Makalah Budidaya Jagung
Makalah Budidaya Jagung
Makalah Budidaya Jagung
DISUSUN OLEH :
AFIFAH FADHILAH
AHLUL FIKRI
AZIZAH AURELIA
FEBI NURHALIZAH
RISNA SEFYUNITA
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara membudidayakan tanaman jagung.
2. Untuk mengetahui cara perhitungan analisa ekonomi dalam budidaya tanaman jagung.
BAB 2
LANDASAN TEORI
Jagung merupakan salah satu contoh tanaman C4 yang berarti lebih banyak
membutuhkan sinar matahari yang cukup dalam setiap pertumbuhan tanaman tersebut.
Tanaman C4 merupakan tanaman yang memerlukan intensitas cahaya matahari yang lebih
tinggi sehingga tanaman ini dapat membentuk rantai carbon sebanyak 4 buah dalam
menambat carbon dioksida (CO2) dalam melangsungkan fotosintesis (Salisburi dan Ross,
1995). Untuk tanaman jagung tiak perlu diadakan naungan karena salah satu tanaman C4.
Sehingga jagung lebih cocok dalam suhu antara 20-300 C dan ketinggian antara 50-1800 m
dari permukaan laut. Tanaman jagung juga termasuk tanaman monokotil yang berarti tidak
memiliki kayu pada bagia batangnya dan termasuk dalam famili rumput-rumputan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi tanaman jagung dapat dari
berbagai hal, salah satu contohnya yaitu faktor iklim. Iklim merupakan keadaan dimana yang
sangat menentukan sehingga tidak semua tanaman dapat tumbuh pada setiap iklim. Selain
iklim dapat menentukan produktivitas tanaman jagung tetapi dapat juga menentukan dalam
hal kandungan gizi yang dihasilkan tanaman tetapi masyarakat tidak mementingkan gizi yang
terkandung dalam tanaman jagung tersebut. Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki iklim tropis yang hanya memiliki 2 musim yaitu musim hujan dan kemarau. Untuk
daerah iklim tropis kandungan gizi dalam tanaman hanya banyak mengandung karbohidrat
yang tinggi tetapi rendah kandungan protein pada setiap tanaman yang dihasilkan
(Kartasapoetra, 1990).
3
Peningkatan produktivitas tanaman jagung merupakan hal yang penting dalam
memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia. Dalam hal peningkatan produksi tanaman jagung ini
perlu memperhatikan berbagai faktor seperti iklim, esensial, hama dan penyakit danvarietas
tanaman yang akan ditanam. Salah satu faktok iklim yang berpengaruh dalam meningkatkan
produksi tanaman adalah cahaya. Cahaya merupakan hasil dari gabungan antara berbagai
warna yang ditimbulkan oleh sinar matahari atau benda lain yang dapat menghasilkan
cahaya. Bagi tanaman cahaya sangat penting karena menyangkut berbagai hal dalam
melakukan fotosintesis yang dibutuhkan oleh tanaman untuk melangsungkan hidupnya.
Bukan hanya dalam hal fotosintesis cahaya yang diperlukan oleh tanaman tetapi proses
pekembangan seperti perkecambahan, perpanjangan batang, membukanya hipocotyl,
perluasan daun, sintesa klorofil, gerakan batang dan daun, pembukaan bunga dan dormansi
tunas (Fitter dan Hay, 1992).
Irigasi merupakan salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman
dengan membuat saluran-saluran irigasi sehingga ketika air dibutuhkan oleh tanaman petani
perlu mengalirkan air ke dalam petak tanaman jagung tersebut. Hal ini tersebut merupakan
salah satu manfaat pengairan atau irigasi bagi tanaman dan petani. Untuk tanaman jagung
panjang akar hanya mencapai panjang 25 cm sehingga dalam mencari sumber air tanaman
jagung tidak dapat menjangkau air tanah yang dalam. Untuk irigasi tanaman jagung lebih
baik menggunakan irigasi bawah permukaan karena panjang akar tanaman jagung tidak
cukup untuk menjangkau air tanah yang dalam selain itu irigasi ini hanya diperuntukkan bagi
tanaman produksi (Al Omran et al, 2012).
BAB 3 PEMBAHASAN
2) Penyiapan Benih
a. Benih jagung komposit dapat diperoleh dari penanaman sendiri, dari jagung yang tumbuh
sehat.
b. Dari tanaman terpilih, diambil jagung yang tongkolnya besar, barisan biji lurus dan penuh
tertutup rapat oleh klobot, dan tidak terserang oleh hama penyakit.
c. Tongkol dipetik setelah lewat fase matang fisiologi dengan ciri: biji mengeras dan
sebagian besar daun menguning.
d. Tongkol dikupas dan dikeringkan, bila benih akan disimpan dalam jangka lama, setelah
dikeringkan tongkol dibungkus dan disimpan di tempat kering.
e. Dari tongkol kering, diambil biji bagian tengah. Biji di bagian ujung dan pangkal tidak
digunakan sebagai benih.
f. Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Benih yang dibutuhkan adalah sebanyak 20-30 kg/ha.
3) Perlakuan Benih
Sebelum benih ditanam, sebaiknya dicampur dengan fungisida, terutama apabila diduga
akan ada serangan jamur. Bila diduga akan ada serangan lalat bibit dan ulat agrotis, sebaiknya
benih dimasukkan ke dalam lubang bersama-sama dengan insektisida butiran dan sistemik.
c) Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanaman
a. Tumpang sari (Intercropping); Penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau
berbeda).
b. Tumpang gilir (Multiple Cropping), dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum.
c. Tanaman bersisipan (Relay Cropping): dengan cara menyisipkan satu/beberapa jenis
tanaman selain jagung. Misalnya waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.
d. Tanaman Campuran (Mixed Cropping): penanaman terdiri atas beberapa tanaman dan
tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya. Pada pola ini lahan efisien, tetapi riskan
terhadap hama dan penyakit.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam 3-5 cm, tiap lubang diisi 1 butir benih. Jarak
tanam disesuaikan dengan umur panen. Jagung berumur ≥ 100 hari jarak tanam 40 x 100 cm
(2 tanaman /lubang). jagung.berumur 80-100 hari, jarak tanamnya 25 x 75 cm (1
tanaman/lubang). Sedangkan jagung. berumur < 80 hari, jarak tanam 20 x 50 cm (1
tanaman/lubang).
Tabel 2. Jarak tanam dan Populasi Jagung Per Hektar
Jarak tanam Populasi
Varietas
(cm x cm) (Tanaman/Ha)
Umur dalam 100 x (40-50) 40.000 – 50.000
(>100 hari)
Umur tengah 75 x (40-50) 53.000 - 66.000
(90-100 hari)
Umur genjah 50 x (20-25) 80.000 – 100.000
(80-90 hari)
3) Cara Penanaman
Saat tanam tanah dalam keadaan lembab dan tidak tergenang. Apabila tanah kering,
perlu diairi, kecuali bila diduga 1-2 hari lagi hujan akan turun. Jumlah benih per lubang
tergantung keinginan, bila dikehendaki 2 tanaman per lubang maka benih yang dimasukkan 3
biji/lubang, bila dikehendaki 1 tanaman/lubang, maka benih yang dimasukkan 2 biji/lubang.
Jumlah kebutuhan benih per hektar dengan beberapa alternatif jarak tanam dapat dilihat
pada tabel 3.
Tabel 3 Jarak Tanam dan Kebutuhan Benih Jagung
Jarak tanam Non Hibrida Hibrida
(cm) (kg/ha) (kg/ha)
100 x 40 22,5 -
75 x 25 32 20
75 x 40 - 30 – 40
75 x 20 40 -
50 x 20 60 -
4) Lain-lain
Di lahan irigasi jagung ditanam pada musim kemarau. Di sawah tadah hujan ditanam
pada akhir musim hujan. Di lahan kering ditanam pada awal musim hujan dan akhir musim
hujan.
d) Pemeliharaan
1) Penjarangan dan Penyulaman
Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman dan hanya dikehendaki 2 atau 1, tanaman
yang tumbuh paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas
permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan
melukai akar tanaman lain. Benih yang tidak tumbuh/mati perlu disulam, kegiatan ini
dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Penyulaman menggunakan benih dari jenis yang sama.
2) Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman muda menggunakan
tangan, cangkul kecil, garpu. Penyiangan harus hati-hati agar tidak mengganggu perakaran
yang belum kuat mencengkeram tanah.
3) Pembumbunan
Pembumbunan bersamaan dengan penyiangan dan pemupukan pada umur 6 minggu.
Tanah di kanan dan kiri barisan jagung diurug dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan
tanaman, membentuk guludan memanjang. Pembubunan juga dilakukan bersamaan
penyiangan kedua.
4) Pemupukan
Pemupukan perlu memperhatikan jenis, dosis, waktu dan cara pemberian pupuk. Pada
umumnya varietas unggul lebih banyak memerlukan pupuk dibandingkan dengan varietas
lokal. Pemupukan pada tanaman jagung disajikan pada tabel 4.
A. Kultur teknis
a. Pembakaran tanaman
b. Pengolahan tanah yang intensif.
C. Pengendalian Hayati
Pemanfaatan musuh alami seperti : patogen SI-NPV (Spodoptera litura- Nuclear
Polyhedrosis Virus), Cendawan Cordisep, Aspergillus flavus, Beauveria bassina, Nomuarea
rileyi, dan Metarhizium anisopliae, bakteri Bacillus thuringensis, nematoda Steinernema sp,.
Predator Sycanus sp,. Andrallus spinideus, Selonepnis geminada, parasitoid Apanteles sp.,
Telenomus spodopterae, Microplistis similis, dan Peribeae sp.
D. Pengendalian Kimiawi
Beberapa insektisida yang dianggap cukup efektif adalah monokrotofos, diazinon,
khlorpirifos, triazofos, dikhlorovos, sianofenfos, karbaril, matador zeon, actara, dan
amistartop.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari berbagai pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam perencanaan usaha pertanian khususnya budidaya tanaman jagung perlu
mengetahui kondisi lingkungan yang sesuai dengan tanaman jagung.
2. Perencanaan yang disusun akan membutuhkan beberapa biaya yang diperlukan dalam
usaha pertanian sehingga mempermudah dalam pengambilan keputusan pada usaha
pertanian.
4.2 Saran
Usaha bidang pertanian dengan budidaya tanaman jagung sangat menguntungkan
dilihat dari analisis ekonominya tetapi dalam usaha perlu adanya perencanaan yang matang
agar tidak terjadi kesalahan dalam biaya maupun budidaya tanamannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://a289431visidanmisi.blogspot.com/2012/02/budidaya-tanaman-jagung.html. Diakses
pada tanggal 10 November 2012.
Al Omran et al. 2012. Management of Irrigation Water Salinity in Greenhouse Tomato
Production under Calcareous Sandy Soil and Drip Irrigation. Journal Of
Agricultural Science And Technology. Vol 14:939-950.
Fitter dan Hay. 1992. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Kartasapoetra, Ance Gunarsih. 1990. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan
Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.
http://putrajayatani.blogspot.com/2011/09/pengendalian-hama-dan-penyakit-pada.html.
Diakses pada tanggal 11 November 2012.
Salisbury dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid Dua Biokimia Tumbuhan Edisi Keempat.
Bandung: ITB.
MAKALAH
KEWIRAUSAHAAN
TENTANG
BUDIDAYA CABE
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cabe Merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai
ekonomis cukup tinggi. Kebutuhan cabe terus meningkat setiap tahun sejalan dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri yang membutuhkan bahan baku
cabe.
Dari sisi produsen, akhir-akhir ini usaha tani cabe mengalami permasalahan cukup serius
dalam hal budidaya. Permasalahan tersebut mengakibatkan menurunnya produktivitas cabe.
Pasar komoditas cabe sulit diprediksi, mengingat fluktuasi harga cabe yang berubah-ubah.
Makalah ini akan membahas Budidaya dan Pasca panen Cabe Merah yang memuat informasi
syarat tumbuh, varietas, teknik budidaya, hama dan penyakit, panen, pasca panen dan
pemasaran cabe. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
B. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini antara lain adalah:
1. Untuk memenuhi tugas perkuliahan pada mata kuliah Perencanaan Pengembangan
Wilayah
2. Untuk menambah pengetahuan terutama tentang budidaya tanaman cabe merah
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Tanaman Cabe Merah (Capsicum annuum L.) adalah tanaman perdu dengan rasa buah pedas
yang disebabkan oleh kandungan capsaicin. Secara umum cabe memiliki banyak kandungan
gizi dan vitamin, diantaranya kalori, protein, lemak, kabohidarat, kalsium, vitamin A, B1, dan
vitamin C.
Cabe (Capsicum annum L) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak
dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena memiliki harga jual yang tinggi dan memiliki
beberapa manfaat kesehatan yang salah satunya adalah zat capsaicin yang berfungsi dalam
mengendalikan penyakit kanker. Budidaya tanaman cabe diperbanyak melalui biji yang
ditanam dari tanaman yang sehat serta bebas dari hama dan penyakit . Cabe atau lombok
merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi.
Daerah sentral produksi utama cabe merah antara lain Jawa Barat (Garut, Tasikmalaya,
Ciamis, Sukabumi, Cianjur, dan Bandung); Jawa Tengah (Brebes, Magelang, dan
Temanggung); Jawa Timur (Malang, Banyuwangi). Sentra utama cabe keriting adalah
Bandung, Brebes, Rembang, Tuban, Rejanglebong, Solok, Tanah Datar, Karo, Simalungun,
Banyuasin, Pagar Alam. Usahatani cabe yang berhasil memang menjanjikan keuntungan
yang menarik, tetapi untuk mengusahakan tanaman cabe diperlukan keterampilan dan modal
cukup memadai. Untuk mengantisipasi kemungkinan kegagalan diperlukan keterampilan
dalam penerapan pengetahuan dan teknik budidaya cabe sesuai dengan daya dukung.
A. KESIMPULAN
Cabe merah merupakan salah satu jenis sayuran yang memilki nilai ekonomi yang tinggi.
Cabe mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan. Cabe (Capsicum
annum L) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani
di Indonesia karena memiliki harga jual yang tinggi dan memiliki beberapa manfaat
kesehatan.
Budaidaya cabe merah bukanlah yang mudah dilakukan jika kita menginginkan hasil yang
lebih maksimal. Dalam budidaya cabe merah banyak hal yang harus diperhatikan supaya
hasil panen yang kita peroleh lebih baik, mulai dari pemilihan lahan sampai cara panen.
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini, kiranya dapat menambah pengetahuan kita dalam
pembudidayaan cabe, bukan hanya asal tanam, akan tetapi bagaimana agar kita bisa
memperoleh hasil panen yang lebih maksimal.
Selanjutnya dengan pengetahuan yang kita miliki, hendaknya kita bisa berbagi pengetahuan
kepada masyarakat kita terutama mereka yang membudidayakan cabe, dengan harapan
mereka bisa memperoleh hasil yang maksimal
MAKALAH
KEWIRAUSAHAAN
TENTANG
BUDIDAYA TOMAT
BAB I
PENDAHULUAN
Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, yang
mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu
menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan.Teknik budidaya
organik merupakan teknik budidaya yang aman, lestari dan mensejahterahkan petani dan
konsumen.Selama ini limbah organik yang berupa sisa hasil tanaman (jerami, tebon dan hasil
panen lainnya) tidak dikembalikan lagi ke lahan tetapi dianjurkan untuk dibakar (agar praktis)
sehingga terjadi pemangkasan siklus hara dalam ekosistem pertanian.Bahan sisa hasil panen
ataupun limbah organik lainnya harus dimanfaatkan atau dikembalikan lagi ke lahan
pertanian agar lahan pertanian kita dapat lestari berproduksi sehingga sistem pertanian
berkelanjutan dapat terwujud.
Usaha pembaruan usaha pertanian di lahan marginal bukan tidak dilakukan, tetapi sulit untuk
dilakukan oleh petani yang telah menetap bertahun-tahun di lahan yang demikian.Selain itu,
pada masa yang lalu, fokus pembangunan pertanian lebih pada peningkatan produktivitas dan
produksi, maka penyediaan teknologi pertanian untuk lahan marginal relatif kurang
dibandingkan dengan lahan yang lebih produktif seperti lahan sawah.Telah banyak kritik
dilontarkan bahwa dalam pembangunan pertanian yang lalu, yang memberi fokus lebih
banyak diberikan pada lahan sawah beririgasi. Penyediaan teknologi yang lebih banyak
untuk lahan sawah dan lahan yang memperoleh curah hujan yang cukup untuk budidaya
tanaman dan pemeliharaan ternak.
Tanaman tomat merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura bernilai ekonomis tinggi,
untuk itu cara menanam tomat yang baik perlu diperhatikan. Cara menanam tomat perlu
dilakukan intensif agar produksi optimal. Tanaman tomat termasuk komoditas multiguna,
selain berfungsi sebagai sayuran dan buah, tomat juga dimanfaatkan sebagai bahan dasar
kosmetik serta obat-obatan. Berdasarkan tipe pertumbuhannya, tanaman tomat dibedakan
menjadi 2 (dua), yaitu determinate dan indeterminate. Tipe determinate memiliki postur
tanaman pendek, tandan bunga terletak di setiap ruas batang serta di ujung tanaman.
Sedangkan, tipe indeterminate memiliki postur tanaman tinggi, tandan bunga terletak
berseling di antara 2-3 ruas, ujung tanaman tomat tumbuh pucuk muda. Tanaman tomat tipe
indeterminate berbuah besar.
Tanaman tomat memerlukan curah hujan antara 100-220 Mm/hujan dengan ketinggian
tempat optimal 100-1000 Mdpl. Intensitas sinar matahari berkisar antara 10-12 jam per hari.
Suhu optimal pertumbuhan tanaman tomat berkisar 25-30° C, sedangkan proses pembungaan
membutuhkan suhu malam hari 15-20° C. Air sangat dibutuhkan oleh tanaman tomat karena
90 % kandungan tomat terdiri dari air. Lokasi penanaman tomat sebaiknya bukan bekas lahan
tanaman tomat atau tanaman sefamili. Minimal sudah diberakkan selama 2 tahun agar
diperoleh hasil optimal. Pengukuran pH tanah diperlukan untuk menentukan jumlah
pemberian kapur pertanian pada tanah masam atau pH rendah (di bawah 6,5). Pengukuran
bisa menggunakan kertas lakmus, pH meter atau cairan pH tester. Pengambilan titik sampel
bisa dilakukan secara zigzag.
Teknik budidaya organik merupakan teknik budidaya yang aman, lestari dan
mensejahterahkan petani dan konsumen.Selama ini limbah organik yang berupa sisa hasil
tanaman (jerami, tebon dan hasil panen lainnya) tidak dikembalikan lagi ke lahan tetapi
dianjurkan untuk dibakar (agar praktis) sehingga terjadi pemangkasan siklus hara dalam
ekosistem pertanian.Bahan sisa hasil panen ataupun limbah organik lainnya harus
dimanfaatkan atau dikembalikan lagi ke lahan pertanian agar lahan pertanian kita dapat lestari
berproduksi sehingga sistem pertanian berkelanjutan dapat terwujud.
1.2 Tujuan
4.1 Kesimpulan.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, yang
mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu
menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Teknik budidaya
organik merupakan teknik budidaya yang aman, lestari dan mensejahterahkan petani dan
konsumen.
2. Pada dasarnya menanam tomat dengan cara konvensional dan organic sama saja yang
membedakan hanyalah pada saat pemeliharaannya saja. Kalau menanam secara konvensional
menggunakan bahan kimia sintetis sedangkan bertanam tomat organic menggunakan bahan-
bahan organic
3. Pertanian organik didasarkan pada sejumlah prinsip-prinsip, yaitu prinsip kesehatan,
prinsip ekologi, prinsip keadilan, dan prinsip perlindungan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional, SNI 01-6729-2002 Tentang Sistem Pangan Organik. 2002.
Barkelaar. 2005. Perakitan SUT Lahan Kering Spesifik Lokasi di Kawasan Oesao.
Kecamatan Kupang Timur. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kupang. Kupang.
Karama, S. 2003. Potensi, Tantangan dan Kendala Ubi Kayu dalam Mendukung Ketahan
Pangan. Jakarta: Balai Pustaka.
Kunia, Kabelan. 2008. Pupuk Organik Atasi Degradasi Kesuburan. http: //express.
com/w3jbiopupuk/vol 8/Kunia/index. Html. [Kamis. 14 Agustus 2008].
Master, W. A. 2000. The Economic Impact of Agricultural Research: A Practical Guide.
Department of Agricultural Economic. Purdue University USA.
Meke, D. 2000. Pengkajian SUP di Kabupaten Belu, NTT. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Kupang. Kupang.
Murdeleno. 2000. The Economic Impact of Agricultural Research: A Practical Guide.
Department of Agricultural Economic. Purdue University USA.
Seran.2001. Pengkajian Sistem Usaha Tani Lahan Pekarangan di NTT. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Kupang. Kupang.
Suhartina. 2005. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Balai
Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. 154p.
Widati.1999. Pengkajian SUP di Kabupaten Belu, NTT. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Kupang. Kupang.