Laporan Perkebunan Sawit

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum Pengelolaan Tanaman Perkebunan

TEKNIK BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN KELAPA


SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) di PERKEBUNAN PT.BAHRONI, DESA
KRUENG SIMPO KECAMATAN JULI, KABUPATEN BIREUN, ACEH

Disusun Oleh :

Nama : Nova Sari

Nim : 1405101050004

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM-BANDA ACEH

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komoditi perkebunan memiliki peranan yang nyata dalam memajukan


perekonomian dan pertanian di Indonesia. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
meningkatnya taraf hidup petani, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan
devisa negara. Salah satu komoditas perkebunan penting di Indonesia adalah
kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan primadona ekspor non migas, oleh karena
itu komoditi ini selalu menjadi pilihan banyak pengusaha untuk menanamkan
modalnya.
Tanaman kelapa sawit memiliki nama latin (Elaeis guineensis Jacq) saat
ini merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi
penting disektor pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal ini
disebabkan karena dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau
lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di
dunia (Balai Informasi Pertanian, 1990). Melihat pentingnya tanaman kelapa
sawit dewasa ini dan masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya
kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha
peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapasawit secara tepat agar sasaran
yang diinginkan dapat tercapai (Sastrosayono 2003).
Ke1apa sawit bukan tanaman asli Indonesia namun saat ini kelapa sawit
menjadi salah satu sumber daya pangan, pemasok kebutuhan minyak nabati
nasional menggantikan ke1apa (Cocos nucifera). Di Indonesia minyak kelapa
sawit mentah mulai dipergunakan sebagai bahan minyak goreng pada tahun 1980
ketika terjadi kelangkaan minyak goreng. Produk utama kelapa sawit yang
dimanfaatkan adalah tandan buahnya yang menghasilkan minyak dari daging buah
dan kernel (inti sawit). Industri olahan minyak kelapa sawit dapat digolongkan
menjadi 2 macam, yaitu dalam industri pangan (misalnya pembuatan minyak
goreng, lemak pangan, margarin, kue, es krim, dan permen) dan dalam industri
non pangan (misalnya pembuatan sabun, detergen, dan surfaktan, pelunak,
pelapis, ramuan komponen karet, pelumas, dan kosmetik.
Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan primadona
Indonesia. Di tengah krisis global yang melanda dunia saat ini, industri sawit tetap
bertahan dan memberi sumbangan besar terhadap perekonomian negara. Selain
mampu menciptakan kesempatan kerja yang luas, industri sawit menjadi salah
satu sumber devisa terbesar bagi Indonesia. Data dari Direktorat Jendral
Perkebunan (2008) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan luas areal
perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 4 713 435 ha pada tahun 2001 menjadi
7.363.847 ha pada tahun 2008 dan luas areal perkebunan kelapa sawit ini terus
mengalami peningkatan. Peningkatan luas areal tersebut juga diimbangi dengan
peningkatan produktifitas. Produktivitas kelapa sawit adalah 1.78 ton/ha pada
tahun 2001 dan meningkat menjadi 2.17 ton/ha pada tahun 2005. Hal ini
merupakan kecenderungan yang positif dan harus dipertahankan. Untuk
mempertahankan produktifitas tanaman tetap tinggi diperlukan pemeliharaan yang
tepat dan salah satu unsur pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
dan Tanaman Menghasilkan (TM) adalah pengendalian hama dan penyakit. Sektor
perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian yang
berpeluang besar untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam pembangunan
perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor perkebunan dapat menjadi
penggerak pembangunan nasional karena dengan adanya dukungan sumber daya
yang besar, orientasi pada ekspor, dan komponen impor yang kecil akan dapat
menghasilkan devisa non migas dalam jumlah yang besar.

1.2 Tujuan Praktium


Adapun tujuan dari praktikum lapangan ini dilakukan adalah :
1. Agar mahasiswa mengetahui cara budidaya tanaman Kelapa Sawit yang
baik dan benar pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman
Menghasilkan (TM).
2. Mengetahui cara Pemeliharaan tanaman Kelapa Sawit yang baik dan benar
pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan
(TM).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2003), taksonomi kelapa

sawit yang umum diterima sekarang adalah sebagai berikut:


Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Palmales
Famili : Palmaceae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
Tanaman Kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer,
skunder, tertier dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah,
sedangkan akar skunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke
bawah. Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah.
Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai
kedalaman sekitar 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit (Setyamidjaja,
2006).
Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang.
Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang
yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang
kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun. Di batang
terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh (Sunarko, 2008).
Pertumbuhan awal daun berikutnya akan membentuk sudut. Daun pupus yang
tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya. Arah pertumbuhan daun
pupus tegak lurus ke atas dan berwarna kuning. Anak daun (leaf let) pada daun
normal berjumlah 80-120 lembar (Sunarko, 2008).
Tanaman kelapa sawit berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai
mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong
memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit
mengadakan penyerbukan bersilang (cross pollination). Artinya bunga betina dari
pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan
perantaan angin dan atau serangga penyerbuk (Sunarko, 2008). Tandan buah
tumbuh di ketiak daun. Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan daunnya
semakin sedikit, sehingga buah terbentuk semakin menurun. Hal ini disebabkan
semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan semakin besar. Kadar
minyak yang dihasilkannya pun akan semakin tinggi. Berat tandan buah kelapa
sawit bervariasi, dari beberapa ons hingga 30 kg (Pahan, 2006).
Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di
wilayah tropika. Persyaratan mengenai jenis tanah tidak terlalu spesifik seperti
persyaratan faktor iklim. Hal yang perlu ditekankan adalah pentingnya jenis tanah
untuk menjamin ketersediaan air dan ketersediaan bahan organik dalam jumlah
besar yang berkaitan dengan jaminan ketersediaan air (Mangoensoekarjo dan
Semangun, 2005). Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak
disukai tanaman kelapa sawit karena akarnya membutuhkan banyak oksigen.
Drainase yang jelek bisa menghambat kelancaran penyerapan unsur hara dan
proses nitrifikasi akan terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan unsur
nitrogen (N).Karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan
kelapa sawit harus baik dan lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang
(Perangin-angin, 2006).
BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Waktu : Praktikum ini dilakukan Pada hari Kamis, 13 April 2017.

Tempat: Perkebunan PT. Bahroni, Desa Krueng Simpo, Kecamatan Juli,


Kabupaten Bireun, Aceh, Indonesia.

3.2 Alat dan Bahan

Kuisioner, alat tulis, dan kamera untuk dokumentasi.

3.3 Cara Kerja

Adapun cara kerja praktikum ini adalah sebagai berikut :


1. Disiapkan Alat tulis dan alat perekam yang akan digunakan untuk merekam
wawancara di lapangan.
2. Ditanyakan pertanyaan yang ada di kuisioner satu persatu kepada pemateri.
3. Didengarkan dan dicatat penjelasan dari pemateri.
4. Didokumentasikan dengan menggunakan kamera hal-hal yang diperlukan.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan,

4.2 Pembahasan

4.2.1 Syarat Tumbuh

Sebagai tanaman yang dibudidayakan, tanaman kelapa sawit memerlukan


kondisi lingkungan yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat
berproduksi secara maksimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan kelapa sawit antara lain keadaan iklim dan tanah. Selain itu, faktor
yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit adalah faktor genetis,
perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi. Pada perkebunan Perkebunan PT.
Bahroni, Desa Krueng Simpo, Kecamatan Juli, semua faktor pertumbuhan yang
dibutuhkan dapat terpenuhi. Akan tetapi pada perkebunan ini belum ada
penerapan teknologi dalam pengerjaannya.

a.Iklim

1.Penyinaran matahari
Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit adalah 7-5 jam
per hari.pertumbuhan kelapa sawit di Perkebunan PT. Bahroni, Desa Krueng
Simpo, Kecamatan Juli diketahui baik karena berkat iklim yang sesuai yaitu lama
penyinaran matahari yang tinggi dan curah hujan yang cukup. Umumnya turun
pada sore atau malam hari.

2.Suhu
Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan hasil kelapa sawit.
Suhu rata-rata tahunan daerah-daerah pertanaman kelapa sawit berada antara 25-
27 0C, yang menghasilkan banyak tandan. Suhu rata-rata tahunan Daerah Bireun
adalah 27.2 C di Bireuen.
3.Curah hujan dan kelembaban
Curah hujan yang baik adalah 2.500-3.000 mm per tahun yang turun
merata sepanjang tahun. Daerah pertanaman yang ideal untuk bertanam kelapa
sawit adalah dataran rendah yakni antara 200-400 meter di atas permukaan laut.
Untuk kabupaten Bireun ini sendiri Terdapat curah hujan yang signifikan
sepanjang tahun yaitu Curah hujan tahunan rata-rata adalah 1558 mm. Bahkan
bulan terkering masih memiliki banyak curah hujan.

b. Tanah
Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dalam banyak hal bergantung
pada karakter lingkungan fisik tempat pertanaman kelapa sawit itu dibudidayakan.
Jenis tanah yang baik untuk bertanam kelapa sawit adalah tanah latosol, podsolik
merah kuning, hidromorf kelabu, aluvial, dan organosol/gambut tipis. Kesesuaian
tanah untuk bercocok tanam kelapa sawit ditentukan oleh dua hal, yaitu sifat-sifat
fisis dan kimia tanah.

1.Sifat kimia tanah


Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah pH 4,0-6,5 dan pH
optimumnya antara 5,0-5,5. Tanah yang memiliki pH rendah biasanya dijumpai
pada daerah pasang surut, terutama tanah gambut. Tanah organosol atau gambut
mengandung lapisan yang terdiri atas lapisan mineral dengan lapisan bahan
organik yang belum terhumifikasi lebih lanjut memiliki pH rendah.

2.Sifat fisik tanah


Pertumbuhan kelapa sawit akan baik pada tanah yang datar atau sedikit
miring, solum dalam dan mempunyai drainase yang baik, tanah gembur, subur,
permeabilitas sedang, dan lapisan padas tidak terlalu dekat dengan permukaan
tanah. Tanah yang baik bagi pertumbuhan juga harus mampu menahan air yang
cukup dan hara yang tinggi secara alamiah maupun hara tambahan. Tanah yang
kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut tebal. Dalam
menentukan batas-batas yang tajam mengenai kesesuaian sifat fisis tanah di antara
tipe-tipe tanah memang relatif sulit.

4.2 Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit

1. Persiapan Lahan
Pada perkebunan PT. Bahroni, Desa Krueng Simpo, Kecamatan Juli
Kabupaten Bireun, Lahan yang digunakan untuk budidaya tanaman kelapa sawit
merupakan lahanbekas penanaman pohon Karet. Hal ini dapat dibenarkan karena
pada saat pembukaan lahan sisa-sisa tumbuhan yang ada dibenamkan ke dalam
tanah. Lahan yang akan dibuka juga telah dilakukan olah tanah, hal ini dilkukan
agar lapisan tanah bawah dan atas diusahakan sama.
Saat areal ini akan ditanami Kelapa sawit maka areal tersebut harus bersih
dari vegetasi atau semak belukar yang akan mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan tanaman pokok. Sedangkan untuk memudahkan dalam
pengelolaan tanaman Kelapa sawit dibutuhkan suatu perencanaan tata ruang
kebun yang direncanakan pada saat pembukaan lahan dan sebelum penanaman
Kelapa sawit (Setyamidjaja, 2003).
Pada saat pembukaan lahan Pada perkeunan PT. Bahroni, Desa Krueng Simpo,
Kecamatan Juli ini tidak menambahkan pupuk kimia terlebih dahulu, hanya
menambahkan pupuk kandang.

2.Pembibitan Bibit
Pada perkebunan PT. Bahroni, Desa Krueng Simpo, Kecamatan Juli
Kabupaten Bireun, Tidak melakukan pembibitan sendiri, bibit yang dipakai pada
perkebunan ini adalah bibit yang didatangkan dari Sumatera Utara dan dipastikan
bibit-bibit tersebut telah tersertifikasi.

3.Penanaman Bibit ke Lahan


Pada saat penanaman bibit ke lahan,setiap lubang tanam diberikan pupuk
dengan cara ditaburkan secara merata pupuk fosfat seperti Agrophos dan Rock
Phosphate sebanyak 250 gram per lubang. Setelah bibit dalam polybag
dipindahkan bibit ditimbun dengan galian bagian atas (top soil) sambil
dipadatkan.

4.3 Pengendalian Hama,Penyakit dan Gulma

Pada perkebunan Kelapa Sawit PT. Bahroni, Desa Krueng Simpo,


Kecamatan Juli Kabupaten Bireun, hama yang ada diantaranya adalah Babi dan
Landak. Babi dan Landak menyeang tanaman Kelapa Sawit pada saat bibit
dipindahkan ke lahan, sasarannya adalah batang Sawit yang masih muda. Hal
tersebut dikendalikan dengan pemasangan kawat berduri atau seng bekas pada
areal kebun.Pada saat tanaman Kelapa Sawit mulai menghasilkan tidak ada lagi
hama-hama yang menyerang perkebunan.
Pada kebun Kelapa Sawit PT. Bahroni, Desa Krueng Simpo, Kecamatan
Juli Kabupaten Bireun ini, narasumber menjelaskan tidak ada penyakit yang
menyerang tanaman kelapa sawit baik pada saat tanaman belum menghasilkan
(TBM) atau pun pada tanaman menghasilkan (TM).
Untuk areal gawangan dan piringan pada perkebunan ini tidak ditanami
dengan tanaman penutup tanah atau LCC (legum cover crop).Pada areal
gawangan dan piringan ada terlihat gulma-gulma yang tumbuh, akan tetapi
narasumber menjelaskan bahwa gulma tersebut tidak mengganggu produksi
tanaman kelapa sawit. Untuk gulma yang tumbuh pada pohon misalnya dari jenis
paku-pakuan nasumber menjelaskan hal itu dikendalikan sekalian pada saat
kastrasi pelepah kelapa sawit.
DAFTAR PUSTAKA

Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun, 2003. Manajemen Agribisnis Kelapa


Sawit. UGM Press, Yogyakarta.

Setyamidjaja, D. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 62 Hal.


Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya.
Jakarta. 410 hal.

Sunarko, 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit.


Agromedia Pustaka, Jakarta.

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 410

Perangin-angin, S.A. 2006. Pengendalian Gulma di Kebun Kelapa Sawit (Elaeis


guinensis Jacq.). Kawan Batu Estate, PT. Teguh Sempurna.

Lampiran 1

Praktikum unit 1 : Penanaman


Jenis Komoditas : Karet atau Kelapa Sawit (pilih salah satu)

N Jenis Pertanyaan Hasil Pengamatan Keterangan


0 atau wawancara
1 Jenis klon/varietas bibit yang Foto Jenis
ditanam klon/varietas bibit
yang ditanam

2 Jelaskan cara/langkah Foto cara/langkah


pembibitan pembibitan

3 Perlakuan tanah sebelum Foto perlakuan


ditanami, pakah dilakukan terhadap tanah
pengolahan, pemupukan, atau yang belum
pembersihan lahan bekas ditanami
pertanaman sebelumnya. Bila
dipupuk sebutkan jenis pupuk,
dosis, waktu dan caranya.

4 Penanaman bibit. Jelaskan Foto kegiatan


secara rinci langkah-langkah langkah-langkah
penanaman bibit komoditas penanaman.
(Pilih salah satu).

Lampiran 2

Praktikum Unit : 2

Pemberantasan Hama dan Penyakit pada Karet atau Kelapa Sawit.


N Jenis Pertanyaan Hasil Pengamatan Keterangan
o atau wawancara
1 Sebutkan jenis hama yang Foto jenis hama
menyerang komoditas yang yang menyerang
diusahakan komoditas yang
diusahakan

2 Sebutkan jenis penyakit yang Foto jenis penyakit


menyerang komoditas yang yang menyerang
diusahakan komoditas yang
diusahakan

3 Sebutkan bagian yang Foto bagian


terserang hama tanaman yang
(akar/batang/daun/buah aau terserang hama
biji ). Ceritakan pula tentang
gejala dan akibat serangan
hama.

4 Sebutkan bagian yang Foto bagian


terserang hama tanaman yang
(akar/batang/daun/buah aau terserang penyakit.
biji ). Ceritakan pula tentang
gejala dan akibat serangan
penyakit.

5 Tulis secara rinci cara Foto cara


penanggulangan hama dengan penanggulangan
cara pengendalian hama hama
terpadu . Bila menggunakan
pestisida sebutkan jenis,dosis,
waktu dan cara pemberiaanya.

6 Tulis secara rinci cara Foto cara


penanggulangan penyakit penanggulangan
dengan cara pengendalian penyakit
nonkimiawi,kimiawi atau
terpadu bila menggunakan
fungisida

7 Sebutkan jenis dosis waktu


dan cara pemberiannya.

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy