Pemanfaatan Citra Satelit Resolusi Tinggi Untuk Identifikasi Perubahan Garis Pantai Pesisir Utara Surabaya

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

http://journal.trunojoyo.ac.

id/jurnalkelautan Jurnal Kelautan

Volume 12, No. 1, 2019

ISSN: 1907-9931 (print), 2476-9991 (online)

PEMANFAATAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK IDENTIFIKASI


PERUBAHAN GARIS PANTAI PESISIR UTARA SURABAYA
UTILIZATION OF HIGH RESOLUTION SATELLITE IMAGES FOR IDENTIFICATION OF CHARACTERISTICS OF
NORTHERN SURABAYA COAST
1 2,*
Okol Sri Suharyo , Zainul Hidayah
1
Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut STTAL Surabaya
2
Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura

*Corresponding author e-mail: zainulhidayah@trunojoyo.ac.id

Submitted: 20 Maret 2019 / Revised: 27 Juni 2019 / Accepted: 27 Juni 2019

http://doi.org/10.21107/jk.v12i1.5084

ABSTRACT

The coastline is also known as the confluence line between sea water and land which changes
position according to position at high tide. Changing the coastline physically is indicated by the
occurrence of abrasion and accretion. The coastline when it experiences setbacks is called erosion
and the coastline experiences progress called accretion. The purpose of this study was to find out and
identify changes in shoreline that occurred in the coastal area of North Surabaya using high-resolution
satellite imagery. The method used is to compare the results of the 2012 aerial photography with the
World-View 2 satellite imagery in 2017. The results of the study explain the shoreline changes that
occur almost along the coast of North Surabaya with an area of total accretion of 143.06 Ha due to
additional settlements , mangrove and non-mangrove vegetation and total abrasion area of 44.9 ha
caused by port and factory activities. So that changes in the coastline in the coastal area of North
Surabaya when viewed based on each sub-district from 2002 to 2017 tend to experience abrasion
compared to accretion.

Keywords: Coastline, Aerial Photography, Satellite Image, North Coast of Surabaya

ABSTRAK

Garis pantai dikenal pula sebagai garis pertemuan antara air laut dengan daratan yang
kedudukannya berubah - ubah sesuai dengan kedudukan pada saat pasang surut. Berubahnya garis
pantai secara fisik ditunjukkan dengan terjadinya abrasi dan akresi. Garis pantai ketika mengalami
kemunduran disebut erosi dan garis pantai mengalami kemajuan disebut akresi. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi perubahan garis pantai yang terjadi di
wilayah pesisir Surabaya Utara dengan menggunakan citra satelit resolusi tinggi. Metode yang
digunakan adalah dengan membandingkan hasil digitasi foto udara tahun 2012 dengan citra satelit
World-View 2 tahun 2017. Hasil penelitian menjelaskan perubahan garis pantai yang terjadi hampir di
sepanjang pesisir Surabaya Utara dengan luas total akresi sebesar 143,06 Ha yang disebabkan
adanya penambahan pemukiman, vegetasi mangrove maupun non mangrove dan luas total abrasi
sebesar 44,9 Ha yang disebakan oleh aktivitas pelabuhan dan pabrik. Sehingga perubahan garis
pantai di wilayah pesisir Surabaya Utara jika dilihat berdasarkan tiap kecamatan dari tahun 2002
sampai 2017 cenderung mengalami abrasi dibandingkan dengan akresi.

Kata Kunci : Garis Pantai, Foto Udara, Citra Satelit, Pesisir Utara Surabaya

PENDAHULUAN pantai. Garis pantai merupakan batasan air


laut ketika terjadi pasang tertinggi (Tarigan,
Wilayah pesisir adalah suatu kawasan yang 2007). Garis pantai dapat digunakan
memiliki sifat yang dinamis dan secara terus- menentukan perbatasan suatu wilayah negara
menerus mengalami perubahan . Wilayah maupun daerah (Lubis et al., 2017). Garis
pesisir termasuk pantai merupakan wilayah pantai dikenal pula sebagai garis pertemuan
yang rentan terhadap berbagai fenomena antara air laut dengan daratan yang
alam, salah satunya adalah perubahan garis

89
Jurnal Kelautan, 12(1), 89-96 (2019)
kedudukannya berubah - ubah sesuai dengan laut. Permasalahan - permasalahan di daerah
kedudukan pada saat pasang surut. Garis laut pantai, khususnya perubahan garis pantai
dapat berubah karena adanya faktor alam harus mendapat perhatian serius sebab
yang berpengaruh terhadap kondisi pantai dampak yang ditimbulkan akan sangat
antara lain timbulnya gelombang dan arus berpengaruh terhadap rencana dan aktivitas
yang menyebabkan terjadinya sedimentasi pembangunan serta kesejahteraan
dan abrasi. Faktor tersebut berpengaruh masyarakat. Evaluasi morfologi pantai (garis
terhadap perubahannya garis pantai serta pantai) sebaiknya dilakukan sepanjang waktu
kondisi sungai yang bermuara diperairan untuk mengetahui perubahan yang terjadi
tersebut (Opa, 2011). sehingga akan diketahui pengaruhnya
terhadap lingkungan dan kehidupan manusia
Berubahnya garis pantai secara fisik di daerah pantai khususnya. Kondisi didaerah
ditunjukkan dengan terjadinya abrasi dan pantai dan pesisir di Surabaya Utara yang
akresi. Garis pantai ketika mengalami diduga mengalami perubahan dengan
kemunduran disebut erosi dan garis pantai berbagai penyebabnya, sebagaimana halnya
mengalami kemajuan disebut akresi. yang terjadi pada daerah pantai di Indonesia.
Penyebab terjadinya garis pantai yaitu adanya
dinamika pasang surut air laut, transport Rumusan masalah dari penelitian ini adalah
sedimen di sungai, gelombang air laut serta bagaimana mengetahui dan mengidentifikasi
arus yang bergerak menyusuri garis pantai. perubahan garis pantai di pesisir Surabaya
Fenomena alam tersebut berlangsung secara Utara dengan menggunakan citra resolusi
terus-menerus sehingga semakin lama garis tinggi. Sementara itu tujuan dari penelitian ini
pantai akan berubah (Purnaditya et al., 2010; adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi
Putra et al., 2015). perubahan garis pantai yang terjadi di wilayah
pesisir Surabaya Utara dengan menggunakan
Perubahan garis pantai akan berdampak pada citra satelit resolusi tinggi. Kontribusi dan
kondisi lingkungan serta pemanfaatan lahan manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai
pesisir, sehingga perubahan garis pantai berikut :
membutuhkan pengawasan secara optimal. a. Secara akademis penelitian ini diharapkan
Secara tidak langsung perubahan garis pantai dapat memberikan sumbangan khasanah
akan berdampak pada perubahan ilmu pengetahuan dalam teknik analisa
penggunaan lahan pada wilayah pesisir. sebuah pergeseran lokasi berbasis
Teknologi penginderaan jauh merupakan identifikasi perubahan pada garis pantai,
salah satu cara untuk mengawasi wilayah pada umumnya, dan penilaian lokasi
pesisir. Pendekatan tersebut dapat potensi maritim dalam wilayah Pangkalan
memberikan informasi pada wilayah pesisir Angkatan Laut pada khususnya.
tentang perubahan garis pantai maupun b. Secara praktisi umum, Identifikasi
perubahan penggunaan lahan dengan perubahan garis pantai ini dapat
cakupan yang luas (Prameswari et al., 2014). memberikan masukan kepada Institusi
pemerintah yang terkait dalam
Kota Surabaya merupakan ibukota Propinsi merencanakan pengembangan daerah
Jawa Timur yang memiliki luas sekitar 326,37 pesisir berdasarkan konsep keberlanjutan
km2 dan secara astronomis terletak di antara (Sustainable marine Development) di
7021' Lintang Selatan dan 112036' - 1120 54' wilayah masing masing.
Bujur Timur. Kota Surabaya terbagi dalam 33 c. Secara khusus memberikan masukan
Kecamatan dan 163 Kelurahan. Panjang garis kepada institusi TNI AL (Indonesian Navy)
pantai di Surabaya mencapai 47 km. Kawasan dalam perencanaan dan pengembangan
Pesisir Surabaya Utara sering juga di sebut lokasi potensi maritim di wilayah
Teluk Lamong karena memang bentuknya Pangkalan-Pangkalan TNI AL yang
seperti teluk dan ada sungai Kali Lamong yang sustainable di wilayah Republik Indonesia
bermuara di kawasan ini. Secara geografis dalam menghadapi dinamika sistem di
wilayah Kota Surabaya sebelah utara dan masa yang akan datang.
sebelah timur berbatasan dengan Selat
Madura, sedangkan di sebelah selatan MATERI DAN METODE
berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo dan di - Waktu dan Tempat Penelitian
sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten
Gresik. Secara umum wilayah Kota Surabaya Penelitian ini dilakukan pada tanggal 29 Juli
merupakan daratan rendah dengan ketinggian sampai dengan 29 Agustus 2018. Lokasi
3 – 6 meter diatas permukaan air laut, pengamatan dan pengambilan dilakukan di
sedangkan di sebelah selatan dengan wilayah pesisir pantai utara Kota Surabaya.
ketinggian 25 – 50 meter diatas permukaan air

90
Suharyo dan Hidayah, Pemanfaatan Citra Satelit Resolusi Tinggi

Pengolahan data citra satelit dan analisa data Udara pesisir utara Kota Surabaya tahun 2002
dilakukan di Laboratorium Komputasi Kelautan dan Citra Satelit Resolusi Tinggi World-View
Program Studi Ilmu Kelautan Universitas (WV) 2 tahun 2017. Data citra satelit diolah
Trunojoyo Madura. dengan menggunakan perangkat lunak Auto
CAD dan ArcGIS 9.3 serta software
- Sumber Data dan Alat Analisa Data pendukung lainnya.

Data yang digunakan pada penelitian ini


berasal dari dua sumber utama yaitu Foto
- Alur Analisa Data

Gambar 1. Alur Analisa Data Citra Satelit untuk Identifikasi Perubahan Garis Pantai

Analisa data citra satelit pada penelitian ini masing citra. Digitasi adalah cara
menggunakan dua pendekatan, dikarenakan mengkonversi data analog menjadi data digital
data yang digunakan berasal dari sumber dengan penambahan atribut sebagai informasi
yang berbeda. Pada pengolahan foto udara, dari obyek yang digunakan. Proses digitasi
terlebih dahulu dilakukan proses mosaicking, dengan metode digitasi layar (on screen
yaitu penggabungan beberapa citra menjadi 1 digitazing) pada Software ArcMap Digitasi
citra yang utuh. Sementara itu untuk citra WV- akan menghasilkan batas antara daratan dan
2, proses tersebut tidak perlu dilakukan. lautan. Batas tersebut yang digunakan dalam
Proses pengolahan citra dilanjutkan dengan penentuan perubahan garis pantai. Analisa
melakukan digitasi garis pantai pada masing- perubahan garis pantai menggunakan fitur

91
Jurnal Kelautan, 12(1), 89-96 (2019)
measured tools (penggaris) pada ArcMap. HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah diperoleh layer garis pantai masing-
masing citra, maka analisa dilanjutkan dengan Lokasi penelitian dari penelitian ini adalah di
proses overlay, yaitu menumpangsusunkan daerah Surabaya Utara yang meliputi
garis pantai dari masing-masing periode untuk beberapa kecamatan yaitu Kecamatan
dihitung perubahannya. Krembangan, Kecamatan Pabean Cantian,
Kecamatan Semampir, Kecamatan Kenjeran,
dan Kecamatan Bulak. Adapun peta lokasi
penelitian dapat di lihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian


Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini data foto udara tahun 2002 dan data citra WV-
adalah berupa peta garis pantai tahun 2002, 2 tahun 2017 dengan menggunakan software
peta garis pantai tahun 2017, peta perubahan Autocad 2007 dan Arcgis 9.3. Analisa meliputi
garis pantai tahun 2002 – 2017 beserta sepanjang garis pantai pesisir Surabaya Utara
luasannya. Perhitungan perubahan garis yaitu mulai dari Kecamatan Krembangan
pantai dan peta-petanya dibuat berdasarkan sampai Kecamatan Bulak.
Tabel 1. Luas Wilayah Kecamatan di Wilayah Pesisir Utara Surabaya
No Nama Kecamatan Luas Wilayah (km2)
1 Krembangan 8,34
2 Pabean Cantian 6,80
3 Semampir 8,76
4 Kenjeran 7,64
5 Bulak 6,78
Sumber : BPS Kota Surabaya, 2015
Menurut pengolahan data sekunder yaitu Peta lainnya. Sementara wilayah pesisir didominasi
RBI Skala 1:25.000 untuk wilayah tersebut oleh tambak/ empang dan hutan rawa yang
dapat diketahui bahwa sekitar 78,5% lahan di didominasi oleh vegetasi mangrove. Peta
lokasi penelitian dipergunakan untuk penggunaan lahan untuk lokasi penelitian
bangunan berupa pemukiman/perumahan, disajikan pada Gambar 3.
perkantoran/gedung dan jenis-jenis bangunan

92
Suharyo dan Hidayah, Pemanfaatan Citra Satelit Resolusi Tinggi

Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan Lokasi Penelitian


Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa bahwa penggunaan lahan khususnya di
penggunaan lahan khususnya di wilayah wilayah pesisir pada Kecamatan Krembangan,
pesisir pada Kecamatan Krembangan berupa Pabean Cantian berupa pelabuhan dan
pelabuhan dan pabrik, Kecamatan Pabean penambahan vegetasi mangrove. Sementara
Cantian berupa pelabuhan dan pabrik, di Kecamatan Semampir berupa pelabuhan
Kecamatan Semampir berupa pelabuhan dan dan Tambak serta terdapat vegetasi
pabrik, Kecamatan Kenjeran berupa Tambak mangrove, Kecamatan Kenjeran berupa
dan vegetasi mangrove, dan Kecamatan Bulak Tambak dan vegetasi mangrove serta terdapat
berupa Pemukiman. Sedangkan berdasarkan area jembatan suramadu, dan Kecamatan
pengamatan yang didapat dari citra WV-2 Bulak berupa penambahan pemukiman,
dengan hasil pemotretan pada tahun 2017 vegetasi mangrove serta vegetasi non
(resolusi spasial 0,49 meter) dapat diketahui mangrove.

Gambar 4. Hasil Identifikasi Garis Pantai 2002-2017

93
Jurnal Kelautan, 12(1), 89-96 (2019)

Gambar 5. Hasil Overlay Garis Pantai 2002-2017

Gambar 6. Luas Perubahan Garis Pantai 2002-2017


Peta perubahan garis pantai tahun 2002 – Kecamatan Semampir, Kecamatan Kenjeran,
2017 pada (Gambar 5) yang didapat dari hasil dan Kecamatan Bulak terlihat majunya garis
overlay data foto udara dan citra WorldView–2 pantai yang disebabkan adanya pengendapan
menunjukkan di beberapa daerah yang sedimen, penambahan pemukiman dan
mengalami akresi dan abrasi. Pada daerah vegetasi mangrove maupun non mangrove.
yang terlihat jelas mengalami akresi Sedangkan pada daerah yang terlihat jelas
diantaranya adalah Kecamatan Krembangan, mengalami abrasi yaitu pada Kecamatan

94
Suharyo dan Hidayah, Pemanfaatan Citra Satelit Resolusi Tinggi

Pabean Cantian dan Kecamatan Semampir disebabkan oleh erosi.


terlihat mundurnya garis pantai yang

Tabel 2. Perhitungan Luas Perubahan Garis Pantai


No Nama Kecamatan Abrasi (Ha) Akresi (Ha) Luas Perubahan (Ha)
1 Krembangan 1,37 5,24 6,62
2 Pabean Cantian 15,62 10,17 25,80
3 Semampir 12,82 4,89 17,71
4 Kenjeran 7,50 0,28 7,78
5 Bulak 7,59 122,48 130,08

Luas perubahan garis pantai tahun 2002-2017 adanya arus yang mengangkut sedimen dari
dapat dilihat pada Gambar 6. Dari peta material-material atau sungai dan laut. Ketika
tersebut dapat diketahui bahwa perubahan perpindahan tersebut terjadi terus-menerus
garis pantai akibat akresi di Kecamatan akan mengakibatkan erosi maupun akresi.
Krembangan sebesar 5,24 Ha dengan luas Faktor utama yang berkontributor terhadap
perubahan garis pantai sebesar 6,62 Ha. perubahan garis pantai menurut Opa (2011)
Perubahan penggunaan lahan di Kecamatan adalah faktor oseanografi seperti terjangan
Krembangan yaitu pelabuhan tetap menjadi ombak/ gelombang, arus dan pasang surut.
pelabuhan sedangkan pabrik menjadi vegetasi
mangrove. Pada Kecamatan Pabean Cantian Gelombang terjadi melalui proses pergerakan
terjadi abrasi sebesar 15,62 Ha dengan luas massa air, secara umum dibangkitkan oleh
perubahan garis pantai sebesar 25,80 Ha. hembusan angin secara tegak lurus terhadap
Perubahan penggunaan lahannya berupa pantai (Open University 1993 dalam Opa
pelabuhan tetap menjadi pelabuhan 2011). Gelombang merambat ke segala arah
sedangkan pabrik berubah menjadi vegetasi dengan membawa energi ketika sampai di
mangrove. Pada Kecamatan Semampir terjadi pantai kemudian dilepaskan dalam bentuk
abrasi sebesar 12,82 Ha dengan luas hempasan ombak. Penyebab utama
perubahan garis pantai sebesar 17,71 Ha. terjadinya proses erosi dan sedimentasi di
Perubahan penggunaan lahan pada pantai adalah gelombang yang pecah di
Kecamatan Semampir berupa pelabuhan dan daerah pantai. Ketika gelombang mendekati
pabrik berubah menjadi pelabuhan saja. Pada pantai, gelombang mulai bergesek dengan
Kecamatan Kenjeran terjadi abrasi sebesar dasar laut sehingga menyebabkan pecahnya
7,50 Ha dengan luas perubahan garis pantai gelombang di tepi pantai. Hal tersebut
sebesar 7,78 Ha dan tidak terjadi perubahan menyebabkan terjadinya turbulensi yang
penggunaan lahan yaitu tambak tetap menjadi membawa material dari dasar pantai atau
tambak. Namun salah satu faktor yang terkikisnya bukit-bukit pasir (dunes).
menyebabkan wilayah tersebut mengalami Gelombang yang terjadi di daerah gelombang
abrasi yaitu dengan pembangunan jembatan pecah mengandung energi begitu kuat dan
suramadu. Pada Kecamatan Bulak terjadi sangat berperan untuk pembentukan morfologi
akresi sebesar 122,48 Ha dengan luas pantai, seperti menyeret sedimen (umumnya
perubahan garis pantai sebesar 130,08 Ha pasir dan kerikil) di dasar laut untuk di
dengan perubahan penggunaan lahan dari tampung dalam bentuk gosong pasir. Massa
pemukiman menjadi pemukiman, vegetasi air akan bergerak menuju pantai ketika terjadi
mangrove dan non mangrove. Dari gelombang pecah, ketika setelah gelombang
kecamatan-kecamatan yang ada di Surabaya pecah terdapat massa udara yang
Utara, yang mengalami abrasi tertinggi yaitu terperangkap dengan jumlah banyak maka
pada Kecamatan Pabean Cantian dan akresi akan menyebabkan daya erosi yang besar.
tertinggi terjadi pada Kecamatan Bulak. Pengaruh gabungan antara tekanan udara
dan benturan massa air mempunyai peluang
Perubahan garis pantai merupakan proses untuk mengikis batuan dan memindahkan
tanpa henti baik pengikisan maupun material lepas yang dinamakan proses
penambahan garis pantai yang disebabkan penggalian. Gelombang pecah mampu
pergerakan sedimen, ombak serta menggerakan atau mengangkut material dari
penggunaan lahan (Arief et al., 2011 dalam lepas ke pantai sehingga terjadi proses akresi
Siregar et al., 2015). Berubahnya garis pantai terhadap material di garis pantai.
dapat ditandai ketika suatu daerah yang
mengalami pengikisan (abrasi) atau suatu Arus berfungsi untuk mengangkut sedimen
daerah mengalami sedimentasi (akresi). dan sebagai agen pengerosi yaitu arus yang
Peristiwa tersebut dapat terjadi disebabkan dipengaruhi oleh hempasan gelombang.

95
Jurnal Kelautan, 12(1), 89-96 (2019)
Gelombang datang menuju pantai sehingga pasang surut, gelombang, angin, arus dan
menimbulkan arus pantai (nearshore current) faktor - faktor lainnya.
yang memiliki pengaruh pada proses
sedimentasi/abrasi di pantai. besarnya sudut DAFTAR PUSTAKA
yang dibentuk ketika gelombang datang ke
garis pantai akan menentukan terbentuknya Lubis, D. P., Pinem, M., & Simanjuntak, M. A.
arus pantai (Pethick, 1997). Ketika gelombang N. (2017). Analisis Perubahan Garis
datang membentuk sudut, akan terjadi arus Pantai Dengan Menggunakan Citra
susur pantai (longshore current) yaitu arus Penginderaan Jauh (Studi Kasus Di
bergerak sejajar garis pantai akibat adanya Kecamatan Talawi Kabupaten
tekanan hidrostatik yang berbeda. Batubara). Jurnal Geografi, 9(1), 21-31.
Opa, E. T. (2011). Perubahan Garis Pantai
Perpindahan massa air laut dari satu tempat Desa Bentenan Kecamatan Pusomaen,
ke tempat lain ketika pasang surut Minahasa Tenggara. Jurnal Perikanan
menyebabkan terjadinya arus pasang surut. dan Kelautan Tropis, 7(3), 109-114.
Biasanya memiliki arah kurang lebih bolak- Papilaya, P. P. H. (2013). Pemilihan
balik, yaitu jika muka air pasang maka arus Kombinasi Band Citra Komposit Landsat
mengalir masuk, sedangkan saat muka air 5 TM untuk Menganalisa Tutupan Lahan
surut maka arus mengalir ke luar. Arus Hutan Mangrove di Teluk dalam Pulau
pasang surut berpengaruh terhadap proses Ambon. Ekosains, 2(1): 77-89.
pantai, seperti sebaran sedimen dan abrasi Prameswari, S. R., Anugroho, A., & Rifai, A.
pantai. Pasang naik dapat menyebabkan (2014). Kajian Dampak Perubahan
sedimen ke dekat pantai. Sedangkan, ketika Garis Pantai Terhadap Penggunaan
surut dapat menyebabkan majunya sedimen Lahan Berdasarkan Analisa
ke arah laut lepas. Umumnya arus pasang Penginderaan Jauh Satelit Di
surut tidak terlalu kuat maka tidak dapat Kecamatan Paiton, Kabupaten
mengangkut sedimen berukuran besar (Opa, Probolinggo Jawa Timur. Journal of
2011). Oceanography, 3(2), 267-276.
Purnaditya, N. P., I Gusti, B. S. D. dan I Gusti,
KESIMPULAN DAN SARAN N. P. D. (2012). Prediksi Perubahan
Garis Pantai Nusa Dua dengan ONE-
Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai LINE Model. Ilmiah Elektronik
perubahan garis pantai di wilayah pesisir Infrastruktur. 1-8.
Surabaya Utara dapat disimpulkan bahwa Putra, I. M. A. W., Adhi, S. dan Indah, S.
hasil overlay dari data foto udara tahun 2002 (2015). Pemodelan Perubahan Garis
dan data citra WorldView-2 tahun 2017 Pantai dengan Metode End Point Rate
menggambarkan perubahan garis pantai yang pada Citra Satelit Landsat. Makalah
terjadi hampir di sepanjang pesisir Surabaya disajikan dalam Seminar Nasional
Utara dengan luas total akresi sebesar 143,06 Teknologi Informasi dan Multimedia,
Ha yang disebabkan adanya penambahan STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8
pemukiman, vegetasi mangrove maupun non Februari.
mangrove dan luas total abrasi sebesar 44,9 Siregar, T. N., Anita, Z. dan Samsuri. (2015).
Ha yang disebakan oleh aktivitas pelabuhan Analisis Perubahan Garis Pantai dan
dan pabrik. Sehingga perubahan garis pantai Tutupan Lahan Pasca Tsunami Pantai
di wilayah pesisir Surabaya Utara jika dilihat Lhoknga, Kecamatan Lhoknga,
berdasarkan tiap kecamatan dari tahun 2002 Kabupaten Aceh Besar. Paper: 1-15.
sampai 2017 cenderung mengalami abrasi Tarigan, M. S. 2007. Perubahan Garis Pantai
dibandingkan dengan akresi. Perlu dilakukan di Wilayah Pesisir Perairan Cisade,
penelitian lanjutan untuk mendapatkan analisis Provinsi Banten. Makara Sains, 11(1):
perubahan garis pantai yang lebih detail 49-55.
dengan memperhatikan kondisi fisik yang
mempengaruhi perubahan garis pantai, seperti

96

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy