Referat Insersi Akdr
Referat Insersi Akdr
Referat Insersi Akdr
PENDAHULUAN
peningkatan angka kelahiran dan kepadatan penduduk yang nantinya bila tidak diatur akan
mempengaruhi tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup suatu keluarga, sehingga akan bertolak
belakang dengan program pemerintah yaitu mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan
sejahtera. Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga salah satu
indicator program yaitu target angka kelahiran total secara nasional pada tahun 2019 harus
mencapai 2,28 anak per wanita usia subur. Angka kelahiran total (Total Fertility Rate, TFR) pada
tahun 2015 menggambarkan adanya penurunan dari 2,379 pada tahun 2013 menjadi 2,289 di
tahun 2015. Pada tahun 2006, TFR Indonesia sebesar 2,138. Kemudian naik menjadi 2,416 pada
tahun 2007, dan relatif stagnan selama tahun 2007 hingga 2012. Tinggi rendahnya angka
kelahiran total dipengaruhi oleh lima faktor utama penentu fertilitas, yaitu usia kawin pertama,
Keluarga Berencana (KB) menurut WHO (World Health Organization) adalah tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak
mengontrol waktu saat kehamilan dalam hubungan dengan umur suami dan istri, serta
Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, yaitu keluarga yang harmonis, sehat tercukupi
1
Tata laksana untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas sangat diperlukan, diantaranya
dengan program keluarga berencana menggunakan kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah
kehamilan. Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling banyak
digunakan wanita. Kontrasepsi hormonal mengandung hormon baik berupa kombinasi estrogen
dan progesterone maupun progestin saja. Saat ini, banyak wanita menggunakan kontrasepsi
hormonal kombinasi estrogen dan progesteron karena pemberian estrogen saja dapat
Perempuan memiliki hormon estrogen yang memiliki fungsi mencegah kekentalan darah
serta menjaga dinding pembuluh darah supaya tetap baik. Apabila terjadi ketidakseimbangan
antara hormon estrogen dan hormon progesterone dalam tubuh, maka akan dapat mempengaruhi
tingkat tekanan darah dan kondisi pembuluh darah. Terjadinya gangguan keseimbangan
hormonal ini, dapat terjadi pada penggunaan kontrasepsi hormonal, dimana pemakaian hormon
estrogen dan progesterone sintetis yang digunakan untuk menghambat fertilitas, dapat
mengakibatkan efek-efek tertentu bagi tubuh. Pada penggunaan estrogen sintetis dapat
menginhibisi sekresi FSH (Folicle Stimulating Hormone) dan demikian juga pada penggunaan
progesteron sintetis dapat menginhibisi sekresi LH (Luteinizing Hormone), sehingga bila sekresi
FSH dan LH dihambat maka akan terjadi ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron
dalam tubuh yang akan memacu terjadinya gangguan pada tingkat pembuluh darah yang
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Intra Uterine Devices (IUD)/ Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah suatu
alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim terbuat dari plastik halus (Polyethelen)
1. Copper-T, jenis ini berbentuk huruf T yang terbuat dari polietilen yang bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga ini memiliki efek anti
fertilitas yang cukup baik. Jenis ini melepaskan levonorgestrel dengan konsentrasi yang
rendah selama minimal lima tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang
menstruasi. Kerugian metode ini adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal
dan amenorrhea.
2. Copper-7, berbeda dengan Copper-T, jenis IUD ini memiliki bentuk seperti angka “7”
dimana memiliki ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan dililit kawat tembaga
dengan luas permukaan 200 mm2 . Fungsi bentuk seperti angka “7” ini memudahkan
3. Multi Load, jenis Multi Load terbuat dari polietilen dengan dua tangan, kanan dan kiri,
berbentuk seperti sayap yang fleksibel. Jenis ini memiliki panjang 3,6 cm dari atas
3
hingga bawah dan lilitan kawat tembaga memiliki luas permukaan 256 mm 2 atau 375
mm2 . Multi Load memiliki tiga ukuran yaitu standar, small, dan mini.
4. Lippes Loop, merupakan jenis yang terbuat dari polietilen berbentuk spiral atau huruf S
bersambung. Lippes Loop terdiri dari empat jenis yang berbeda menurut ukuran panjang
bagian atasnya, yaitu tipe A berukuran 25 mm dengan benang berwarna biru, tipe B
benang berwarna kuning, dan tipe D berukuran 300 mm dengan benang berwarna putih
dan tebal. Lippes Loop memiliki angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari
pemakaian jenis ini adalah apabila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau
penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik. Jenis ini merupakan IUD yang
banyak digunakan.5
4
Menurut Handayani (2011) IUD terdiri dari IUD hormonal dan non hormonal.6
1. IUD Non-hormonal
Pada saat ini IUD telah memasuki generasi ke-4. Karena itu berpuluh-puluh macam
IUD telah dikembangkan. Mulai dari generasi pertama yang terbuat dari benang sutra
dan logam sampai generasi plastik (polietilen) baik yang ditambah obat atau tidak.
1) Bentuk terbuka (Open Device): Misalnya: Lippes Loop, CUT, Cu-7. Marguiles,
2) Bentuk tertutup (Closed Device): Misalnya: Ota-Ring, Altigon, dan Graten ber-
ring.
kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-
7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375 (daya kerja 3 tahun). Pada jenis
Medicated IUD angka yang tertera di belakang IUD menunjukkan luasnya kawat
halus tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga adalah 220
Cara insersi Lippes Loop: Push Out. Lippes Loop dapat dibiarkan in-utero untuk
akseptornya. IUD yang banyak dipakai di Indonesia dewasa ini dari jenis Un
Medicated yaitu Lippes Loop dan yang dari jenis Medicated Cu T, Cu-7, Multiload
dan Nova-T.
5
2. IUD yang mengandung hormonal
1) Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam.
b. Mirena
Mirena adalah IUD yang terbuat dari plastik, berukuran kecil, lembut, fleksibel,
sulfat yang membuat mirena dapat terdeteksi dalam pemeriksaan rontgen. Mirena
(LNG). Setelah penempatan dalam rahim, LNG dilepaskan dalam dosis kecil
(20 g/hari pada awalnya dan menurun menjadi sekitar 10 g/hari setelah 5 tahun)
yang rendah menyebabkan efek sampingnya rendah. Keunggulan dari IUD ini
adalah efektivitasnya tinggi, dengan tingkat kesakitan lebih pendek dan lebih ringan.
Mirena merupakan sebuah pilihan alternatif yang tepat untuk wanita yang tidak
Cara kerja mirena melakukan perubahan pada konsistensi lendir serviks. Lendir
serviks menjadi lebih kental sehingga menghambat perjalanan sperma untuk bertemu
sel telur. Menipiskan endometrium, lapisan dinding rahim yang dapat mengurangi
6
kemungkinan implantasi embrio pada endometrium. Setelah mirena dipasang 3
sampai 6 bulan pertama, menstruasi mungkin menjadi tidak teratur. Mirena dapat
Sampai sekarang mekanisme kerja IUD belum diketahui dengan pasti. Kini pendapat
yang terbanyak ialah bahwa IUD dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan
endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista
atau sperma. Pada pemeriksaan cairan uterus pada pemakai IUD seringkali dijumpai pula
perubahan dalam pemakaian IUD, yang menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam
uterus, walaupun sebelumnya terjadi nidasi. Penelitian lain menemukan sering adanya
kontraksi uterus dalam pemakaian IUD, yang dapat menghalangi nidasi. Di duga ini
disebabkan oleh meningkatnya kadar prostaglandin dalam uterus pada perempuan tersebut.
Pada IUD bioaktif mekanisme kerjanya selain menimbulkan peradangan seperti pada IUD
biasa, juga oleh karena ionisasi ion logam atau bahan lain yang terdapat pada IUD
mempunyai pengaruh terhadap sperma. Menurut penelitian, ion logam yang paling efektif
adalah ion logam tembaga (Cu), yang lambat laun aktifnya terus berkurang dengan lamanya
pemakaian. 9
7
D. Keuntungan IUD
seperti :
Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian satu kali
motivasi.
Reversibel.9
1) Perdarahan
berhenti. Kalau pemasangan dilakukan sewaktu haid, perdarahan yang sedikit-sedikit ini
tidak akan diketahui oleh akseptor. Keluhan yang sering terdapat pada pemakai IUD ialah
menoragia, spotting, dan metroragia. Jika terjadi perdarahan banyak yang tidak dapat
diatasi, sebaiknya IUD dikeluarkan dan diganti dengan IUD yang mempunyai ukuran
tersebut diatas, sebaiknya IUD diangkat dan digunakan cara kontrasepsi lain.9
Rasa nyeri atau kejang diperut dapat terjadi setelah pemasangan IUD. Biasanya
rasa nyeri ini berangsur-angsur hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat dihilangkan
8
atau dikurangi dengan jalan analgetik. Jika keluhan berangsur terus, sebaikny IUD
dikeluarkan dan diganti dengan IUD yang mempunyai ukuran yang lebih kecil.9
bersenggama. Ini disebabkan benang IUD yang keluar dari portio uteri terlalu pendek
atau panjag. Untuk mengurangi atau menghilangkan keluhan ini, benang IUD yang
terlalu panjang dipotong sampai kira-kira 2 – 8 cm dari portio, sedang jika benang IUD
terlalu pendek, sebaiknya IUDnya diganti. Biasanya dengan cara ini keluhan suami akan
hilang.9
Ekspulsi IUD dapat terjadi untuk sebagian atau seluruhnya. Ekspulsi biasanya
Umur dan paritas : pada paritas yang rendah, 1 atau 2, kemungkinan ekspulsi 2 kali
lebih besar daripada paritas 5 atau lebih, demikian pula pada perempuan muda
ekspulsi lebih sering terjadi daripada perempuan yang umurnya lebih tua.
Lama pemakaian: ekspulsi paling sering terjadi pada 3 bulan pertama setelah
Ekspulsi sebelumnya: pada perempuan yang pernah mengalami ekspulsi, maka pada
pemasangan kedua kalinya kecenderungan terjadinya ekspulsi lagi kira-kira 50%. Jika
terjadi ekspulsi, pasangkan IUD dari jenis yang sama tetapi dengan ukuran yang lebih
besar darioada sebelumnya, dapat juga diganti dengan IUD jenis lain atau dipasang
dua IUD.
9
Jenis dan ukuran: jenis dan ukuran IUD yang dipasang sangat mempengaruhi
frekuensi ekspulsi. Pada Lippes Loop, makin besar IUD makin kecil kemugkinan
terjadinya ekspulsi.
Faktor psikis: oleh karena motilitas uterus dapat dipengaruhi oleh faktor psikis, maka
frekuensi ekspulsi lebih banyak dijumpai pada perempuan emosional dan ketakutan,
dan yang psikisnya labil. Pada perempuan seperti ini penting diberikan penerangan
F. Komplikasi IUD
Infeksi
IUD itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya tidak
menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan disterilkan, yaitu tabunng
penyalur, pendorong, dan IUD. Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh
adanya infeksi yang subakut atau menahun pada traktus genitalis sebelum pemasangan
IUD.
Perforasi
Umumnya perforasi sewaktu pemasangan IUD walupun bisa terjadi pula kemudian.
Pada permulaan ujung IUD saja yang menembus uterus, tetapi lama kelamaan dengan
adanya kontraksi uterus, IUD terdorong lebih jauh menembus dinding uterus, sehingga
apabila pada pemeriksaan speculum benang IUD tidak kelihatan. Dalam hal ini dengan
pemeriksaan sonde uterus atau mikro kuret tidak dirasakan IUD dalam rongga uterus.
Jika ada kecurigaan kuat tentang terjadinya perforasi, sebaiknya dibuat foto rontgen,
dan jika tampak foto IUD pada rongga panggul, hendaknya dilakukan histerography
10
untuk menentukan apakah IUD terletak di dalam atau diluar kavum uteri. Jika perforasi
terjadi dengan IUD yang tertutup, IUD harus dikeluarkan segera oleh karena
dikhawatirkan terjadinya ileus, begitu pula dengan IUD yang mengandung logam.
Pengeluaran IUD dapat dilakukan dengan laparoskopi. Laparotomi hanya dilakukan jika
laparoskopi tidak berhasil, atau setelah terjadi ileus. Jika IUD yang menyebabkan
perforasi itu jenis terbuka, linear dan tidak mengandum logam IUD tidak perlu
Kehamilan
Jika timbul kehamilan dengan IUD in situ, tidak akan timbul cacat pada bayi oleh
G. Indikasi IUD9
Berikut ini merupakan beberapa indikasi dari pemakaian IUD, antara lain:
1. Usia reproduktif
2. Keadaan nulipara
11
H. Kontraindikasi IUD9
1. Kehamilan
2. Perdarahan saluran genital yang tidak terdiagnosis; bila penyebab didiagnosis dan
6. Infeksi panggul atau vagina; bila telah diobati, AKDR dapat dipasang.
Sewaktu haid sedang berlangsung, pemasangan IUD pada waktu ini dapat
Sewaktu post partum. Secara dini, yaitu IUD dipasang pada perempuan yang
melahirkan sebelum dipulangkan dari RS, secara langsung yaitu IUD dipasang
dalam masa 3 bulan setelah partus atau abortus, dan secara tidak langsung yaitu
IUD dipasang sesudah masa 3 bulan setelah partus atau abortus atau pemasangan
IUD dilakukan pada saat yang tidak ada hubungan sama sekali dengan partus atau
abortus. Bila pemasangan IUD tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah
12
bersalin, sebaiknya pemasangan IUD ditangguhkan 6 – 8 minggu post partum
oleh karena jika pemasangan IUD dilakukan antara minggu ke 2 dan minggu ke 6
Sewaktu post abortus, sebaiknya IUD dipasang setelah abortus oleh karena dari
segi fisiologi dan psikologi waktu itu paling ideal. Namun, pada keadaan septik
pemasangan:
- Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan klien rasakan pada saat
mengajukan pertanyaan.
- Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan saat akan dilakukan pemasangan AKDR
13
- Masukkan lengan AKDR Cu T380A di dalam kemasan sterilnya :
steril.
Pegang kedua ujung lengan AKDR dan dorong tabung inserter sampai ke
Setelah lengan melipat sampai menyentuh tabung inserter, tarik tabung inserter
Pastikan cincin biru sejajar dengan arah lengan AKDR, cocokkan dengan
14
15
Gambar Langkah Memasukkan Lengan AKDR di dalam Kemasan
2. Tindakan Pemasangan:
16
- Masukkan sonde uterus dengan teknik “Tidak menyentuh” (no touch tehnique)
- Ukur kedalaman kavum uteri pada tabung inserter yang masih berada di dalam
kemasan sterilnya dengan menggeser leher biru pda tabung inserter, kemudian
- Angkat tabung AKDR dari kemasannya tanpa menyetuh permukaan yang tidak
- Pegang tabung AKDR dengan leher biru dalam posisi horisontal (sejajar lengan
tabung inserter ke dalam uterus sampai leher biru menyentuh serviks atau
pendorong.
- Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang AKDR kurang
terkontaminasi.
17
Gambar langkah pemasangan AKDR
18
BAB III
PENUTUP
Intra Uterine Device (IUD) adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam
rahim terbuat dari plastik halus (Polyethelen) untuk mencegah terjadinya konsepsi atau
kehamilan. Ada dua jenis IUD, yaitu IUD dengan tembaga disekeliling gagangnya seperti copper
T380 A dan IUD yang dengan silinder yang mengandung progesteroen seperti levonorgestrel.
Mekanisme pastinya IUD ini masih belum diketahui dengan pasti, meskipun beberapa
endometrium yang menyebabkan fagositosis sperma dan mengganggu migrasi sperma atau
kapasitas.
IUD mempunyai masa efektif yang lama sampai 10 tahun sehingga alat kontrasepsi
IUD mempunyai efek samping. Efek samping yang mungkin terjadi ialah gangguan haid, infeksi
keputihan, ekspulsi IUD, perforasi, rasa mulas/nyeri/kram pada perut bagian bawah, rasa nyeri
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Hartanto W. Analisis Data Kependudukan dan KB Hasil SUSENAS 2015. BKKBN. Jakarta.
Mei 2016.
2. Sujono TA, Milawati A, Hakim AR. Pengaruh Pemakaian Kontrasepsi terhadap Peningkatan
Tekanan Darah Wanita Di Puskesmas Wonogiri. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. Juni
Hipertensi Pada Wanita Usia 15-49 Tahun Di Indonesia Tahun 2013 (Analisis Data
4. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2012. Policy Brief. Edisi 7.
5. Putri RP, Oktaria D. Efektivitas Intrauterine Devices (IUD) Sebagai Alat Kontrasepsi.
6. Ali Baziad, R. Prajitno Prabowo. Ilmu Kandungan. Ed.3. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2011.
oke.blogspot.com
9. Arum dan Sujiyatini. 2011. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Nuha Medica.
Yogyakarta.
10. Tahir , AM, Farid RB. 2015. Keterampilan Pemasangan dan Pencabutan AKDR Makalah.
20