Makalah Pengantar Ilmu Pertanian

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENGANTAR ILMU PERTANIAN

PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK VI :


1 ANGGI PUSPA

CBA 115 097

2 ALEXCANDRA SITANGGANG

CBA 115 003

3 DODY CRISTOFAN

CBA 115 065

4 M.JEFRI RAHMADHAN

CBA 115 059

5 KANSIUS BAU

CBA 115 057

6 RIO PRAMANA PUTRA

CBA 115 103

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berjudul FRAMEWORK PENANGULANGAN KEMISKINAN
DAN PENGANGURAN
di susun dalam rangka melengkapi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi
Pembangunan.
Penulisan ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Pembangunan. Dalam penulisan makalah ini
kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata kami berharap agar makalah ini berguna bagi semua pihak dalam
memberi tambahan informasi tentang framewrok penanguulangan kemiskinan dan
pengganguran.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Maslah 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Mengurangi Kemiskinan 6
B Peningkatan Lapangan Kerja ............................................................. 7
C Meningkatkan Daya Saing ....................................................................8
BAB III PENUTUP 4
A. Kesimpulan 11
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Perekonomian Indonesia sejak krisis ekonomi pada pertengahan 1997
membuat kondisi ketenagakerjaan Indonesia ikut memburuk. Sejak itu, pertumbuhan
ekonomi Indonesia juga tidak pernah mencapai 7-8 persen. Padahal, masalah
pengangguran erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan
ekonomi ada, otomatis penyerapan tenaga kerja juga ada. Setiap pertumbuhan
ekonomi satu persen, tenaga kerja yang terserap bisa mencapai 400 ribu orang. Jika
pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 3-4 persen, tentunya hanya akan menyerap
1,6 juta tenaga kerja, sementara pencari kerja mencapai rata-rata 2,5 juta pertahun.
Sehingga, setiap tahun pasti ada sisa pencari kerja yang tidak memperoleh pekerjaan
dan menimbulkan jumlah pengangguran di Indonesia bertambah.
Sampai Agustus 2010, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat
pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 7,14% atau 8,32 juta orang dari jumlah
angkatan kerja yang berjumlah 116,53 juta orang. Demikian disampaikan oleh Kepala
BPS Rusman Heriawan dalam jumpa pers di kantornya Jalan DR. Soetomo, Jakarta,
Rabu (1/12/2010). "Dibandingkan Agustus 2009, jumlah pengangguran di Indonesia
semakin berkurang. Pada Agustus 2010 7,14%, sementara di Agustus 2009 7,87%,"
ujar Rusman. Secara jumlah, total pengangguran di Indonesia pada Agustus 2010
juga menurun, dari 8,96 juta orang di Agustus 2009 menjadi 8,32 juta orang di
Agustus 2010. "Penurunannya karena pertumbuhan ekonomi, kalau bagus akan
banyak lapangan kerja yang tumbuh. Semua lapangan kerja naik, kecuali pertanian
turun 117 ribu orang (0,28%)," ujar Rusman. Selain itu lapangan kerja di sektor
transportasi, pergudangan, dan telekomunikasi juga menurun 500 ribu orang atau
8,16%. Jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2010 mengalami kenaikan
terutama di sektor industri sebesar 772 ribu orang (5,91%) dan sektor konstruksi
sebesar 748 ribu orang (15,44%). Sedangkan sektor-sektor yang mengalami
penurunan adalah sektor pertanian sebesar 1,3 juta orang (3,11%) dan sektor
transportasi sekitar 198 ribu orang (3,41%). Sektor pertanian, perdagangan, jasa
kemasyarakatan dan sektor industri secara berurutan menjadi penyumbang terbesar
penyerapan tenaga kerja pada bulan Agustus 2010.Selain masalah di atas, masalah

kependudukan yang berhubugan erat dengan pengangguran adalah kemiskinan, Sejak


tahun 2002, sebuah tim yang terdiri dari para analis Indonesia dan manca negara,
dibawah naungan Program Analisa Kemiskinan di Indonesia (INDOPOV) di kantor
Bank Dunia Jakarta, telah mempelajari karakteristik kemiskinan di Indonesia. Mereka
telah berusaha untuk mengidentifikasikan apa yang bermanfaat dan tidak bermanfaat
dalam upaya pengentasan kemiskinan, dan untuk memperjelas pilihan-pilihan apa
saja yang tersedia untuk Pemerintah dan lembaga- lembaga non-pemerintah dalam
upaya mereka untuk memperbaiki standar dan kualitas kehidupan masyarakat miskin
Makalah mencoba untuk menganalisa sifat multi-dimensi dari pengangguran dan
kemiskinan di Indonesia pada saat ini melalui pandangan baru yang didasarkan pada
perubahan-perubahan penting yang terjadi di negeri ini selama satu dekade terakhir.
Sebelum ini, Bank Dunia telah menyusun Kajian-Kajian Kemiskinan, yaitu pada
tahun 1993 dan 2001, namun kajian-kajian tersebut tidak membahas masalah
kemiskinan secara mendalam. Kajian ini memaparkan kekayaaan pengetahuan yang
dimiliki oleh Bank Dunia dan Pemerintah Indonesia dan penulis berharap bahwa
kajian ini akan menjadi sumbangan penting untuk menghangatkan diskusi kebijakan
yang ada dan, pada akhirnya akan membawa perubahan dalam penyusunan kebijakan
dan pelaksanaan upaya-upaya pengentasan kemiskinan dan pengangguran di
Indonesia.

1.2Masalah
1.2.1 Mengurangi Kemiskinan
1.2.2 Peningkatan Lapangan Kerja
1.2.3 Meningkatkan Daya Saing

1.3 Tujuan
1.3.1 Cara Untuk Mengurangi Kemiskinan
1.3.2 Cara Untuk Meningkatkan Lapangan Kerja
1.3.3 Cara Untuk Meningkatkan Daya Saing

BAB II
PEMBAHASAN

1.MENGURANGI KEMISKINAN

Krisis Ekonomi tahun 1998 memberikan hantaman yang besar terhadap


perekonomian nasional, termasuk meningkatnya angka kemiskinan masyarakat yang
naik menjadi 49,50 Juta atau sekitar 24,23 % dari jumlah penduduk Indonesia, dari
hanya 34,01 Juta (17,47 %) pada tahun 1996. Untuk mengurangi angka kemiskinan
akibat krisis ekonomi tersebut, pemerintah kemudian menetapkan upaya
penanggulangan kemiskinan sebagai salah satu prioritas pemerintah Indonesia.
Pelaksanaan program penanggulanan kemiskinan yang dilakukan sejak tahun 1998
sampai saat ini, secara umum mampu menurunkan angka kemiskinan Indonesia yang
berjumlah 47,97 Juta atau sekitar 23,43 % pada tahun 1999 menjadi 30,02 Juta atau
sekitar 12,49 % pada tahun 2011. Berdasarkan Worldfactbook, BPS, dan World Bank,
di tingkat dunia penurunan jumlah penduduk miskin di Indonesia termasuk yang
tercepat dibandingkan negara lainnya. Tercatat pada rentang tahun 2005 sampai 2009
Indonesia mampu menurunkan laju rata-rata penurunan jumlah penduduk miskin per
tahun sebesar 0,8%, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian negara lain
misalnya Kamboja, Thailand, Cina, dan Brasil yang hanya berada di kisaran 0,1% per
tahun.
Pemerintah saat ini memiliki berbagai program penanggulangan kemiskinan yang
terintegrasi mulai dari program penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan sosial,
program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat serta
program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan usaha kecil, yang
dijalankan oleh berbagai elemen Pemerintah baik pusat maupun daerah.
Untuk meningkatkan efektifitas upaya penanggulangan kemiskinan, Presiden telah
mengeluarkan Perpres No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan, yang bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kemiskinan hingga
8 % sampai 10 % pada akhir tahun 2014.
Terdapat empat strategi dasar yang telah ditetapkan dalam melakukan percepatan
penanggulangan kemiskinan, yaitu:
Menyempurnakan program perlindungan sosial
Peningkatan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar
Pemberdayaan masyarakat, dan
Pembangunan yang inklusif

Terkait dengan strategi tersebut diatas, Pemerintah telah menetapkan instrumen


penanggulanang kemiskinan yang dibagi berdasarkan empat klaster, masing-masing:
Klaster I - Program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga
Klaster II Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
masyarakat
Klaster III Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Usaha
Ekonomi Mikro dan Kecil.
2. PENINGKATAN LAPANGAN KERJA

Menteri Perindustrian (Menperin) Mohamad S. Hidayat, hari ini, Rabu (15 Mei
2012) membuka secara resmi Gelar Sepatu, Kulit, dan Fashion Produksi Indonesia
dan Pameran Made in Indonesia 2012 di Jakarta Convention Center (JCC). Kedua
event berskala nasional ini merupakan salah satu upaya Kementerian Perindustrian
(Kemenperin) dengan pelaku industri untuk menumbuhkan kecintaan masyarakat
Indonesia terhadap produk-produk dalam negeri.
Dalam sambutannya, Menperin mengharapkan pameran ini dapat menjadi
media promosi industri dalam negeri. Terlebih lagi, di tengah implementasi Free
Trade Agreement (FTA), penguatan daya saing industri dan pengamanan pasar
produk dalam negeri sangat diperlukan.
Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah untuk mendongkrak penggunaan produkproduk dalam negeri,baik melalui penerapan berbagai macam regulasi teknis dan tata
niaga untuk pengamanan pasar dalam negeri, serta program-program promosi seperti
kampanye cinta produk dalam negeri, sosialisasiprodukdalamnegerimaupunpameranpameran.
Pada kesempatan ini, Menperin menyampaikan apresiasinyakepada jajaran
Kementerian, instansi Pemerintah baik pusat maupun daerah, asosiasi industri,
maupun semua pihak yang mendukung dan berpartisipasi dalam Gelar Sepatu, Kulit,
dan Fashion Produksi Indonesia serta Pameran Made In Indonesia 2012.
Menperin juga mengajak kepada semua pihak agar terus memberikan
dukungan untuk meningkatkan daya saing melalui optimalisasi penggunaan produk

dalam negeri dengan menjaga kualitas dan standar. Aku Cinta, Aku Bangga dan Aku
Pakai Produk Dalam Negeri, hendaknya tidak hanya menjadi slogan, namun dapat
menjadi keputusan dalam menentukan pilihan, tegasnya.
Sejalan dengan hal itu, Kemenperin telah melakukan empat langkah strategis.
Pertama, restrukturisasi Industri. Langkah ini terkait dengan pemanfaatan teknologi
yang efisien, hemat energi, dan ramah lingkungan melalui restrukturisasi permesinan
atau peralatan produksi yang lebih eco-friendly. Misalnya pada industri tekstil dan
alas kaki, industri gula, serta industri pupuk.
Kedua, menjamin kecukupan bahan baku yang terkait dengan pengembangan industri
hulu seperti industri gas,kimia dasar, danlogamdasar. Ketiga, peningkatan kualitas
sumber daya manusia (SDM) industri melalui fasilitasi pembangunan unit pelayanan
teknis (UPT) untuk mendukung pelatihan dengan keahlian khusus di bidang industri.
Keempat, perbaikan pelayanan publik melalui birokrasi yang efektif, efisien, dan
akuntabel.
Sementara itu, di bidang perdagangan, Kemenperin telah melakukan inisiatif untuk
penguatan pasar dalam negeri melalui penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI)
wajib untuk produk industri, kebijakan Tata Niaga seperti penerapan Importir
Produsen (IP) maupun Importir Terdaftar (IT), penerapan trade defends seperti
safeguard, anti dumping, dan countervailing duties, serta optimalisasi peningkatan
penggunaan produk dalam negeri (P3DN) di semua lini kehidupan dan kegiatan
perekonomian.
Upaya-upaya tersebut telah menunjukkan hasil yang cukup signifikan, di mana
pertumbuhan industri non-migas pada akhir tahun 2011 mencapai 6,83% lebih tinggi
dari pertumbuhan ekonomi sebesar 6,46%. Kita semua patut mensyukuri hal
tersebut, di mana peningkatan itu merupakan yang pertama kali sejak tahun 2005,
ungkapnya. Menperin menjelaskan, jika tercatat pertumbuhan industri di atas
pertumbuhan ekonomi, itu menjadi salah satu indikator pergerakan dan pertumbuhan
industri dalam negeri ke arah yang positif.
Selain itu, Menperin juga mengungkapkan, kenaikan laju pertumbuhan dialami
kelompok industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki sebesar 7,52% dengan

produktivitasnya

sekitar

17%

dan

tambahanpenyerapan

tenagakerja

baru

sebanyak55.000 orang, serta penghematan energi mencapai 6-18%. Dengan hasil


tersebut, kita dapatmerasaoptimis bahwaupaya-upaya yang telah dilakukan
Kemenperin untuk peningkatan daya saing dan penguatan pasar dalam negeri
akanmemberdampak yang positifbagiperekonomian Indonesia, urainya.
Peningkatan kemampuan industri dalam negeri harus dipacu melalui kegiatan
verifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sesuai Instruksi Presiden RI
nomor 2 Tahun 2009 tentang PenggunaanProduksiDalamNegeri. Menurut Menperin,
hal tersebut penting dilaksanakan untuk mengukur kemampuan industri nasional
dalam menghadapi dinamisme persaingan industri secara global.
Berbagai kebijakan diarahkan kepada optimalisasi penggunaan produk dalam negeri,
terutama pada pengadaan barang atau jasa oleh Pemerintah. Hal ini sesuai Peraturan
Presiden nomor 54 tahun 2010. Sehingga nantinya diharapkan TKDN akan tampil
sebagai identitas suatu produk industri dalam negeri.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berperan secara signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi maupun penyediaan lapangan kerja. Berdasarkan data tahun
2010, besaran proporsi Produk Domestik Bruto (PDB) dari sektor UMKM hingga 56
persen serta tingkat penyerapan tenaga kerja di atas 97 persen menjadikan sektor
UMKM sebagai sektor yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia pada
umumnya. Demikian disampaikan Peneliti Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Ragimun
pada acara Seminar Nasional Pemberdayaan UMKM dalam Rangka Peningkatan
Pendapatan Negara UMKM TERHADAP PDB DAN PENYERAPAN TENAGA
KERJA
3. MENINGKATKAN DAYA SAING

Menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 mendatang, mau tidak mau
Indonesia harus meningkatkan daya saingnya. Untuk itu, arah pembangunan harus
digeser dengan memajukan daerah,sekaligus menyejahterakan masyarakat daerah.
Pendapat itu dikemukakan Ketua DPD Irman Gusman, di Jakarta, Rabu (8/1).
Dikatakannya lebih lanjut, pembangunan dan menumbuhkan sentra-sentra ekonomi
merupakan salah satu upaya untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di daerah.

"Konsekuensinya meningkatkan daya beli masyarakat dan daya saing daerah,"


ujarnya. Peningkatan daya saing daerah, tambah dia, sangat penting agar Indonesia
bisa maju menjadi negara produsen. Bukan sebaliknya menjadi pasar pada era pasar
bebas ASEAN.
"Jika Indonesia mampu meningkatkan daya saing daerah, maka bisa memanfaatkan
pasar bebas Asean," katanya. Menurut dia, Indonesia bisa mencontoh China, yang
memajukan negaranya dengan memajukan daerah-daerahnya. Dengan begitu, daerah
akan memiliki daya saing yang lebih tinggi.
Prinsipnya, imbuh dia, dengan menjadikan daerah sebagai pusat unggulan, yang
tentunya sesuai dengan potensi yang ada masing-masing di daerah, maka negara akan
maju.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Mohamad S Hidayat, di Jakarta,
beberapa waktu lalu menyatakan, peningkatan daya saing industri nasional dinilai
sangat penting dalam menghadapi MEA 2015 mendatang, yang akan diberlakukan
mulai bulan Desember 2015.
Untuk meningkatkan daya saing industri nasional, dikatakannya, diperlukan sinergi
dan kerja sama yang kuat, antara pemerintah dan stakeholder terkait, mulai dari
pelaku usaha hingga pemerintah.
Hidayat menjelaskan, perkembangan industri nasional pada Triwulan III tahun 2013
lalu, mampu tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi nasional (PDB). Padahal,
imbuhnya, berada di tengah gejolak perekonomian global dan perekonomian nasional
yang belum stabiPertumbuhan industri pengolahan non-migas secara kumulatif
sebesar 6,22 persen atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi (PDB) yang
mencapai 5,83 persen. Pembentukan MEA, dijelaskannya, bertujuan untuk
menciptakan ASEAN sebagai pasar tunggal dan kesatuan abasis produksi.
Karenanya, perdagangan eksternal dengan negara-negara di luar ASEAN, sangat
penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi negara ASEAN. Untuk itu, perlu
ditetapkan beberapa karakteristik yang menjadi kunci dari MEA 2015. Yakni pasar
tunggal dan memproduksi kebutuhan pokok, kompetisi ekonomi antara negara
regional, perkembangan ekonomi yang sama antara negara kawasan, dan

terintegrasinya ekonomi negara-negara kawasan.


"Karakteristik-karakteristik kunci tersebut menunjukkan, pembentukan MEA bersifat
outward-looking dalam rangka menghadapi persaingan dari negara-negara di luar
ASEAN.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dalam menentukan suatu negara dapat dikatakan sebagai negara pertumbuhan


yaitu dengan cara menghitung pendapatan nasional riilnya, karena itu dianggap
sebagai suatu kinerja bagi setiap negara. Disisi lain dalam makalah ini juga
membahas penghambat dalam pembangunan ekonomi disebabkan oleh berbagai
macam masalah, diantaranya distribusi pendapatan, kemiskinan, pembangunan dalam
negeri, kependudukan dan ketenagakerjaan, dan pembangunan luar negeri.
Pembahasan masalah distribusi pendapatan dan kemiskinan ini sebenarnya sulit
untuk dipisahkan. Lewat pemahaman yang mendalam akan masalah ketidakmerataan
dan kemiskinan ini memberikan dasar yang baik untuk menganalisis masalah
pembangunan yang lebih khusus. Perhatian terhadap kemisikinan semakin
meningkat, masalah kemiskinan semakin meningkat. Perhatian tersebut mencakup
berapa luasnya masalah kemiskinan, definisi, dan sebab-sebab yang menimbulkan
kemiskinan.

DAFTAR PUSTAKA

http://.blogspot.com/2008/11/mengurangi kemiskinan
http://.wordpress.com/2007/06/12/pengakatan ankatan kerja
http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengangguran
http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2001/07/21/0018.html
http://www.scribd.com/doc/15891512/Makalah-Masalah-penangulangan kemiskinan
dan penganguran.

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy