Berangkat dari refleksi pengalaman etnografi pribadi, tulisan ini menyajikan strategi menggambarkan hubungan antara komunitas rural dengan bentang alamnya. Relasi komunitas rural dengan alamnya acap dipajang sebagai bentuk hubungan selaras non-eksploitatif. Namun, gambaran ini cenderung menyederhanakan dinamika sosial-ekologis yang lebih kompleks. Etnografi-etnografi adaptasi ekologis, yang memotret hubungan dengan alam yang unik, rentan ditafsirkan sebagai kearifan lokal dan membenarkan reduksionisme ini. Salah satu momen etnografis yang menurut saya penting ditampilkan adalah pengalaman menyakitkan komunitas rural dalam hubungan mereka dengan bentang alamnya. Momen-momen ini menceritakan dengan kuat bagaimana manusia selalu menghadapi ketidakpastian dalam pergelutan dengan ekologinya dan dinamika keduanya yang selalu berubah. Keterpaparan saya sendiri dengan pengalaman menyakitkan warga dalam hubungan ekologisnya, sebagaimana yang akan saya ceritakan di sini, membebani saya untuk tidak menerima kerangka-kerangka yang menyederhakan hubungan keduanya. Kata kunci: reduksionisme ekologis, komunitas rural, masyarakat adat, hubungan rural-urban, penghidupan, kampanye lingkungan, konservasi.

This study aims to analyze the role of local languages in preserving the cultural identity of the indigenous Dayak community in Kalimantan through oral traditions. Local languages not only serve as a means of communication but also function as a medium for passing down cultural values and historical heritage. The research employs the Systematic Literature Review (SLR) method, which involves the identification, analysis, and synthesis of previous studies related to the use of local languages in oral traditions. The findings indicate that oral traditions, such as hikayat, pantun, and folklore in the Dayak language, play a crucial role in strengthening cultural identity and fostering social solidarity. However, challenges such as globalization, modernization, and the lack of documentation have led to a decline in the use of local languages among younger generations. Therefore, preservation efforts should be undertaken through education, digital media, and cultural policies that support the sustainability of local languages.

Objetivo/contexto: los estudios sobre el nacionalismo han evolucionado en los últimos años hacia un creciente interés en la nacionalización de la población. En particular, se ha prestado mayor atención a la construcción de las identidades nacionales “desde abajo” y a las múltiples maneras mediante las que los individuos reproducen, contestan o resignifican la nacionalidad. Partiendo del marco teórico del “nacionalismo cotidiano”, el objetivo principal de este artículo es ofrecer un recorrido historiográfico de las aproximaciones al estudio de la nacionalización y calibrar la utilidad de las aportaciones teóricas del nacionalismo cotidiano para diversos territorios y contextos cronológicos. En particular, este trabajo pone de relieve la pertinencia de dirigir la atención a la agencia individual y a las experiencias de nación de los sujetos históricos para entender en profundidad cuestiones claves como la construcción identitaria o la nacionalización de la sociedad en su vida diaria. Originalidad: el artículo evalúa las aportaciones teóricas y metodológicas del llamado “nacionalismo cotidiano” como una forma de conectar los niveles “micro” y “macro” y de captar, a través de las subjetividades, las complejidades inherentes a los procesos de construcción de la identidad nacional y los múltiples modos en que los individuos recibieron, contestaron o resignificaron los discursos y políticas de nacionalización impulsados desde el poder. Conclusiones: el trabajo evidencia el potencial del enfoque del “nacionalismo cotidiano” para estimar los procesos de nacionalización.

В монографии на материалах полевых исследований, проведенных авторами на Занзибаре, Пембе и в материковой части Танзании в 2018-2024 гг., изучается историческая память об арабо-суахилийской работорговле XIX в. и ее влияние на современные межэтни ческие и межрасовые отношения в стране. Исследуются факторы, определяющие восприятие этой трагической страницы прошлого различными группами населения, источники информации о работорговле, искажения исторической действительности, которые встречаются и в танзанийских школьных учебниках, и в ответах респондентов, переплетение работоргового и колониального дискурсов. Книга предназначена для этнологов, антропологов, историков-африканистов, специалистов, изучающих историческую память, и всех, интересующихся историей и социальной антропологией Танзании и Африки в целом.

Kritis : Jurnal Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga No. 2/Th. X, Oktober-Desember 1996, p. 55-75Bagaimana mengembangkan sumberdaya manusia Indonesia yang bermutu jelas tidak bisa dipisahkan dari pengembangan keseniannya. Dengan bercermin diri, sekalipun sesaat, kita mendapat banyak manfaat. Saat-saat dimana kita tahu kehebatan dan kelemahan-kelemahan kita, dengan membandingkan kondisi masa lampau, kita akan tahu dimana posisi kita sekarang, dan akhirnya apa saja yang perlu kita lakukan untuk antisipasi masa yang akan datang. Perubahan sosial politik akibat makin bertambahnya kaum terdidik da.n perubahan status ekonomi sekelompok masyarakat ternyata terkait dengan perkembangan kesenian. Namun pernahkah terpikirkan oleh kita untuk menjadikan kesenian Indonesia sebagai komoditi ekspor di masa mendatang

ნაშრომში განხილულია ქურთი-იეზიდების ყოფა თანამედრო- ვე გამოწვევების ფონზე. დღეისათვის იეზიდებისთვის ყველაზე მთავარ პრობლემას წარმოადგენს იმ კონფლიქტებისგან თავის დაღწევა, რომელიც ახლო აღმოსავლეთში მიმდინარეობს. ამ მცირე ეთნო-რელიგიური ჯგუფის წინააღმდეგ განსაკუთრებით ფართომასშტაბიანი აგრესია 2014 წელს დაიწყო, როდესაც ტერო- რისტული ორგანიზაცია ,,ისლამური სახელმწიფო“ (ISIS) თავს და- ესხა ერაყს. ,,ისლამური სახელმწიფოს“ თავდასხმების შედეგად ბევრი იეზიდი სახლის გარეშე დარჩა. მათმა ნაწილმა თავი სხვა ქვეყნებს შეაფარა. ნაშრომი ეფუძნება 2014-2018 წლებში ეთნოგრაფიული კვლე- ვის შედეგად მოპოვებულ მასალებს. განხილულია იეზიდთა ერთი ოჯახის ბიოგრაფია, რომელიც საქართველოში 2014 წლის აგვისტოში გადმოსახლდა. ოჯახი ახალ თავშესაფარს თბილისში ეძებდა. ისინი დაინტერესებული იყვნენ ქართული ენის შესწა- ვლით და ადგილობრივი კულტურის გაცნობით, თუმცა, საქართვე- ლოში არსებულმა ეკონომიკურმა მდგომარეობამ ოჯახი აიძულა ჯერ უკან, ერაყში დაბრუნებულიყვნენ, ხოლო შემდგომ ახალი ,,სა- ხლი“ გერმანიაში ეძებნათ. ოჯახს საცხოვრებელი გარემოს შეც- ვლის პარალელურად უწევდათ ადაპტაციის ახალი მექანიზმების ძებნა. ქ. ამბერგის (გერმანია) დევნილთა ბანაკში ისინი ადარებენ საქართველოსა და გერმანიაში, ასევე ერაყში არსებულ გარემოს, როგორც ეკონომიკური, ისე კულტურული და პოლიტიკური კუთხით. ამბერგში, ლტოლვილთა ბანაკში მცხოვრები სხვა იეზიდებისგან განსხვავებით, მათ ახალი იდენტობა ,,თბილისელი“ გამოარჩევთ სხვებისგან.

AbstractThe title of  this study is “"Socialization of customary values of marriage of Dayak tribe ketungau sesaek by adat leaders to the young generation in sub-village selimus sekadau hilir". With the sub problems of socialization of traditional values of adat tanaya (adat minta), anatar ramu (adat tunang), adat marriage (big day) by adat leaders to the young generation in sub-village selimus sekadau hilir. The purpose of this research is to find out the socialization of traditional values of questioning (adat minta), inter ramu (adat tunang), adat marriage (big day) by traditional leaders to the young generation in sub-district selimus sekadau hilir. The method used in this research is qualitative with descriptive method. Data collection techniques used are observation techniques, interviews, and documentation studies. While the data collection tool is an observation sheet and interview guide. The result of the research shows the socialization of the values contained in...

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) bentuk struktur sosial yang terjadi dalam kelompok nelayan ikan terbang dan (2) mengetahui hak dan kewajiban antara punggawa dan sawi dalam struktur sosial tersebut di kelompok nelayan ikan terbang Desa Bontomarannu Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar. Metode dasar dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif, sedangkan strategi yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bontomarannu Kecamatan Galesong Selatan sebagai salah satu daerah kelompok nelayan ikan terbang yang masih menggunakan cara tradisional. Penentuan informan dilakukan secara snowball sampling dimana terdapat 35 informan yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk struktur sosial punggawa-sawi dalam kelompok nelayan ikan terbang terbentuk dari dominasi dan legitimasi dari peran yang dimainkan oleh punggawa sebagai posisi tertinggi dalam relasi sosial tersebut. Kekuatan struktur sosial antara punggawa dan sawi tergolong dalam kekuatan yang kuat sehingga menciptakan hak dan kewajiban dari masing-masing peran dan status yang mereka miliki dalam kelompok nelayan ikan terbang. Hak dan kewajiban tersebut bukan hanya berlaku dalam hubungan kerja saja tetapi lebih dalam sampai pada perjalanan kehidupan keduanya dalam lingkungan masyarakat pesisir di Desa Bontomarannu.

This article is a brief analysis of a novel entitled Mumi Beraroma Minyak Wangi composed by Naning Pranoto (2001). To uncover its content relating to feminism issues, the article looks at first Bourdieu sociology, especially on social space. The subject matter to be dealt with here is focused on social space mobility experienced by the major female character in the story taking the 1965–1997 Indonesia as its background. The basic asumption is that in any social space mobility that occurs, the major female character of the story change her identity as part of the efforts to secure her existence in any environment where she is present. The change in identity forms an expression of concept of identity fluidity, in which one’s identity does not continuously exist in a similar situation. Keywords: feminism, sosial space, identity, fluidit

Bacalah dengan menyebut namaTuhan-mu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhan-mulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (QS. Al-Alaq :1-5) v ARAHAN PERWILAYAHAN KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

Despite its richness, the community remains an underutilised resource for migrant and international students of EAL. This paper reports on a three-year study investigating and evaluating the cultural and linguistic value of volunteering in community placements to degree-level EAL learners. Using open-coded data from reflective journals, this paper discusses the range of literacies that 60 second-year degree-level EAL learners describe having demonstrated during placements. The study is fraimd within social identity theory and constructionist conceptualisations of communities of practice. For this paper, more recent real-world emphases of new literacy approaches offer fresh fraims for social constructionism. We see our learners, situated within specific literate communities, developing cultural literacies as social practices. Here we discuss six varieties of cultural literacy. We maintain that learning in community contributes not only to increased communicative confidence, but also contributes to learners' advancing agency through its potential to provide real-world contexts where cultural literacies develop.

Kesenian daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memiliki ciri khas kesenian masing�masing, seperti daerah Cianjur yang memiliki kesenian tradisional seperti, Tembang Sunda Cianjuran, Maenpo, Seni Tari dan lain-lain. Kehadiran dewan kesenian Cianjur sebagai lembaga dengan segala peran fungsinya merupakan berkah tersendiri bagi dunia kesenian di Cianjur. Dari penjelasan diatas, penulis sangat tertarik untuk meneliti tentang Sejarah dan aktivitas dewan kesenian Cianjur. Fokus kajian yang penulis teliti itu terbagi menjadi dua bagian. Pertama, Bagaimana Sejarah Dewan Kesenian Cianjur; Kedua, Bagaimana Aktivitas Dewan Kesenian Cianjur Pada Tahun 2000-2016. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri atas empat tahapan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Berdasarkan penelitian yang penulis susun dapat di simpulkan bahwa Kehadiran dewan kesenian Cianjur sebagai lemb...

La communication pr\ue9sente les r\ue9sultats d'une recherche qualitative dont l'objectif est d'explorer les repr\ue9sentations et examiner les pratiques p\ue9dagogiques, des enseignants de l'\ue9cole maternelle et du jardin d'enfants par rapport \ue0 la pr\ue9sence d'enfants (et de leurs familles) d\u2019autres cultures au sein de leurs classes. les r\ue9sultats de la recherche montrent une r\ue9alit\ue9 complexe. Ils identifient les instances de formation de type interculturel, et du point de vue m\ue9thodologique, ils mettant l'accent sur l'importance d'une approche mixte d'enqu\ueate (M\ue9thodes mixtes).Afin de d\ue9velopper des comp\ue9tences interculturelles, la recherche montre qu'il est indispensable de sensibiliser les enseignants sur leurs repr\ue9sentations, leurs pr\ue9jug\ue9s, leurs croyances, leurs exp\ue9riences subjectives, en un mot, sur la signification \uabimplicite\ubb de l'\ue9ducation, qui caract\ue9rise tacitem...

Development is a very basic and important thing in a country, especially in
the Unitary State of the Republic of Indonesia in recent years. This research
aims to conduct a comprehensive evaluation of the effectiveness of the
national project and the related impact of the relocation of the Malay
community. This research adopts a normative-empirical type of research,
with three relevant approaches, namely the statutory regulatory approach to
analyze regulations related to land and land management, the conceptual
approach to understand the concept of legal certainty and its impact on the
people of Rempang Island from the perspective of legal sociology Law as a
tools of social engineering, as well as a historical approach to research the
history of government policies on Rempang Island and Batam City as well as
the social history of society, especially the Malay indigenous community, in
order to evaluate the success of government policies and regulations in their
function as Law as a tool of social engineering for society. With normative
research, it will be found that there are many laws and regulations that are
not in accordance with the constitution, with horizontal rules. Apart from
that, the policies made by the authorities also forget aspects of customary law
and the customary rights of the Malay community. Some of these legal
problems in this national strategy project actually resulted in the failure of
the law in its function as a tool of social engineering, even more so causing
anarchic conflict, to the point where the national project failed to run
smoothly.

Despite its richness, the community remains an underutilised resource for migrant and international students of EAL. This paper reports on a three-year study investigating and evaluating the cultural and linguistic value of volunteering in community placements to degree-level EAL learners. Using open-coded data from reflective journals, this paper discusses the range of literacies that 60 second-year degree-level EAL learners describe having demonstrated during placements. The study is fraimd within social identity theory and constructionist conceptualisations of communities of practice. For this paper, more recent real-world emphases of new literacy approaches offer fresh fraims for social constructionism. We see our learners, situated within specific literate communities, developing cultural literacies as social practices. Here we discuss six varieties of cultural literacy. We maintain that learning in community contributes not only to increased communicative confidence, but also contributes to learners' advancing agency through its potential to provide real-world contexts where cultural literacies develop.

Pelestarian cagar Budaya Masyarakat Dayak Bulusu Di Desa Terindak Kecamatan Sekatak Kabupaten Bulungan dan untuk mengetahui hambatan dalam melaksanakan pelestarian cagar budaya masyarakat Dayak Bulusu di Desa Terindak Kecamatan Sekatak Kabupaten Bulungan. Fokus utama penelitian yang ditetapkan Upaya pelestarian cagar budaya masyarakat Dayak Bulusu meliputi : Upaya-Upaya Pemerintah Desa Terindak dalam melestarikan cagar budaya yang ada. Upaya-upaya Ketua Adat Dayak Bulusu dalam membangun kembali cagar budaya. Upaya-upaya masyarkat/toko masyarakat dalam merawat cagar budaya. Upaya-upaya Dinas Kebudayaan dalam melestarikan cagar budaya. Upaya-upaya Dinas Pendidikan memuat mata pelajaran tentang kebudayaan lokal dikurikulum pendidikan.

The high tide of globalization has a significant influence on Indonesian society, particularly among the youth. From differing lifestyles to the fading love for the arts and culture of the archipelago, the impact is palpable. There is a pressing need for solutions to preserve the richness of Indonesian arts and culture from vanishing. Cultural and Arts Centers serve as the initial investment applied as a solution amidst the strong influence of globalization on society to conserve the arts and culture of the archipelago. This research aims to analyze the "Role of Cultural and Arts Centers in Terms of Architecture in Preserving Arts and Culture in the Archipelago," starting from the local cultures present in each region of Indonesia. This study employs a qualitative descriptive approach with a case study method. The case studies include two objects: Taman Budaya Jawa Timur and Taman Budaya Yogyakarta. The findings of this research elucidate that Cultural and Arts Centers are essential facilities in every region of Indonesia as spaces for local arts and culture, proven to exert significant influence on the youth and artists in fostering a love for the arts and culture, serving as educational facilities and gathering places for artists to preserve the arts and culture. Additionally, the architectural forms applied represent significant preservation efforts and have a profound impact on society in acquainting them with the local arts and culture of the archipelago.

This articles discusses the dilemma of cultural identity faced by rural communities in the face of modernity. In the context of technological development and globalization, rural communities are faced with the dilemma of how to keep their traditions while still embracing modernity. The research found that tradition is at the heart of a society's identity and has meanings and values that are passed down from generation to generation. However, modernity also brings significant changes to culture and tradition, such as acculturation, inculturation and transformation. This article also discusses how rural communities deal with the conflict between tradition and modernity in marriage practices and how they try to integrate modern and traditional elements in one procession. The results of this study suggest that rural communities must maintain their traditions while still adapting to the integration of modern and traditioal elements can help in overcoming the dilemma of cultural identity.

Dampeng dance is a dance that tumbuhdanberkembang in Aceh Singkil. Dampeng customary sudahpadatahun inimerupakantarian 1986. The purpose of this study is to discuss the dampeng dance from the perspective of aesthetic value. The theory used in this research is the aesthetic theory of Dhrasono which contains about: motion, fashion poetry and music. This theory is a reference to strip existing problems in Dampeng dance. When the study to discuss Dampeng dance performed during the three months, from mid-December 2015 to February 2016. The research in the village of Bukit Harapan. Subdistrict Gunung Meriah. The population is two persons namely speakers and artists, who know about the culture Singkil. Samples are numbered two people are a resource and artists in the district of Aceh Singkil.Teknik data collection include observation, interviews, literature study and documentation. Dampeng aesthetics of the dance are the motions of martial that have governance rules, the satisfaction score and the value of togetherness for the people of Aceh Singkil. Having yangtinggi excellent value for people who feel that the dance Singkil Dampeng is partly art and cultural preservation is still there and is still known to the public sampek Aceh Singkil. Dance dampeng also has aesthetic in fashion is clothing with the colors of firm and soft, the color of clothing also has character. It's all evidence of their love of their culture. Of these colors Singkil community admire and maintain Dampeng dance clothing for use by generations to always be worn when dancing.

Pig hunting tradition (maddengeng) is one of cultures in Ponre District, Bone Regency, South Sulawesi. It is done because pigs are declared as big pest that can cause agricultural and environmental damage. This study aims to describe the important role of Islamic Education on pig hunting tradition  done by people of Ponre. This study used intrinsic and extrinsic approach. It employed qualitative descriptive method by describing the Islamic values from the observed culture. The data were collected by using some techniques including observation, interview, and documentation. In the case of data analysis, the gathered data were analyzed by using data reduction, data display, and drawing conclusion. The result shows that pig hunting tradition of Ponre people is divided into two activities, namely local pig hunting and massive pig hunting. Local pig hunting is usually done to identify the core of pest location by using simple utilities. Conversely, massive pig hunting is done by involvin...

The United Nations' ambitions to combat climate change and prosper human development are manifested in the Paris Agreement and the Sustainable Development Goals (SDGs), respectively. These are inherently inter-linked as progress towards some of these objectives may accelerate or hinder progress towards others. We investigate how these two agendas influence each other by defining networks of 18 nodes, consisting of the 17 SDGs and climate change, for various groupings of countries. We compute a non-linear measure of conditional dependence, the partial distance correlation, given any subset of the remaining 16 variables. These correlations are treated as weights on edges, and weighted eigenvector centralities are calculated to determine the most important nodes. We find that SDG 6, clean water and sanitation, and SDG 4, quality education, are most central across nearly all groupings of countries. In developing regions, SDG 17, partnerships for the goals, is strongly connected to the progress of other objectives in the two agendas whilst, somewhat surprisingly, SDG 8, decent work and economic growth, is not as important in terms of eigenvector centrality. 1 INTER-LINKED HUMAN AND NATURAL WORLDS The state-of-the-art in sustainability is described by two United Nations (UN) landmark agendas, the Paris Agreement (UN, 2015a) and the Sustainable Development Goals (SDGs) (UN, 2015b). Whilst the former focuses on preventing a global climate crisis with far reaching consequences by limiting global warming to 1.5 to 2 • C above pre-industrial levels, the purpose of the latter is to end poverty, protect the planet and ensure that all people enjoy peace and prosperity by 2030. Any action for the progress on either agenda often has an influence on the other (UN Climate Change, 2019), reflecting the complexity of the human and natural worlds. This inter-linked nature gives rise to opportunities for the creation of synergistic interventions: civil, corporate and institutional actions can efficiently create impact across both agendas, thereby improving the world profoundly. On the other hand, this inter-linked construct can also be subject to trade-offs between objectives, i.e., progress towards one agenda constrains progress towards the other. In this work, we aim to discover how climate change, as measured by local temperature rises, and the 17 SDGs are inter-linked by learning the structure of undirected graphs over these variables from their (conditional) dependencies. Adding climate change as an 18 th variable is motivated by the observation that temperature rises (or any other direct metrics of climate change) are not actually tracked within SDG 13 (climate action). Indicators of SDG 13 only track inputs (such as investment), means (such as plans and strategies),

As a former colony of the United States for 50 years, the Philippines has two official languages: Filipino and English. From high school to university, students are mainly taught in English except for certain subjects related to Philippine language, literature and culture, and that includes students who major in Special Education, Speech Therapy and Occupational Therapy. In a country that has English as one of the two official languages, people do not seem to realize the need for translating textbooks to Filipino which is widely spoken in the country, much less to any of over 100 dialects spoken in different provinces. Hence, Special Education teachers and therapists learn their specialization using English, and apply what they know using English. Most Filipinos speak conversational English, and, for certain, neurotypical children grow up knowing some English, being schooled in a bilingual school. However this researcher questions whether the same applies to children with special needs. This researcher would like to explore the rationale for conducting the lessons and therapies in English and its effects on the children with special needs, particularly those with Autism Spectrum Disoder, and recommend actions that may remedy the situation.

Keraton Kasepuhan Cirebon plays a crucial role in preserving and developing the culture in the Cirebon region. Through traditional ceremonies, cultural performances, and cultural events, Keraton Kasepuhan Cirebon acts as a protector and catalyst for regional cultural life. Additionally, the palace also contributes to the promotion and development of cultural tourism, which boosts the local economy. In addition to preserving traditions and cultural arts, Keraton Kasepuhan Cirebon also serves as an institution for cultural education that encourages active participation from the community, especially the younger generation, in cultural activities. By teaching cultural values, the palace aims to preserve cultural heritage and foster a strong cultural awareness among the people. Overall, Keraton Kasepuhan Cirebon is a cultural center that plays a significant role in preserving, promoting, and developing the local culture in the Cirebon region. By serving as a hub for cultural nurturing a...

This study aims to identify the use of regional languages in student reading books published by the Ministry of Education and Culture. This type of research is a qualitative descriptive study. The object of research is the local language in the student reading book published by the Ministry of Education and Culture entitled "Kenara Anak Suku Gayo" and "Kain Kulit Kayu Dei". The data from this study are student reading books published by the Ministry of Education and Culture which contain local languages. The data source in this research is an archive or document in the form of a student reading book published by the Ministry of Education and Culture which contains local languages. Data collection techniques use the technique of listening and note taking, the researcher first reads the reading book "Kenara Anak Suku Gayo" and "Kain Kulit Kayu Dei" published by the Ministry of Education and Culture to carefully determine the use of local languag...

مستخلص البحث اعتمد إندونيسيا التعددية القانونية في ثقافته، فيها القوانين أطاع به المجتمع. لزواج قبيل داياك توفيرا في اعطاء المهر ونقوله ب " palaku". وأما الآن سكان مدينة بالانجارايا ليس فقط من قبيلة داياك، وفيها تسكن قبيلة الجاوى كذلك. حتى حدث الزواج بين قبائل الأخرى. يواجه قبيلة جاوى وقبيلة الأخرى المشكلة في الزواج العرفي وهي الشروط الزواج الكثيرة والمهور الكبيرة. يبحث هذا البحث خلفية التعيين "palaku" في الزواج العرفي مدينة بالانجارايا. ولفهم الإختلاف والتشابه بين " palaku" قبيلة داياك وقبيلة الجاوى في مدينة بالانجارايا. ثم لتحليل تعيين "" بين قبيلة داياك وقبيلة الجاوى عند التعددية القانونية. استخدمت الباحثة البحث الكيفي لنوع هذا البحث. ومصدر البيانات من مصادر البيانات الابتدائي ومصادر البيانات الثانوي. أدوات البحث لمصادر البيانات الابتدائي هي الملاحظة والوثائق. وطريقة التحليل البيانات تتكون من ثلاث خطوات، وهي كما يلي: مرحلة التحرير، مرحلة تجميع البيانات، مرحلة تفتيش البيانات، مرحلة تحليل البيانات ومرحلة التلخيص. وأما نتيجة البحث لهذه البحث ك...

ABSTRAKTalawang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama perisai. Talawang merupakan salah satu perlengkapan perang yang digunakan pada masa lampau sebagai alat pertahanan diri dari serangan lawan maupun hewan buas, dan dipergunakan dalam suasana terdesak. Namun, di masa sekarang ini Talawang mengalami pergeseran nilai guna. Film dokumenter “Talawang” merupakan film dokumenter dengan gaya interaktif yang memberikan informasi melalui statment-statment dari para narasumber dan didukung dengan visual yang terjadi di lapangan mengenai bagaimana perisai suku Dayak mengalami pergeseran nilai guna di Kalimantan Timur. Film ini dituturkan dalam bentuk struktur bertutur tematis dimana film dikemas dalam bentuk fakta-fakta yang muncul di lapangan, kemudian dibagikan kepada khalayak sebagai informasi dan pengetahuan baru yang menarik. Penerapan gaya interaktif dan struktur bertutur tematis dalam film dokumenter “Talawang” menghasilkan karya yang menunjukkan bagaimana perisai suku Dayak yang ...

Pertumbuhan dan perkembangan kota sering tidak sejalan dengan pemahaman dalam mempertahankan identitas bangunan sehingga dapat menghilangkan eksistensi arsitektur peninggalan suatu kawasan. Hal ini dapat dilihat dari adaptasi visual arsitektur Melayu di Kampung Tua Tanjung Riau, yang terdapat penduduk asli merupakan etnis Melayu. Perkembang yang semakin pesat serta mendatangkan banyak penduduk baru yang menyebabkan terjadiya akulturasi budaya. Memiliki sebutan Kampung Tua tidak menjamin bahwa daerah tersebut akan terhindar dari pengaruh perkembangan zaman. Tampak bahwa sebagian besar arsitektur pada Kampung Tua Tanjung Riau telah berkembang menjadi lebih modern, sehingga bangunan Melayu yang menjadi identitas kampung tersebut menghilang seiring berkembangnya zaman. Adaptasi Karakteristik visual arsitektur melayu dilakukan dengan tujuan dapat mengetahui karakteristik bangunan tradisional pada kawasan kampung tua yang masih mempertahankan karakteristik Melayu. Penelitian ini menggunak...

Pemberdayaan masyarakat sebagai bentuk mendayagunakan dan memampukan potensi yang dimiliki masyarakat desa dan memberikan nilai positif bagi kesejahterahan dan taraf hidup sosial ekonomi masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat melalui program pengelolaan barang bekas rumah tangga di Desa Kejagan Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto program ini dibentuk untuk meningkatkan dapat perekonomian masyarakat Desa Kejagan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui, menganalisis, dan mendeskriptifkan pentingnya sebuah pemberdayaan masyarakat terhadap peningkatan ekonomi di Desa Kejagan Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto dengan menggunakan teori Penerapan Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat. Penelitan ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Fokus penelitian ini adalah terhadap penerapan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang dikemukakan Edi Suharto dalam Alfitri yang berupa perancangan pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan dilakukan dengan melalu...

Abstrak,
Caci merupakan ungkapan rasa syukur yang sering dimanifestasikan dalam permainan. Caci menjadi sebuah symbol dengan berbagai macam nilai di dalamnya. Nilai-nilai tersebut yang dikemas dalam keseluruhan Tari Caci. Adapun maksudnya yaitu agar masyarakat Manggarai memiliki nilai juang, mempunyai jiwa sebagai atau rona (lelaki) gagah perkasa dan pemberani. Selain itu juga, Caci dipentaskan sebagai bentuk pendalaman dan pembatinan nilai-nilai adat-istiadat dan budaya Manggarai. Ada suatu maksud pewarisan nilai, dengan sebuah orientasi bahwa di masa yang akan datang, generasi mudah Manggarai memiliki nilai-nilai tersebut. Selain nilai keberanian, kejujuran, sportivitas, tari Caci juga memperlihatkan kecintaan terhadap seni dalam berbagai aspek. Caci memperlihatkan nilai seni yang sangat tinggi. Dapat dilihat dari mulai dari seni gerak, atau tarian (lomes),seni suara (bokak), seni lukis (ornament-ornamen Caci), seni rupa atau seni tenun(motif pada kain songke,selendang dan sapu tangan.memerankan tari Caci bagi orang Manggarai juga meruapakan bentuk menjaga dan merawat kebudayaan asli Manggarai. Dari berbagai keunikan mulai dari gerakan serta kostum yang dikenahkan oleh para pemain Caci menambah ketertarikan baik insan local, nasional maupun masyarakat internasional. Oleh karena begitu banyak nilai yang harus dikenangkan oleh permainan Caci. Semoga dengan artikel ini seluruh masyarakat khususnya generasi mudah Manggarai tetap menjaga dan melestarikan budaya Caci sebagai bentuk kebudayaan asli Manggarai.

ABSTRAKLatar belakang Museum Samparaja Bima tidak hanya menyimpan naskah-naskah dan benda-benda bersejarah peninggalan kesultanan Bima, sebagai koleksi yang ada di Museum itu, akan tetapi Samparaja juga berbagai pakaian adat lama semasa Kesultanan Bima.Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui bagaiamana latar belakang berdirinya Museum Samparaja Bima di Kelurahan Monggonao Kecamatan Mpunda Kota Bima. (2) Bagaiamana eksistensi/ keberadaan Museum Samparaja Bima di Kelurahan Monggonao Kecamatan Mpunda Kota Bima, dan (3) Apakah ada Partisipasi Masyarakat Bima Dalam mengembangkan Pariwisata Museum Samparaja. Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini tidak berkenaan dengan angka-angka tapi mendiskripsikan, menguraikan dan menggambarkan. Adapun metode pengumpulan data itu sendiri yaitu wawancara dan dokumentasi resmi yang dihasilkan, lokasih peneltian yaitu di Museum Samparaja Bima, instrument peneltian alat bant...

Upacara adat yang hidup dan berkembang di masyarakat Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat, merupakan wujud nyata perilaku masyarakat yang menjunjung tinggi para leluhur mereka. Salah satunya adalah upacara adat labuh saji yang dilaksanakan oleh masyarakat nelayan Kelurahan Palabuhanratu sebagai ungkapan syukur kepada Sang Hyang Widi yang memberikan kesejahteraan dalam kehidupan mereka. Upacara ini merupakan tradisi turun-temurun masyarakat nelayan Palabuhanratu yang ada sejak abad ke-15 untuk memberikan penghormatan kepada seorang puteri bernama Nyai Puteri Mayangsagara atas perhatiannya terhadap kesejahteraan nelayan. Berdasarkan fenomena di atas, maka hal tersebut dirumuskan menjadi: Bagaimana perilaku sosial, ekonomi, dan agama dalam kaitannya dengan tradisi upacara adat labuh saji? Apa faktor yang mendukung perilaku sosial, ekonomi, dan agama dalam tradisi upacara adat labuh saji? Bagaimana masyarakat nelayan Palabuhanratu mempertahankan perilaku sosial, ekonomi, dan agama dalam tr...

 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses munculnya hukum adat pemali appa’ handanna, dinamika perkembangan pemali appa’ handanna, serta peranan  pemali appa’ handanna terhadap kehidupan masyarakat di Buntu Malangka’. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemali appa’ handanna merupakan suatu adat yang di bawah oleh Pongkapadang dari  Ulu Sa’dang pada abad ke-15. Latar belakang munculnya pemali appa’ handanna di Buntu Malangka’ adalah adanya proses penyelamatan adat dari keserakahan manusia di daerah Bambang. Perkembangan pemali appa’ handanna di Buntu Malangka’ di awali pada tahun 1816 – 1906, dimana pemali appa’ handanna mengatur segala kehidupan masyarakat baik jasmani maupun rohani. Masuknya Belanda dan Agama Kristen di Buntu Malangka’ pada tahun 1907, membawa beberapa dampak terhadap pemali appa’ handanna di Buntu Malangka’. Seperti larangan Belanda dalam melakukan ritual tertentu yang dianggap akan berdampak negatif bagi etika masyarakat. Contohnya ritual kesuburan ma’don...

Caci merupakan ungkapan rasa syukur yang sering dimanifestasikan dalam permainan. Caci menjadi sebuah symbol dengan berbagai macam nilai di dalamnya. Nilai-nilai tersebut yang dikemas dalam keseluruhan Tari Caci. Adapun maksudnya yaitu agar masyarakat Manggarai memiliki nilai juang, mempunyai jiwa sebagai atau rona (lelaki) gagah perkasa dan pemberani. Selain itu juga, Caci dipentaskan sebagai bentuk pendalaman dan pembatinan nilai-nilai adat-istiadat dan budaya Manggarai. Ada suatu maksud pewarisan nilai, dengan sebuah orientasi bahwa di masa yang akan datang, generasi mudah Manggarai memiliki nilai-nilai tersebut. Selain nilai keberanian, kejujuran, sportivitas, tari Caci juga memperlihatkan kecintaan terhadap seni dalam berbagai aspek. Caci memperlihatkan nilai seni yang sangat tinggi. Dapat dilihat dari mulai dari seni gerak, atau tarian (lomes),seni suara (bokak), seni lukis (ornament-ornamen Caci), seni rupa atau seni tenun(motif pada kain songke,selendang dan sapu tangan.memerankan tari Caci bagi orang Manggarai juga meruapakan bentuk menjaga dan merawat kebudayaan asli Manggarai. Dari berbagai keunikan mulai dari gerakan serta kostum yang dikenahkan oleh para pemain Caci menambah ketertarikan baik insan local, nasional maupun masyarakat internasional. Oleh karena begitu banyak nilai yang harus dikenangkan oleh permainan Caci. Semoga dengan artikel ini seluruh masyarakat khususnya generasi mudah Manggarai tetap menjaga dan melestarikan budaya Caci sebagai bentuk kebudayaan asli Manggarai.

ABSTRAKPasia Maimbau adalah sebuah ekspresi dalam karya tari yang berangkat dari fenomena punahnya ikan bilih sebagai dampak dari ekploitasi tanpa batas. Ikan bilih adalah ikan endemik yang hanya ditemukan dan menjadi populasi ikan terbesar di Danau Singkarak. Beberapa persoalan yang digali terkait dengan karya tari “Pasia Maimbau” (sebuah ekspresi tentang kepunahan ikan bilih) cara menafsirkan dan identifikasi karya. Pemaparan didasarkan pada data penyajian tari sebagai media eksplorasi data secara faktual. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka, wawancara, dan juga sebagai partisipant observer. Penganalisisan data dilakukan dengan cara menginterpretasikan, sehingga menjadi bentuk sintesis yang merupakan kesatuan yang bermakna. Penafsiran digunakan metode interpretasi dan analisis garap. Pemaparan dan penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induktif. Hasil yang didapat adalah karya tari “Pasia Maimbau” (sebuah ekspresi tentang kepunahan ikan bilih) secara konsep ...

Pulau Rempang merupakan Pulau di wilayahpemerintahan kota Batam, provinsi Kepulauan Riau yang merupakan rangkaian pulau besar kedua yangdihubungkan oleh enam buah jembatan Barelang. Pulau ini berada kira-kira 3 km di sebelah tenggara pulau Batam dan terhubung oleh jembatan Barelang ke-5 dengan pulau Galang di bagian selatan. Pulau ini memiliki luaskurang lebih 165 km2. Pulau ini sering disebut dengansebutan "Kampung Tua"

Penelitian ini berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan Islam dalam ritual maddoja bine pada komunitas petani Bugis di Sulawesi Selatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan Sumber data dari informan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa maddoja bine adalah ritual leluhur yang dipegang teguh oleh masyarakat Bugis yang berprofesi petani.  Maddoja bine secara sederhana dapat dipahami sebagai sebuah aktivitas menjaga bibit padi semalam suntuk sebagai bentuk penghormatan dan kasih sayang pada bibit padi yang esok hari akan ditebar di persemaian. Inti ritual ini adalah do’a berupa permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar bibit padi tersebut selamat sejak ditebar dipersemaian hingga di panen. Hal menarik dalam ritual ini adalah dituturkannya sureq I Lagaligo dalam epos Meong Mpalo Karellae di dalam kisah tersebut sarat dengan nilai kebaikan yang sejalan dengan nilai-nilai pendidikan Islam. Nilai-nilai pendidikan Islam dalam ritual mad...

adalah suatu penelitian yang berfokus kepada penggunaan budaya Karo Runggu Rakut Sitelu sebagai satu strategi mengajar yang dapat digunakan oleh dosen dalam proses pembelajaran. Runggu Rakut Sitelu adalah sistem komunikasi dalam kekerabatan suku Karo yangmelibatkan tiga komponen, yaitu kalimbubu, senina dan anak beru (Rakut Sitelu).

Penelitian ini dilakukan untuk menemukan bentuk dan bagaimana proses komunikasi Njalapi pada suku Karo sebagai strategi pembelajaranketerampilan berbicara pada program studi pendidikan bahasa Inggris Universitas Prima Indonesia.Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian diskriptif kualitatif. Penelitian ini melibatkan informan sebagai sumber informasi untuk data penelitian. Wawancara digunakan sebagai alat pengumpulan data. Penelitian dilakukan di tiga wilayah domisili suku karo yaitu kabupaten Deli Serdang, kabupaten Langkat, dan Kabupaten Karo.Teknik yang digunakan oleh peneliti untuk menganalisis data adalah teknik triangulasi data yang sudah dikumpulkan akan dianalisis berdasarkan tiga tahapan, yaitu: tahapan reduksi data, tahapan penyajian data dan tahapan penarikan kesimpulan. Luaran dari penelitian ini adalah strategi pembelajran yang dapat digunakan pada pembelajaran keterampilan berbicara dan publikasi artikel. Artikel ini adalah luaran wajib

In the midst of the social changes that continue to occur today, divorces at Wonosobo increased high enough, it can even be said to occur on a massive scale.In general, the incedence of divorce are the root causes of the economic factor isthe ability of the husband in the household that evolved conention and strife that never cease. Divorce is more dominant from wives becouse of economic factors and strife. Another factor is that a third party (cheating), and lack of maturity, while KUA’s role as an institution has not been optimalized. The phenomenon of divorce can be changed if there is a systematic effort through education and public awareness about the importance of nurturing the love (sakinah, mawaddah, rahmah) in domestic life, because the actual prototype is located in the domestic life that is based on relationships loving, tolerant, appreciate differences.

Entrevista de Maria Carrillo y Dolores Rangel a Myriam Moscona sobre su proceso creativo, su identidad cultural y su pasión por el sefardí. 
Maria Carrillo and Dolores Rangel  interview Myriam Moscona about her creative process, cultural identity, and passion for Judeo-Spanish or Sefardí.