Laporan BTT Kelompok 1
Laporan BTT Kelompok 1
Laporan BTT Kelompok 1
PENDAHULUAN
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae (suku pinang-pinangan)
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
Saat ini merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki
posisi penting disektor pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal
ini disebabkan karena dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak
atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya
di dunia (Balai Informasi Pertanian, 1990). Melihat pentingnya tanaman kelapa
sawit dewasa ini dan masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya
1
kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha
peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapasawit secara tepat agar sasaran
yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu diantaranya adalah pengendalian hama
dan penyakit. (Sastrosayono 2003). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman
penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan karena
berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit memiliki arti
penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan
kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumberdevisa
negara. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah
berkembang di 22 daerah propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun
1968 seluas 105.808 hadengan produksi 167.669 ton, pada tahun 2007 telah
meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO
(Sastrosayono 2003). Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan
primadona Indonesia. Di tengah krisis global yang melanda dunia saat ini, industri
sawit tetap bertahan dan memberi sumbangan besar terhadap perekonomian
negara. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang luas, industri sawit
menjadi salah satu sumber devisa terbesar bagi Indonesia. Data dari Direktorat
Jendral Perkebunan (2008) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan luas areal
perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 4 713 435 ha pada tahun 2001 menjadi
7.363.847 ha pada tahun 2008 dan luas areal perkebunan kelapa sawit ini terus
mengalami peningkatan. Peningkatan luas areal tersebut juga diimbangi dengan
peningkatan produktifitas. Produktivitas kelapa sawit adalah 1.78 ton/ha pada
tahun 2001 dan meningkat menjadi 2.17 ton/ha pada tahun 2005. Hal ini
merupakan kecenderungan yang positif dan harus dipertahankan. Untuk
mempertahankan produktifitas tanaman tetap tinggi diperlukan pemeliharaan yang
tepat dan salah satu unsur pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) adalah
pengendalian hama dan penyakit. Sektor perkebunan merupakan salah satu
potensi dari subsektor pertanian yang berpeluang besar untuk meningkatkan
perekonomian rakyat dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Pada saat ini,
sektor perkebunan dapat menjadi penggerak pembangunan nasional karena
dengan adanya dukungan sumber daya yang besar, orientasi pada ekspor, dan
2
komponen impor yang kecil akan dapat menghasilkan devisa non migas dalam
jumlah yang besar. Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh teknik
budidaya yang diterapkan. Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu kegiatan
budidaya yang sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman. Salah
satu aspek pemeliharaan tanaman yang perlu diperhatikan dalam kegiatan
budidaya kelapa sawit adalah pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian
hama dan penyakit yang baik dapat meningkatkan produksi dan produktivitas
tanaman.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui cara
budidaya tanaman kelapa sawit dan teknik pengendalian hama dan penyakit pada
tanaman kelapa sawit.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer, skunder,
tertier dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah,
sedangkan akar skunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke
bawah. Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah.
Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai
kedalaman sekitar 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit (Setyamidjaja,
2006).
Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada
pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang
melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa
sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun. Di batang terdapat
pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh (Sunarko, 2008).
Pertumbuhan awal daun berikutnya akan membentuk sudut. Daun pupus yang
tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya. Arah pertumbuhan daun
pupus tegak lurus ke atas dan berwarna kuning. Anak daun (leaf let) pada daun
normal berjumlah 80-120 lembar (Setyamidjaja, 2006).
Tanaman kelapa sawit berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai
mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong
memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit
mengadakan penyerbukan bersilang (cross pollination). Artinya bunga betina dari
4
pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan
perantaan angin dan atau serangga penyerbuk (Sunarko, 2008).
Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Semakin tua umur kelapa sawit,
pertumbuhan daunnya semakin sedikit, sehingga buah terbentuk semakin
menurun. Hal ini disebabkan semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa
sawit akan semakin besar. Kadar minyak yang dihasilkannya pun akan semakin
tinggi. Berat tandan buah kelapa sawit bervariasi, dari beberapa ons hingga 30 kg
(Setyamidjaja, 2006).
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh
di daerah antara 120º Lintang Utara 120º Lintang Selatan. Curah hujan optimal
yang dikehendaki antara 2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian yang
merata sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam
per hari dan suhu optimum berkisar 240-380C. Ketinggian di atas permukaan laut
yang optimum berkisar 0-500 meter (Setyamidjaja, 2006). Di daerah-daerah yang
musim kemaraunya tegas dan panjang, pertumbuhan vegetatif kelapa sawit dapat
terhambat, yang pada gilirannya akan berdampak negatif pada produksi buah.
Suhu berpengaruh pada produksi melalui pengaruhnya terhadap laju reaksi
biokimia dan metabolisme dalam tubuh tanaman. Sampai batas tertentu, suhu
yang lebih tinggi menyebabkan meningkatnya produksi buah. Suhu 200C disebut
sebagai batas minimum bagi pertumbuhan vegetatif dan suhu rata-rata tahunan
sebesar 22-230C diperlukan untuk berlangsungnya produksi buah
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di wilayah
tropika. Persyaratan mengenai jenis tanah tidak terlalu spesifik seperti persyaratan
faktor iklim. Hal yang perlu ditekankan adalah pentingnya jenis tanah untuk
menjamin ketersediaan air dan ketersediaan bahan organik dalam jumlah besar
yang berkaitan dengan jaminan ketersediaan air (Mangoensoekarjo dan
Semangun, 2005).
Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak disukai tanaman
kelapa sawit karena akarnya membutuhkan banyak oksigen. Drainase yang jelek
bisa menghambat kelancaran penyerapan unsur hara dan proses nitrifikasi akan
5
terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan unsur nitrogen (N).Karena itu,
drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit harus baik dan
lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang (Sunarko, 2008).
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
pertumbuhan kelapa sawit ini akan terhambat dan produksinya pun
akan rendah
B. Tanah
Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dalam banyak hal bergantung
pada karakter lingkungan fisik tempat pertanaman kelapa sawit itu
dibudidayakan. Jenis tanah yang baik untuk bertanam kelapa sawit adalah
tanah latosol, podsolik merah kuning, hidromorf kelabu, aluvial, dan
organosol/gambut tipis. Kesesuaian tanah untuk bercocok tanam kelapa sawit
ditentukan oleh dua hal, yaitu sifat-sifat fisis dan kimia tanah.
1. Sifat kimia tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah pH 4,0-6,5
dan pH optimumnya antara 5,0-5,5. Tanah yang memiliki pH rendah
biasanya dijumpai pada daerah pasang surut, terutama tanah gambut.
Tanah organosol atau gambut mengandung lapisan yang terdiri atas
lapisan mineral dengan lapisan bahan organik yang belum
terhumifikasi lebih lanjut memiliki pH rendah.
2. Sifat fisik tanah
Pertumbuhan kelapa sawit akan baik pada tanah yang datar atau
sedikit miring, solum dalam dan mempunyai drainase yang baik, tanah
gembur, subur, permeabilitas sedang, dan lapisan padas tidak terlalu
dekat dengan permukaan tanah. Tanah yang baik bagi pertumbuhan
juga harus mampu menahan air yang cukup dan hara yang tinggi
secara alamiah maupun hara tambahan. Tanah yang kurang cocok
adalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut tebal. Dalam
menentukan batas-batas yang tajam mengenai kesesuaian sifat fisis
tanah di antara tipe-tipe tanah memang relatif sulit.
8
2.2. Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit
2.2.1. Persiapan Lahan
Pembukaan lahan merupakan salah satu tahapan kegiatan dalam budidaya
kelapa sawit yang sudah ditentukan jadwalnya berdasarkan tahapan pekerjaan
yang akan dilakukan sesuai dengan jenis lahannya (areal) hutan, areal alang-alang,
areal gambut. Supaya areal tersebut dapat ditanami kelapa sawit maka areal
tersebut harus bersih dari vegetasi atau semak belukar yang akan mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman pokok. Sedangkan untuk memudahkan
dalam pengelolaan tanaman kelapa sawit dibutuhkan suatu perencanaan tata ruang
kebun yang direncanakan pada saat pembukaan lahan dan sebelum penanaman
kelapa sawit (Setyamidjaja, 2003).
Pada lahan yang kami datangi di daerah kalampangan persiapan lahan
dilakukan sangat sederhana. Untuk daerah kalampangan sangat umum dimana
daerah tersebut merupakan daerah kawasan hutan semak belukar yang masih
banyak terdapat tumbuhan liar. Petani melakukan pembersihan areal dengan cara
menebas dan membabat gulma serta tumbuhan lain yang di anggap mengganggu
proses budidaya. Setelah dilakukan penebasan atau pembersihan kemudian
dikumpulkan menjadi satu dan di bakar, areal tidak dibakar secara menyeluruh
hanya saja pada bagian tertentu karena petani tidak ingin mengambil resiko
terhadap sifat tanah gambut yang mudah terbakar.
Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah pembuatan irigasi pada lahan
yang sangat di anggap penting agar tanaman nanti mendapat supley air yang
cukup.
Karena proses persiapan lahan yang dilakukan sangat sederhana hal ini
tidak akan menunjang pertumbuhan tanaman budidaya dapat berlangsung lama
terbukti setelah panen pertama petani mendapat kendala dan lahan terlihat sangat
tidak terpelihara dengan baik banyak tumbuhan liar yang tumbuh di areal. Ada
beberapa perlakuan yang dilakukan setelah pembersihan lahan salah satu nya
adalah penambahan unsur hara yang bertujuan agar tanaman nanti mendapatkan
unsur hara yang cukup serta melakukan perbaikan pada tanah gambut. Petani
9
memberikan pengapuran pada tanah dan kemudian diikuti dengan pemberian
pupuk kimia hal ini sesuai yang disampaikan oleh petani.
10
Pada tahap pembibitan petani di kalampangan yang memiliki lahan areal sawit
memberikan keterangan bahwa bibit didapatkan dari pembelian kemudian
dilakukan pembuatan lobang tanam yang selanjutnya di lakuan penanaman.
Sebenarnya pada proses pembibitan yang di anjurkan dan sesuai dengan
tahapan pembudidayaan tanaman kelapa sawit dimanapembibitan kelapa sawit
dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua tahapan pekerjaan,
tergantung kepada persiapan yang dimiliki sebelum kecambah dikirim ke lokasi
pembibitan. Untuk pembibitan yang menggunakan satu tahap (single stage),
berarti penanaman kecambah kelapa sawit langsung dilakukan ke pembibitan
utama (Main Nursery). Sedangkan pada sistem pembibitan dua tahap (double
stage), dilakukan pembibitan awal (Pre Nursery) terlebih dahulu selama ± 3 bulan
pada polybag berukuran kecil dan selanjutnya dipindah ke pembibitan utama
(Main Nursery) dengan polybag berukuran lebih besar. Sistem pembibitan dua
tahap banyak dilaksanakan oleh perusahaan perkebunan, karena memiliki
beberapa keuntungan, antara lain:
1. Terjaminnya bibit yang akan ditanam ke lapangan, karena telah
melalui beberapa tahapan seleksi, baik di pembibitan awal maupun di
pembibitan utama.
2. Seleksi yang ketat (10%) di pembibitan awal dapat mengurangi
keperluan tanah dan polybag besar di pembibitan utama.
3. Kemudahan dalam pengawasan dan pemeliharaan serta tersedianya
waktu persiapan pembibitan utama pada tiga bulan pertama.
Namun dari uraian di atas petani lebih memilih tahap pembibitan yang
singkat dengan membeli bibit yang sudah jadi yang kemudian di tanam karena
disini petani beranggapan bahwa usaha budidaya yang dilakukan merupakan
usaha mandiri bukan perusahaan atau suatu mitra usaha yang di dukung dengan
tenaga kerja yang memadai.
Media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas baik,
misalnya tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-20 cm. Tanah yang
digunakan harus memiliki struktur yang baik, gembur, serta bebas kontaminasi
(hama dan penyakit, pelarut, residu dan bahan kimia). Bila tanah yang akan
11
digunakan kurang gembur dapat dicampur pasir dengan perbandingan pasir :
tanah = 3 : 1 (kadar pasir tidak melebihi 60%). Sebelum dimasukkan ke dalam
polybag, campuran tanah dan pasir diayak dengan ayakan kasar berdiameter 2 cm.
Proses pengayakan bertujuan untuk membebaskan media tanam dari sisa-sisa
kayu, batuan kecil dan material lainnya.
Ukuran polybag tergantung pada lamanya bibit di pembibitan. Pada tahap
pembibitan awal (Pre-Nursery), polybag yang digunakan berwarna putih atau
hitam dengan ukuran panjang 22 cm, lebar 14 cm, dan tebal 0,07 mm. Setiap
polybag dibuat lubang diameter 0,3 cm sebanyak 12-20 buah. Pada tahap
pembibitan utama (Main-Nursery) digunakan polybag berwarna hitam dengan
ukuran panjang 50 cm, lebar 37-40 cm dan tebal 0,2 mm. Pada setiap polybag
dibuat lubang diameter 0,5 cm sebanyak 12 buah pada ketinggian 10 cm dari
bawah polybag.
Setelah melakukan penanaman bibit petani melakukan pemeliharaan pada
bibit tanaman agar bibit dapat tumbuh dengan baik.
Pemeliharaan bibit meliputi :
1. Penyiraman
a. Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, kecuali apabila jatuh
hujan lebih dari 7 – 8 mm pada hari yang bersangkutan.
b. Air untuk menyiram bibit harus bersih dan cara menyiramnya
harus dengan semprotan halus agar bibit dalam polybag tidak rusak
dan tanah tempat tumbuhnya tidak padat.
c. Kebutuhan air siraman ± 2 liter per polybag per hari, disesuaikan
dengan umur bibit.
2. Penyiangan
a. Gulma yang tumbuh dalam polybag dan di tanah antara polybag
harus dibersihkan, dikored atau dengan herbisida
b. Penyiangan gulma harus dilakukan 2-3 kali dalam sebulan atau
disesuaikan dengan pertumbuhan gulma.
12
3. Pengawasan dan seleksi
a. Pengawasan bibit ditujukan terhadap pertumbuhan bibit dan
perkembangan gangguan hama dan penyakit
b. Bibit yang tumbuh kerdil, abnormal, berpenyakit dan mempunyai
kelainan genetis harus dibuang.
c. Pembuangan bibit (thinning out) dilakukan pada saat pemindahan
ke main nursery, yaitu pada saat bibit berumur 4 bulan dan 9 bulan,
serta pada saat pemindahan bibit ke lapangan. Menurut
(Setyamidjaja, 2006), seleksi dilakukan sebanyak tiga kali. Seleksi
pertama dilakukan pada waktu pemindahan bibit ke pembibitan
utama. Seleksi kedua dilakukan setelah bibit berumur empat bulan
di pembibitan utama. Seleksi terakhir dilakukan sebelum bibit
dipindahkan ke lapangan. Bibit dapat dipindahkan ke lapangan
setelah berumur 12-14 bulan.
Tanaman yang bentuknya abnormal dibuang, dengan ciri-ciri:
a) bibit tumbuh meninggi dan kaku
b) bibit terkulai
c) anak daun tidak membelah sempurna
d) terkena penyakit
e) anak daun tidak sempurna.
4. Pemupukan
a. Pemupukan bibit sangat penting untuk memperoleh bibit yang
sehat, tumbuh cepat dan subur.
b. Pupuk yang diberikan adalah Urea dalam bentuk larutan dan pupuk
majemuk.
5. Panen
Sawit Mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah
penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan,
sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan
buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5
buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau
13
sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau
lebih.
Berdasarkan keterangan petani mengatakan bahwa panen pertama
dilakukan pada usia tanam 3 tahun. Setelah berumur 3 tahun petani sudah
melakukan pemanenan pada lahan sawit yang dibudidayakan.
Berdasarkan hal yang kami amati pada areal lahan perkebunan yang di
usahakan oleh seorang petani, kami mengamati bahwa di lahan tersebut sangat
kurang dilakukan perawatan terhadap areal dan tanamanterlihat sangat banyak
tumbuhan liar yang tumbuh dan beberapa sawit yang mati dan tidak berproduksi
dengan baik. Petani memaparkan hal ini diakui karena kurang nya perawatan
terhadap tanaman yang disebabkan oleh lahan yang terlalu luas dan ketenaga
kerjaan yang sangat kurang. Terlihat di sini petani kebingungan untuk
menjelaskan terkait dengan tanaman yang mati dan terganggu pertumbuhannya
padahal sebelum itu tanaman dapat berproduksi dengan baik karena pada
pemanen an pertama petani mendapatkan produksi yang memuaskan. Setelah
pemanenan pertama di lakukan munculah gejala pada tanaman dan lama kelamaan
tanaman mati, pucuk menjadi kering, layu, dan tidak berproduksi dengan baik.
Hal ini dikarenakan mugkin tanaman setelah panen pertama tidak mendapatkan
unsur hara untuk melanjutkan pertumbuhan nya karena disini perawatan sudah
sangat tidak diperhatikan setelah pemanenan tersebut.
14
Disni juga kami menjelaskan beberapa penyakit dan hama pengganggunyang
biasa nya terjadi pada budidaya tanaman sawit selain dari hal yang kami dapatkan
dari praktikum di areal lapangan.
2.3.1. Hama
a. Hama Tungau
Penyebabnya tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun.
Gejala terlihat pada daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian
dapat dilakukan dengan cara Semprot Pestisida atau Natural BVR.
b. Ulat Setora
Penyebabnya adalah (Setora nitens). Bagian yang diserang adalah daun.
Gejala yang terlihat pada daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja.
Pengendalian dengan cara penyemprotan dengan Pestisida.
2.3.2. Penyakit
a. Root Blast
Penyebab dari penyakit ini yaitu (Rhizoctonia lamellifera) dan (Phythium Sp).
Bagian diserang akar. Gejala dapat dilihat dari bibit di persemaian mati
mendadak, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi pembusukan akar.
Pengendalian dengan cara pembuatan persemaian yang baik, pemberian air irigasi
di musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan (Zaman, 2006).
15
b. Garis Kuning
Penyebab dari penyakit ini yaitu (Fusarium oxysporum). Bagian diserang
daun. Gejala terdapat bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna
coklat pada daun, daun mengering. Pengendalian dengan cara inokulasi penyakit
pada bibit dan tanaman muda.
c. Dry Basal Rot
Penyebab penyakit ini yaitu (Ceratocyctis paradoxa). Bagian diserang batang.
Gejala terdapat pada pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering; daun
muda mati dan kering. Pengendalian dengan menanam bibit yang telah
diinokulasi penyakit
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat saya simpulkan bahwa kelapa sawit adalah tanaman
penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan karena
berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit termasuk tanaman
daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah antara 120º Lintang Utara
120º Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki antara 2.000-2.500
mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama penyinaran
matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 240-
380C Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan
setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan,
sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah
matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang
lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10
buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Tanaman dengan
umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kuran lebih 10 butir dan tanaman
dengan umur lebih 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Tanaman
kelapa sawit akan menghasilkan tandan buah segar (TBS) yang dapat dipanen
pada saat tanaman berumur 3 atau 4 tahun.
Budidaya tanaman kelapa sawit yang dilakukan oleh petani di daerah
kalampangan mengalami gangguan pertumbuhan yang menyebabkan produksi
sawit tidak berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan perawatan yang dilakukan
pada tanaman setelah panen pertama sangat tidak diperhatikan dan di sebabkan
juga oleh sifat tanah di areal tersebut. Kedalam yang di terangka oleh petani
bahwa di areal tersebut tanah gambut memiliki kedalaman 10 M dan ini
menyebabkan unsur hara yang didapatkan tanaman berkurang karena ketebalan
dari tanah gambut tersebut menghambat tanaman untuk menyerap unsur hara.
17
DAFTAR PUSTAKA
18