Laporan Praktikum Konservasi Dan Reklama
Laporan Praktikum Konservasi Dan Reklama
Laporan Praktikum Konservasi Dan Reklama
ACARA V
PEMBUATAN GARIS KONTUR (SABUK GUNUNG) MENGGUNAKAN
ONDOL-ONDOL
Oleh :
Aufa Anggarseti
NIM A1D116042
Rombongan 10
A. Latar Belakang
tanah dan mengurangi erosi yang sering terjadi pada lahan dengan kondisi miring.
pertanian berkurang adan tidak produktif jika terjadi terus menerus akan menyebabkan
kerugian di sektor ekonomi bagi petani, untuk itu pembuatan kontur tanaman dengan
dilakukan menurut kontur atau memotong lereng, sehingga terbentuk jalur tumpukan
tanah dan alur di antara tumpukan tanah yemng terbentang menurut kontur.
Proses erosi maupun pengolahan lahan yang kurang intensif merupakan salah
satu faktor penyebab kerusakan sifat fisik tanah hal ini dapat berimbas kepada
mempertahankan sifat fisik tanah dengan berbagai tindakan yang dapat dilakukan.
Salah satu cara yaitu dengan melakukan konservasi dan reklamasi lahan. Tujuan
konservasi dan reklamasi lahan yaitu mencegah erosi, mengendalikan air supaya
Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu pengolahan tanah atau penanaman mengikuti
garis kontur yang dilakukan pada lahan miring untuk mengurangi erosi dan aliran
ondol.
B. Tujuan
Konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara
sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah,
diperlukan, agar tanah dapat berfungsi secara lestari. Konservasi tanah berhubungan
erat dengan konservasi air. Setiap perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akan
mempengaruhi tata air, dan usaha untuk mengkonservasi tanah juga merupakan
konservasi air. Salah satu tujuan konservasi tanah adalah meminimumkan erosi pada
suatu lahan. Laju erosi yang masih lebih besar dari erosi yang dapat ditoleransikan
merupakan masalah yang bila tidak ditanggulangi akan menjebak petani kembali ke
dalam siklus yang saling memiskinkan. Tindakan konservasi tanah merupakan cara
mempunyai ketinggian garis-garis lengkung horizontal yang sama disebut jarak antara
garis-garis lengkung horizontal. Pengolahan tanah menurut kontur lebih efektif jika
diikuti dengan penanaman menurut kontur, yaitu barisan tanaman diatur sejalan dengan
garis kiontur. Dalam bahasa Inggris cara ini dinamai contour cultivation atau contour
Usaha konservasi tanah dan air lebih intensif yang harus dilakukan di wilayah
Jawa. Usaha konservasi tersebut dapat berupa pengaturan penyaluran air yang tepat
sehingga dapat menyeimbangi intensitas curah hujan yang tinggi ketika terjadi di
eilayah ini. Pembenahan tanah juga bisa dilakukan sebagai usaha konservasi. Dengan
kondisi tanah yang baik, atau dengan kata lain mampu menyerap air dengan baik, bisa
menyeimbangi pula ketika satuwaktu hujan terjadi dalam intensitas yang tinggi
(Sundra, 2006).
tanah berfungsi tidak saja untuk mempertahankan kesuburan tanah, tetapi juga dapat
meningkatkan kapasitas tanah untuk meretensi air, dan menstabilkan agregat tanah.
Tanah dengan kandungan bahan organik kurang dari 2 persen biasanya paling peka
terhadap erosi. Karena itu perlu penambahan bahan organik hingga angka tersebut.
Penambahan bahan organik ke tanah perlu memperhatikan jenis tanah, karena hal itu
berhubungan dengan faktor isohumik jumlah humus yang dihasilkan persatuan bahan
Usaha tani sayuran di dataran tinggi dengan lereng curam memiliki risiko tinggi
terhadap erosi tanah dan longsor. Erosi dan longsor akan terjadi apabila cara
pengelolaan lahan tidak menerapkan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air yang pada
gilirannya akan mengakibatkan turunnya kualitas lahan atau degradasi lahan dan
kentang dapat menurunkan erosi dan aliran permukaan masing-masing 14 - 26% dan 7
- 22%. Penggunaan teknik konservasi tersebut, erosi yang terjadi sudah berada di
bawah erosi yang ditoleransi (Tolerable Soil Loss) menurut metode Thompson (1975)
Penerapan teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di dataran
tinggi sangat berguna untuk memelihara dan meningkatkan kualitas lahan. Menurut
Banuwa (1994) unsur hara N yang hilang dari lahan budi daya sayuran mencapai 333
kg/ ha/tahun yang setara dengan 740 kg urea serta kehilangan C-organik sebanyak
Budi daya sayuran intensif di dataran tinggi tanpa disertai dengan penerapan
teknik konservasi tanah dan air yang memadai akan meningkatkan jumlah unsur hara
yang hilang. Secara perlahan-lahan tetapi pasti, unsur hara di dalam tanah akan terus
terkuras sehingga untuk mendapatkan hasil kentang dalam jumlah tertentu diperlukan
pupuk buatan yang semakin tinggi. Sebaliknya, penggunaan pupuk akan semakin
efisien apabila teknik konservasi tanah dan air serta pemberian pupuk kandang
dilakukan dengan baik pada lahan tersebut. Pupuk yang diberikan akan lebih hemat
dan tersedia bagi tanaman karena pupuk yang terbawa oleh aliran permukaan dan erosi
berkurang.
d. Menyeimbangkan kehilangan dan laju pembentukan tanah
Penerapan teknik konservasi tanah dan air, akan menyebabkan jumlah tanah
pada badan air (sungai) juga berkurang. Disamping itu, aliran permukaan yang terjadi
dapat ditekan sampai < 15 % dari curah hujan efektif, sehingga aliran air tersebut tidak
berpotensi menggerus tanah. Mencegah tanah dari kejadian erosi melalui tindakan
konservasi tanah dan air juga ditujukan agar kehilangan tanah tidak melebihi batas erosi
yang diperkenankan (tolerable soil loss), dalam arti bahwa laju erosi tanah tidak
melebihi laju atau kecepatan pembentukan tanah sehingga tanah dapat digunakan
pupuk yang diberikan tidak banyak yang hilang dan tanaman mempunyai waktu lebih
Bahan yang digunakan pada saat praktikum meliputi sebidang luasan lahan yang
akan diamati dan lembar hasil pengamatan. Sedangkan alat yang digunakan meliputi
ondol-ondol, meteran, patok kayu, tali rafia, clinometer, transportasi dan alat tulis.
B. Prosedur Kerja
2. Puncak bukit awal ditentukan, misal titik A pada saat tiba dilokasi.
3. Titik B ditentukan pada bagian lereng yang lebih rendah sesuai dengan beda tinggi
4. Kaki ondol – ondol diletakkan pada titik B, sedang kaki lainnya digerakkan ke atas
atau ke bawah sedemikian rupa sehingga tali bandul persis pada titik tengah palang
yang sudah ditandai. Titik yang baru ini, misalnya titik B1, adalah titik yang sama
5. Titik B1 ditentukan titik B2 dengan cara yang sama pada tahap sebelumnya,
semikian seterusnya sehinggga diperoleh sejumlah titik pada lahan yang akan
6. Titik ditandai kayu dan dihubungkan dengan tali rafia sehingga membentuk garis
8. Tahapan selanjutkan dilakukan pekerjaan yang sama untuk membuat garis kontur
kedua pada titik C dan seterusnya dengan beda tinggi maksimal 1.5 m. Pada garis
kontur tersebut dibuat teras gulud, teras bangku, strip rumput ataupun pertanaman
lorong.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Banyumas
Kontur 1
Kontur 2
Kontur 3
B. Pembahasan
Garis kontur adalah suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang
tingginya sama dan berpotongan tegak lurus dengan arah kemiringan lahan. Bangunan
dan tanaman dibuat sepanang garis kontur dan disesuaikan dengan keadaan permukaan
lahan. Penanaman pada garis kontur dapat mencakup pula pembuatan perangkap tanah,
teras bangku atau teras guludan, atau penanaman larikan. Penanaman pada garis kontur
dapat mencakup pula pembuatan perangkap tanah, teras bangku atau teras guludan,
Menurut Pertiwi (2011) Garis kontur didefinisikan sebagai garis khayal yang
menghubungkan setiap titik pada ketinggian yang sama. Pada pengertian garis kontur
di atas dapat dijelaskan bahwa sifat dari salah satu garis kontur tersebut memiliki nilai
ketinggian yang tunggal. Untuk merepresentasikan seluruh bentuk relief dalam bentuk
gambaran garis kontur dalam suatu peta, perlu dilakukan penggambaran beberapa garis
kontur yang memiliki ketinggian yang berbeda dengan garis kontur disebelahnya
berdasarkan nilai tinggi yang berurutan. Adanya nilai tinggi dari garis kontur yang
berurutan dengan garis kontur lainnya berarti terdapat suatu besaran yang membatasi
antara dua kontur tersebut, yang dinamakan interval kontur. Garis kontur pada suatu
peta merupakan proyeksi pada serangkaian titik pada ketinggian yang sama secara
bentuk permukaan tanah dan ketinggian pada peta, karena memberikan ketelitian yang
lebih baik. Cara lain untuk melukiskan bentuk permukaan tanah yaitu dengan cara
hachures dan shading. Setiaji (2008) mengungkapkan bahwa garis kontur memiliki
2. Tidak bercabang.
3. Tidak berpotongan.
7. Garis kontur yang rapat menunjukan keadaan permukaan tanah yang terjal.
9. Penyajian interval garis kontur tergantung pada skala peta yang disajikan, jika
datar maka interval garis kontur tergantung pada skala peta yang disajikan, jika
datar maka interval garis kontur adalah 1/1000 dikalikan dengan nilai skala peta ,
jika berbukit maka interval garis kontur adalah 1/500 dikalikan dengan nilai skala
peta dan jika bergunung maka interval garis kontur adalah 1/200 dikalikan dengan
10. Penyajian indeks garis kontur pada daerah datar adalah setiap selisih 3 garis
kontur, pada daerah berbukit setiap selisih 4 garis kontur sedangkan pada daerah
12. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.
13. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "U" menandakan punggungan
gunung.
14. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "V" menandakan suatu
lembah/jurang.
Adanya garis kontur yang dibuat di areal tambang dapat bermanfaat bagi suatu
1. Menjadi bahan acuan atau dasar untuk menghitung galian dan timbunan yang akan
2. Menjadi bahan acuan untuk pembangunan jalan angkutan pada areal tambang,
tambang tersebut.
Adapun menurut Sutedjo (2002) manfaat penggunaan garis kontur dalam bidang
berguna untuk mengurangi curamnya lereng gunung dengan tujuan menahan abrasi dan
longsong terhadap tanah yang diakibatkan oleh air dan memperbesar peluang
penyerapan air oleh tanah. Terasering atau sengkedan dapat ditemui di daerah
dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, bentuk dari teraseing atau sengkedan yaitu datar
dan bertahap seperti tangga, lebar dari tersering bermacam-macam tergantung lereng
gunung yang akan dijadikan tempat budidaya. Pemanfaatan terasering atau sengkedang
selain untuk pertanian, dapat juga menahan terjadinya longsong pada lereng gunung
yang di akibatkan oleh air hujan. dibeberapa tempat metode terasering pun digunakan
pertanaman dan lingkungan, sisi negatif dari pembuatan terasering pada pertanaman
lahan terasering menggunakan sistem tradisional. Hal ini berbeda dengan lahan yang
datar mudah dimasuki alat dan mesin pertanian yang dapat mengefisienkan waktu
sebagai pembuatan garis kotur (sabuk gunung) terbuat dari kayu atau bambu, terdiri
dari dua buah kaki) yang sama panjang (A = B = 2 m), sebuah palang penyangga (C =
1 m), benang (D), dan pemberat (ondol-ondol, E), Pada bagian tengah palang diberi
tanda untuk menentukan bahwa kedua ujung kaki ondol-ondol terletak pada posisi yang
sama tinggi. Untuk mempermudah melakukan pengukuran pada palang penyangga (C)
2007). Alat ini dilengkapi dengan beberapa tambahan seperti benang gandulan atau
tabung waterpas sehingga dapat digunakan untuk mengukur kemiringan suatu tempat.
Ondol-ondol lebih mudah digunakan tapi jauh lebih rumit dalam pengelolaan datanya,
karena yang didapatkan dari pengukuran hanya berupa jarak dari satu titik ke titik
lainnya. Untuk mendapatkan nilai derajat dan persentasenya masih harus dimasukkan
kedalam persamaannya tetapi dapat diketahui garis-garis dalam peta kontur (Saleh,
2010).
Ondol-ondol.
Sumber: (Balai Litbang Pertanian, 2007)
Praktikum pengukuran garis kontur dilakukan di Perhutani Desa Tambaknegara,
pada sebidang luasan lahan yang berbeda. Garis kontur dibuat menjadi tiga garis,
dimana perbedan ketinggian setiap garis ± 1,5 m. Setiap garis terdiri dari 6 patok yang
clinometer. Clinometer adalah sejenis alat yang dipergunakan untuk mengukur sudut
kemiringan lereng. Alat ini dapat juga digunakan untuk mengukur ketinggian benda
seperti pohon, rumah, dan lain sebagainya. Penggunaan alat ini lebih praktis dengan
hanya membaca besaran sudut atau kemiringan lahan tersebut dalam dua macam
satuan, yaitu derajat (°) dan persentase (%). Hasil pengukuran diperoleh data yaitu 54o
setara 137%. Ketinggian tempat dilakukannya praktikum yaitu ± 103 m dpl. Menurut
Setiadi (2009) ketinggian memiliki peranan dalam proses pembuatan garis kontur.
Salah satu cara untuk membuat peta garis tinggi (peta kontur) yaitu dengan cara
menarik garis yang mempunyai ketinggian yang sama dari data penyebaran titik-titik
ketinggian pada suatu daerah. Penyebaran titi-titik ketinggian tersebut diukur secara
terestrial dengan mengikatkan salah satu titik ketinggian tertentu dan titik ketinggian
tersebut dihitung dari ketinggian di atas permukaan laut. Titik ketinggian tertentu
tersebut dapat berupa titik trianggulasi, titik dasar teknik (TDT), titik puncak bukit,
titik pada garis pantai sebagai titik nol (0 m) atau titik tertentu yang mempunyai nilai
ketinggian.
Selain mengukur kelerengan dan ketinggian kami mengatami vegetasi yang
berada di sebidang luasan lahan. Adapun vegetasi yang berada di lahan meliputi Pohon
mempunyai tingkat erosi yang paling kecil. Hal ini disebabkan karena pada lahan
membentuk pohon yang tinggi-tinggi yang mempunyai perakaran yang kuat dan dalam.
Tajuk tanaman juga lebar, sehingga dengan adanya intersepsi air hujan oleh tajuk
yang dalam berperan sebagai pemantap agregat, karena akar dapat berfungsi untuk
menggenggam massa tanah sehingga mempengaruhi nilai daya geser tanah. Tanaman
jati adalah tanaman tahunan yang mempunyai perakaran dalam (hingga >1 meter),
adanya akar yang kuat dan dalam pada tanaman tahunan akan memiliki kemampuan
untuk meneruskan air ke lapisan bawah yang tinggi, di sisi lain ketahanan tanah
terhadap perusakan oleh air menjadi tinggi pula. Pada lokasi praktikum, lahan kebun
yang diusahakan adalah tanaman jati. Di bawah pohon jati banyak terdapat daun-daun
yang jatuh dan menutupi permukaan tanah. Peranannya dalam hal ini adalah sebagai
pemulsa tanah yang dapat mengurangi kecepatan aliran permukaan serta melindungi
permukaan tanah terhadap daya kikis air, di samping peranannya yang lain yaitu
memperkaya bahan organik tanah yang dapat mempertinggi resistensi tanah terhadap
aliran permukaan, karena adanya bahan organik dapat mengikat agregat tanah.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tindakan konservasi tanah dan air yang dilakukan yaitu pembuatan garis kontur
menggunakan ondol-ondol. Garis kontur merupakan salah satu cara yang sangat
B. Saran
Balai Litbang Pertanian, 2007. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.
Pertiwi, Ayu. 2011. Metoda Interpolasi Inverse Distance untuk Peta Ketinggian
(Kontur). Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan.
ISBN 978-26-0255-0.
Setiaji, Heri. (2009). Pembuatan Peta Garis Kontur. Modul Pembelajaran STPN,
Yogyakarta.
Sundra, I.K. 2006. Kualitas Air Tanah di Wilayah Pesisir Kabupaten Badung, Jurnal
Ilmu Lingkungan, Ecotrophic. 1 (2): 15-18
Sutedjo, M.M. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Penerbit Bineka Cipta, Jakarta.