Minyak Wijen
Minyak Wijen
Minyak Wijen
Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Superdivisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Subkelas: Asteridae
Ordo: Scrophulariales
Famili: Pedaliaceae
Genus: Sesamum
Spesies: Sesamum orientale L.
Wijen (Sesamum indicum L. syn. Sesamum orientalis L.) adalah semak semusim
yang termasuk dalam famili Pedaliaceae. Tanaman ini dibudidayakan sebagai sumber
minyak nabati, yang dikenal sebagai minyak wijen, yang diperoleh dari ekstraksi bijinya.
Afrika tropik diduga merupakan daerah asalnya, yang lalu tersebar ke timur hingga ke
India dan Tiongkok. Di Afrika Barat ditemukan pula kerabatnya, S. ratiatum Schumach.
dan S. alabum Thom., yang di sana dimanfaatkan daunnya sebagai lalap. S. ratiatum juga
mengandung minyak, tetapi mengandung rasa pahit karena tercampur dengan saponin
yang juga beracun.
Wijen merupakan tanaman budidaya tertua di dunia, yang biasanya ditanam
pada daerah yang beriklim hangat dan dataran rendah sampai sedang (500-700 m dpl).
Wijen menyukai tanah asam dengan pH 5,5-6, dan suhu udara 22-28 oC dengan
kelembapan 40-60%. Tanaman wijen memiliki tinggi yang berkisar antara 1,2-1,5 m.
Daunnya bulat meruncing dan duduk daunnya berhadapan. Panjang daun 15 cm,
bunganya berwarna putih dan ada juga yang kebiruan. Warna bunga tersebut tergantung
pada varietasnya. Buah wijen berbentuk kapsul atau seperti polong dan setiap polong
mengandung 50 hingga 100 biji. Biji inilah yang diolah untuk diambil asam lemak
bebasnya. Biji wijen bersifat dikotiledon, mengandung albumin, dan oleagin. Akar
tanaman wijen ini bertipe akar tunggang dengan banyak cabang akar yang dapat
bersimbiosis dengan mikoriza VA (vesikular-arbuskular). Simbiosis ini membuat wijen
lebih mudah dalam memperoleh air dan hara dari tanah. Akar wijen dapat mencapai
lapisan air bawah tanah. Selain dapat memperoleh air dengan mudah, akar wijen juga
dapat menetralkan tanah. Tanaman ini telah menyebar dari tempat asalnya di Irak ke
berbagai kawasan di dunia. Di Indonesia sendiri, tanaman wijen sudah lama
dibudidayakan, sehingga tersebar luas hampir di semua pulau dan daerah. Namun areal
pertanaman wijen di Jawa hampir habis karena terdesak oleh tanaman pangan dan
bergeser ke kawasan Timur Indonesia terutama NTB dan NTT. Oleh sebab itu, sejak 1987
Indonesia mulai mengimpor wijen hingga sekitar 2000 ton. Selain biji, Indonesia juga
mengimpor minyak wijen.
Dari masa ke masa, biji wijen telah menjadi sumber bahan makanan dan
minyak. Biji wijen memiliki ukuran yang sangat kecil, seribu biji wijen memiliki berat
sekitar satu ons. Biji wijen mempunyai beberapa variasi warna (putih, kuning, coklat
kemerahan atau hitam). Dua warna yang utama adalah putih dan hitam. Biji wijen putih
biasa tumbuh di Meksiko, Guatemala dan El Salvador sementara wijen hitam berasal dari
China dan Thailand. Wijen hitam digolongkan dalam dua standar mutu, mutu I dan mutu
II. Sedangkan wijen putih hanya memiliki satu standar mutu. Pengelompokan mutu
tersebut didasarkan pada kadar air maksimal (10%), biji rusak (1%), kadar kotoran (untuk
wijen hitam maksimal 2% dan wijen putih 1%), dan wijen warna lain. Untuk standar
terakhir, wijen hitam mutu I dan wijen putih, tidak boleh ada wijen warna lain.
Sedangkan wijen hitam mutu II boleh ada wijen warna lain maksimal 10%. 7 Wijen
dengan warna yang lebih cerah dianggap lebih berkualitas.
Biji wijen terdiri atas sekitar 50 persen minyak dan 45 persen bahan
makanan. Kandungan minyak yang tinggi dalam biji wijen ini merupakan sesuatu yang
tidak umum, kedelai saja hanya mengandung 20 persen minyak. Karena kandungan
protein dan minyak dalam suatu bahan makanan biasanya berbanding terbalik. Biji
dengan kandungan minyak yang tinggi memiliki kandungan protein rendah.
Pemakaian wijen yang dikuliti atau tidak dikuliti, panggang atau mentah,
sudah banyak digunakan dalam proses pembuatan roti, permen dan produk makanan
lainnya. Industri roti lebih memilih untuk menggunakan wijen yang belum dikuliti
bijinya. Kulit disekitar benih dihilangkan dalam proses basah. Biji yang telah terbuang
kulitnya kemudian dicuci dan dikeringkan untuk menghasilkan produk wijen yang
premium. Sedangkan contoh penggunaan biji wijen yang telah dikuliti dapat dilihat pada
Tahini. Tahini, pasta wijen tradisional dari Timur Tengah dan selai kacang yang dibuat
dari wijen, terbuat dari biji wijen yang telah dikuliti. Pasta ini kaya akan protein dan
merupakan sumber energi yang sangat baik bagi tubuh.
Deskripsi
Akar tanaman ini bertipe akar tunggang dengan banyak akar cabang yang sering
bersimbiosis dengan mikoriza VA (vesikular-arbuskular). Tanaman mendapat keuntungan
dari simbiosis ini dalam memperoleh air dan hara dari tanah.
Penampilan morfologinya mudah dipengaruhi lingkungan. Tinggi bervariasi dari
60 hingga 120 cm, bahkan dapat mencapai 2-3m. Batangnya berkayu pada tanaman yang
telah dewasa. Daun tunggal, berbentuk lidah memanjang. Bunga tumbuh dari ketiak
daun, biasanya tiga namun hanya satu yang biasanya berkembang baik. Bunga sempurna,
kelopak bunga berwarna putih, kuning, merah muda, atau biru violet, tergantung varietas.
Dari bunga tumbuh 4-5 kepala sari. Bakal buah terbagi dua ruang, yang lalu terbagi lagi
menjadi dua, membentuk polong. Biji terbentuk di dalam ruang-ruang tersebut. Apabila
buah masak dan mengering, biji mudah terlepas ke luar, yang menyebabkan penurunan
hasil. Melalui pemuliaan, sifat ini telah diperbaiki, sehingga buah tidak mudah pecah
ketika mengering. Banyaknya polong per tanaman, sebagai faktor penentu hasil yang
penting, berkisar dari 40 hingga 400 per tanaman. Bijinya berbentuk seperti buah apokat,
kecil, berwarna putih, kuning, coklat, merah muda, atau hitam. Bobot 1000 biji 2-6g.
Tanaman wijen memerlukan suhu yang cukup tinggi untuk tumbuh (asalnya dari
daerah tropik). Tanaman ini cukup tahan terhadap kondisi kering, meskipun hasilnya akan
turun jika kurang mendapat pengairan.Di Indonesia, tanaman wijen tidak terlalu luas
ditanam. Di daerah Gunungkidul, Yogyakarta, terdapat area penanaman wijen yang tidak
terlalu luas.
Minyak Wijen
Wijen termasuk salah satu tanaman yang pertama kali diambil bijinya untuk
dijadikan minyak dan penyedap makanan. Dalam bahasa Tamil, ennai berarti minyak.
Asal katanya adalah eL() dan nei() yang berarti wijen dan lemak.
Sejak sebelum tahun 600 SM, orang Assyria sudah memanfaatkan minyak wijen
sebagai bahan makanan, obat, dan obat gosok terutama oleh orang kaya. Pada waktu itu,
minyak wijen sulit didapat sehingga harganya mahal. Orang Hindu memakainya sebagai
minyak lampu, dan memperlakukannya sebagai minyak suci. Menurut kepercayaan
Hindu, menyalakan lentera berisi minyak wijen di depan Hanoman dipercaya dapat
menghilangkan kesulitan dalam hidup.
Minyak wijen adalah minyak esensial dari biji wijen yang sudah diekstrak.
Minyak wijen terdiri dari dua jenis yakni minyak wijen dari wijen mentah dan minyak
wijen dari wijen sangrai. Dua-duanya mempunyai sedikit perbedaan. Minyak wijen
mentah biasanya berwarna lebih bening dan masih berbau mentah. Biasanya minyak
wijen mentah digunakan untuk menggoreng. Minyak wijen matang berwarna lebih keruh
dan berbau harum. Minyak wijen matang cocok digunakan sebagai tambahan masakan
atau minyak pijat. Minyak wijen dapat ditemui di pasaran secara mudah, bahkan tersedia
kemasan instannya. Minyak wijen merupakan bahan makanan yang tahan dalam jangka
waktu lama. Minyak wijen memiliki banyak manfaat baik di bidang kesehatan dan
kecantikan maupun bidang kuliner.