Laporan Farmakologi Toksikologi
Laporan Farmakologi Toksikologi
Laporan Farmakologi Toksikologi
KELOMPOK 1 :
1. Ni Wayan Sri Wahyuningsih (181001)
2. Sayu Putu Dewi Pratiwi A.K (181002)
3. Ni Kadek Agung Sari Restiti (181003)
4. Ni Putu Yunika Harta Pertiwi (181004)
5. Luh Dita Sukriani (181005)
6. Ida Bagus Wiguna Adi Jaya (181006)
7. I Gede Agus Anandika Pradana (181007)
8. Ni Nyoman Trisna Dewi (181008)
9. Kadek Rani Indyani (181009)
b. Bahan :
1.Aquadest
c. Hewan Coba :
1. Mencit
VI. Pembahasan :
Praktikum kali ini, memplajari tentang pemberian obat terhadap
absorbsi obat dalam tubuh ( dalam hal ini pada tubuh hewan uji). Rute
pemberian obat rute of administration) merupakan salah satu factor yang
mempengaruhi efek obat, karna karakteristik lingkungan fisiologis
anatomi dan biokimia yang berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh
karakteristik ini berbeda karna jumlah suplai darah yang berbeda;enzim –
enzim dan getah – getah fisiologis yang terdapat di lingkungan tersebut
berbeda. Hal - hal ini menyebabkan bahwa jumlah obat yang dapat
mencapai lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan berbeda, tergantung
rute pemberian obat.
Pada percobaan kali ini, praktikan menggunakan hewan mencit
sebagai hewan uji. Hewan tersebut digunakan sebagai percobaan untuk
praktikum farmakologi organ ini karena karena struktur dan system
orgaan yang ada didalam tubuhnya mirip dengan struktur organ yang ada
didalam tubuh manusia, mencit dipilh sebagai hewan uji karena proses
metabolism dalam tubuhnya berlangsung cepat, sehingga sangat cocok
untuk dijadikan sebagai objek pengamatan. Selain itu, mencit lebih
mudag ditangani dibandingkan dengan hewan – hewan uji lainnya seperti
tikus dan kelinci. Sehingga hewan tersebut biasanya digunakan untuk uji
praklinis sebelum nantinya akan dilakukan uji klinis yang dilakukan
langsung terhadap manusia.
Cara memegang hewan serta cara penentuan jenis kelamin perlu
pula diketahui. Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan
adalah berbeda-beda dan ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik
(besar atau kecil) serta tujuannya. Kesalahan dalam caranya akan
menyebabkan kecelakaan atau hips ataupun rasa sakit bagi hewan (ini
akan menyulitkan dalam melakukan penyuntikan atau pengambilan
darah atau misalnya ) dan juga bagi orang yang memegangnya.
Mencit dapat dipegang dengan memegang ujung ekornya dengan
tangan kanan, letakkan pada alas kasar, biarkan mencit menjangkau atau
mencekram alas kasar (penutup kawat kandang). Kemudian tangan kiri
dengan ibu jari dan jari telunjuk menjepit kulit tengkuknya seerat atau
setegang mungkin. Ekor dipindahkan dari tangan kanan, dijepit diantara
jari kelingking dan jari manis tangan kiri. Dengan demikian, mencit telah
terpegang oleh tangan kiri dan siap untuk diberi perlakuan. Jika cara
penanganan mencit tidak sesuai biasanya mencit akan merasa stress dan
ketakutan sehingga akan buang air besar dan buang air kecil.
Sebelum melakukan percobaan, terlebih dahulu praktikan harus
mengetahui volume pemberian obat atau dosis pada hewan percobaan.
Volume cairan atau dosis yang diberikan pada setiap jenis percobaan
tidak boleh melebihi batas maksimal, sebab akan menyebabkan efek
farmakologi yang membahayan bagi hewan percobaan.
Setelah melakukan pengamatan dengan menggunkan hewan uji
(mencit) didapatkan hasil pernapasan 125 permenit hasil tersebut normal
karena batas rata-rata pernapasan mencit (94-163 nafas permenit).
Kemudian untuk hasil denyut nadi didapatkan hasil 110 permenit ,untuk
saliva pada mencit masih dalam batas normal, dan untuk reflek mata
mencit pada saat diberikan sinar terjadi pengecilan pada pupil, hal itu
terjadi karena bila cahaya itu masuk ke mata dengan intensitas yang
besar maka pupil akan bereaksi dengan mengecil supaya cahaya yang
masuk tersebut tidak masuk terlalu banyak. Pupil akan mengatur
intensitas cahaya yang masuk ke mata dengan cara rangsangan saraf para
simpatis merangsang otot sfingter pupil, sehingga memperkecil syarat
pupil (miosis).
Kemudian pada saat pemberian aquades sebanyak 0,5 ml dengan
menggunakan sonde tidak terjadi kesulitan, namun saat penarikan sonde
keluar melewati kerongkongan sonde tersangkut sehingga terhambatnya
saluran nafas pada mencit. Dugaan kedua, kemungkinan mencit tersebut
strees karena pada melakukan pengamatan mencit tersebut banyak
mengeluarkan fesses. Hal itulah yang mengakibatkan mencit tersebut
“mati” setelah pemberian aquades dengan menggunakan sonde.
VII. Kesimpulan :
Setelah melakukan percobaan tersebut gagal, dikarenakan mencit
tersebut mati.
VIII. Daftar Pustaka :
Fatasya, Syifa dkk. 2010. Penanganan Hewan Coba. Bandung :
Universitas Islam Bandung
Oktora, Bella Sakti dkk. 2014. Cara Pemberian Obat. Bogor : Sekolah
Tinggi Teknologi Industri Dan Farmasi Bogor