Referat - Cempaka Dwianisa F - Kehamilan Multipel
Referat - Cempaka Dwianisa F - Kehamilan Multipel
Referat - Cempaka Dwianisa F - Kehamilan Multipel
KEHAMILAN MULTIPEL
Pembimbing :
Disusun Oleh :
202210401011062
FAKULTAS KEDOKTERAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
Multipel. Penyusunan tugas ini merupakan salah satu tugas yang penulis laksanakan selama
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Sutoko Andrianto, Sp.OG, atas
bimbingan dan waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini. Penulis
menyadari bahwa penyusunan referat ini jauh dari sempurna. Penulis memohon maaf dan
mengharapkan kritik serta saran yang membangun. Semoga laporan kasus ini dapat
Cempaka Dwianisa F
LEMBAR PENGESAHAN
Kehamilan Multipel
Telah disetujui sebagai laporan kasus SMF Obstetri dan Ginekologi
Tanggal :
Mengetahui,
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
2.1. Definisi..................................................................................................2
2.2. Epidemiologi.........................................................................................5
2.3. Etiologi..................................................................................................5
2.4. Patofisiologi..........................................................................................6
2.5. Diagnosis...............................................................................................7
2.6. Tatalaksana...........................................................................................11
2.7. Komplikasi............................................................................................15
2.8. Prognosis...............................................................................................17
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR SINGKATAN
SC : Sectio Caesaria
vi
BAB I PENDAHULUAN
Kehamilan multipel atau kehamilan ganda merupakan kehamilan dengan dua janin
atau lebih (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Kehamilan multipel terjadi
akibat dua atau lebih pembuahan, satu pembuahan yang diikuti dengan pembelahan
zigot, atau dapat dikarenakan keduanya (Cunningham et al., 2022). Kehamilan multipel
dapat berupa gemelli (2 janin), triplet (3 janin), kuadruplet (4 janin), kuintuplet (5 janin)
dan seterusnya dengan frekuensi peristiwa yang semakin jarang seiring bertambahnya
pada ibu dan janin dibandingkan dengan kehamilan tunggal (Lau et al., 2022).
Komplikasi mortalitas dan morbiditas janin pada kehamilan multipel 3 kali lebih besar
dikarenakan tingginya resiko kelahiran premature dan berat janin rendah (Esteves-
Pereira et al., 2021). Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dengan kehamilan multipel
(Esteves-Pereira et al., 2021). Hal ini menunjukan bahwa penting untuk membahas
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk memenuhi persyaratan Pendidikan
1
2
1.3 Manfaat
2.1 Definisi
Kehamilan multipel merupakan kehamilan dengan dua janin atau lebih, istilah yang
digunakan untuk kehamilan multipel dengan 2 janin adalah gemelli, 3 janin triplet, 4
janin kuadruplet, 5 janin kuintuplet, dst (Gabbe et al., 2021). Kehamilan multipel dibagi
menjadi 2 tipe yaitu monozigot yaitu kehamilan multipel yang terjadi dari 1 telur yang
dibuahi oleh 1 sperma, dan tipe dizigot yaitu kehamilan multipel yang berasal dari 2 telur
(monokorionik, diamnionik).
2.1.1.4 Pembelahan antara hari ke 8-12 amnion dan amnion cavity terbetuk
2
3
lain.
2.1.2.2 1 ovarium dan 2 folikel de graaf, atau 1 ovarium dan 1 folikel de graaf,
yang terpisah.
Perbedaan ciri, sifat dan lain-lainnya antara kembar monozigot dan dizigot (Mochtar,
2012):
Monozigot Dizigot
tidak)
2.2 Epidemiologi
Kehamilan multipel terjadi pada 1% seluruh kehamilan di dunia dengan 2/3 (70%)
adalah kembar dizigot dan 1/3 (30%) adalah monozigot. Insidensi kehamilan kembar
menurut hukum Hellin adalah 1 dalam 80n-1 kehamilan, insidensi gemelli sebanyak 1 : 80
kehamilan, triplet sebanyak 1 : 802, quadruplet 1 : 803, dan seterusnya (Myers, 2009).
Terapi infertilitas yang beberapa tahun belakangan banyak digunakan seperti Assisted
kehamilan multipel (Yang et al., 2018). Belum terdapat data angka kelahiran anak
kembar yang dikeluarkan secara berkala oleh instansi pemerintah di Indonesia, namun
pada penelitian yang dilakukan oleh Sarinah, Bintang dkk diperoleh proporsi kelahiran
kembar sekitar 1,4% dari seluruh kelahiran atau 14 per 1.000 kelahiran hidup (Bintang et
al., 2018).
2.3 Etiologi
Kehamilan gemelli terjadi akibat pembuahan dari 2 ovum oleh 2 sperma yang berbeda
(dizigotik/fraternal), namun sekitar 1/3 janin kehamilan multipel berasal dari satu ovum
2.3.1. Umur, bangsa, dan seringnya paritas pada ibu. Faktor-faktor ini mempengaruhi
lebih tinggi dibandingkan dengan bangsa kulit putih dan bangsa Asia.
2.3.2. Obat-obat induksi ovulasi profertil, domid dan hormone gonadotropin dapat
2.4 Patofisiologi
Kehamilan multipel dizigot atau fraternal memiliki angka insidensi 1%-1.5% dari
angka insidensi 0.4% dari seluruh kehamilan. Hal ini menunjukan kejadian kembar
dizigot lebih sering terjadi. Kembar dizigot merupakan hasil dari pembuahan 2 ovum
oleh 2 sperma yang terpisah, oleh karena itu kembar dizigot bukanlah kembar sejati dan
secara genetik sama seperti saudara kandung lainnya (Gabbe et al., 2021).
maternal, ras, keturunan, dan ukuran tubuh maternal. Terapi infertilitas induksi ovulasi
meningkatkan kejadian kehamilan multipel secara signifikan, selain itu pada terapi IVF
semakin banyak jumlah embrio yang dipindahkan ke maternal maka semakin tinggi
resiko kejadian kehamilan multipel. The American society for reproductive medicine
membuat pedoman mengenai jumlah embrio atau blastokista yang boleh dipindahkan
kehamilan multipel. Hal ini dikarenakan pada usia >35 tahun kadar FSH didalam tubuh
7
meningkat dengan puncaknya pada umur 37 tahun (Gabbe et al., 2021). Kadar FSH
yang tinggi mengakibatkan stimulasi ovarium lebih aktif dan memungkinkan lebih dari
satu folikel menjadi matang. Perbedaan ras memiliki angka insiden kehamilan multipel
yang beragam, ras kulit hitam memiliki insiden kehamilan multipel terbanyak
Faktor keturunan juga memiliki peran dalam insiden kehamilan multipel, pada
salah satu studi (Gause, 1972) yang meneliti 4000 kehamilan didapatkan wanita dengan
saudara kembar dizigot juga memberikan kelahiran kembar dengan angka 1 kehamilan
multipel dari 58 kehamilan. Sedangkan wanita dengan suami yang memiliki saudara
kembar dizigot memberikan kelahiran kembar dengan angka 1 kehamilan multipel dari
116 kehamilan. Tinggi dan berat badan mempengaruhi kejadian kehamilan multipel,
semakin tinggi dan semakin berat wanita tersebut maka akan semakin tinggi resiko
insiden kehamilan multipel, sebaliknya wanita yang kekurangan gizi dan tubuh pendek
2022).
kurang dipahami, salah satu teori menyebutkan bahwa kehamilan multipel monozigot
terjadi dikarenakan pembuahan ovum tua yang memiliki zona pelusida yang lebih
rapuh atau sitoplasma yang tidak adekuat dan dengan inner cell mass yang mengalami
kerusakan mengakibatkan pembelahan ovum yang telah dibuahi, teori ini menjelaskan
(Basiri et al., 2019). Teori lain tentang kehamilan multipel monozigot diakibatkan oleh
terapi infertilitas seperti IVF dan induksi ovulasi telah terbukti meningkatkan angka
resiko kehamilan multipel monozigot lebih dari 10 kali lipat. Hal ini dikarenakan
8
iatrogenic zygote splitting yaitu pemisahan zigot yang telah dibuahi dikarenakan terapi
2.5 Diagnosis
mendapatkan tanda-tanda seperti uterus yang lebih besar melebihi usia kehamilan atau
lamanya amenore, pertumbuhan uterus yang lebih cepat dari normal pada saat kontrol
rutin, pertambahan berat badan yang mencolok tanpa adanya obesitas sebelumnya
atau edema, teraba banyak bagian kecil saat pemeriksaan leopold, teraba 2
ballotement (ACOG Practice Bulletin, 2021). Selain itu diagnosis kehamilan multipel
2.5.1 Anamnesis
2.5.1.3 Pertumbuhan uterus yang cepat pada trisemester kedua, TFU >4cm dari
2.5.2.4 Terdengar lebih dari satu DJJ dengan perbedaan 10 atau lebih.
pemeriksaan USG pada trisemester pertama sejak usia kehamilan 5 minggu hingga 10
Pemeriksaan jumlah korion dan amnion pada USG juga penting dilakukan (Khalil et
al., 2016).
A B
10
2.6 Tatalaksana
2.6.1. Antepartum
2.6.1.1 Diet dan pola makan yang baik, wanita dengan kehamilan kembar
kalori/hari).
2.6.1.2 Pemberian suplemen besi dan asam folat pada saat prenatal minimal
paling sering dijumpai pada wanita dengan kehamilan multipel dan dapat
2.6.2. Intrapartum
12
dan presentasi seluruh janin. Terdapat distribusi presentasi pada janin kembar
mediolateral.
2.6.2.10. Presentasi non vetex-vertex atau non vertex-non vertex : partus SC.
sesuai indikasi.
2.6.4.1.7 Tinggalkan klem pada ujung maternal tali pusat dan jangan
2.6.4.2.2 Jika perlu, lakukan versi luar agar letak janin kedua
memanjang.
lakukan SC segera.
partus pervaginam.
bokong.
dalam podalic).
janin.
2.7 Komplikasi
Komplikasi kehamilan multipel dapat terjadi pada maternal maupun pada janin.
Komplikasi yang sering terjadi pada ibu seperti perdarahan postpartum, hal ini
terjadi kelemahan pada otot uterus dan mengarah pada atonia uteri yang
eklampsia juga merupakan komplikasi yang dapat muncul pada wanita dengan
kehamilan multipel, ukuran plasenta yang lebih besar pada kehamilan multipel tanpa
pada plasenta. Anemia sering ditemukan pada kehamilan multipel oleh karena
17
kebutuhan nutrisi yang tinggi serta peningkata volume plasma yang tidak sebanding
spontan pada salah satu janin atau keduanya. Komplikasi maternal lain yang lebih
Banyaknya janin pada kehamilan multipel membuat ruangan pada cavum uteri
semakin sempit untuk janin yang terus bertumbuuh sehingga dapat mengakibatkan
komplikasi lahir premature dan Intauterine Growth Restriction (IUGR) pada janin.
kejadian ini akan meingkat sesuai dengan jumlah janin. Pada kembar triplet, angka
terhubung, hal ini dapat menimbulkan distribusi aliran darah dan nutrisi yang tidak
dengan pertumbuhan antara janin yang jauh berbeda. Kembar monozigot dengan
monokorion monoamnion berbagi kantong amnion yang sama, sehingga dapat terjadi
komplikasi lilitan tali pusat. Pada 21-63% kehamilan multipel terjadi komplikasi
Vanishing Twin Syndrome pada trisemester kedua, yaitu keadaan salah satu janin
meninggal atau bahkan menghilang. Keadaan ini dapat menyebabkan kelainan genetic
atau kelainan neurologic pada janin yang tetap bertahan hidup (Mashamba, 2022).
2.8 Prognosis
18
berdasarkan skor poedji rochjati, sehingga diperlukan kontrol kehamilan yang lebih
maupun janin. Sebagian besar kehamilan multipel lahir dengan usia premature, hal ini
kelahiran tunggal. Angka mortalitas kehamilan multipel sekitat 4 kali lipat dari angka
pusat yang tinggi, sehingga dapat mengakibatkan asfiksia pada janin. Pada kondisi
lilitan tali pusat, janin kedua memiliki resiko anoksia lebih daripada janin pertama
dibandingkan dengan janin pertama. Kehamilan multipel dengan jumlah janin 4-5
memiliki angka mortalitas yang lebih tinggi untuk masing-masing janin jika
Kehamilan multipel merupakan kehamilan dengan dua janin atau lebih. (Amorosa,
Cleary-Goldman and D’Alton, 2017). Kehamilan multipel dibagi menjadi 2 tipe yaitu
monozigot yaitu kehamilan multipel yang terjadi dari 1 telur yang dibuahi oleh 1 sperma, dan
tipe dizigot yaitu kehamilan multipel yang berasal dari 2 telur yang dibuahi sperma yang
berbeda. Insiden kembar dizigot lebih banyak dibandingkan dengan kembar monozigot,
sebanyak 2/3 dari seluruh kehamilan merupakan kembar dizigot dan sebanyak 1/3 dari
seluruh kehamilan merupakan kembar monozigot. Kembar dizigot sangat dipengaruhi oleh
usia maternal, ras, keturunan, dan bentuk tubuh maternal, hal ini berkaitan dengan tingginya
dianggap sebagai peristiwa teratogenic, kembar monozigot terjadi akibat pembuahan ovum
skor poedji roehjati sehingga diperlukan kontrol rutin kehamilan yang lebih sering, dan
persalinan dilakukan di RS yang memiliki peralatan SC. Banyak komplikasi yang dapat
terjadi pada ibu maupun janin, angka mortalitas kelahiran kembar sekitar 4 kali lipar
mungkin sejak trisemester pertama untuk menentukan komplikasi yang mungkin akan
muncul dan tatalaksana yang akan dilakukan. Persalinan dengan kehamilan multipel
dilakukan dengan cara yang sedikit berbeda dengan kehamilan tunggal bergantung dengan
letak dan presentasi janin. Kehamilan multipel dengan presentasi vertex-vertex dapat
pervaginam naum harus menyiapkan alat SC, presentasi non vertex-non vertex dilahirkan
19
DAFTAR PUSTAKA
ACOG Practice Bulletin (2021) ‘Multifetal Gestations: Twin, Triplet, and Higher-
https://journals.lww.com/greenjournal/Fulltext/2021/06000/Multifetal_Gestations__Twin,_Tr
iplet,_and.39.aspx.
Effects of Multiple Pregnancy on Mother and Fetus’, in Polin, R. A. et al. (eds). Elsevier, pp.
Basiri, B. et al. (2019) ‘Incidence and short outcome in multiple pregnancies: A single
center cross-sectional study in Iran 2016-2017’, Medical Journal of Indonesia, 28(1), pp. 28–
Di Indonesia: Analisis Data Sdki 2012’, Jurnal Kesehatan Reproduksi, 9(2), pp. 87–97. doi:
10.22435/kespro.v9i2.906.87-97.
10.1111/1471-0528.16154.
aid=1188265173.
from “Birth in Brazil Study”.’, PloS one. United States, 16(1), p. e0245152. doi:
10.1371/journal.pone.0245152.
20
21
from “Birth in Brazil Study”’, PLoS ONE, 16(1 January), pp. 1–13. doi:
10.1371/journal.pone.0245152.
Gabbe, S. G. et al. (2021) Obstetrics : normal and problem pregnancies. 8th Editio.
Philadelphia: Elsevier.
Kandou, R. D. et al. (2016) ‘Luaran persalinan gemeli di RSUP Prof’, Jurnal e-Clinic
(eCl), 4(2).
10.1002/uog.15821.
retrospective study from a tertiary obstetric unit in Hong Kong’, Hong Kong Medical
10.5772/intechopen.107293.
Mochtar, R. (2012) Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi Jilid 1 Edisi 3. Edited by
A. Sofian. EGC.
dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau’, Jurnal
Twin Birth and Fetal Abnormality in China’, Oncotarget, 7(21), pp. 30797–30803. Available
at: www.impactjournals.com/oncotarget%0Awww.impactjournals.com/oncotarget/.
pregnancies with the risks of birth defects and stillbirth: A retrospective cohort study’,
ZA, R. N., Renjani, R. S. and Astuti, R. (2019) ‘Pengaruh Umur, Kehamilan Ganda
dan Gravida pada Kejadian Preeklampsia di Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh
Tahun 2015’, Journal of Healthcare Technology and Medicine, 2(2), p. 115. doi:
10.33143/jhtm.v2i2.244.