Tugas Manajemen Agribisnis Contoh Kasus
Tugas Manajemen Agribisnis Contoh Kasus
Tugas Manajemen Agribisnis Contoh Kasus
MANAJEMEN AGRIBISNIS
CONTOH KASUS/ISU DALAM KEGIATAN AGRIBISNIS
NIM : C1G013108
2014/2015
CONTOH KASUS/ISU DALAM KEGIATAN AGRIBISNIS
Dari contoh kasus/ fenomena/ isu yang diberikan, mahasiswa diharapkan dapat memberikan
tanggapan/respon terhadap kasus/fenomena/isu tersebut berdasarkan kajian Manajemen Agribisnis yang
telah dipelajari pada modul 1 sampai dengan modul 13.
Diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan pengertian kasus, studi kasus, fenomena dan isu.
Diharapkan pada diri mahasiswa tertanam dan tumbuh minat, kesadaran dan perhatiannya terhadap
kasus/fenomena/isu dalam agribisnis.
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan respon/tanggapan terhadap kasus/fenomena/isu agribisnis.
Contoh kasus/fenomena/isu yang akan di berikan dalam materi pembelajaran ini adalah yang
terkait dengan komoditas tanaman pangan, yaitu komoditas padi, palawija, dan hortikultura dan selain itu
tentang kelembagaan dan kemitraan.
1. Komoditas padi/beras
Indonesia masih mengimpor beras? Data impor beras? Pada tahun 2009 ditargetkan produktivitas
padi di Indonesia meningkat menjadi 50,4 kw/ha dengan luas lahan meningkat menjadi 12,45 juta ha.
Diharapkan produksi padi pada tahun 2009 mencapai 63 juta ton GKG (gabah kering giling). Bila target
ini tercapai, Indonesia surplus 3 juta ton GKG. Berarti Indonesia :
2. Komoditas Hortikultura
Jenis tanaman yang termasuk hortikultura adalah sayuran buah-buahan tanaman
hias dan tanaman obat-obatan (rempah/empon-empon) disini akan diberikan contoh kasus/fenomena/isu
agribisnis buah-buahan.
Agribisnis anggur yang ada di Kabupaten Probolinggo adalah sebagai solusi untuk
usaha pada lahan sempit dengan tujuan mencapai profit yang besar. Salah satu anggota pengurus KTNA
di Kecamatan Wonomerto (Marhapi, 33 tahun), mengusahakan anggur pada luas lahan 1000 m2 dengan
dua kali panen per tahun. Profit yang diperolehnya mencapai Rp. 15 juta – Rp. 20 juta per tahun.
(http://arbaatimaripatun.wordpress.com/2010/05/21/ agribisnisanggur). Bagaimana Marhapi menjalankan
bisnis anggurnya? Sehingga profitnya besar!
Di Kabupaten Majalengka yang merupakan salah satu dari sentra produksi
mangga di Propinsi Jawa Barat menghasilkan jenis mangga gedong. Terhadap mangga gedong ini
dilakukanlah diversifikasi bentuk buah menjadi jenis baru yaitu mangga gedong gincu dengan
keistimewaan sebagai berikut :
Harga jual tinggi dari pada mangga gedong biasa. Dan ini meningkatkan pendapatan petani.
Mempunyai/membuka pasar ekspor, karena sesuai dengan permintaan negara impor. Jumlah ekspor ke
pasar internasional sebesar 1% dan untuk pasar domestik sebesar 99%. Ekspor ke negara Hongkong,
Singapura dan Arab Saudi.
(Ade Supriatna, Puslitbang Sosek Pertanian Bogor
dalamhttp://blogs.unpad.ac.id/sosek/...............
Bagaimana bisnis gedong gincu menembus pasar internasional? Apakah ekspornya bisa
meningkat?
Di New Zealand dalam 10 tahun terakhir ini produksi hortikutltural yang sangat menonjol adalah
buah kiwi dan anggur. Selain buah-buahan juga diproduksi sayuran dan bunga. Komuditas ini
produksinya terus meningkat dan nilai ekspornya juga meningkat. Pada tahun 1999 produksi anggur
77.300 ton dan pada tahun 2009 produksi meningkat menjadi 282.447 ton. Komoditas hortikultural ini
diekspor ke beberapa negara. Hasil yang sangat memuaskan ini, dikarenakan adanya keahlian dan kerja
keras (dedikasi) dari semua pihak dan adanya perubahan perbaikan dalam sistem dan teknologi, yang
meliputi :
1. Penggunaan varietas baru
2. Sistem produksi berkelanjutan
3. Cara panen, pengolahan, pengepakan, penyimpanan, transportasi dan pemasaran eksport.
(Peter Landon, 2009. Plant & Food Research. Fresh fact. New Zealand Horticulure).
3. Komoditas Palawija
Salah satu komoditas palawija adalah ubi kayu. Ubi kayu banyak manfaatnya bagi
manusia. Salah satu manfaat / kegunaan ubi kayu adalah sebagai bahan baku industri. Ubi kayu dapat
diolah menjadi bioetanol yang dimanfaatkan sebagai campuran premium untuk transportasi sebagai bahan
bakar minyak nabati / biofuel). Peluang pengembangan ubi kayu untuk bioetanol cukup tinggi karena
minat investor tinggi, permintaan produk tinggi, mempunyai potensi untuk di ekspor.
Sehubungan dengan hal tersebut dilihat dari produksi ubi kayu nasional pada tahun
2005 sekitar 19,5 juta ton, sedangkan permintaan untuk pangan, pakan dan industri (termasuk bioetanol)
sekitar 24,8 juta ton. Untuk memenuhi permintaan tersebut perlu pengembangan ubi kayu untuk
peningkatan produksi sebesar 5,3 juta ton.
Dalam pengembangan usaha tani ubi kayu, hambatan yang dihadapi (Suyanto & J.
Wahyono dalam http://balitkabi.bimasakti. Malang.te.net.id) adalah :
1. Lahan sempit,
2. Modal & tenaga kerja produktif yang terbatas
3. Biaya transportasi hasil mahal
4. Rantai pemasaran hasil panjang
5. Harga ubi kayu berfluktuasi
6. Umur tanaman ubi kayu panjang
7. Ubi kayu cepat rusak.
Bagaimana solusinya apakah dengan intensifikasi, eksentifikasi dan mengoptimalkan /
memaksimalkan kegiatan usaha tani ? bagaimana kondisinya pada tahun 2011 / 2012?
4. Kelembagaan
Departemen perindustrian (2003) mendata perkembangan usaha / kelembagaan,
ada 40 produk dari minuman, ikan dalam kaleng, kecap sampai dengan makanan ringan, jumlah
perusahaan terus meningkat, pada tahun 2000 tercatat 2.673 perusahaan dan pada tahun 2004 jumlahnya
2.924 perusahaan. Meningkatnya jumlah perusahaan berdampak pada peningkatan :
1. Jumlah tenaga kerja yang terlibat langsung dalam perusahaan dan yang tidak langsung
seperti pedagang pengumpul, pengecer, pemasok.
2. Produksi
3. Lainnya ?
(http://Wardhany-agroindustri.blogspot.com/)
Pabrik kecap di kota Madya Medan menurut Departemen perindustrian ada 4 buah pabrik dengan
total limbah sebesar 250 ton/pertahun. Limbah tersebut perlu diperhatikan. Selain untuk pakan ternak
apakah mungkin dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain karena nilai gizinya sangat tinggi.
(http://repository.usu.ae.id/bitstream/).
Sub terminal agribisnis (STA) di maksudkan sebagai infrastruktur pemasaran, salah satu manfaatnya
untuk memperlancar dan meningkatkan efisiensi pemasaran komoditas agribisnis, yang meliputi :
1. Sebagai pusat transaksi hasil agribisnis
2. Sebagai pusat informasi pertanian
3. Memperbaiki struktur pasar
4. Cara dan jaringan pemasaran
5. Untuk meningkatkan nilai tambah bagi petani dan pelaku bisnis.
Masalah yang ada adalah tidak aktifnya STA, contoh STA di Kecamatan Cicurug Sukabumi, karena
petani-petani jagung (komoditas utama dari STA tersebut) sudah terikat dengan pedagang / pemilik
modal. Sehingga pemasaran jagung tidak lagi melalui STA, tetapi langsung ke pedagang / pemilik modal
tersebut. Selain itu letak STA yang menimbulkan tambahan biaya, sehingga petani lebih senang ke pasar
induk ramayana Bogor dan Kramatjati, dan karena harga yang diterima petani lebih kompetitif.
(Iwan Septiajie A Puslitbangsosektan Bogor, 4 Februari 2004 Sinartani
dalamhttp://www.mb.ipb.ac.id/artikel/view/id/...)
Bagaimana dengan keadaan STA yang berada dekat / diwilayah sekitar kita?
5. Kemitraan
Dalam perkembangan agribisnis nasional, Indonesia mendapat perhatian dari
beberapa negara asing yaitu Belanda, Jepang, dan Australia dalam hal pengucuran bantuan dana dan
transfer teknologi.
Kerjasama antara Indonesia dan Belanda yaitu INA (Indonesia-Netherland Association) dengan
program HPSP (Horticulture Partnership Support Program).
Dirjen Pemasaran & Pengelolahan Hasil Pertanian (P2HP) Kementrian Pertanian Zaenal Bachrudin
dalamhttp://www.indonesiabprestasi.web.id
http://Wardhany-agroindustri.blogspot.com/
http://arbaatimaripatun.wordpress.com/2010/05/21/ agribisnisanggur
http://Wardhany-agroindustri.blogspot.com/
Peter Landon, 2009. Plant & Food Research. Fresh fact. New Zealand Horticulure
Slamet R. Dadang WI., Peni SP., Enny PT., Tri Mardi dan Yan S, 2009 dalamhttp://www/agrina-
online.com