Hakekat Manusia

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berbicara tentang manusia dan agama dalam Islam adalah membicarakan


sesuatu yang sangat klasik namun senantiasa aktual. Berbicara tentang kedua hal
tersebut sama saja dengan berbicara tentang kita sendiri dan keyakinan asasi kita
sebagai makhluk Tuhan. Manusia adalah makhluk yang paling sempurna. Di
dalam Al Quran manusia disebut al insan, annas, kadang kala disebut bani adam.
Oleh karena itu, manusia dan berbagai hal di dalam dirinya sering menjadi
perbincangan di berbagai kalangan. Hampir semua lembaga pendidikan tinggi
mengkaji manusia, karya dan dampak karyanya terhadap diri sendiri serta
lingkungan tempat tinggalnya. Agama islam sebagai agama yang sempurna, tidak
pernah menggolongkan manusia kedalam kelompok binatang, selama manusia itu
mempergunakan akal pikirannya. Namun, jika manusia itu tidak mempergunakan
karunianya maka derajat manusia akan turun, bahkan jauh lebih rendah dari
seekor binatang. Sangat menariknya pembahasan tentang manusia inilah yang
membuat penulis tertarik untuk mengulas Hakekat Manusia menurut pandangan
Islam.

1.2. Rumusan Masalah


1. Hakikat Manusia
2. Asal – Usul Kejadian Manusia
3. Potensi Manusia Sesuai Dengan Hakikatnya
4. Kelemahan Dan Kelebihan Manusia yang mewakili sifat manusia
Menurut Islam

1.3. Tujuan
Untuk mengetahui pengertian hakikat dan manusia dalam penciptaan
manusia serta fungsi dan peran manusia tanggung jawab manusia sebagai hamba
dan khalifah Allah SWT .
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Hakikat Manusia

1
Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan
sangat bergantung metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang
mendasari , Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo
volens (makhluk berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang
memiliki perilaku interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan
social (superego). Di dalam diri manusia terdapat unsur animal (hewani), rasional
(akali), dan moral (nilai).

Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo


mehanibcus (manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap
introspeksionisme (aliran yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan
subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam bawah sadar yang
tidak nampak). Behavior yang menganalisis perilaku yang nampak saja. Menurut
aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran
terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek.
Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens
(manusia berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai
makhluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu
berfikir. Penganut teori kognitif mengecam pendapat yang cenderung
menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak mempengaruhi peristiwa.
Padahal berpikir , memutuskan, menyatakan, memahami, dan sebagainya adalah
fakta kehidupan manusia.
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda
dengan makna manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata
basyar, insan dan al-nas
 Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi :
“innama anaa basyarun mitlukum” (sesungguhnya aku ini hanya seorang
manusia seperti kamu). Kata basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat
biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau lempung kering (al-hijr : 33 ;
al-ruum : 20), manusia makan dan minum (al-mu’minuum : 33)

 Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-


alaq : 5), yaitu “allamal insaana maa lam ya’ ” (dia mengajarkan manusia

2
apa yang tidak diketahuinya). Konsep Islam selalu dihubungkan pada sifat
psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi
ilmu, dan memikul amanah (al-ahzar : 72). Insan adalah makhluk yang
menjadi (becoming) dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.

 Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 “walakad


dlarabna linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal” (sesungguhnya
telah kami buatkan bagi manusia dalam al-quran ini setiap macam
perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada semua manusia sebagai
makhluk social atau secara kolektif

. Manusia juga dipandang sebagai makhluk yang paling tinggi derajatnya


dibandingkan makhluk Allah SWT bahkan Allah menyuruh para malaikat untuk
bersujud kepada Adam Alaihi salam. Masyarakat Umum memiliki pandangan
bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki jiwa dan raga serta dibekali
dengan akal dan pikiran.
Pengertian Hakikat Menurut Bahasa Hakikat Berarti kebenaran atau
sesuatu yang sebenar-benarnya. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari
segala sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat adalah inti dan jiwa dari
suatu syariat itu sendiri. Dikalangan tasa’uf orang mencari hakikat diri manusia
yang sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benar diri.
Sama dengan pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia .
Hakikat manusia adalah sebagai berikut :
1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam ( Roh ) yang dapat menggerakkan
hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah
laku intelektual dan sosial.
3. Seseorang yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif
mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan
nasibnya.
4. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang
tidak pernah selesai selama hidupnya.

3
5. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha
untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat
dunia lebih baik untuk ditempati.
6. Individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama dalam bidang
sosial.

2.2. Asal – Usul Kejadian Manusia


Asal usul manusia dalam pandangan Islam tidak terlepas dari figur Adam
sebagai manusia pertama. Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah di
muka bumi dengan segala karakter kemanusiaannya.

Dalam logika sederhana, dapat di pahami bahwa yang mengerti tentang


penciptaan manusia adalah sang pencipta itu sendiri, Allah merupakan sang maha
pencipta. Jadi Allah yang lebih memahami tentang proses penciptaan manusia.

Dalam Al-Qur’an di jelaskan tentang proses penciptaan manusia, antara lain. :

Artinya : Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan


manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah ( Qs. Al
- Mu’minun. ayat 12)

Artinya : Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani


(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
( Qs. Al - Mu’minun . ayat 13 )

4
Artinya : Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta
Yang Paling Baik. ( Qs. Al - Mu’minun . ayat 14 )

Ayat tersebut menjelaskan tentang asal pencipta manusia dari “sulatin


minthin (sari pati tanah)”. Kata sulatin dapat diartikan dengan hasil akhir dari
sesuatu yang di sarikan, sedangkan thin berarti tanah. Pada tahap berikutnya sari
pati tanah berproses manjadi nuthfah (air mani).
Pada ayat 14 di jelaskan tentang tahapan reproduksi manusia setelah
nuthfah, perubahan nuthfah secara berturut menjadi alaqah, mudhghah, izham dan
khalqan akhar (makhluk lain). Alaqah memiliki dua pengertian, pertama darah
yang mengental sebagai kelanjutan dari nuthfah oleh ke dua sesuatu yang
menempel di dinding rahim. Mudhghah berarti sebuah daging yang merupakan
proses penciptaan manusia sebagai kelanjutan alaqah. Izham (tulang-belulang)
selanjutnya di balut dengan lahm (daging). Pada fase ini sampai pada pencapaian
kesempurnaan bentuk manusia yang disebut dengan khalqon akhar, berarti ciptaan
baru yang jauh berbeda dengan keadaan dan bentuk sebelumnya.
Selanjutnya Al-Qur’an juga mengatakan dalam beberapa ayatnya bahwa
manusia berasal dari air ( Q.S al-furqan 25: 54).

5
Artinya :Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari
air lalu dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan
mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa

Dalam ayat yang lain Allah menyebutkan bahwa :

Artinya :Dia diciptakan dari air yang dipancarkan

Artinya: yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki


dan tulang dada perempuan.

Menurut Agama Islam Allah swt. menciptakan alam semesta dan makhluk-
makhluk yang beraneka ragam ini tidak sekaligus, melainkan melalui tahapan-
tahapn selama enam periode seperti firman-Nya dalam al-Qur’an

Artinya : Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang

telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,


lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan
malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat,
dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-
bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya.

6
Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak
Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam ( Qs Al
-A’raf 54 ).

2.3. Potensi Manusia Sesuai Dengan Hakikatnya

Dalam diri manusia terdapat alat-alat potensial dan potensi-potensi dasar yang
harus diperhatikan dalam pendidikan, Abdul fatah Jalal (1977;103), mengkaji
ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan alat-alat potensial yang dianugerahkan
Allah kepada manusia sebagai berikut;
1. Al-lams dan al-syum (alat peraba dab alat pembau), seperti dalam Qs. Al-
An’am;7, dan Qs.Yusuf; 94
2. Al-Sam’u (alat pendengaran), seperti; Qs. Al-Isra’;36, al-Mu,minun; 78

3. Al-Abshar (penglihatan) seperti; Qs.al-A’raf; 185, Yunus; 101 dan As-


Sajdah; 27)

4. Al-Aql (akal atau daya fikir), seperti; Ali Imran; 191, al-An’am; 50, Ar-
Ra’d; 19, dan Thaha; 53-54.

5. Al-Qalb (kalbu), seperti Qs. Al-Hajj; 46, Qs.Muhammad; 24, Asy-Syu’ara;


192-194.

Dalam diskursus para filosof Islam, manusia mempunyai bermacam-macam


alat potensial yang mempunyai kemampuan yang sangat unik, menurut mereka
terdapat tiga macam jiwa dalam diri manusia yang didalamnya terdapat beberapa
potensi/daya yaitu;
a) Jiwa tumbuh-tumbuhan (al-nafs al-nabatiyah), mempunyai tiga daya
yaitu; daya makan, daya tumbuh, dan daya membiak.
b) Jiwa binatang (al-nafs al-hayawaniyah), mempunyai dua daya, yaitu;
daya penggerak (al-muharrikah) berbentuk nafsu (al-syahwah),
amarah (al-ghadlab) dab berbentuk gerak tempat (al-harkah al-
makaniyah), dan daya mencerap (al-mudrikah), berbentuk indera

7
indera lahir (penglihatan, pendengaran, penciuman, dst.) dan indera
bathin (indera penggambar, indera pengreka, indera pengingat, dst.)
c) Jiwa manusia (al-nafs al-insaniyah), yang hanya mempunyai daya
pikir yang disebut dengan akal. Akal terbagi menjadi dua; akal praktis,
yang menerima arti-arti yang berasal dari materi yang sifatnya
particulars, dan akal teoritis, yang menangkap arti-arti murni, yang tak
pernah ada dalam materi, seperti Tuhan, roh, malaikat, dst. Akal ini
bersifat metafisis yang mencurahkan perhatian pada dunia immateri
dan menangkap keumuman. Selanjutnya, dalam diri manusia juga
terdapat potensi-potensi dasar antara lain berupa fitrah. Fitrah
mempunyai beberapa pengertian, dan para ahli di kalangan Islam pun
telah memberikan berbagai macam formulasinya tentang fitrah,
sehingga dapat disimpulkan bahwa fitrah adalah merupakan potensi-
potensi dasar manusia yang memiliki sifat kebaikan dan kesucian
untuk menerima rangsangan (pengaruh) dari luar menuju pada
kesempurnaan dan kebenaran. Disamping fitrah, terdapat juga potensi
lainnya, yaitu nafsu yang mempunyai kecenderungan pada keburukan
dan kejahatan (qs. 12:53), untuk itu fitrah harus tetap dikembangkan
dan dilestarikan. Fitrah dapat tumbuh dan berkembang apabila
disuplay oleh wahyu, sebab itu diperlukan pemahaman al-Islam
secara kaffah (universal). Semakin tinggi tingkat interaksi seseorang
kepada al-Islam, semakin baik pula perkembangan fitrahnya.
Dengan demikian komponen-komponen fitrah yang merupakan potensi-potensi
dasar manusia adalah meliputi hal-hal sebagai berikut;
a) Bakat dan kecerdasan, kemampuan pembawaan yang potensial mengacu
pada perkembangan kemampuan akademis (ilmiah), dan keahlian
(profesional) dalam berbagai kehidupan
b) Instink atau ghorizah, suatu kemampuan berbuat tanpa melalui proses
belajar-mengajar, misalnya instink melarikan diri karena perasaan takut,
ingin tahu (curiosity), merendahkan diri karena perasaan mengabdi, dst.
c) Nafsu dan dorongan-dorongan (drives), misalnya nafsu lawwamah yang
mendorong pada perbuatan tercela, nafsu amarah yang mendorong pada

8
perbuatan merusak, membunuh, nafsu birahi (eros) mendorong pada
pemuasan seksual, dan nafsu muthmainnah (religios) yang mendorong ke
arah ketaatan pada Yang Maha Kuasa.
d) Karakter atau tabiat, merupakan kemampuan psikologis manusia yang
terbawa sejak lahir, yang berkaitan dengan tingkah laku moral, sosial serta
etis seseorang, berhubungan dengan personalitas (kepribadian) seseorang.
e) Heriditas atau keturunan, merupakan faktor menerima kemampuan dasar
yang diwariskan oleh orang tua
f) Intuisi, kemampuan psikologi manusia untuk menerima ilham Tuhan,
biasanya hanya dirasakan oleh orang yang bersih atau ahli sufi.

Perkembangan manusia yang terbawa sejak lahir dan berpusat pada


potensi dasar untuk berkembang secara menyeluruh dan menggerakkan seluruh
aspek yang secara mekanistis saling mempengaruhi, dan masing-masing
komponen tersebut bersifat dinamis, responsif terhadap pengaruh lingkungan
sekitar, termasuk lingkungan pendidikan. Sebab itulah untuk mengembangkan dan
mengarahkan potensi-potensi tersebut perlu dilakukan melalui proses pendidikan.
Semua potensi-potensi manusia baik potensi fisik, psikis maupun potensi rohani,
pada akhirnya harus difungsikan untuk menjalankan fungsi-fungsi
sebagai “abdullah”

Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu


mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab:
"Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi".

9
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya
kami (bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (Qs, al-A’raf;
172)

Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia


melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

“khalifatullah fi al-ard”

Artinya : Dialah yang menjadikan kamu khalifah-


khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, maka
(akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan
kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah
akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan
kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah
akan menambah kerugian mereka belaka.(Qs. Al-Fathir;
39 ),

10
Artinya : Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-
penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian
kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat,
untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya
kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat
siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
(al-An’am; 165 )

2.4. Kelemahan Manusia Menurut Islam

Allah telah menciptakan kita dalam bentuk yang sebaik-baiknya lalu


disempurnakan penciptaanya dengan diberikan ruh pada manusia. Kemudian kita
diberikan sarana-sarana yang membuat diri kita lebih istimewa dari makhluk
lainnya. Tetapi dibalik itu semua, ternyata Allah juga mengkaruniai kita potensi
kelemahan-kelemahan didalam diri kita. Kelemahan –kelemahan manusia yang
diabadikan didalam al-Qur’an antara lain adalah:

1. Suka membantah
Terdapat di Qur’an surah Al-kahfi : 54 yang isinya

11
Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi
manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam
perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang
paling banyak membantah.

2. Bersifat lemah

Allah hendak memberikan keringanan kepadamu,


dan manusia dijadikan bersifat lemah.
( Qs . An – Nisa , 28 )

3. Zalim dan bodoh

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan


amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung,
maka semuanya enggan untuk memikul amanat
itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya,
dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat
bodoh, ( Qur’an surah Al-Ahzab : 72 )

4. Senang bermaksiat
Terdapat di Qur’an surah Al-Qiyamah: 5

12
Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat
terus menerus.

5. Mencintai kehidupan dunia

Terdapat di Qur’an surah Al-Qiyamah: 20

Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai


manusia) mencintai kehidupan dunia,

6. Melampaui batas
Terdapat di Qur’an surah Al-Alaq : 6

Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar


melampaui batas

7. Malas berbuat baik


Terdapat di Qur’an surah Al-Ma’arij: 21

dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,

8. Senang berkeluh kesah dan gelisah


Terdapat di Qur’an surah Al-Ma’arij: 19

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah


lagi kikir.

13
9. Tergesa-gesa
Terdapat di Qur’an surah Al-Anbiya: 37

Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa.


Kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-
tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta
kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.

10. Kikir
Terdapat di Qur’an surah Al-Isra’ : 100

Katakanlah: "Kalau seandainya kamu menguasai


perbendaharaan-perbendaharaan rahmat
Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu
tahan, karena takut membelanjakannya". Dan
adalah manusia itu sangat kikir.

Banyak kan sifat jelek yang berpotensi melekat pada diri kita, jadi janganlah
sombong hanya karena dianugerahi wajah yang cantik lalu merasa kita adalah
makhluk satu-satunya yang diciptakan cantik. Dan setiap manusia diberikan 2
potensi, yakni potensi baik dan buruk.

Terserah kita ingin jadi baik atau buruk, tidak ada yang melarang bahkan Allah
sekalipun. Tetapi, ketika kita memilih menjadi buruk, kita harus siap dengan

14
segala konsekuensi yang akan terima nantinya. Karena satu-satunya yang
mendapat kerugian hanyalah kita, manusia, makhluk ciptaan Allah yang paling
mendekati sempurna.

2.5. Kelebihan Manusia Dari Mahluk Lainnya


Dibanding makhluk lainnya manusai mempunyai kelebihan-kelebihan.
Kelebihan-kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang
bagaimanapun, baik didarat, dilaut, maupun diudara. Sedangkan binatang
bergerak diruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak didarat dan
dilaut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui
manusia. Mengenai kelebihan manusia atas makhluk lain dijelaskan surat al-Isra’
ayat 70.

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan


anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan
dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan.( Qs. al-Isra’
ayat 70.)

Disamping itu, manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang
diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia

15
mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya
(at-Tiin : 95:4).

sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia


dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (Qs. at-Tiin :
95:4).

Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat mulia kalau mereka sebagai
khalifah ( makhluk alternatif ) tetap hidup dengan ajaran Allah ( QS. Al-An’am :
165 ).

Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-


penguasa di bumi dan Dia meninggikan
sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain)
beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa
yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya
Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan
sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. ( QS. Al-An’am : 165 ).

Karena ilmunya itulah manusia dilebihkan ( bisa dibedakan ) dengan makhluk


lainnya
Disamping itu, manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami
ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu
manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-

16
baiknya (at-Tiin : 95:4). Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat mulia
kalau mereka sebagai khalifah ( makhluk alternatif ) tetap hidup dengan ajaran
Allah ( QS. Al-An’am : 165 ). Karena ilmunya itulah manusia dilebihkan ( bisa
dibedakan ) dengan makhluk lainnya.
Jika manusia hidup dengan ilmu selain ilmu Allah, manusia tidak
bermartabat lagi. Dalam keadaan demikian manusia disamakan dengan binatang,
“mereka itu seperti binatang ( ulaaika kal an’aam ), bahkan lebih buruk dari
binatang ( bal hum adhal ). Dalam keadaan demikian manusia bermartabat rendah
( at-Tiin : 4 ).

Jadi kelebihan manusia adalah


1. Makhluk Allah paling sempurna
2. Mengabdi kepada Allah
3. Makhluk yang dianugerahi akal
4. Menjadi khalifah
5. Bertanggung jawab atas segala perbuatannya

Dengan Melihat uraian diatas tercerminkanlah sifat – sifat manusia secara nyata

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

17
Kesimpulan mengenai hakikat manusia bahwa manusia itu memang lebih
mulia dibandingkan makhluk lain seperti yang orang lain katakan. Karena
manusia bisa melakukan apa saja dibandingkan makhluk lain. Manusia diberikan
kelebihan yang begitu banyak ketimbang makhluk lain. Salah satu kelebihannya,
manusia selalu menyambung silaturahmi terhadap sesama manusia, saling
memaafkan, saling menghargai sesama. Tetapi banyak juga yang
menyombongkan diri karna kelebihannya tersebut, meremehkan sesama. Padahal
dimata Tuhan, derajat kita sama.
Hakikat manusia dalam Islam sebagai hamba Allah sangat jelas, karna kita
diciptakan oleh Allah dan harus pula mengerjakan perintah serta menjauhi
larangan-Nya sesuai dengan aturan-Nya. Serta sebagai Khalifah yang menjadi
generasi penerus baginda Rasulullah SAW dengan terus belajar, mengamalkannya
dan membudayakannya.

3.2. Saran
Satu hal yang wajib kita imani bahwa Allah Ta’ala tidaklah melakukan
suatu perbuatan yang sia-sia atau sekedar main-main saja tanpa maksud dan
tujuan tertentu. Akan tetapi, perbuatan Allah Ta’ala itu dilandasi oleh hikmah,
yang bisa jadi kita ketahui atau tidak kita ketahui.
Demikian pula dalam penciptaan manusia, juga memiliki hikmah.
Allah Ta’ala memiliki hikmah tertentu dalam penciptaan manusia. Sebagian
manusia bisa merealisasikan hikmah penciptaan tersebut. Dan sebagian lagi
tidak bisa merealisasikannya, baik karena kebodohannya atau karena
kedurhakaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, AL-Qur’an dan Hadits (Dirasah Islamiyah, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 1998

18
Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum,
Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2001
Hamdan Mansoer, dkk, Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam, Jakarta :
Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, 2004
Murthada Muthahhari, Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama,
Bandung : Mizan, 1990
Nanih Machendrawaty & Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam,
Jakarta : Rineka Cipta, 2004
Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen
Pendidikan Agama Islam Universitas Negeri Makassar.
Abdullah, Abd. Malik. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen
Penididikan Agama Islam Universitas Negeri Makassar.
http://asnirasyid.blogspot.com/2013/10/makalah-agama-hakikat-manusia-
dalam_7.html
https://dalamislam.com/info-islami/konsep-manusia-dalam-islam
https://tafsirq.com ›
http://dominique122.blogspot.com/2015/04/kelebihan-manusia-dibandingkan-
dengan.html
https://islamedia.web.id/sifat-manusia-menurut-islam/
https://www.uin-malang.ac.id/blog/post/read/131101/hakekat-manusia-dan-
implikasinya-dalam-pendidikan.html
https://dalamislam.com/info-islami/hakikat-manusia-menurut-islam

https://muslim.or.id/47867-dua-hikmah-penciptaan-manusia.html

19

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy