Modl Proppagasi
Modl Proppagasi
Modl Proppagasi
NIM : 32222009
Kelas : 3A D3 Telekomunikasi
1. Model Nakagami
Deskripsi: Model Nakagami dikembangkan untuk
menangani kondisi fading dalam komunikasi nirkabel,
terutama dalam lingkungan urban. Ini mengasumsikan
bahwa sinyal yang diterima merupakan hasil dari
beberapa jalur multipath.
Parameter: Memiliki parameter bentuk `m` yang dapat
disesuaikan untuk mencerminkan kondisi fading. Nilai
`m` < 1 menunjukkan fading yang lebih parah,
sedangkan `m` > 1 menunjukkan fading yang lebih
ringan.
Kegunaan: Cocok untuk aplikasi yang memerlukan
analisis kinerja sistem dalam lingkungan yang
kompleks.
Model Nakagami bersifat lebih umum dan bisa
diterapkan untuk berbagai kondisi fading, tergantung pada
parameter m yang digunakan. Nakagami memiliki
probability density function (PDF) yang dinyatakan pada
persamaan dibawah ini.
2𝑀 𝑅 𝑚𝑅
𝑚 2𝑚−1 2
𝑃𝑅(𝑅) = 𝑒𝑥𝑝 (− ), 𝑅
(1)
≥0 Γ (𝑚 )Ω 𝑚
Ω
dimana :
m = parameter fading
Γ = fungsi gamma
R = amplitude fading
Ω = E[R2]
(1 +
𝑚 = 𝑘)2
, 𝑘≥
1+ 0
2𝑘
(2)
Pengaruh dari parameter-m dapat dilihat pada
grafik Probability Density Function (PDF)
Nakagami-m-m seperti pada Gambar dibawah.
Gambar Kanal Nakagami-m-m untuk parameter-m yang berbeda
𝑃𝑡𝐺𝑡𝐺𝑟ℎ𝑡2ℎ𝑟2
Pr(𝑑) =
𝑑4 𝐿
(3)
dimana ht dan hr adalah tinggi dari antena transmitter dan receiver, Gt dan Gr
adalah tegangan dari antenna transmitter dan receiver. nilai L diasumsikan
sama dengan nilai L pada propagasi free space, L = 1.
The COST 231 Hata Model is a widely used radio propagation model.
The model was built in Europe for coverage prediction across various
European terrains. The model is also known as the Hata Model PCS
Extension, being an extension of the Hata Model (Hata 1981), which in
turn is based on the Okumura Model (Neskovic et al. 2000, Okumura et
al. 1968). However, The COST 231 Hata model covers a wider range of
frequencies. Moreover, its simplicity and availability of correction
factors make it applicable to urban, suburban and rural areas. The COST
231 Hata Model has the following parameters:
Link distance: up to 20 km
The path loss equation for the COST 231 Hata Model is formulated as follows:
Measurement Procedure
The Mean Prediction Error (MPE) of the COST 231 Hata model prediction
relative to the Least Squares prediction was computed using the formula:
As shown in Figure 4, the COST 231 Hata MPE and RMSE for the environment
were found to be 8.86dB and 10.25dB respectively. According to (Wu & Yuan
1998), any RMSE up to 6dB is acceptable. It therefore, implies that the COST
231 Hata Model is not acceptable for path loss prediction across the terrain in
question. However, by subtracting the RMSE from the COST 231 Hata Model
equation and substituting C with zero, the modified equation becomes
Figure 5 shows that the modified COST 231 Hata Model performs better than
the Standard version. It also shows that variations between the Least Squares and
the modified COST 231 Hata Model are acceptable. A further proof of this is
buttressed by the statistical analysis shown in shown Figure 4. The figure shows
that the modified COST 231 Hata RMSE for the environment was found to be
5.1dB, which is acceptable according to (Wu &
Yuan 1998).
The Pearson’s correlation coefficient was computed using the formula:
LS – Least Squares path loss function
CH – COST 231 Hata predicted path loss
N – Number of paired values
It was found to be 0.91, which indicates a high positive correlation between the
Least Squares and the Modified COST 231 Hata model. A test for correlation
significance was performed to ensure acceptability of the correlation as follows:
The Null Hypothesis H0 : r = 0, stating that there is no significant
correlation between the Least Squares function and the modified COST 231
Hata model, is tested against the alternative hypothesis Ha : r ≠ 0, stating that
there is a significant correlation between these methods. The t-value for
correlation significance was computed using the formula:
𝑁−2
𝑡𝑐𝑜𝑚𝑝 = 𝑟. √ 1−𝑟 (9)
2
It was found to be 8.47, which is significantly greater than the t-table value of
2.145, obtained under the level of significance α=0.025, with the degree of
freedom ν = N-2=16-2=14. As a result, the Null Hypothesis is rejected.
𝑀𝑒𝑎𝑛 𝑜ƒ 𝑝𝑎i𝑟𝑒𝑑
𝑡𝑐𝑜𝑚 =
𝑑iƒƒ𝑒𝑟𝑒𝑛𝑐𝑒𝑠 (10)
𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑
𝐷𝑒𝑣i𝑎𝑡i𝑜𝑛
It was found to be 0.273, which is less than the t-table value of 1.753, obtained
under the level of significance α=0.05 with the degree of freedom ν = N-1 =
16-1=15. As a result the Null Hypothesis holds.
The above statistical analysis indicates that the Modified COST 231 Hata
Model can be used in place of the Least Squares function, and is thus, valid for
path loss prediction across the terrain in question.
4. Model Hata
Deskripsi: Model Hata merupakan salah satu model yang paling umum digunakan
untuk meramalkan kehilangan sinyal di jaringan seluler.
Varias: Terdapat beberapa variasi, termasuk Hata untuk daerah perkotaan,
suburban, dan rural, masing-masing dengan rumus yang berbeda.
Parameter: Menggunakan parameter seperti ketinggian antena pemancar dan
penerima serta jarak antara keduanya.
Kegunaan: Sangat efektif untuk perancangan jaringan seluler dengan cakupan
luas
Model Hata adalah model propagasi radio untuk memprediksi kehilangan
jalur dari transmisi seluler di lingkungan luar, berlaku untuk frekuensi gelombang
mikro dari 150 hingga 1500 MHz. Ini adalah formulasi empiris yang didasarkan
pada data dari model Okumura, dan oleh karena itu juga sering disebut sebagai
model Okumura–Hata. Model ini mengintegrasikan informasi grafis dari model
Okumura dan mengembangkannya lebih lanjut untuk memahami efek difraksi,
refleksi, dan penyebaran yang disebabkan oleh struktur kota. Selain itu, Model
Hata menerapkan koreksi untuk aplikasi di lingkungan suburban dan rural.
The Hata model for urban environments is the basic formulation since it was
based on Okumura's measurements made in the built-up areas of Tokyo. It is
formulated as following:
Suburban environments
The Hata model for suburban environments is applicable to the transmissions just
out of the cities and on rural areas where man-made structures are there but not so
high and dense as in the cities. To be more precise, this model is suitable where
buildings exist, but the mobile station does not have a significant variation of its
height. It is formulated as:
Open environments
The Hata model for rural environments is applicable to the transmissions in open
areas where no obstructions block the transmission link. It is formulated as:
5. Model Okumura-Hata
Deskripsi: Model ini merupakan kombinasi dari hasil pengukuran Okumura dan
rumus Hata, memberikan estimasi yang lebih akurat untuk kehilangan sinyal.
Pengukuran: Menggunakan data dari pengukuran di area perkotaan yang
dikombinasikan dengan model Hata.
Faktor: Memperhitungkan frekuensi, ketinggian antena, dan jenis area (perkotaan,
suburban, rural).
Kegunaan : Sering digunakan dalam perencanaan sistem komunikasi nirkabel di
berbagai lingkungan.
Model Okumura Hata adalah model pengukuran yang disempurnakan
dari Okumura model, dan juga metode prediksi empiris yang didasarkan pada
pengukuran- pengukuran yang dilakukan secara terus menerus di dalam dan di
sekitar kota Tokyo pada frekuensi 200 MHz sampai 2 GHz.
Parameter yang digunakan pada pengukur- an model Okumura-Hatasperti
Gambar
R= r x 10-3. (km)
f= frekuensi carrier. (Hz)
fc= f x 10-6. (MHz)
λ = Panjang gelombang free space. (m)
Metode pengukuran Okumura - Hata membagi kawasan menjadi
kelompok terbuka, sub urban dan urban. Kawasan rural seperti kawasan
persawahan, ladang / lapangan terbuka.Kawasan sub urban seperti pedesaan
dengan banyak pepohonan dan rumah-rumah,. Kawasan urban seperti
perkotaan yang baru bertumbuh dengan banyak bangunan. Okumura
mengambil area urban sebagai referensi dan mengaplikasikan ke faktor
koreksi sebagai berikut :
Luu=46.3+33.9log10fc-13.82log10hb-hmC+(44.9- ((6.55*log10hb)) log10R) + 3 (1)
2
Lsu =10Luu-2log
c (f /28)-5.4) (2)
2
Lru=Luu-4.78log
10 c f10+36.66log
c f -40.9 (3) Di mana:R = jarak Tx dan Rx (km)
fc = freKuensi kerja (MHz) hb = tinggi Tx (m)
hm = tinggi Rx (m)
terjauh satu sama lain[ 4 ] Kehilangan lintasan ruang bebas adalah faktor
kehilangan dalam persamaan ini yang disebabkan oleh jarak dan panjang
gelombang, atau dengan kata lain, rasio daya yang dikirimkan terhadap daya yang
diterima dengan asumsi antena bersifat isotropik dan tidak memiliki direktivitas (
8. Model Rayleigh
Deskripsi: Model Rayleigh digunakan untuk menggambarkan fading multipath
dalam lingkungan yang sangat berpadat, di mana tidak ada komponen garis
pandang yang dominan.
Distribusi: Mengasumsikan bahwa amplitudo sinyal yang diterima mengikuti
distribusi Rayleigh.
Kondisi: Cocok untuk kota besar di mana banyak penghalang memantulkan
sinyal.
Kegunaan: Berguna dalam analisis kinerja sistem komunikasi di lingkungan
perkotaan.
Rayleigh fading adalah model statistik untuk efek lingkungan perambatan pada
sinyal radio , seperti yang digunakan oleh perangkat nirkabel .
Model pemudaran Rayleigh berasumsi bahwa besarnya sinyal yang telah
melewati media transmisi semacam itu (disebut juga saluran komunikasi ) akan
bervariasi secara acak, atau memudar , menurut distribusi Rayleigh — komponen
radial dari jumlah dua variabel acak Gaussian yang tidak berkorelasi .
Rayleigh fading dipandang sebagai model yang wajar untuk propagasi
sinyal troposfer dan ionosfer serta efek lingkungan perkotaan yang padat
penduduk pada sinyal radio. [ 1 ] [ 2 ] Rayleigh fading paling berlaku ketika tidak ada
propagasi dominan sepanjang garis pandang antara pemancar dan penerima. Jika
ada garis pandang dominan, Rician fading mungkin lebih berlaku. Rayleigh
fading adalah kasus khusus dari two-wave with diffuse power (TWDP) fading .
Rayleigh fading merupakan model yang wajar ketika terdapat banyak objek di
lingkungan yang menyebarkan sinyal radio sebelum sinyal tersebut sampai ke
penerima. Teorema batas pusat menyatakan bahwa, jika terdapat cukup banyak
penyebaran, respons impuls kanal akan dimodelkan dengan baik sebagai proses
Gaussian terlepas dari distribusi masing-masing komponen. Jika tidak ada
komponen dominan pada penyebaran, maka proses tersebut akan
memiliki rerata nol dan fase terdistribusi secara merata antara 0 dan 2π radian .
Oleh karena itu, amplop respons kanal akan terdistribusi Rayleigh .
Memanggil variabel acak ini, maka akan memiliki fungsi kepadatan probabilitas :
9. Model Rice
Deskripsi: Model ini mirip dengan model Rayleigh tetapi juga
mempertimbangkan adanya komponen sinyal langsung.
Parameter K: Memiliki parameter K yang menunjukkan perbandingan antara
sinyal langsung dan sinyal multipath.
Kondisi: Lebih cocok untuk situasi di mana ada garis pandang yang jelas ke
pemancar.
Kegunaan: Sering digunakan dalam aplikasi komunikasi di mana komponen
sinyal langsung signifikan.
Model Rice adalah model propagasi radio yang digunakan untuk memprediksi
kehilangan sinyal dalam kondisi di mana ada komponen gelombang langsung
(line-of-sight) yang signifikan, ditambah dengan komponen multipath. Berikut
adalah penjelasan yang lebih rinci mengenai model ini:
Dasar Teori
-Distribusi Amplitudo: Model Rice menggunakan distribusi Ricean, yang
menggambarkan situasi di mana sinyal yang diterima terdiri dari satu komponen
langsung yang kuat dan beberapa komponen multipath yang lebih lemah. Hal ini
berbeda dari model Rayleigh, yang mengasumsikan tidak ada komponen
langsung.
- Parameter K: Model ini memiliki parameter yang disebut K-factor, yang
merupakan rasio antara kekuatan komponen langsung dan kekuatan komponen
multipath. Nilai K yang tinggi menunjukkan bahwa komponen langsung
dominan, sedangkan nilai K yang rendah menunjukkan bahwa komponen
multipath lebih signifikan.
Karakteristik Model
- Kondisi Lingkungan: Model Rice paling tepat digunakan di lingkungan di mana
ada garis pandang yang jelas ke pemancar, seperti di area terbuka atau di jalur
yang tidak terhalang oleh bangunan tinggi. Namun, masih mempertimbangkan
adanya refleksi dan penyebaran dari objek di sekitarnya.
- Kegunaan: Model ini sering digunakan dalam perencanaan jaringan seluler,
komunikasi satelit, dan sistem komunikasi nirkabel lainnya di mana kualitas
sinyal sangat dipengaruhi oleh jalur langsung.
Matematika Model
- Rumus Umum: Kehilangan sinyal dalam model Rice dapat dihitung
menggunakan rumus yang melibatkan K-factor dan jarak antara pemancar dan
penerima. Secara umum, formula kehilangan jalur (path loss) dapat dituliskan
sebagai:
Di mana:
- \(L_0\) adalah kehilangan dasar,
- \(d\) adalah jarak antara pemancar dan penerima,
- \(f\) adalah frekuensi sinyal,
- \(C(K)\) adalah koreksi berdasarkan K-factor.
- Kekurangan:
- Kompleksitas: Memerlukan pemahaman yang lebih dalam tentang parameter K
dan bagaimana mengukurnya dalam lingkungan nyata.
- Tidak Cocok untuk Semua Situas: Model ini kurang efektif di area yang sangat
padat di mana komponen langsung tidak ada atau sangat lemah.
Aplikasi Praktis
- Perencanaan Jaringan Seluler: Digunakan untuk merancang dan
mengoptimalkan jaringan seluler, terutama di daerah suburban dan urban di mana
ada garis pandang antara pemancar dan penerima.
- Komunikasi Satelit: Berguna dalam analisis dan desain sistem komunikasi
satelit, di mana komponen langsung dari satelit sangat dominan.
Kesimpulan
Setiap model propagasi memiliki kekuatan dan kelemahan yang unik, sehingga pemilihan
model yang tepat sangat penting untuk keberhasilan sistem komunikasi. Model seperti
Nakagami dan Rayleigh sangat berguna dalam menggambarkan fading multipath di
lingkungan urban, tetapi mungkin tidak cocok untuk situasi yang lebih rural atau terbuka. Di
sisi lain, model seperti Hata dan Okumura-Hata menawarkan penyesuaian untuk berbagai
kondisi lingkungan, sehingga memberikan estimasi kehilangan sinyal yang lebih akurat.
Namun, model ini juga memiliki keterbatasan, terutama dalam kondisi ekstrem atau tidak
terduga. Model Free Space, meskipun sederhana, hanya efektif dalam kondisi ideal tanpa
halangan, dan tidak bisa diandalkan dalam lingkungan perkotaan yang padat. Oleh karena itu,
pemilihan model yang sesuai tidak hanya berpengaruh pada akurasi estimasi kehilangan
sinyal, tetapi juga pada perencanaan jaringan, penghematan biaya, dan kinerja sistem secara
keseluruhan. Dengan memilih model yang tepat berdasarkan karakteristik lingkungan dan
kebutuhan spesifik, insinyur dapat merancang sistem komunikasi yang lebih efisien dan
meningkatkan pengalaman pengguna.