Hakekat Manusia
Hakekat Manusia
Hakekat Manusia
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui pengertian hakikat dan manusia dalam penciptaan
manusia serta fungsi dan peran manusia tanggung jawab manusia sebagai hamba
dan khalifah Allah SWT .
BAB II
PEMBAHASAN
1
Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan
sangat bergantung metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang
mendasari , Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo
volens (makhluk berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang
memiliki perilaku interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan
social (superego). Di dalam diri manusia terdapat unsur animal (hewani), rasional
(akali), dan moral (nilai).
2
apa yang tidak diketahuinya). Konsep Islam selalu dihubungkan pada sifat
psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi
ilmu, dan memikul amanah (al-ahzar : 72). Insan adalah makhluk yang
menjadi (becoming) dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.
3
5. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha
untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat
dunia lebih baik untuk ditempati.
6. Individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama dalam bidang
sosial.
4
Artinya : Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta
Yang Paling Baik. ( Qs. Al - Mu’minun . ayat 14 )
5
Artinya :Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari
air lalu dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan
mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa
Menurut Agama Islam Allah swt. menciptakan alam semesta dan makhluk-
makhluk yang beraneka ragam ini tidak sekaligus, melainkan melalui tahapan-
tahapn selama enam periode seperti firman-Nya dalam al-Qur’an
6
Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak
Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam ( Qs Al
-A’raf 54 ).
Dalam diri manusia terdapat alat-alat potensial dan potensi-potensi dasar yang
harus diperhatikan dalam pendidikan, Abdul fatah Jalal (1977;103), mengkaji
ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan alat-alat potensial yang dianugerahkan
Allah kepada manusia sebagai berikut;
1. Al-lams dan al-syum (alat peraba dab alat pembau), seperti dalam Qs. Al-
An’am;7, dan Qs.Yusuf; 94
2. Al-Sam’u (alat pendengaran), seperti; Qs. Al-Isra’;36, al-Mu,minun; 78
4. Al-Aql (akal atau daya fikir), seperti; Ali Imran; 191, al-An’am; 50, Ar-
Ra’d; 19, dan Thaha; 53-54.
7
indera lahir (penglihatan, pendengaran, penciuman, dst.) dan indera
bathin (indera penggambar, indera pengreka, indera pengingat, dst.)
c) Jiwa manusia (al-nafs al-insaniyah), yang hanya mempunyai daya
pikir yang disebut dengan akal. Akal terbagi menjadi dua; akal praktis,
yang menerima arti-arti yang berasal dari materi yang sifatnya
particulars, dan akal teoritis, yang menangkap arti-arti murni, yang tak
pernah ada dalam materi, seperti Tuhan, roh, malaikat, dst. Akal ini
bersifat metafisis yang mencurahkan perhatian pada dunia immateri
dan menangkap keumuman. Selanjutnya, dalam diri manusia juga
terdapat potensi-potensi dasar antara lain berupa fitrah. Fitrah
mempunyai beberapa pengertian, dan para ahli di kalangan Islam pun
telah memberikan berbagai macam formulasinya tentang fitrah,
sehingga dapat disimpulkan bahwa fitrah adalah merupakan potensi-
potensi dasar manusia yang memiliki sifat kebaikan dan kesucian
untuk menerima rangsangan (pengaruh) dari luar menuju pada
kesempurnaan dan kebenaran. Disamping fitrah, terdapat juga potensi
lainnya, yaitu nafsu yang mempunyai kecenderungan pada keburukan
dan kejahatan (qs. 12:53), untuk itu fitrah harus tetap dikembangkan
dan dilestarikan. Fitrah dapat tumbuh dan berkembang apabila
disuplay oleh wahyu, sebab itu diperlukan pemahaman al-Islam
secara kaffah (universal). Semakin tinggi tingkat interaksi seseorang
kepada al-Islam, semakin baik pula perkembangan fitrahnya.
Dengan demikian komponen-komponen fitrah yang merupakan potensi-potensi
dasar manusia adalah meliputi hal-hal sebagai berikut;
a) Bakat dan kecerdasan, kemampuan pembawaan yang potensial mengacu
pada perkembangan kemampuan akademis (ilmiah), dan keahlian
(profesional) dalam berbagai kehidupan
b) Instink atau ghorizah, suatu kemampuan berbuat tanpa melalui proses
belajar-mengajar, misalnya instink melarikan diri karena perasaan takut,
ingin tahu (curiosity), merendahkan diri karena perasaan mengabdi, dst.
c) Nafsu dan dorongan-dorongan (drives), misalnya nafsu lawwamah yang
mendorong pada perbuatan tercela, nafsu amarah yang mendorong pada
8
perbuatan merusak, membunuh, nafsu birahi (eros) mendorong pada
pemuasan seksual, dan nafsu muthmainnah (religios) yang mendorong ke
arah ketaatan pada Yang Maha Kuasa.
d) Karakter atau tabiat, merupakan kemampuan psikologis manusia yang
terbawa sejak lahir, yang berkaitan dengan tingkah laku moral, sosial serta
etis seseorang, berhubungan dengan personalitas (kepribadian) seseorang.
e) Heriditas atau keturunan, merupakan faktor menerima kemampuan dasar
yang diwariskan oleh orang tua
f) Intuisi, kemampuan psikologi manusia untuk menerima ilham Tuhan,
biasanya hanya dirasakan oleh orang yang bersih atau ahli sufi.
9
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya
kami (bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (Qs, al-A’raf;
172)
“khalifatullah fi al-ard”
10
Artinya : Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-
penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian
kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat,
untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya
kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat
siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
(al-An’am; 165 )
1. Suka membantah
Terdapat di Qur’an surah Al-kahfi : 54 yang isinya
11
Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi
manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam
perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang
paling banyak membantah.
2. Bersifat lemah
4. Senang bermaksiat
Terdapat di Qur’an surah Al-Qiyamah: 5
12
Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat
terus menerus.
6. Melampaui batas
Terdapat di Qur’an surah Al-Alaq : 6
13
9. Tergesa-gesa
Terdapat di Qur’an surah Al-Anbiya: 37
10. Kikir
Terdapat di Qur’an surah Al-Isra’ : 100
Banyak kan sifat jelek yang berpotensi melekat pada diri kita, jadi janganlah
sombong hanya karena dianugerahi wajah yang cantik lalu merasa kita adalah
makhluk satu-satunya yang diciptakan cantik. Dan setiap manusia diberikan 2
potensi, yakni potensi baik dan buruk.
Terserah kita ingin jadi baik atau buruk, tidak ada yang melarang bahkan Allah
sekalipun. Tetapi, ketika kita memilih menjadi buruk, kita harus siap dengan
14
segala konsekuensi yang akan terima nantinya. Karena satu-satunya yang
mendapat kerugian hanyalah kita, manusia, makhluk ciptaan Allah yang paling
mendekati sempurna.
Disamping itu, manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang
diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia
15
mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya
(at-Tiin : 95:4).
Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat mulia kalau mereka sebagai
khalifah ( makhluk alternatif ) tetap hidup dengan ajaran Allah ( QS. Al-An’am :
165 ).
16
baiknya (at-Tiin : 95:4). Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat mulia
kalau mereka sebagai khalifah ( makhluk alternatif ) tetap hidup dengan ajaran
Allah ( QS. Al-An’am : 165 ). Karena ilmunya itulah manusia dilebihkan ( bisa
dibedakan ) dengan makhluk lainnya.
Jika manusia hidup dengan ilmu selain ilmu Allah, manusia tidak
bermartabat lagi. Dalam keadaan demikian manusia disamakan dengan binatang,
“mereka itu seperti binatang ( ulaaika kal an’aam ), bahkan lebih buruk dari
binatang ( bal hum adhal ). Dalam keadaan demikian manusia bermartabat rendah
( at-Tiin : 4 ).
Dengan Melihat uraian diatas tercerminkanlah sifat – sifat manusia secara nyata
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
17
Kesimpulan mengenai hakikat manusia bahwa manusia itu memang lebih
mulia dibandingkan makhluk lain seperti yang orang lain katakan. Karena
manusia bisa melakukan apa saja dibandingkan makhluk lain. Manusia diberikan
kelebihan yang begitu banyak ketimbang makhluk lain. Salah satu kelebihannya,
manusia selalu menyambung silaturahmi terhadap sesama manusia, saling
memaafkan, saling menghargai sesama. Tetapi banyak juga yang
menyombongkan diri karna kelebihannya tersebut, meremehkan sesama. Padahal
dimata Tuhan, derajat kita sama.
Hakikat manusia dalam Islam sebagai hamba Allah sangat jelas, karna kita
diciptakan oleh Allah dan harus pula mengerjakan perintah serta menjauhi
larangan-Nya sesuai dengan aturan-Nya. Serta sebagai Khalifah yang menjadi
generasi penerus baginda Rasulullah SAW dengan terus belajar, mengamalkannya
dan membudayakannya.
3.2. Saran
Satu hal yang wajib kita imani bahwa Allah Ta’ala tidaklah melakukan
suatu perbuatan yang sia-sia atau sekedar main-main saja tanpa maksud dan
tujuan tertentu. Akan tetapi, perbuatan Allah Ta’ala itu dilandasi oleh hikmah,
yang bisa jadi kita ketahui atau tidak kita ketahui.
Demikian pula dalam penciptaan manusia, juga memiliki hikmah.
Allah Ta’ala memiliki hikmah tertentu dalam penciptaan manusia. Sebagian
manusia bisa merealisasikan hikmah penciptaan tersebut. Dan sebagian lagi
tidak bisa merealisasikannya, baik karena kebodohannya atau karena
kedurhakaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, AL-Qur’an dan Hadits (Dirasah Islamiyah, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 1998
18
Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum,
Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2001
Hamdan Mansoer, dkk, Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam, Jakarta :
Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, 2004
Murthada Muthahhari, Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama,
Bandung : Mizan, 1990
Nanih Machendrawaty & Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam,
Jakarta : Rineka Cipta, 2004
Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen
Pendidikan Agama Islam Universitas Negeri Makassar.
Abdullah, Abd. Malik. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen
Penididikan Agama Islam Universitas Negeri Makassar.
http://asnirasyid.blogspot.com/2013/10/makalah-agama-hakikat-manusia-
dalam_7.html
https://dalamislam.com/info-islami/konsep-manusia-dalam-islam
https://tafsirq.com ›
http://dominique122.blogspot.com/2015/04/kelebihan-manusia-dibandingkan-
dengan.html
https://islamedia.web.id/sifat-manusia-menurut-islam/
https://www.uin-malang.ac.id/blog/post/read/131101/hakekat-manusia-dan-
implikasinya-dalam-pendidikan.html
https://dalamislam.com/info-islami/hakikat-manusia-menurut-islam
https://muslim.or.id/47867-dua-hikmah-penciptaan-manusia.html
19