Drug Related Problem (DRP)
Drug Related Problem (DRP)
Drug Related Problem (DRP)
Fajriansyah
Pengertian
• Drug-related problem (DRPs) adalah suatu kejadian yang
tidak diharapkan yang dialami oleh pasien akibat atau
diduga akibat terapi obat dan secara aktual maupun
potensial mengganggu outcome terapi yang diharapkan
(Cipolle et al., 1998). DRPs juga didefenisikan sebagai suatu
kejadian atau situasi berkaitan dengan terapi obat, yang
mempengaruhi secara potensial atau aktual hasil akhir
terapi pasien. Pengelolaan terapi obat menjamin kebenaran
dosis, mencegah interaksi obat dan mendidik pasien
tentang kemungkinan efek samping obat, terutama pada
pasien dengan berbagai penyakit, pasien dengan penyakit
kronis dan pasien yang mendapat regimen terapi obat yang
kompleks (Elwell dkk., 2005; Fernandez dkk., 2005).
• American Society Consultant Pharmacist (ASCP)
menyebutkan bahwa tujuan dari terapi obat adalah
memperbaiki kualitas hidup pasien melalui pengobatan
atau pencegahan penyakit, mengurangi timbulnya
gejala, atau memperlambat proses penyakit.
Kebutuhan pasien berkaitan dengan terapi obat atau
Drug related needs meliputi ketepatan indikasi,
keefektifan, keamanan terapi, kepatuhan pasien, dan
indikasi yang belum tertangani. Kebutuhan tersebut
belum terpenuhi atau outcome pasien tidak tercapai
maka hal ini dapat dikategorikan sebagai DRPs (Cipolle
et al., 1998).
• Pasien dengan satu atau lebih karakteristik berikut
beresiko tinggi mengalami DRPs antara lain : pasien
dengan lebih dari 6 diagnosis penyakit kronis; pasien
dengan BMI rendah (kurang dari 22kg/m2); pasien
dengan klirens kreatinin kurang dari 50ml/menit;
pasien menerima lebih dari 12 dosis dari pengobatan
dalam sehari; pasien menerima lebih dari 9 macam
obat yang berbeda; pasien yang pernah mengalami
kejadian adverse drug reactions; serta pasien yang
lanjut usia (lebih dari 65 tahun) (Priddle, 2011). Ketiga
karakteristik pertama merupakan faktor risiko utama
pasien mengalami DRPs (Webster, 2002).
Klasifikasi
DRPs merupakan suatu kejadian atau keadaan yang tidak diinginkan
pasien yang berhubungan dengan terapi obat secara aktual atau
potensial yang mengganggu tercapainya outcome kesehatan (PCNE,
2006). DRPs dapat diidentifikasi dan dikarakterisasikan sebagai berikut :
• Indikasi yang tidak diterapi
• Pemilihan obat yang tidak tepat
• Dosis subterapi
• Overdosis
• Reaksi efek samping obat
• Interaksi obat
• Kegagalan dalam menerima obat
• Penggunaan obat tanpa indikasi
• Masing-masing tipe dari DRPs tersebut diatas dapat
terjadi pada keadaan obat digunakan untuk merawat,
mengintervensi, dan meyakinkan bahwa suatu penyakit
dapat diatasi. Dilakukan dengan mengumpulkan
riwayat pasien, mengevaluasi data yang diperoleh dan
mengidentifikasi DRPs, sehingga farmasis dapat
mengetahui penyebab DRPs yang terjadi. Penyebab
DRPs sangat penting untuk diketahui karena digunakan
untuk menentukan rencana terapi yang akan
diterapkan pada pasien untuk menyelesaikan masalah
DRPs yang dialami pasien (Cipolle et al.,1998).
Indikasi yang tidak diterapi
Pasien mengalami kondisi medis baru yang memerlukan terapi
obat tetapi pasien tidak mendapat obat untuk indikasi
tersebut
• Pasien mengalami kondisi medis baru yang memerlukan
terapi obat
• Pasien mempunyai penyakit kronis yang memerlukan
kalanjutan terapi obat
• Pasien mengalami kondisi medis yang memerlukan
kombinasi terapi untuk mencapai efek sinergitas atau
potensiasi
• Pasien berisiko terjadi perkembangan kondisi medis baru
yang dapat dicegah dengan menggunakan obat profilaksis
dan atau premedikasi
Pemilihan obat yang tidak tepat
Pasien mengalami kondisi medis tetapi pemilihan terapi obat salah
atau mendapat obat bukan yang paling tepat yang diperlukan pasien :
• Pasien mendapat obat yang tidak efektif
• Pasien mendapat obat tetapi bukan yang paling efektif
• Pasien memiliki faktor resiko yang berkontraindikasi terhadap
pengunaan obat tersebut
• Pasien mendapat obat yang efektif tetapi bukan yang paling murah
• Pasien mendapat obat yang efektif tetapi bukan yang paling aman
• Pasien resisten terhadap obat tersebut
• Pasien hanya memerlukan obat tunggal tetapi terapi dengan produk
obat kombinasi yang tidak diperlukan
Dosis subterapi
Pasien mengalami kondisi medis dan diberi obat
yang besar tetapi dosisnya terlalu rendah
• Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk
memberikan respon yang diharapkan
• Konsentrasi obat dalam plasma pasien dibawah
kisaran terapi yang diharapkan
• Waktu pemberian profilaksis tidak tepat
• Terapi obat diganti sebelum mencapai tetapi yang
memadai untuk pasien
Overdosis
Pasien mengalami kondisi medis yang sudah diterapi obat
yang benar tetapi dosisnya berlebihan
• Dosis telalu tinggi
• Konsentrasi obat dalam plasma pasien di atas range
therapeutic yang diharapkan
• Konversi obat, dosis, rute, atau formulasi tidak tepat
• Fleksibilitas dosis dan interval tidak tepat
• Dosis obat pasien dinaikkan terlalu cepat
• Pasien mengalami akumulasi obat karena pemberian
kronis
Reaksi efek samping obat
Pasien mengalami kondisi reaksi medis akibat
efek obat yang tidak dikehendaki (efek samping)
• Pasien mendapat reaksi alergi terhadap obat
tersebut
• Pasien memiliki faktor resiko yang
menyebabkan pemakaian obat tidak aman
• Pasien pernah mengalami reaksi idiosinkrasi
terhadap obat tersebut
Interaksi obat
• Pasien mengalami kondisi medis karena
adanya interaksi obat dengan obat, obat
dengan makanan dan obat dengan hasil
laboratorium.
Kegagalan dalam menerima obat
Pasien gagal menerima obat
• Pasien tidak mendapat obat yang tepat karena
adanya medication errors
• Pasien tidak mematuhi petunjuk penggunaan
obat sesuai aturan
• Pasien tidak mendapat obat karena alasan
ekonomi
• Pasien tidak meminum/menggunakan obat
karena kurang paham dengan petunjuk
pemakaian
Penggunaan obat tanpa indikasi
Pasien mendapat obat tanpa indikasi medis yang valid
• Pasien mendapat obat yang tidak sesuai dengan
indikasi penyakit
• Masalah medis pasien lebih baik diterapi secara non
farmakologi
• Kondisi medis pasien hanya memerlukan obat tunggal
tetapi mendapatkan bermacam obat (duplicate
therapy)
• Pasien mendapat obat untuk mengatasi efek obat yang
tidak dikehendaki yang disebabkan oleh obat lain
seharusnya dapat diganti dengan obat yang lebih
minimal efek sampingnya.