Laporan Magang and
Laporan Magang and
Laporan Magang and
PENDAHULUAN
Upaya yang dapat dilakukan untuk menekan penggunaan pupuk kimia buatan
secara berlebihan salah satunya adalah dengan menggunakan pupuk berbahan dasar
organik. Arang sekam merupakan salah satu bentuk amelioran organik yang dapat
digunakan dalam pertanaman. Arang sekam merupakan media tanam yang praktis
digunakan karena tidak perlu disterilisasi, hal ini disebabkan mikroba patogen telah
mati selama proses pembakaran. Arang sekam mengandung unsur hara N 0,3%, P2O5
15%, K2O 31%, dan beberapa unsur hara lainnya dengan pH 6,8. Selain hal tersebut,
arang sekam juga memiliki kemampuan menahan air tinggi, bertekstur remah, siklus
udara dan KTK tinggi, serta dapat mengabsosbsi sinar matahari dengan efektif.
Arang sekam di dalam tanah bekerja dengan cara memperbaiki struktur fisik, kimia
dan biologi tanah. Arang sekam dapat meningkatkan porositas tanah sehingga
tanah menjadi gembur sekaligus juga meningkatkan kemampuan tanah menyerap air
(Soemeinaboedhy dan Tejowulan, 2007).
Keunggulan arang sekam yang dapat mengikat air dan unsur hara akan
berdampak positif dalam penggunaannya dengan pupuk kandang karena beberapa
jenis unsur hara dalam pupuk kandang yang mudah hilang dapat diikat oleh arang
sekam. Dengan demikian pemanfaatan unsur hara oleh akar tanaman menjadi lebih
mudah, sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman meningkat. Penelitian Syahid et
al., (2013) membuktikan bahwa pemberian pupuk kandang ayam atau kambing dosis
20 t/ha dengan arang sekam dosis 10 t/ha memberikan pertambahan tinggi dan
jumlah daun paling banyak serta hasil tamanan paling optimal. Manfaat arang sekam
dan pupuk kandang yang mampu memperbaiki kondisi fisik, kimia dan biologi tanah
tersebut tentu dapat digunakan pula dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil
kacang tanah, sehingga perlu pengkajian lebih lanjut mengenai pengaruh penggunaan
arang sekam terhadap pertumbuhan kacang tanah.
Secara garis besar kacang tanah dibedakan menjadi 2 tipe yaitu tipe tegak
dan menjalar. Kacang tanah tipe tegak percabangannya kebanyakan lurus atau sedikit
miring, umur panennya berkisar antara 100-120 hari, dan buahnya hanya terdapat
pada cabang utamanya saja sehingga matangnya serentak. Kacang tanah tipe
menjalar percabangannya tumbuh ke samping dengan bagian ujungnya mengarah
keatas, umur panennya berkisar antara 180-210 hari, tetapi buahnya dapat muncul
pada setiap ruas yang berdekatan dengan tanah sehingga matangnya tidak serempak
(Gibbons et al., 1972 dalam Trustinah 2015).
5
a) Sistem Perakaran
Kacang tanah merupakan tanaman herba semusim dengan akar tunggang
dan akar- akar lateral yang berkembang baik. Akar tunggang biasanya dapat masuk
ke dalam tanah hingga kedalaman 50-55 cm, sistem perakarannya terpusat pada
kedalaman 5-25 cm dengan radius 12-14 cm, tergantung varietasnya. Sedangkan
akar-akar lateral panjangnya sekitar 15-20 cm, dan terletak tegak lurus pada akar
tunggangnya (Trustinah, 2015).
Seluruh aksesi kacang tanah memiliki nodul (bintil) pada akarnya.
Keragaman terlihat pada jumlah, ukuran bintil, dan sebarannya. Jumlah bintil
beragam dari sedikit hingga banyak, dengan ukuran kecil hingga besar, dan
terdistribusi pada akar utama atau akar lateral. Sebagian besar aksesi memiliki bintil
akar dengan ukuran sedang dan menyebar pada akar lateral.
b) Batang
Terdapat empat pola percabangan pada kacang tanah, yaitu berseling
(alternate), sequensial, tidak beraturan dengan bunga pada batang utama, dan tidak
beraturan tanpa bunga pada batang utama. Pola percabangan berseling dicirikan
dengan cabang dan bunganya terbentuk secara berselang-seling pada cabang primer
atau sekunder dan batang utamanya tidak mempunyai bunga, cabang lateral biasanya
melebihi panjang batang utama, jumlah cabang dalam satu tanaman berkisar
antara 5-15 cabang. Pola percabangan sequential dicirikan dengan buku subur
terdapat pada batang utama, cabang primer maupun pada cabang sekunder,
tumbuhnya tegak, cabangnya sedikit (3-8 cabang) dan tumbuhnya sama tinggi
dengan batang utama (Trustinah, 2015).
Berdasarkan adanya pigmentasi antosianin pada batang kacang tanah,
warna batang dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu warna merah atau
ungu, dan hijau. Batang utama ada yang memiliki sedikit bulu dan ada yang berbulu
banyak.
c) Daun
Kacang tanah memiliki empat helaian daun yang disebut tetrafoliate yang
muncul pada batang dengan susunan melingkar pilotaksis 2/5. Daun mempunyai
beragam bentuk antara lain bulat, elips, sampai agak lancip, dengan ukuran
6
bervariasi (2,4 x 0,8 cm sampai 8,6 x 4,1 cm) tergantung dengan varietas dan
letaknya. Warna daun hijau sampai hijau tua dengan daun pada bagian atas biasanya
lebih besar dibandingkan dengan yang di bawah. Daun yang terletak pada batang
utama umumnya lebih besar dibandingkan dengan yang muncul pada bagian cabang.
Ukuran dan bentuk daun tercermin dari panjang daun, lebar daun, serta rasio
panjang dan lebar daun. Perbandingan panjang dan lebar daun ini menentukan
bentuk daun, di mana untuk tipe-tipe tegak bentuk daun umumnya lebih mendekati
bulat-oval, sedangkan pada tipe menjalar umumnya lebih lancip. Semakin besar
nilai perbandingan menunjukkan semakin lancip (lanceolate) bentuk daunnya.
Daun kacang tanah memiliki daun penumpu (stipula) yang panjangnya
2,5-3,5 cm, dan tangkai daun (petiola) yang panjangnya 3-7 cm. Berdasarkan
adanya bulu/rambut daun, permukaan daun kacang tanah dibedakan menjadi: tidak
berbulu, berbulu sedikit dan pendek, berbulu sedikit dan panjang, berbulu banyak
dan pendek, serta berbulu banyak dan panjang (Trustinah, 2015).
d) Bunga
Kacang tanah termasuk tanaman yang menyerbuk sendiri, yakni kepala
putik diserbuki oleh tepung sari dari bunga yang sama dan penyerbukan terjadi
beberapa saat sebelum bunga mekar (kleistogam). Oleh karena itu jarang terjadi
penyerbukan silang. Bunganya tersusun dalam bentuk bulir yang muncul di ketiak
daun, dan termasuk bunga sempurna, yaitu alat kelamin jantan dan betina terdapat
dalam satu bunga. Bunga kacang tanah berbentuk seperti kupu-kupu, terdiri dari
kelopak, tajuk atau mahkota bunga, benang sari, dan kepala putik. Mahkota bunga
berwarna kuning terdiri dari 5 helai yang bentuknya berlainan satu dengan yang
lain. Helaian yang paling besar disebut bendera, pada bagian kanan dan kirinya
terdapat sayap yang sebelah bawah bersatu membentuk cakar, di dalamnya terdapat
kepala putik yang berwarna hijau muda. Kelopak bunga kacang tanah berbentuk
tabung sempit sejak dari pangkal bunga yang disebut hipantium dan panjangnya
berkisar antara 2-7 cm. Bunga memiliki 10 benang sari, dimana 2 di antaranya lebih
pendek (Trustinah, 2015).
7
e) Ginofor
Setelah terjadi persarian dan pembuahan, bakal buah akan tumbuh
memanjang yang pertumbuhannya bersifat geotropik disebut ginofor. Ginofor terus
tumbuh hingga masuk menembus tanah sedalam 2-7 cm, kemudian terbentuk
rambut-rambut halus pada permukaan lentisel, di mana pertumbuhannya mengambil
posisi horizontal. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai permukaan tanah dan
masuk ke dalam tanah ditentukan oleh jarak dari permukaan tanah. Ginofor-ginofor
yang letaknya lebih dari 15 cm dari permukaan tanah biasanya tidak dapat
menembus tanah dan ujungnya mati. Varietas-varietas dengan pola percabangan
berlanjut (sequential) biasanya banyak menghasilkan bunga dari buku-buku pada
bagian bawah cabang, sehingga mempunyai ginofor lebih pendek dibandingkan
varietas-varietas dengan pola percabangan berseling (alternate). Warna ginofor
umumnya hijau, dan bila ada pigmen antosianin warnanya menjadi merah atau ungu,
dan setelah masuk ke dalam tanah warnanya menjadi putih. Perubahan warna ini
disebabkan ginofor mempunyai butir-butir klorofil yang dimanfaatkan untuk
melakukan fotosintesis selama di atas permukaan tanah, kemudian setelah
menembus tanah fungsinya akan bersifat seperti akar.
f) Polong
Polong kacang tanah bervariasi dalam ukuran, bentuk, paruh, dan
kontriksinya. Berdasarkan ukuran polong, kacang tanah dibedakan ke dalam: (1)
polong sangat kecil (panjang <1,5 cm, ukuran 35-50 g/100 polong), (2) polong
kecil (panjang 1,6–2,0 cm, ukuran 51-65 g/100 polong), (3) polong sedang (panjang
2,1–2,5 cm, ukuran 66-105 g/100 polong), (4) polong besar (panjang 2,6–3,0 cm,
ukuran 106–155 g/100 polong), dan (5) polong sangat besar (panjang >3,0 cm,
ukuran >155 g/100 polong). Karakter kualitatif polong meliputi: pinggang
polong/konstriks (tanpa pinggang, agak berpinggang, berpinggang agak dalam, dan
berpinggang sangat dalam), paruh/pelatuk polong (tanpa paruh, paruh sangat kecil,
paruh menonjol, paruh sangat menonjol) dengan bentuk paruh (lurus dan lengkung),
kulit polong/retikulasi (halus, agak kasar, kasar) (Rao dan Murty, 1994).
8
g) Biji
Biji kacang tanah beragam warna, bentuk, dan ukurannya. Berdasarkan
ukuran biji, kacang tanah dibedakan ke dalam: kacang tanah biji kecil (<40 g/100
biji), kacang tanah biji sedang (40-55 g/100 biji), dan kacang tanah biji besar (>55
g/100 biji). Karakter kualitatif biji meliputi: kulit ari biji (putih, rose, merah, coklat),
dan bentuk biji (bulat, lonjong, pipih) (Rao dan Murty, 1994). Warna kulit ari biji
ada yang satu warna atau lebih dari satu warna. Dengan menggunakan kode warna
standar dari Royal Horticultural Society colour chart, warna utama biji kacang tanah
dikelompokkan menjadi beragam kelas mulai warna putih (155B), agak putih (off
white, 158A), coklat sangat pucat (very pale tan, 27C), coklat pucat (pale tan, 27A),
coklat terang (light tan, 173D), coklat (tan, 174D), coklat gelap (dark tan, 172D),
rose (181C), salmon (179D), merah terang (180D), merah (181A), merah gelap
(178A), merah keunguan (187A), ungu cerah (59A), ungu gelap (79B), ungu sangat
tua/kehitaman (201A) (Maggioni et al., 2009). Sedangkan warna sekunder dapat
berupa bintik (blotched), flek atau garis yang jelas atau kabur. Kombinasi warna
pada kulit ari biji antara lain merah dengan putih, ungu dan putih, coklat cerah dan
coklat gelap, coklat dan ungu.
tanaman kacang tanah berkisar antara 65-75%. Penyinaran sinar matahari secara
penuh amat dibutuhkan bagi tanaman kacang tanah, terutama untuk kesuburan daun
dan perkembangan besarnya kacang. Kacang tanah dapat tumbuh optimal pada
ketinggian dibawah 500 mdpl atau dengan ketinggian maksimum tidak melebihi
1000 mdpl, jika kacang tanah di tanam pada ketinggian lebih dari 1000 mdpl maka
pertumbuhannya akan kurang optimal (Rahmania et al., 2000).
b) Tanah
Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman kacang tanah adalah jenis tanah yang
gembur/bertekstur ringan dan subur, meskipun sebenarnya kacang tanah juga dapat
tumbuh optimal pada tanah-tanah berat apabila dilakukan pengolahan terlebih
dahulu. Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk budidaya kacang tanah berkisar
antara 6,0-6,5. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan
akhirnya mati sehingga harus diperhatikan dalam ketersediaan airnya. Tanah
berdrainase dan berserasi baik atau lahan yang tidak terlalu becek dan tidak terlalu
kering, baik bagi pertumbuhan kacang tanah (Rahmania et al., 2000).
juga memiliki kemampuan menahan air tinggi, bertekstur remah, siklus udara dan
KTK tinggi, dan dapat mengabsosbsi sinar matahari dengan efektif. Arang sekam di
dalam tanah bekerja dengan cara memperbaiki struktur fisik, kimia dan biologi
tanah. Arang sekam dapat meningkatkan porositas tanah sehingga tanah menjadi
gembur sekaligus juga meningkatkan kemampuan tanah menyerap air
(Soemeinaboedhy dan Tejowulan, 2007). Arang sekam mempunyai sifat yang mudah
mengikat air, tidak mudah menggumpal, harganya relatif murah, mempunyai
porositas yang baik, ringan, steril dan bahannya mudah didapat (Prihmantoro, 2003).
11
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh BPTP Kalteng meliputi: gedung
kantor administrasi dan perpustakaan, gedung fungsional dan aula, laboratorium,
green house, garasi dan bengkel, rumah jabatan dan perumahan staf, gues house,
rumah jaga di Jl. G. Obos Km. 5 Palangka Raya. Selain itu juga memiliki bangunan
kantor laboratorium diseminasi, Gudang UPBS, studio rekaman, rumah staf, mess,
garasi mobil, musholla.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kepala Seksi Kerja Sama dan
Pendayagunaan Pengkajian
Dr. Susilawati, SP, M.Si Dr. M. Anang Yani Mankin, SP Sintha E. Purwandari,
Firmansyah, SP, MSi STP
Anggota Fungsional
13
c) Persiapan Lahan
Persiapan lahan merupakan tahapan kegiatan pembersihan dan penghancuran
tanah yang bertujuan agar tanah bekas pertanaman sebelumnya dapat ditanami
kembali. Persiapan lahan umumnya terbagi atas beberapa kegiatan seperti
pembersihan lahan, pengolahan tanah dan pembuatan bedengan. Pembersihan lahan
bertujuan untuk membersihkan semua kotoran dan tanaman yang berada pada lahan
yang akan ditanami. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara membalik tanah,
menghancurkan tanah dan meratakannya meggunakan cangkul dan garu. Tanah yang
sudah diolah kemudian di bentuk menjadi bedengan. Ukuran bedengan yang dibuat
memiliki panjang 8 m dan lebar 1,2 m sebanyak 3 buah, dan setiap 1 bedengan
terbagi atas 4 perlakuan. Pengolahan lahan diperlukan guna menggemburkan tanah
sehingga pertumbuhan tanaman tidak terhambat akibat sifat fisik tanah yang kurang
optimal.
d) Penanaman
Penanaman benih kacang tanah dilakukan setelah masa inkubasi pemberian
pupuk dasar, dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm. Setiap lubang ditanami dengan
benih kacang sebanyak 3 buah dengan kedalaman 2 cm yang kemudian ditutup
dengan tanah kembali. Penanaman benih kacang tanah yang terlalu dalam dapat
mengakibatkan benih gagal tumbuh yang ditandai dengan adanya pembusukan pada
benih tersebut, sedangkan penanaman benih yang terlalu dangkal dapat
meningkatkan resiko benih untuk terserang hama. Benih yang akan ditanam,
sebelumnya sudah direndam dengan larutan furadan 3g untuk menghindari serangan
dari fungi yang ditakutkan akan menyebabkan benih tidak tumbuh.
17
e) Pemupukan
Pumupukan yang dilakukan terbagi atas pemberian pupuk dasar dan pupuk
susulan. Pupuk dasar adalah pupuk yang diaplikasikan kedalam tanah sebelum
dilakukannya penanaman. Pupuk dasar yang digunakan meliputi NPK 200 kg/ha, SP-
36 200 kg/ha, pupuk kandang 5 ton/ha dan arang sekam yang terdiri dari beberapa
taraf (5, 10, dan 15 ton/ha). Pupuk susulan adalah pupuk yang diberikan untuk
tanaman dimana sudah dilakukan pemupukan sebelumnya dan pupuk ini diberikan
saat tanaman sudah tumbuh. Pupuk susulan yang digunakan adalah pupuk NPK 200
kg/ha yang diberikan pada minggu ke 4.
f) Penyulaman
Penyulaman dilakukan sebelum 2 mst agar tingkat keseragamanya tetap
terjaga. Penyulaman dilakukan dengan tujuan untuk menggantikan tanaman yang
tidak tumbuh dengan benih yang baru. Tanaman kacang tanah ini tidak dapat
disulam dengan bibit yang sudah ditanam sebelumnya karena benih yang sudah
tumbuh akan memiliki akar yang panjang sehingga akan rentan apabila dilakukan
penyulaman menggunakan benih yang sudah tumbuh. Benih yang tidak tumbuh
dapat disebabkan adanya serangan hama (semut merah dan burung gereja) ataupun
kesalahan teknis saat penanaman dimana benih ditanam terlalu dalam.
18
g) Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman kacang tanah terbagi atas beberapa aspek, meliputi (a)
Penyiraman, kegiatan penyiraman dilakukan setelah penanaman kacang tanah
dengan intensitas penyiraman setiap hari yang dilakukan pada pagi atau sore hari.
Penyiraman dapat tidak dilakukan apabila pada saat itu terdapat hujan yang cukup
sehingga tanah masih dalam keadaan lembab; (b) Sanitasi, dilakukan dengan
membersihkan area pertanaman dari gulma atau tanaman lain yang tumbuh disekitar
pertanaman. Sanitasi dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul atau wangkil
dengan waktu yang disesuaikan pada kondisi lapangan, karena tingkat pertumbuhan
gulma akan semakin cepat apabila curah hujannya tinggi; (c) Pengendalian Hama
Penyakit, pengendalian penyakit dilakukan pada saat benih akan ditanam dengan
perendaman fungisida dan pengendalian hamanya dilakukan dengan penyemprotan
pestisida lannate. Tanaman kacang tanah yang baru berkecambah rentan akan
serangan hama, maka perlu adanya penyemprotan pestisida. Pengendalian hama
penyakit dilakukan dengan melihat kondisi tanaman tersebut, dimana kondisi yang
paling rentan adalah saat proses perkecambahan. Tanaman kacang tanah yang sudah
dapat tumbuh umumnya jarang terserang hama ataupun penyakit sehingga tidak
perlu dilakukan penyemprotan pestisida.
30
Tinggi Tanaman (cm)
25
B0 (Tanpa arang
20 sekam)
15 B1 (Arang sekam 5
ton/ha)
10
B2 (Arang sekam 10
5 ton/ha)
0 B3 (Arang sekam 15
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST ton/ha)
Minggu Setelah Tanam (MST)
yang paling optimal dalam mempengaruhi tinggi tanaman kacang tanah adalah
perlakuan dengan pemberian arang sekam 10 ton/ha (B2). Berdasarkan hasil
pengamatan yang telah dilakukan, pada beberapa perlakuan menunjukan adanya
gejala kekurangan nitrogen atau belerang sehingga daun tanaman menguning.
Berdasarkan hal tersebut menunjukan bahwa adanya faktor lingkungan yang turut
mempengaruhi perlakuan, sehingga proses fotosintesis akan terganggu dan akhirnya
akan mempengaruhi pertumbuhan dan tinggi tanaman.
30
Jumlah Daun (helai)
25 B0 (Tanpa arang
20 sekam)
15 B1 (Arang sekam 5
ton/ha)
10
B2 (Arang sekam 10
5 ton/ha)
0 B3 (Arang sekam 15
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST ton/ha)
Minggu Setelah Tanam (MST)
6.1. Kesimpulan
Budidaya tanaman kacang tanah memerlukan beberapa tahapan dalam
penanamannya, yang prosesnya meliputi penyiapan atau pengadaan benih,
pembuatan arang sekam yang digunakan sebagai perlakuan, persiapan lahan
(pembersihan lahan, pengolahan tanah dan pembuatan bedengan), penanaman benih
yang sudah di rendam pestisida, pemupukan (dasar dan susulan), penyulaman,
pemeliharaan (penyiraman, sanitasi dan pengendalian hama penyakit) dan
pengamatan.
Pemberian arang sekam dimaksudkan untuk memperbaiki sifat fisik tanah,
dimana diketahui bahwa arang sekam memiliki kemampuan menahan air tinggi,
bertekstur remah, siklus udara dan KTK tinggi. Berdasarkan pengujian yang
dilakukan, pemberian arang sekam 10 ton/ha dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman kacang tanah baik dalam hal tinggi tanaman ataupun jumlah daunnya.
Jumlah daun bersinergi dengan proses fotosintesis yang dapat dilakukan, sehingga
semakin banyak jumlah daunnya maka semakin besar proses fotosistesis yang dapat
dilakukan. Hal tersebut akan dapat mengoptimalkan pertumbuhan tanaman apabila
hasil dari fotosintesinya banyak terserap selama pertumbuhan tanaman.
6.2. Saran
1) Penggunaan pupuk majemuk sebaiknya digantikan dengan kombinasi pupuk
tunggal, karena pupuk tunggal memiliki persentase kandungan yang lebih
tinggi.
2) Pengujian pertumbuhan tanaman dengan pemberian arang sekam sebaiknya
dikombinasikan dengan pemberian pupuk kandang atau pupuk anorganik
sehingga dapat diperoleh kombinasi perlakuanyang lebih baik.
23
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T., A.A. Rahmianna dan Suhartina. 1993. Budidaya Kacang Tanah.
Dalam A. Kasno, A. Winarto dan Sunardi (Eds.): Kacang Tanah. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan
Malang. hlm 91-107.
Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Tanaman Pangan 2015. Katalog BPS. Jakarta.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2014. Road Map Peningkatan Produksi
Kacang tanah dan Kacang Hijau Tahun 2010-2014.
Fahmi, I. Z. 2013. Media Tanam Hidroponik Dari Arang Sekam. Balai Besar
Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan. Surabaya.
Maggioni, L., S. Giergiev, and Lipman (Compilers). 2003. Arachis genetic resources
in Europe. European Cooperative Programme for Crop Genetic Resources
Networks ECPGR. Ad hoc Meeting, 15-16 November 2002. Plovdid,
Bulgaria.
Prihmantoro, H. 2003. Memupuk Tanaman Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rahmania, A.A., H. Pratiwi, dan Harnowo. 2000. Budidaya Kacang Tanah. Dalam
Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Monograf Balitkabi
Malang No. 13. hlm 133-169.
Rao, V.R and U.R. Murthy. 1994. Botany-morphology and anatomy of groundnut.,
In Smart, J. (Ed). The Groundnut Crop. Chapman & Hall, London. p. 43-95.
Trustinah. 1993. Biologi Kacang Tanah. Dalam A. Kasno, A. Winarto dan Sunardi
(Eds.): Kacang Tanah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman
Pangan Malang. hlm. 9-23.
Trustinah. 2015. Morfologi dan Pertumbuhan Kacang Tanah. Dalam Balai
Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Monograf Balitkabi Malang
No. 13. hlm. 40-59.
Trustinah, A. Kasno, dan N. Nugrahaeni. 2006. Pengelompokan plasma nutfah
kacang tanah varietas lokal dengan teknik peubah ganda. Dalam Suharsono et
al. (Eds.). Peningkatan Produksi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian
Mendukung Kemandirian Pangan. Balitkabi Malang. hlm. 23–32.
25
LAMPIRAN