan : dokter spesialis gizi klinik yang telah diakui di Indonesia
*Pelatihan singkat : review mengenai jenis pelayanan yang akan dilakukan
seperti tergambar dalam kolom jenis pelayanan, dilakukan dalam 2 hari Kompetensi Inti Pelayanan Terapi Medik Gizi Klinik
pertemuan/workshop dan mendapat sertifikasi dari institusi yang Kompetensi medik gizi klinik adalah kompetensi dengan pengetahuan,
berwenang. keterampilan, sikap dan perilaku spesifik di bidang gizi medik, serta
**Tanpa pelatihan, namun cukup pengalaman : sudah menangani kasus berdasarkan pengalaman yang diperoleh melalui program pendidikan
berisiko gizi minimal 5-10 kasus/bulan dokter spesialis gizi klinik, sehingga lulusan mampu menunjukkan :
Jenis Pelayanan Pemohon Disetujui Keterangan 1. Patient care: Mampu melakukan pelayanan medik gizi klinik
Melakukan penilaian dasar status berdasarkan welas asih, sesuai kondisi pasien, dan efektif untuk
gizi tatalaksana masalah gizi yang berhubungan penyakit serta promosi
- Penilaian hasil Skrining Gizi kesehatan dan gizi
- Anamnesis klinis dan riwayat 2. Medical knowledge: Mampu melaksanakan terapi medik gizi klinik
gizi berdasarkan pengetahuan medis khususnya biomedis, klinis dan
- Pemeriksaan klinis hubungannya dengan perilaku sosial, gizi, dan epidemiologi yang
- Pengukuran dan penilaian berkembang menjadi dasar investigasi dan berpikir analitik untuk
antropometri (indeks massa aplikasi dalam pelayanan medik gizi klinik kepada pasien.
tubuh/IMT) 3. Practice-based learning and improvement: Mampu mengevaluasi
- Penilaian kapasitas fungsional proses pembelajaran berdasarkan praktek dan pengembangan diri
- Analisis asupan zat gizi yang melibatkan investigasi dan evaluasi pelayanan kepada pasien,
- Penilaian hasil pemeriksaan serta penilaian dan asimilasi bukti ilmiah untuk meningkatan pelayanan.
laboratorium secara umum 4. Interpersonal and communication skills: Mampu berkomunikasi
Melakukan diagnosis klinis dan mempunyai ketrampilan interpersonal guna mendapatkan
malnutrisi pertukaran informasi yang efektif dan kerjasama antar profesi
Menentukan kebutuhan bagi pasien kedokteran, profesi gizi dan profesi kesehatan lain. sehingga dicapai
malnutrisi dengan skor 3 atau lebih komunikasi yang efektif dengan pasien dan keluarganya dalam
berdasarkan skrining gizi mendukung terapi pasien.
malnutrition screening test (MST)
dan tanpa penyulit, meliputi:

15 6
5. Profesionalism: Mampu melaksanakan terapi medik gizi klinik yang harus diisi lengkap lengkap
berlandaskan etika kedokteran dan profesionalisme kepada pasien - Setiap kolom permintaan diisi - Setiap kolom rekomendasi diisi
dengan menyadari bahwa tanggung jawab dokter untuk mencegah sesuai dengan "kode sesuai dengan "kode
dan memberikan terapi gizi sesuai penyakit yang mendasari kewenangan untuk dokter" persetujuan mitra bestari"
6. Systems-based practice: Mampu melaksanakan terapi medik gizi - Tanda tangan dicantumkan - Tanda tangan dicantumkan
klinik berlandasakan kesadaran dan kemampuan menggunakan secara pada akhir bagian I pada akhir bagian II
efektif sumber-sumber di komunitas dan sistem pelayanan kesehatan - Jika terdapat revisi atau - Persetujuan Mitra Bestari ini
sehingga tercapai pelayanan gizi yang optimal perbaikan, setelah daftar digunakan sebagai dasar
Kewenangan Klinis ini disetujui, rekomendasi pembuatan surat
Standar Keterampilan maka harus mengisi kembali penugasan klinis oleh direktur
Melakukan Tindakan Diagnostik dan Terapi Medik Gizi Klinik formulir yang baru. RS
1. Mampu melakukan pengukuran antropometri dan komposisi tubuh
(baik dengan alat sederhana maupun mutakhir) serta Kode Kewenangan untuk Dokter Kode Persetujuan Mitra Bestari
menginterpretasikannya. 1. K o m p e t e n s e p e n u h n y a 1. Disetujui berwenang penuh
2. Mampu melakukan analisis asupan energi dan zat gizi baik oral, 2. Memerlukan supervisi 2. Disetujui dengan supervisi
enteral dan parenteral 3. Tidak dimintakan 3. Tidak disetujui, karena bukan
3. Melakukan investigasi hasil analisis dalam hubungan dengan hasil kewenangannya, karena di luar kompetensinya
pemeriksaan fisik, laboratorium, dan diagnosis untuk mengawali kompetensinya 4. Tidak disetujui, karena fasilitas
terapi medik gizi klinik 4. Tidak dimintakan tidak tersedia
4. Mampu memformulasikan preskripsi nutrisi kewenangannya, karena
5. Mampu mengidentifikasi komplikasi terapi nutrisi dan merencanakan fasilitas tidak tersedia
tindak lanjutnya Tanggal Mengetahui,
6. Mampu menentukan indikasi, kontra indikasi, komplikasi dan Kepala Komite Medik RS……
pemasangan nutrisi enteral (pemasangan nasogastric tube, NGT),
parenteral, percutaneous endoscopic gastrostomy (PEG), dan
percutaneous endoscopic jejunostomy (PEJ)
7. Mampu melakukan monitoring dan evaluasi pada terapi medik gizi
klinik yang diberikan
8. Mampu melakukan penatalaksanaan nutrisi estetika (mesoterapi) dan
aging

Standar Mempertahankan dan Meningkatkan Kompetensi


melalui Pengembang Pendidik Kedokteran Berkelaanjutan (P2KB) telah
disusun oleh PDGKI
1. Mengikuti acara-acara ilmiah dan PKB yang diselenggarakan PDGKI
atau Perhimpunan Profesi lain
2. Mampu menganalisis makalah ilmiah
3. Mampu melakukan penelitian ilmiah
4. Mampu membuat tulisan ilmiah

7 14
Standar Etik Medikolegal
LAMPIRAN 1. Mematuhi sumpah dokter
2. Mematuhi KODEKI, Pedoman Etik Profesi Spesialis Gizi Klinik
RINCIAN KEWENANGAN KLINIS (CLINICAL PRIVILEGE) 3. Mematuhi Undang Undang dan Peraturan Kementerian Kesehatan
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS GIZI KLINIK INDONESIA berkaitan dengan pelayanan gizi klinik
4. Mampu melakukan kemitraan dan kolaborasi dengan pasien atau
Nama Dokter: Spesialisasi: TandaTangan: keluarganya, disiplin lain, dan sesama dokter spesialis gizi klinik
Gizi Klini
PERSYARATAN JUMLAH MINIMAL TINDAKAN UNTUK
KOMPETENSI SEBAGAI SPESIALIS GIZI KLINIK MELIPUTI
Saya menyatakan bahwa saya kompeten untuk menangani kasus-kasus
yang saya minta di bidang spesialisasi saya, termasuk melayani konsultasi Jenis Tindakan Jumlah Tindakan
dari sejawat. /tahun
Saya juga menyatakan kompeten untuk melakukan prosedur teknis Melakukan Tindakan Skrining
seperti yang tercantum di bawah ini sebagai bagian dari kewenangan dan Diagnostik Gizi 600
klinis (clinical privilege) berdasarkan status kesehatan saat ini, pendidikan enatalaksanaan nutrisi pada :
dan/atau pelatihan yang telah saya jalani, serta pengalaman yang saya 1. Malnutrisi 100
miliki. - KEP (marasmus, 30
Sertifikasi kwashiorkor) 70
Dijabarkan dalam lembaran curriculum vitae - Obesitas
Fotokopi ijazah, sertifikat, STR dan SIP dilampirkan 2. Gangguan gizi pada
Universitas: Tanggal: Keterangan : golongan rentan 60
- Bayi dan anak remaja 20
Kolegium: Tanggal: Keterangan : - Wanita hamil dan
1. Ilmu Gizi Klinik menyusui 20
Indonesia - Lanjut usia
(menopause &
Pelatihan: Tanggal: Institusi: andropause) 20
3. Gangguan fungsi organ dan
Surat Tanda Registrasi Konsil Kedokteran Indonesia metabolisme 360
Spesialisasi: Berlaku Hingga Tanggal: - Saluran cerna, hepatobilier
Gizi Klini ............... dan pankreas 40
- Metabolisme-endokrin 50
Petunjuk - Paru dan fungsi pernafasan 50
Untuk Dokter: Untuk Mitra Bestari:
- Pengisian kolom kewenangan - Pengisian kolom rekomendasi
klinis (kolom permintaan) kewenangan klinis harus diisi

13 8
- Saraf dan muskuloskeletal 50
- Ginjal dan saluran
urogenital 30
- Kardiovaskuler 40 BAB V
- Perioperatif 40
- Perawatan intensif 40 PENUTUP
- Imunologis dan keganasan 40
- Berbagai penyakit lain Profesionalisme dokter adalah salah satu hal yang utama dalam praktik
(psikogenik, intoleransi/ 15 kedokteran. Salah satu aspek dalam profesionalisme ini adalah kompetensi
alergi makanan) 15 dan penjagaan kompetensinya sesuai perkembangan ilmu kedokteran dan
Memformulasi preskripsi gizi teknologi kedokteran yang semakin canggih. Penilaian kompetensi seorang
baik oral, enteral, parenteral dokter akan menentukan kewenangan klinis yang diberikan kepada dokter
maupun kombinasinya bersangkutan oleh direktur rumah sakit tempatnya berpraktik.
serta penggunaan produk Diharapkan buku pedoman ini dapat menjadi acuan bagi Komite
terkaitnya Medik rumah sakit dalam memberikan kewenangan klinis, sebagai salah
Menentukan indikasi, kontra satu upaya memberikan pelayanan terapi medik gizi klinis yang bertumpu
indikasi dan komplikasi pada patient safety, sehingga akan diperoleh pelayanan yang jauh lebih
penggunaan nutrisi enteral baik bagi pasien.
serta pemasangan NGT 100
Menentukan indikasi, kontra
indikasi dan komplikasi
pemasangan PEG/PEJ 100
Menentukan indikasi, kontra
indikasi dan komplikasi
penggunaan nutrisiparenteral
baik central maupun perifer 100
Melakukan penatalaksanaan
nutrisi estetika dan ageing 100
Menjadi peserta dalam
lokakarya/training 1
Menjadi peserta dalam kursus 1
melakukan kerja bakti sosial
kesehatan di masyarakat /
penyuluhan 1
Tulisan Ilmiah (jumlah minimal)
meliputi : 15
- Tinjauan Pustaka 5
- Membaca Jurnal dan /
buku teks internasional /
nasional 5
- Laporan Kasus 5

9 12
Pedoman Tentang White Paper Rumah Sakit BAB IV
White paper rumah sakit adalah suatu gambaran/batasan tentang kriteria
kompetensi/kemampuan minimal yang dimiliki/dikuasai seorang dokter, PEDOMAN MITRA BESTARI DAN WHITE PAPER
untuk dapat memenuhi persyaratan kewenangan klinis dalam suatu lingkup
praktek atau prosedur. Pedoman Tentang Mitra Bestari Bidang Gizi Klinik
Setiap rumah sakit dapat mengembangkan White Paper mengenai Secara umum mitra bestari adalah orang-orang yang berpraktik dalam
suatu kompetensi medis gizi klinik, tetapi harus tetap dalam koridor gizi profesi yang sama, yang mempunyai keahlian dalam bidang yang akan
klinik yang ditetapkan oleh Kolegium Ilmu Gizi Klinik. dievaluasi. Tingkat keahlian dalam bidang yang dinilai tersebut, yang
Dalam hal White Paper menyangkut beberapa bidang ilmu dibutuhkan untuk dapat memberi evaluasi yang bermakna terhadap
kedokteran/multidisiplin, White Paper tersebut harus mendapat kompetensi seorang dokter, harus berdasarkan pada lingkup kompetensi
pengesahan/persetujuan/kesepakatan dari semua mitra bestari/peer group atau sifat permasalahan dari isu yang dievaluasi.
terkait, sebelum disahkan oleh direktur rumah sakit.
Mitra Bestari Bidang Gizi Klinik:
- Terdiri dari para dokter spesialis gizi klinik
- Tidak harus berasal dari Rumah Sakit yang bersangkutan
- Perannya sebagai mitra bestari adalah bagian dari kewajiban etika
dokter, karenanya imbal jasa sebagai mitra bestari berupa pemberian
Satuan Kredit Partisipasi (SKP) dari profesi/PDGKI.
- Mempunyai rekam jejak yang bijak bestari.
- Mitra bestari mendapat pengesahan dari pengurus PDGKI setempat.
- Seorang yang mempunyai pandangan/wawasan luas terhadap keilmuan
dan praktek gizi klinik.
- Sebagai mitra bestari, peran dan kapasitasnya tidak hanya terbatas
pada masalah kredentialing dan privileging, tetapi juga dalam hal
penjagaan mutu medis/audit medis, maupun dalam hal disiplin
profesi/penegakan disiplin profesi.
- Mempunyai kemampuan keilmuan terkini (at cutting edge), tidak
perlu tertinggi/guru besar.
- Untuk dapat dipilih sebagai mitra bestari di rumah sakit tersebut,
yang bersangkutan harus melalui proses penapisan oleh rumah sakit
tersebut.
- Untuk menjadi seorang mitra bestari tidak diperlukan Surat Ijin
Praktek (SIP) di rumah sakit tersebut.
- Rumah sakit dapat membuat daftar mitra bestari sesuai dengan jumlah
yang dibutuhkannya, untuk kemudian pada saat dibutuhkan perannya,
komite medis dapat membuat panitia adhoc yang terdiri dari mitra
bestari yang diambil dari daftar tersebut.

11 10

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy