Makalah Metode CTL

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA

TENTANG

METODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING


AND LEARNING

Disusun untuk memenuhi Tugas Matakuliah Metode Pembelajaran Matematika

Dosen Pengampu : Drs. Suwandono, M.pd

Disusun oleh:
1. Fiskasari Nugrahini 1717500023
2. Viola
3. Mohammad Iqbal 1717500058

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dalam mata kuliah “ Metode Pembelajaran Matematika”.
Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW. Yang mana beliau telah memberi kita petunjuk ke jalan yang benar.
Semoga dengan penulisan makalah Metode Pembelajaran Matematika
yang berjudul “Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning” ini
dapat menambah pengetahuan kami dan juga dapat diterapkan dalam proses
belajar mengajar.
Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Metode
Pembelajaran Matematika dan teman-teman yang membantu dalam
menyelesaikan tugas ini, kritik yang membangun informasi dan gagasan yang
inovatif tetap kami harapkan, agar kami bisa menjadi lebih baik.

Tegal, 1 April 2019


DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permasalahan terbesar yang dihadapi para peserta didik sekarang (siswa)
adalah mereka belum bisa menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan
bagaimana pengetahuan itu akan digunakan. Hal ini dikarenakan cara mereka
memperolah informasi dan motivasi diri belum tersentuh
Oleh metode yang betul-betul bisa membantu mereka. Para siswa kesulitan
untuk memahami konsep-konsep akademis (seperti konsep-konsep matematika,
fisika, atau biologi), karena metode mengajar yang selama ini digunakan oleh
pendidik (guru) hanya terbatas pada metode ceramah. Di sini lain tentunya siswa
tahu apa yang mereka pelajari saat ini akan sangat berguna bagi kehidupan
mereka di masa datang, yaitu saat mereka bermasyarakat ataupun saat di tempat
kerja kelak. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang benar-benar bisa
memberi jawaban dari masalah ini. Salah satu metode yang bisa lebih
memberdayakan siswa adalah penedekatan kontekstual (contextual teaching and
learning/ CTL).
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)
merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa
untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan
materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi,
sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang
secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke
permasalahan/ konteks lainnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud CTL ( Contextual Teaching and Learning )?
2. Apa ciri-ciri CTL ( Contextual Teaching and Learning )?
3. Bagaimana karakteristik pendekatan CTL?
4. Bagaimana langkah-langkah dalam menerapkan pembelajaran CTL?
5. Apa kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran CTL?
1.3 TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian contextual teaching and learning..
2. Untuk mengetahui ciri-ciri pembelajaran CTL.
3. Untuk mengetahui karakteristik pendekatan CTL.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam men1erapkan pembelajaran
CTL.
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran CTL.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian CTL ( Contextual Teaching and Learning )
Pembelajaran kontekstual adalah terjemahan dari istilah Contextual
Teaching Learning (CTL). Kata contextual berasal dari kata contex yang
berarti “hubungan, konteks, suasana, atau keadaan”. Dengan demikian
contextual diartikan ”yang berhubungan dengan suasana (konteks).
Sehingga Contextual Teaching Learning (CTL) dapat diartikan sebagi
suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.
Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John
Dewey (1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik
jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan
dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya.
Pengajaran kontekstual sendiri pertama kali dikembangkan di
Amerika Serikat yang diawali dengan dibentuknya Washington State
Consortum for Contextual oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat.
Antara tahun 1997 sampai tahun 2001 sudah diselenggarakan tujuh proyek
besar yang bertujuan untuk mengembangkan, menguji, serta melihat
efektifitas penyelenggaraan pengajaran matematika secara kontekstual.
Proyek tersebut melibatkan 11 perguruan tinggi, dan 18 sekolah dengan
mengikutsertakan 85 orang guru dan profesor serta 75 orang guru yang
sudah diberikan pembekalan sebelumnya.
Penyelenggaraan program ini berhasil dengan sangat baik untuk
level perguruan tinggi sehingga hasilnya direkomendasikan untuk segera
disebarluaskan pelaksanaannya. Untuk tingkat sekolah, pelaksanaan dari
program ini memperlihatkan suatu hasil yang signifikan, yakni
meningkatkan ketertarikan siswa untuk belajar, dan meningkatkan
partisipasi aktif siswa secara keseluruhan.
Pembelajaran kontekstual berbeda dengan pembelajaran
konvensional, Departemen Pendidikan Nasional (2002:5) mengemukakan
perbedaan antara pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)
dengan pembelajaran konvensional sebagai berikut:
CTL Konvensional
Pemilihan informasi kebutuhan individu Pemilihan informasi ditentukan oleh
siswa; guru;
Cenderung mengintegrasikan beberapa Cenderung terfokus pada satu bidang
bidang (disiplin); (disiplin) tertentu;
Selalu mengkaitkan informasi dengan Memberikan tumpukan informasi kepada
pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa sampai pada saatnya diperlukan;
siswa;
Menerapkan penilaian autentik melalui Penilaian hasil belajar hanya melalui
melalui penerapan praktis dalam kegiatan akademik berupa ujian/ulang
pemecahan masalah;

Menurut Nurhadi dalam Sugiyanto (2007) CTL (Contextual


Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang mendorong guru
untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia
nyata siswa.
Menurut Jonhson dalam Sugiyanto (2007) CTL adalah sebuah
proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong para siswa melihat
siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari
dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks
dalam kehidupan keseharian mereka.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan
antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Ciri-ciri CTL ( Contextual Teaching and Learning )

Ciri-ciri pembelajaran kontekstual antara lain:

 Adanya kerjasama antar semua pihak.


 Menekankan pentingnya pemecahan masalah.
 Bermuara pada keragaman konteks kehidupan siswa
yang berbeda-beda.
 Saling menunjang.
 Menyenangkan, tidak membosankan.
 Belajar dengan gairah.
 Pembelajaran terintegrasi.
 Menggunakan berbagai sumber.
 Siswa aktif.
 Sharing dengan teman.
 Siswa kritis, guru kreatif.
 Dinding kelas dan lorong penuh dengan hasil karya
siswa, peta-peta, gambar-gambar, artikel, dsb.
 Laporang kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi
hasil karya siswa, dsb.

3. Karakteristik Pendekatan CTL ( Contextual Teaching and Learning )

Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama dari


pembelajaran produktif yaitu : konstruktivisme (Constructivism), bertanya
(Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning
Community), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection) dan penilaian
yang sebenarnya (Authentic Assessment) (Depdiknas, 2003:5).

1. Konstruktivisme (Constructivism)

Setiap individu dapat membuat struktur kognitif


atau mental berdasarkan pengalaman mereka maka setiap
individu dapat membentuk konsep atau ide baru, ini
dikatakan sebagai konstruktivisme (Ateec, 2000). Fungsi
guru disini membantu membentuk konsep tersebut melalui
metode penemuan (self-discovery), inquiri dan lain
sebagainya, siswa berpartisipasi secara aktif dalam
membentuk ide baru.

Menurut Piaget pendekatan konstruktivisme


mengandung empat kegiatan inti, yaitu :

 Mengandung pengalaman nyata (Experience);


 Adanya interaksi sosial (Social interaction);
 Terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (Sense
making);
 Lebih memperhatikan pengetahuan awal (Prior
Knowledge).

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi)


pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun
oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas.

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep


atau kaidah yang siap diambil atau diingat. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna
melalui pengalaman nyata. Berdasarkan pada pernyataan
tersebut, pembelajaran harus dikemas menjadi proses
“mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
(Depdiknas, 2003:6).

Sejalan dengan pemikiran Piaget mengenai kontruksi


pengetahuan dalam otak. Manusia memiliki struktur
pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang
masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-
beda. Setiap kotak itu akan diisi oleh pengalaman yang
dimaknai berbeda-beda oleh setiap individu. Setiap
pengalaman baru akan dihubungkan dengan kotak
yang sudah berisi pengalaman lama sehingga dapat
dikembangkan. Struktur pengetahuan dalam otak manusia
dikembangkan melalui dua cara yaitu asimilasi dan
akomodasi.

2. Bertanya (Questioning)

Bertanya merupakan strategi utama dalam pembe


lajaran kontekstual. Kegiatan bertanya digunakan oleh guru
untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan
berpikir siswa sedangkan bagi siswa kegiatan bertanya
merupakan bagian penting dalam melaksanakan
pembelajaran yang
berbasis inquiry. Dalam sebuah pembelajaran yang
produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :

 Menggali informasi, baik administratif maupun


akademis.
 Mengecek pengetahuan awal siswa dan pemahaman
siswa.
 Membangkitkan respon kepada siswa.
 Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa.
 Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang
dikehendaki guru.
 Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari
siswa.
 Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

3. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari pembela


jaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-
fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri (Depdiknas,
2003). Menemukan atau inkuiri dapat diartikan juga
sebagai proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Secara
umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa
langkah, yaitu :

 Merumuskan masalah.
 Mengajukan hipotesis.
 Mengumpulkan data.
 Menguji hipotesis berdasarkan data yang
ditemukan.
 Membuat kesimpulan.

Melalui proses berpikir yang sistematis,


diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah, rasional, dan
logis untuk pembentukan kreativitas siswa.

4. Masyarakat belajar (Learning Community)

Konsep Learning Community menyarankan agar


hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang
lain. Hasil belajar itu diperoleh dari sharing antarsiswa,
antarkelompok, dan antar yang sudah tahu dengan yang
belum tahu tentang suatu materi. Setiap elemen masyarakat
dapat juga berperan disini dengan berbagi pengalaman
(Depdiknas, 2003).

5. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan dalam pembelajaran kontekstual


merupakan sebuah keterampilan atau pengetahuan tertentu
dan menggunakan model yang bisa ditiru. Model itu bisa
berupa cara mengoperasikan sesuatu atau guru memberi
contoh cara mengerjakan sesuau. Dalam arti guru memberi
model tentang “bagaimana cara belajar”. Dalam
pembelajaran kontekstual, guru bukanlah satu-satunya
model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.

Menurut Bandura dan Walters, tingkah laku siswa


baru dikuasai atau dipelajari mula-mula dengan mengamati
dan meniru suatu model. Model yang dapat diamati atau
ditiru siswa digolongkan menjadi :

 Kehidupan yang nyata (real life), misalnya orang


tua, guru, atau orang lain.
 Simbolik (symbolic), model yang dipresentasikan
secara lisan, tertulis atau dalam bentuk gambar.
 Representasi (representation), model yang
dipresentasikan dengan menggunakan alat-alat
audiovisual, misalnya televisi dan radio.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang


baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang
sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa
yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang
baru. Struktur pengetahun yang baru ini merupakan
pengayaan atau revisi dari pengetahuan
sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian,
aktivitas, atau pengetahun yang baru diterima (Depdiknas,
2003).

Pada kegiatan pembelajaran, refleksi dilakukan oleh


seorang guru pada akhir pembelajaran. Guru menyisakan
waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi yang
realisasinya dapat berupa :

 Pernyataan langsung tentang apa-apa yang


diperoleh pada pembelajaran yang baru saja
dilakukan.
 Catatan atau jurnal di buku siswa.
 Kesan dan saran mengenai pembelajaran yang telah
dilakukan.
7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

Penilaian autentik merupakan proses pengumpulan


berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa agar guru dapat memastikan
apakah siswa telah mengalami proses belajar yang benar.
Penilaian autentik menekankan pada proses pembelajaran
sehingga data yang dikumpulkan harus diperoleh dari
kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan
proses pembelajaran.

Karakteristik authentic assessment menurut


Depdiknas (2003) di antaranya: dilaksanakan selama dan
sesudah proses belajar berlangsung, bisa digunakan untuk
formatif maupun sumatif, yang diukur keterampilan dan
sikap dalam belajar bukan mengingat fakta,
berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat digunakan
sebagai feedback. Authentic assessment biasanya berupa
kegiatan yang dilaporkan, PR, kuis, karya siswa, prestasi
atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil
tes tulis dan karya tulis.

4. Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran CTL

Apabila anda sudah faham tentang model pembelajaran CTL, baik itu
pengertian ataupun juga manfaatnya. Sekarang saatnya bagi anda untuk
mengetahui langkah - langkah apa saja yang harus dilakukan dalam
penerapan model pembelajaran CTL. Adapun stepnya adalah sebagai
berikut:

 Guru mengarahkan siswa untuk sedemikian rupa dapat


mengembangkan pemikirannya untuk melakukan kegiatan
belajar yang bermakna, berkesan, baik dengan cara
meminta siswa untuk bekerja sendiri dan mencari serta
menemukan sendiri jawabannya, kemudian memfasilitasi
siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan
keterampilannya yang baru saja ditemuinya.
 Dengan bimbingan guru, siswa di ajak untuk menemukan
suatu fakta dari permasalahan yang disajikan guru/dari
materi yang diberikan guru.
 Memancing reaksi siswa untuk melakukan pertanyaan-
pertanyaan dengan tujuan untuk mengembangkan rasa ingin
tahu siswa.
 Guru membentuk kelas menjadi beberapa kelompok umtuk
melakukan diskusi, dan tanya jawab.
 Guru mendemonstrasikan ilustrasi/gambaran materi dengan
model atau media yang sebenarnya.
 Guru bersama siswa melakukan refleksi atas kegiatan yang
telah dilakukan.
 Guru melakukan evaluasi, yaitu menilai kemampuan siswa
yang sebenarnya.
Dari ke-7 langkah tersebut di atas, guru dapat memodivikasi
lebih sesuai dengan kebutuhan siswa namun diharap jangan
menghilangkan beberapa langkah yang sudah ada dengan urut-
urutan yang terpadu.

5. Kelebihan dan kekurangan Metode Pembelajaran CTL

 Kelebihan dari model pembelajaran CTL


 Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju
terus sesuai dengan potensi yang dimiliki sisiwa sehingga
sisiwa terlibat aktif dalam PBM.
 Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam
mengumpulkan data, memahami suatu isu dan
memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif
 Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
 Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak
ditentukan oleh guru.
 Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak
membosankan.
 Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
 Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu
maupun kelompok.
 Kelemahan dari Model pembelajaran CTL
 Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan
pada kebutuhan siswa padahal,dalam kelas itu tingkat
kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan
kesulitan dalam menetukan materi pelajaran karena tingkat
pencapaianya siswa tadi tidak sama
 Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama
dalam PBM
 Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan
nampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan
tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang
kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa
yang kurang kemampuannya
 Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran
dengan CTL ini akan terus tertinggal dan sulit untuk
mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran
ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha
sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap
pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu
teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.
 Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri
dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan
penggunaan model CTL ini.
 Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang
memiliki kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk
mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan mengalami
kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan
dan kemampuan soft skill daripada kemampuan
intelektualnya.
 Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-
beda dan tidak merata.
 Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam
CTL ini peran guru hanya sebagai pengarah dan
pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan
berusaha sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan
menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi
dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Ciri-ciri dari CTL sendiri yaitu: Adanya kerjasama antar semua pihak,
siswa aktif, siswa berfikir kritis, guru kreatif, saling menunjang satu sama lain,
menyenangkan yang berdampak pada semangat siswa yang semakin bertambah,
dan lainnya.
Pendekatan kontektual (CTL) memiliki tujuah komponen utama, yaitu
konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning),
masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (modeling), refleksi
(reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic).
langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut:
· Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya.
o Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua
topik.
o Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
o Ciptakan masyarakat belajar.
o Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
o Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
o Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)
dengan berbagai cara.
Mengenai kelebihan dari metode ini memang sangat baik dalam
pembelajarannya sehingga siswa jauh lebih memahami konsep yang diberikan,
namun kekurangannya pun cukup banyak dimana harus membutuhkan waktu
yang cukup lama serta tenaga guru yang harus benar-benar memiliki kreatifitas
tinggi dalam menerapkan motode ini, tetapi pada dasarnya metode ini sangat
cocok untuk pembelajaran matematika.
Saran
Mungkin dalam beberapa tahun kedepannya indonesia dapat menerpkan
metode ini secara menyeluruh. Agar pembelajarannya lebih baik dan anak tidak
bosan dengan materi yang diberikan terlebih matematika.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pendidikanekonomi.com/2012/03/pengertian-tujuan-dan-strategi.html
https://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/model-pembelajaran-contextual-
teaching-learning-ctl/
http://nurulrakuen.blogspot.com/2013/05/pembelajaran-kontekstual-atau-ctl.html
https://model-modelpembelajaransekolahdasar.blogspot.com/p/blog-page_29.html

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy