Terapi Cairan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

REFERAT

PENGELOLAAN CAIRAN PADA BAYI, ANAK, DAN


DEWASA

DISUSUN OLEH

TIARA ANGGIANA AYU

030.12.270

PEMBIMBING

dr. EKO BUDI PRASETYO, Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI

RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT DR MINTOHARDJO

PERIODE 1 AGUSTUS – 3 SEPTEMBER 2016

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………… 2

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………….... 3

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………...... 5

BAB III KESIMPULAN…………………………………………………………………... 16

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………... 17

2
BAB I

PENDAHULUAN

Penting untuk mengerti fisiologi normal cairan tubuh untuk dapat mengelola kelainan
yang mengganggu kondisi normal. Diskusi fisiologi cairan tubuh normal meliputi tiga topik
utama. Pertama, jumlah cairan total dan bahan larut (solute) dalam tubuh sebagai suatu
keseluruhan hasil keseimbangan antara masukan dan keluaran yang diatur dengan sangat
teliti. Banyak mekanisme kontrol, terutama pada zat-zat yang secara fisiologis penting, yang
sangat kompleks. Yang penting untuk klinikus akan dibahas secara terperinci pada bagian ini.
Kedua, distribusi air dan konsentrasi bahan larut pada berbagai ruang tubuh sangat penting
karena diperlukan cukup banyak energi untuk mempertahankan ekuilibrum mantap berbagai
zat. Kosentrasi solute tergantung pada jumlah relatif solute dan pelarut pada ruang terlarut.
Ketiga, pengaturan ruang-ruang cairan yang mempertahankan fisiologis dengan mencegah
perubahan besar konsentrasi solute yang dapat mengganggu fungsi. Perubahan fisiologis
cairan tubuh normal akibat penyakit atau proses lain bisa dengan baik diatasi bila respon
fisiologis yang diharapkan diketahui, sedangkan pengaruh fisiologis terapi koreksi sepenuhya
dipahami.(1)

Ketidakseimbangan cairan sering terjadi pada anak-anak dikarenakan ukuran tubuh anak
yang lebih kecil dibandingkan dengan orang dewasa, permukaan tubuh yang lebih luas jika
dibandingkan dengan rasio volume tubuh dan homeostatis yang belum sempurna. Hal ini
menjadi tantangan tersendiri dalam pengelolaan cairan pada anak. Perbedaan fungsi organ
dan respon farmakodinamis terkait dengan usia yang berbeda pada bayi dan anak menambah
kompleks pengelolaan cairan pada anak ( Charles, 2009).
Pada anak-anak, Kebutuhan cairan perioperatif dapat berubah dengan cepat akibat
tindakan anestesi, prosedur operasi yang kompleks, perubahan suhu tubuh dan lingkungan,
metabolisme serta perpindahan cairan antar kompartemen. Terapi penggantian cairan pada
pasien pediatrik didasarkan pada pemahaman mengenai perubahan fisiologis yang terjadi
pada masa anak-anak, serta terhadap gangguan-gangguan yang mungkin muncul sebagai
akibat dari penyakitnya.
Terapi cairan perioperatif perlu dipertimbangkan sebagai resep medis dimana volume
dan komposisinya perlu disesuaikan dengan status pasien, tipe operasi dan hal-hal yang akan

3
terjadi pada periode postoperatif. Terapi cairan perioperatif bertujuan untuk memberikan
kebutuhan cairan untuk pemeliharaan, dalam mengkoreksi defisit cairan dan dalam
memberikan volume cairan yang diperlukan untuk mempertahankan perfusi jaringan yang
adekuat. Tujuan dari pemberian cairan perioperatif adalah untuk memberikan cairan rumatan
dan cairan pengganti (kehilangan cairan preoperatif selama periode puasa, kehilangan cairan
dan elektrolit intraoperatif, serta kehilangan darah) ( Morgan, 2013 ).
Manajemen cairan intraoperatif adalah elemen yang penting pada anestesi terhadap
tindakan pembedahan anak-anak. Koreksi manajemen cairan dipergunakan untuk
menggantikan volume intravaskular, menjaga cardiac output dan menjaga distribusi oksigen
ke jaringan. Pada anak sangat sensitif terhadap perubahan volume cairan, dan kesalahan pada
manajemen cairan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada pembedahan anak,
walaupun hanya tindakan ‘simple procedure’.(2)

4
BAB II

PEMBAHASAN

Definisi pasien anak menurut American Academy of Pediatric:

Premature < 37 weeks PCA


Neonatus 0-1 months
Infants 1-6 months
Older infants 6 months – 2 years
Toddlers 2 -5 y.o
Child 5-12 y.o
Adolescences 12-18 y.o

A. FISIOLOGI CAIRAN DAN ELEKTROLIT


1. AIR

AIR TUBUH TOTAL (ATT). Air adalah pelarut terpenting dalam komposisi
cairan makhluk hidup. Metabolisme air tubuh total dipertahankan oleh berbagai
mekanisme yang mengontrol masukan dan keluaran air, tetapi terutama diseimbangkan
melalui ekskresi air oleh ginjal. Persentasi ATT terhadap berat badan berubah sesuai
umur, menurun cepat pada awal kehidupan. Pada masa prenatal ATT turun selama
kehamilan. Pada saat lahir, ATT 78% berat badan. Pada beberapa bulan pertama
kehidupan, ATT turun cepat mendekati kadar dewasa 55-60% berat bada pada saat usia
satu tahun. Pada masa pubertas, terjadi perubahan ATT selanjutnya. Kadar lemak
mempuyai kadar yang lebih rendah, persentase ATT terhadap berat badan lebih rendah
pada wanita dewasa yang memiliki lebih banyak lemak tubuh (55%), daripada laki-laki
yang mempunya lebih sedikit lemak. Peningkatan lemak tubuh pada anak gemuk usia
berapapun mempunyai efek yang serupa terhadap ATT. Pada anak tidak gemuk,
hubungan linier yang erat dipertahankan antara ATT dan berat badan. ATT dapat
dihitung dengan menggunakan berat badan saja. ATT (L)= 0,61 x berar badan (kg) +
0,251.

5
GAMBAR ATT scan nelson hal 233

RUANG CAIRAN. ATT terdiri dari komponen cairan intraseluler (CIS) dan
cairan ekstraseluler (CES). Pada janin, volume CES lebih besar daripada volume CIS.
CES turun dengan bertambahnya usia. Volume CES turun cepat setelah cepat setelah
kelahiran, sebagian besar karena diuresis pasca natal. Sementara volume CES pada tahun
pertama, volume CIS naik untuk mencapai rasio CIS terhadap CES mendekati nilai
dewasa setelah usia satu tahun. Kehilangan relatif CES melebihi dieresis pasca natal dini
terjadi akibat peningkatan pertumbuhan kolagen dibanding otot pada bulan-bulan
pertama kehidupan.

Pada anak besar, volume CES menghasilkan garis yang curam cukup lurus
terhadap berat dan ATT pada bayi dan anak normal [CES (L)= 0,239 x berat badan (kg)
+ 0,325]. Pada keadaan hidrasi normal pada anak besar, CES yang dapat dipertukarkan
meliputi 20-25% berat badan dan terdiri dari air plasma (5% berat badan dan air
interstitial (15% berat badan). Pada saat pubertas, volume CES berbeda sedikit antara
pria dan wanita, karena penurunan ATT pada usia ini, anak perempuan mempunyai
volume CIS yang lebih rendah daripada anak laki-laki. Volume CIS diliputi oleh
membrane sel jaringan lunak. Volume CIS yang merupakan selisih antara ATT dan
ekstraseluler, adalah sekitar 30-40% berat badan. Meskipun sering dianggap sebagai
cairan homogen, CIS merupakan penjumlahan cairan berbagai sel dari berbagai tempat
yang mempunyai berbagai fungsi dan perbedaan komposisi intraseluler. Dua ruang air
tubuh yang lain adalah ruang transeluler dan ruang yang lambat bertukar. Meskipun
sebenarnya termasuk ekstraseluler, tetapi karena sifatnya yang unik, pada keadaan
normal ruang-ruang ini tidak dianggap sepenting CIS dan CES. Namun, pada keadaan
klinis tertentu, terutama pada traktus gastrointestinal, ruang transeluler ini dapat menjadi
tempat penyimpanan air tubuh yang penting. Ruang cairan yang lambat bertukar
meliputi 8-10% berat badan dan terdiri dari tulang, jaringan ikat padat dan kartilago.
Karena sifatnya yang sulit bertukar, ruang ini terjangkau oleh mekanisme pengaturan
cairan tubuh. Namun, cairan yang dimasukkan ke ruang tulang dapat mencapai volume
plasma, suatu hubungan fisiologis penting pada situasi-situasi yang memerlukan
resusitasi cairan interosseus.

Ruang air transeluler dipengaruhi oleh transport transepitelial dan dalam keadaan
normal lebih akurat dianggap sebagai ekstrakorporal. Komponen-komponen ruang cairan

6
transeluler pada dasarnya adalah reservoir ruang CES. Komponen cairan transeluler yang
secara kuantitas penting adalah sekresi traktus gastrointestinal, serta urin di ginjal dan
traktus urinarius bawah. Cairan transeluer juga berada dalam cairan serebrospinal,
intraocular, pleural, peritoneal dan synovial. Volume ruang transeluler, terutama
komponen gastrointestinal sangat bervariasi dan tergantung pada aktivitas sekresi dan
absorpsi tiap individu., pada keadaan puasa, kandungannya sekitar 1-3% berat badan.

PENGATURAN AIR TUBUH. Osmolalitas plasma yang merupakan


konsentrasi partikel solute dalam plasma mempunyai nilai yang hampir konstan 285-295
mOsm/kg H2O, bagaimanapun fluktuasi masukan solute air harian. Kemantapan ini
terutama diakibatkan oleh kontrol teliti jumlah air dalam tubuh melalui sistem umpan
balik yang diukur sempurna. Untuk mempertahankan keadaan konstan ini, jumlah air
tubuh yang diperoleh dari makanan dan dari oksidasi, karbohidrat, lemak, dan protein
eksogen maupun endogen harus sama dengan jumlah kehilangan melalui ginjal, paru-
paru, kulit, dan traktus gastrointestinal. Keseimbangan air dikontrol dengan pengaturan
masukan dan ekskresi, namun ekskresi merupakan mekanisme pengaturan yang lebih
penting

Masukan air secara normal dirangsang oleh perasaan haus, meskipun belum
sepenuhya dimengerti, mekanisme ini merupakan pertahanan utama terhadap
kekurangan cairan dan hipertonisitas. Perasaan haus, yang didefinisikan sebagai
keinginan yang sadar untuk minum air, diatur oleh suatu pusat di midhipotalamus.
Banyak faktor yang menginduksi atau menekan rasa haus. Stimulus utama adalah
kenaikan osmolalitas plasma sebesar 1-2% atau kekurangan volume cairan ekstraseluler
10% atau lebih yang terjadi pada perdarahan dan kehilangan natrium. Perubahan
osmolalitas plasma dimonitor oleh osmoreseptor di hipotalamus dan yang mungkin ada
juga di pancreas dan vena porta hepatic. Mekanisme bagaimana kekurangan cairan
menginduksi haus masih kurang dipahami, tetapi kekurangan ini dapat dimonitor oleh
baroreseptor di atrium dan pada tempat-tempat lain pada jaringan vaskuler. Cukup
banyak bukti-bukti tak langsung yang menunjukkan bahwa peningkatan kadar
angiotensin II plasma merangsang minum dan dapat menimbulkan terjadinya haus pada
keadaan hipovolemik dan hipotensif.

Dalam situasi klinis yang membingungkan seperti penurunan osmolalitas plasma


dan penurunan volume intravaskular, perubahan volume cairan ekstraseluler akan

7
berpengaruh besar dan hasilnya adalah stimulus haus untuk meningkatkan masukan air,
mengembalikan volume dengan mengorbankan tonisitas. Mekanisme haus dan pelepasan
hormone antidiuretik (ADH) (Antidiuretik hormone), yaitu arginine vasopressin mungkin
saling berhubungan. Namun, setidak-tidaknya sebagian dari pusat haus secara fungsional
dan fisik terpisah dari bagian yang berhubungan dengan pelepasan ADH. Kelainan
mekanisme haus dapat terjadi pada kelainan psikologis, penyakit sistem saraf pusat,
defisiensi kalium, malutrisi dan perubahan sistem renin angiotensin. Keadaan-keadaan
tersebut dapat meningkatkan minum meskipun kandungan air tubuh lebih besar daripada
biasanya dan osmolalitas plasma turun, atau dapat menurunkan minum, seperti adipsia.

Ekskresi. Kehilangan air tubuh dapat terjadi melalui paru-paru, kulit, traktus
gastrointestinal, dan ginjal. Kehilangan air wajib merupakan volume cairan minimum
yang harus dicerna tiap harinya untuk mempertahankan kesimbangan cairan.(1,6) Setelah
pengeluaran energi, kehilangan air wajib meliputi kehilangan air insisibel yang terutama
terdiri dari kehilangan air, akibat penguapan dari paru-paru dan kulit, ekskresi air urin,
yang merupakan jumlah air yang diperlukan untuk mengekskresi beban solute oleh
ginjal, dan kehilangan air tinja, yang dalam keadaan normal hanya sedikit tetapi dapat
menjadi kehilangan air yang bermakna pada penyakit usus.

Tidak seperti ekskresi air oleh ginjal yang berespon terhadap kandungan air dan
solute tubuh, kehilangan air insensible diatur oleh fakto-faktor yang tidak dipengaruhi
oleh air tubuh. Karena kehilangan air ini melalui penguapan, maka jumlahnya sebanding
dengan luas permukaan tubuh dan dan dipengaruhi oleh suhu tubuh dan lingkungan.
Kehilangan air melalui penguapan tidak dapat digunakan untuk mengatur kehilangan air
yang terjadi karena perubahan kandungan air tubuh. Jumlah kehilangan melalui keringat
berbeda-beda dipengaruhi oleh suhu tubuh dan sebagian dikontrol oleh sistem saraf
autonom. Pada stress panas jumlahnya dapat berkurang akibat defisit volume cairan
tubuh berat atau peningkatan konsentrasi elektrolit, tetapi hal ini tidak menunjukkan
mekanisme pengaturan air tubuh yang utama. Karena luas permukaan tubuhnya relatif
lebih luas, bayi baru lahir prematur mengalami kehilangan air melalui penguapan lebih
besar daripada bayi baru lahir cukup bulan atau bayi dan anak yang lebih besar.
Peningkatan kehilangan air insensibel ini harus diperhitungkan dalam menyusun rencana
penatalaksanaan cairan bayi-bayi ini.

8
Ekskresi air urin bersifat wajib, karena fungsi penting ginjal adalah
mempertahankan hemostasis tubuh, ekskresi air uri dengan ketat mengatur volume dan
komposisi ekstraseluler. Ekskresi air urin diatur oleh dua mekanisme yang saling
melengkapi: produksi, penyimpanan dan pelepasan hormon antidiuretik, yang terutama
ditentukan oleh aktivitas reseptor hormon antidiuretik di sel-sel duktus koligentes dan
peeliharaan gradient konsentrasi medulla unutuk menimbulkan reabsorpsi air pasif.
Sekresi hormon antidiuretik diatur oleh tekanan osmotik efektif cairan ekstraseluler.

KONDISI PATOLOGIS. Faktor-faktor yang mengubah pelepasan ADH


mengganggu mekanisme normal yang mengatur pelepasan ADH. Pelepasan ADH dapat
distimulasi atau dihambat oleh fakto-faktor emosional. Stimulus yang menekan seperti
nyeri atau pelepasan besar-besaran reseptor perifer akibat trauma, luka bakar atau
pembedahan akan meningkatkan pelepasan ADH dan merupakan bahan pertimbangan
yang penting untuk menyusun terapi cairan. Nikotin, prostaglandin, obat-obat kolinergik
dan B-adrenergik merupakan perangsang kuat pelepasan kuat ADH. Demerol, morfin
dan barbiturat mungkin bersifat antidiuretik dengan cara ini, meskipun efeknya
menurunkan laju filtrasi glomerulus mungkin juga berpengaruh menurunkan aliran urin.
Fakto-faktor yang mengubah respon ginjal terhadap ADH menimbulkan peningkatan
ekskresi air urin meskipun kadar ADH-nya tepat. Anestesi menurunkan jumlah urin,
mungkin dengan mengubah hemodinamik ginjal. Adanya solute yang secara osmotik
aktif dan tidak dapat diabsorpsi di lumen tubulus ginjal (misalnya glukosa pada DM)
akan mengurangi jumlah air yang dapat berdifusi ke medulla yang hipertonik dengan
membatasi kemampuan ginjal untuk menghemat air.

MEKANISME DISTRIBUSI CAIRAN DALAM TUBUH. Distribusi antara CIS


dan CES ditentukan oleh faktor-faktor fisik. Pemeliharaan volume CIS dipengaruhi oleh
fakto-faktor mengatur konsentrasi solute dalam sel dan oleh CES. Volume CIS
dipertahankan relatif konstan oleh daya osmotik yang bekerja menembus membrane sel
yang bebas dilewati air. Pemeliharaan daya-daya ini tergantung pada transport aktif
kalium ke dalam sel dan natrium keluar sel dengan suatu proses aktif yang memerlukan
energi, meskipun tidak ada bukti yang menunjukkan adanya transport aktif atau sekresi
air. Pemeliharaan CES sangat penting untuk mempertahankan volume plasma normal.
Jumlah cairan dalam volume plasma dipertahankan dalam keadaan konstan oleh
keseimbangan antara regulasi ginjal terhadap ekskresi solute dan air, daya-daya onkotik
pada tingkat kapiler. Tekanan onkotik (yaitu tekanan osmotik koloid hanya menunjukkan

9
fraksi kecil dari tekanan osmotik total, tapi tekanan osmotiknya dilakukan oleh molekul
yang tidak dengan mudah menembus pori-pori kapiler. Tekanan osmotik koloid
menimbulkan gradient osmotik efektif pada dinding kapiler. Pada ujung arteriolar
kapiler, efek utama tekanan hidrostatik kapiler mengakibatkan kehilangan ultrafiltrat
plasma. Pada keadaan normal, pada ujung vena kapiler, tekanan onkotik akan
mengembalikan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang lebih sedikit. Sisanya kembali
ke ruang vaskuler melalui sistem limfatik.

OSMOLALITAS CAIRAN TUBUH. Konsentrasi masing-masing solute dalam


CIE dan CES bervariasi, tetapi konsentrasi ion total dalam runag seimbang antara kation
dan anion. Osmolalitas ruang-ruang CIS dan CES juga seimbang. Karena membran sel
sangat permeabel terhadap air, perubahan osmolalitas salah satu ruang cairan
menimbulkan pergerakan cepat air untuk memcapai keseimbangan osmolalitas. Karena
jumlahnya yang banyak pada plasma dan cairan interstisial, natrium merupakan action
terpenting yang mempengaruhi osmolalitas cairan ekstraseluler. Karena natrium dan
anion yang menyertai, klorida dan bikarbonat berperan 90% atau lebih terhadap
osmolalitas plasma, maka perkiraan kasar osmolalitas CES dapat diperoleh dari
menggandakan konsentrasi natrium plasma. Misalnya bila konsentrasi natrium plasma
normal 140 mEq/L, maka perkiraan osmolalitas plasma adalah 280 mOsm/L. ada dua
pengecualian penting untuk keadaan ini, yaitu keadaan hiperglikemia dan hiperlipidemia.

Diantara non-elektrolit plasma, yang paling berpengaruh terhadap osmolalitas


adalah glukosa, yang tidak dengan bebas menembus membran sel. Pada konsentrasi
glukosa plasma normal, glukosa mempengaruhi 3-5mOsm/L. Osmolalitas plasma.
Namun, konsentrasi glukosa plasma yang tinggi pada diabetes ketoasidosis dapat
meningkatkan osmolalitas plasma, serta memindahkan CIS ke CES. Penurunan
konsentrasi natrium plasma akibat aliran air masuk ke volume CES menimbulkan
kesalahan pengukuran osmolalitas plasma. Kondisi kedua yang tidak dapat
menggunakan natrium plasma untuk menghitung osmolalitas plasma terjadi bersama
peningkatan zat padat serum. Misalnya, bila zat padat serum seperti protein dan lipid
meningkat, kandungan air serum sangatlah turun karena pergeseran volume air oleh
lipid.

10
2. NATRIUM
Ekskresi air hampir selalu disertai oleh ekskresi natrium baik lewat urin, tinja,
keringat. Oleh karena itu terapi kekurangan air (dehidrasi selalu dbieri cairan infus yang
mengandung natrium. Natrium berperan memelihara tekanan osmotik dan volume
cairan ekstraseluler. Dan natrium sebagian besar berada di cairan ekstraseluler (85%0.
Kebutuhan natrium perhari sekitar 50-100 mEq atau 3-6 gram sebagai NaCl.
Keseimbangan Na diatur terutama oleh ginjal. Kekurangan Na biasanya disebabkan
infus berlebihan tanpa Na, TURP syndrome atau menurunnya ADH.
Hipernatremia (natrium serum >150 mEq/L) disebabkan oleh kondisi-kondisi yang
mengakibatkan masukan natrium berlebihan atau sebagai kehilangan air tubuh yang
lebih besar dari kehilangan natrium.
Hiponatremia (natrium serum <130 mEq/L) disebabkan oleh keadaan yang
menimbulkan defisit natrium primer mmengakibatkan kehabisan natrium,
peningkatan ATT dan kombinasi kelainan air dan natrium.(1)
3. KALIUM
Sebagian besar K terdapat dalam sel (150 mEq/L). pembedahan menyebabkan
katabolisme jaringan dan mobilisasi kalium pada hari-hari pertama dan kedua.
Kebutuha akan kalium cukup diatasi denga kebutuhan rutin saja sekitar 0,5
mEq/kgBB/hari.kemampuan gnjal menahan kalium sangat rendah. Kadar kalium
dalam plasma hanya 3% dari total K tubuh, sehingga kekurangan kalium jarang
terdeteksi. Fungsi K adalah meransang otot, menghantarkan inpuls listrik, membantu
utilisasi O2, asam amino, glikogen dan pembentukan sel. Kadar Kalium normalnya 3-
5mEq/L. hipokalsemi (<3 mEq/L) menyebabkan kelelahan otot, ileus paralitik, lemas,
kembnng, gangguan irama jantung.

B. TERAPI CAIRAN
1. DEFINISI
Terapi cairan adalah tindakan untuk memelihara, mengganti kehilangan cairan
dalam batas-batas fisiologis dengan cairan kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma
ekspander) secara intravena.(3)
Prinsip dasar terapi cairan intravena adalah menjaga keseimbangan massukan
dan keseimbangan. Terapi cairan perioperatif digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu
penggantian kekurangan cairan yang terjadi sebelum operasi, pemberian cairan
rumatan, dan pengganti kehilangan selama operasi.(4) Tujuan pemberian cairan
11
adalah mengganti kehilangan / defisit, kebutuhan rumatan, dan mencukupi volume
cairan untuk mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat.(1)
Terapi cairan secara tidak langsung berdampak pada fungsi jantung dan
vaskular. Mengoptimalkan kebutuhan distribusi oksigen dan memastikan
pengeluaran hasil metabolism dari kombinasi terapi cairan, terapi obat, dan
membantu kerja jantung. Secara langsung infuse cairan dapat meningkatkan volume
vaskular, dan biasanya meningkatkan perfusi secara global dan regional, dan tekanan
darah dan sering meningkatkan diistribusi oksigen dan oksigenasi jaringan.
2. JENIS-JENIS CAIRAN
Pada praktik klinis, jenis cairan diklasifikasikan menjadi kristaloid, koloid, dan
produk darah.
a. Cairan kristaloid. Cairan kristaloid dapat berpindah menembus. Kandungannya air
dan berbagai elektrolit uang sifatnya isotonic dengan cairan ekstrasel. Kristaloid
yang berbahan dasar salin akan terdistribusi di dalam rongga ekstrasel, sesuia
dengan lokasi terdapatnya natrim. Hanya sepertiga cairan kristaloid yang akan
tinggal di dalam pembuluh darah sementara sisanya akan masukke dalam rongga
interstisial. Jenis cairan kristaloid yang tersedia:
1) Natrium klorida (NaCl), tersedia dalam berbagai konsentrasi 0,9% (salin
normal), 0,45% serta 0,18%. Penggunaan cairan ini tidak boleh terlalu
berlebihan karena dapat yang menyebabkan asidosis metabolic akibat
kandungan klornya. Hal tersebut juga dapat menurunkan aliran darah ke ginjal
dan penurunan laju filtrasi glomerulus. Asidosis mukosa gastrointestinal dan
ileus juga dapat terjadi. Disamping itu, resusitasi salin dalam volume besar
dapat menyebabkan koagulopati.
2) Ringer. Secara umum, larutan ringer memiliki efikasi yang sama dengan
larutan salin, tetapi larutan ringer memiliki keuntungan berupa kandungan
natrium dan klorida yang lebih sedikit serta adanya kalium, magnesium, dan
kalsium. Larutan ringer ada yang dilengkapi dengan buffer, seperti garam
laktat, asetat, maupun malat, yang seringkali dianggap diperlukan dalam
kondisi asidosis pada pasien yang diresusitasi.
3) Glukosa 5%. Pemberian glukosa 5% sama seperti memberikan air karena
glukosa seluruhnya akan dimetabolisme dan sisa air akan terdistribusi ke
seluruh kompartemen dan masuk ke intrasel. Oleh karena itu, glukosa 5%
tidak berguna di dalam situasi akut hipovolemia. Beberapa jenis cairan lain
12
memiliki fungsi yang lebih khusus, seperti glukosa 40% yang digunakan pada
kondisi hipoglikemia. Ingat bahwa pada prinsipnya, pemilihan cairan
bergantung pada volume dan kadar elektrolit di dalam tubuh. Cairan yang
mengandung glukosa hanya digunakan untuk cairan pemeliharaan atau
rumatan saja.
b. Cairan koloid. Cairan koloid tidak bercampur menjadi larutan sejati dan
tidakdapat menembus membrane semi permeable. Koloid cenderung menetap
didalam pembuluh darah lebih lama dibanding kristaloid karena tidak dapat
disaring secara langsung secara langsung oleh ginjal. Koloid dapat meningkatkan
tekanan osmotic dan menarik cairan keluar dari rongga interstitial ke dalam
pembuluh darah. Koloid digunakan secara sementara untuk mengganti komponen
plasma kerena tinggal selama beberapa saat di dalam sirkulasi. Lama sebuah
koloid tinggal dalam pembuluh darah bergantung pada berat dan ukuran molekul
koloid. Jenis cairan koloid yang tersedia antara lain Gelofusine, Haemaccel,
dekstran, starch (HES), dan albumin.
c. Produk darah.
Volum darah pada bayi prematur 90-100 mL/kg, 80 mL/kg pada bayi
aterm, dan akan mencapai nilai dewasa (70 mL/kg) pada tahun pertama. Nilai
hematokrit normal berubah secara bermakna pada bulan pertama kehidupan,
keadaan anemia fisiologis terjadi terjadi paada usia 3 bulan dan dapat mencapai
kadar yang lebih rendah dari 28% pada bayi yang sehat. Pada saat lahir, HbF lebih
dominan tetapi akan segera diganti dengan HbA dalam 3-4 bulan. Pada bulan
keenam tercapai rasio HbF/HbA yang sama dengan dewasa. Pada bayi prematur
penurunan kadar hemoglobin lebih cepat dan lebih besar dan dapat mencapai 7-8
gr% pada bayi dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gram (karena umur
eritrosit lebih pendek, pertumbuhan yang cepat, kadar epogen yang diproduksi
sedikit)(7)

3. PENGELOLAAN CAIRAN PREOPERATIF


PENILAIAN PREOPERATIF

Penilaian preoperatif volume cairan dan derajat hidrasi pada pasien pembedahan
elektif dengan tanpa atau kehilangan cairan dengan lambat sampai pasien dengan trauma
berat yang mengalami defisit darah dan volum interstitial.(5)

13
Kebutuhan cairan pengganti defisit sebelum operasi

Dehidrasi dapat dapat ditemui pada kondisi klinis yang umum, seperti muntah, diare atau
demam. Derajat dehidrasi dapat diperhitungkan berdasarkan tanda klinis dan hanya
memberikan prediksi kekurangan cairan. Pada dehidrasi ringan, tanda/ gejala klinis yang
berguna adalah rasa haus dan mukosa yang kering. Pada dehidrasi sedang tanda tambahan
yang lain adalah takipnu, kulit dingin, akral pucat dengan waktu pengisian kapiler (capillary
refill time) yang memanjang, turgor kulit yang menurun dan mata. pada dehidrasi berat tanda
/ gejala tambahan lain adalah iritabel, letargi, nafas cepat dan dalam (Kusmaul) dan ubun-
ubun cekung.

Dehidrasi berat juga sering disertai oleh asidosis metabolik dan hipotensi, yang merupakan
tanda premorbid. Tanda individu yang paling berguna untuk mengindetifikasi dehidrasi pada
anak adalah pemanjangan capillary refill time, turgor kulit yang berkurang dan pola pernapas
yang tidak normal. Ada empat faktor yang dapat memprediksi kondisi dehidrasi, yaitu
capillary refill time lebih dari dua detik, tidak ada air mata, mukosa membrane kering,
keadaan umum tampak sakit berat. Adanya 2 atau lebih tanda ini mengindikasikan
kekurangan cairan paling sedikit 5%.

Pada anak yang melakukan puasa perioperatif seperti yang dianjurkan oleh ASA, kehilangan
cairan karena puasa sedikit, sehingga tidak diperhitungkan dalam perhitungan kebutuhan
cairan intraoperatif namun hal ini tidak selalu dapat diikuti, karena banyak yang melakukan
puasa melebihi ketentuan yang sudah ditetapkan.

Hipovolemia harus dikoreksi dengan pemberian cairan inisial sebanyak 10-20 mL/kg berupa
cairan isotonus atau koloid dan bisa diulangi sesuai dengan kebutuhan.

Jika terjadi kehilangan darah yang masif, harus dilakukan transfuse darah

Koreksi kehilangan cairan sebanyak 1% akibat dehidrasi membutuhkan cairan sebanyak 10


cc/kgBB. Kecepatan pemberian cairan tergantung dari seberapa berat kekurangan cairan yang
terjadi, kehilangan darah diganti dengan perbandingan 1:1 jika diberikan produk darah atau
koloid, dan 3:1 jika diberikan cairan pengganti kristaloid.

Kebutuhan cairan rumatan

Kebutuhan cairan rumatan dihitung berdasarkan rekomendasi dari Holliday dan Segar (4:2:1)
untuk anak dan bayi berusia lebih dari 4 minggu, menggunakan berat badannya. Neonatus

14
aterm (>36 minggu usia kehamilan) kebutuhan cairan rumatan dikurangi pada hari-hari
pertama pasca kelahiran karena bayi normal akan kehilangan cairan hingga 10-15% berat
badannya pada masa ini. Kebutuhan cairan rumatan harus ditambah pada anak dengan
demam, keringat yang banyak, status hipermetabolik, seperti luka bakar atau pada
penggunaan penghangat dan fototerapi.

Holliday dan Segar 1957 100 cc/kg/24 jam BB <10 kg


(untuk 24 jam) + 50 cc/kg/24 jam BB 10-20 kg
+ 20 cc/kg/24 jam BB > 20 kg
Rumus 4-2-1 10 kg pertama 4cc/kg/jam
(kebutuhan per jam) 10-20 kg 2cc/kg/jam
>20 kg 1cc/kg/jam
Kebutuhan elektrolit: Na: 3mmol/kg dihitung dari jumlah elektrolit yang
K : 2mmol/kg terkandung dalam setiap cc ASI
Pedoman Konsensus APA pada Pengelolaan Cairan Perioperatif pada Anak 2007.(8)

Kombinasi kebutuhan cairan rumatan dan kebutuhan elektrolit dapat menyebabkan hypotonic
electrolyte solution

Penilaian preoperatif: estimasi kehilangan cairan.

Puasa preoperative merupakan prasyarat untuk pembedahan elektif yang


berfungsi mengurangi aspirasi akibat isi lambung. (5)

Puasa menurut Europian Society of Anesthesia 2011(9)

ingested material minimum fasting period (h)


clear liquid 2
breast milk 4
infant formula 4 (<3 month)-6 (>3 month)
nonhuman formula 6
light meal/solid food 6

15
BAB III

KESIMPULAN

Tujuan akhir terapi cairan perioperatif adalah untuk mempertahankan keseimbangan


cairan dan elektrolit dan stabilitas kardiovaskular. Memang dehidrasi dan beberapa kondisi
medis terkait dengan cairan pada third space (contohnya oklusi intestinal) akan
mempengaruhi volume cairan vaskular. Perbaikan volume cairan vaskular secara adekuat
adalah penting untuk mempertahankan stabilitas kardiovaskular, perfusi organ, dan
oksigenasi jaringan yang adekuat. Transfer isotonik cairan dari kompartemen ekstraselular ke
ruang interstitial membentuk volume third space. Penggantian kehilangan volume cairan
intravaskular harus dilakukan dengan pemberian normotonus dan larutan normo-osmolar.
Cairan kristaloid seperti Ringer Lactat atau normal salin atau bahkan koloid dapat digunakan
dengan rumus 4-2-1 untuk semua umur.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak Ed.15


2. pengelolaan cairan perioperatif pada pediatric. Available at:
http://www.anestesiologi.com/2015/06/pengelolaan-cairan-perioperatif-pada.html?m=1.
Cited on August 20,2016.
3. Petunjuk praktis anestesiologi.2009
4. Ratna F, Chandra S. Buku ajar Anestesiologi. Jakarta: FKUI.
5. Murat I, zdubois MC. perioperative fluid therapy in pediatrics. Pediatric Anesthesia 2008
(18):p.363-70.
6. Sandjaja, Budiman B, Moesijanti YES, Herarti S, Haryati, Gustina S. Kamus Gizi
Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta: Penerbit Kompas;2009.
7. Navarro et.al. Perioperative fluid therapy: a statement from theinternational fluid
optimization group. 2015 (4):3
8. Pedoman Konsensus APA pada Pengelolaan Cairan Perioperatif pada Anak 2007.
9. Smith I, Kranke P. perioperative fasting in adults and children:guidelines from the
Europian Society of Anesthesiology. 2011 (8):556-69

17

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy