Penetapan Prioritas Penanganan Pantai Berdasarkan Pemilihan Jenis Bangunan Pada Proyek-Proyek Konstruksi Balai Wilayah Sungai Sulawesi-I (BWSS-I)
Penetapan Prioritas Penanganan Pantai Berdasarkan Pemilihan Jenis Bangunan Pada Proyek-Proyek Konstruksi Balai Wilayah Sungai Sulawesi-I (BWSS-I)
Penetapan Prioritas Penanganan Pantai Berdasarkan Pemilihan Jenis Bangunan Pada Proyek-Proyek Konstruksi Balai Wilayah Sungai Sulawesi-I (BWSS-I)
e-mail: ratulangid@gmail.com
ABSTRACT
The eastern outskirts of North Sulawesi province areas are areas of local government
development. Its geographical position which almost entirely consist of coastal areas are
ultimately requires protection in the framework of synergy for the holistic government policy.
An alternative way to protect the beach is by construct a beach shoreline structures. Coastal
protection building type if structurally reviewed consists of 4 (four) main type of building that
is Seawall, Groin, Jetty, and Breakwater. These types of coastal protection buildings can be
combined. The beaches in the eastern region of North Sulawesi province for this research are
Rumbia beach, Walensorit beach, Bukit Tinggi beach, Parentek beach, Atep Oki beach, and
Kament beach.
The aims of this research are to examine the extent of damage, vulnerability and coastal
virtues on the beaches of the eastern ring road of North Sulawesi province and to conduct the process
of selecting the type of security building on the eastern coastal beaches of North Sulawesi province if
viewed in a priority scale of interest and also to determine the most dominant type of coastal security
building to be built on the eastern coastal coasts of North Sulawesi province.
In this study, data were analized by using Analytical Hierarchy Process, AHP.
Based on the research results obtained, for the type of coastal protection building that is
generated are as follows: Rumbia beach: Seawall (24.142%), Breakwater (20.510%), and
Seawall + Breakwater (17.965%); Walensorite beaches: Groin (17,671%), Jetty (17,033),
and Seawall + Groin (14,528); Bukit Tinggi beaches: Seawall (15.349%), Jetty (12.674%),
and Groin (12.609%); Parentek beaches: Seawall (13.149%), Groin (13.132%), and Seawall
+ Jetty (10,437%); Atep Oki beach: Groin (19.234%), Jetty (15.430%), Seawall + Groin
(14.44%); And Kamenti beaches: Seawall (12.763%), Seawall + Breakwater (11.283%), and
Breakwater (10.960%). For the type and condition of the eastern coastal shore, the most
dominant type of coastal safety building is the Seawall and Groin beach type safety
structures. Both types of buildings are very appropriate for large erosion, abrasion and wave
rates. While the difference between these two types of coastal safety buildings is the level of
sedimentation, which for Seawall is suitable for low sedimentation levels, while Groin is
suitable for large sedimentation levels.
827
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334
828
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334
pengaman dan pengendalian daerah pantai yang Tingkat kerusakan yang ditinjau meliputi
paling tepat sesuai kondisi lokasi studi tersebut. kualitas air laut, keadaan terumbu karang,
serta keadaan pesisir pantai yang
Studi Kerusakan Pantai berhubungan dengan kealamian pantai.
Proses kerusakan pantai yang berupa
abrasi pantai dapat terjadi karena sebab alamiah Keseluruhan faktor-faktor ini setelah diolah
dan juga sebab buatan. Pemahaman akan sebab nantinya akan memberikan pengaruh secara
abrasi merupakan dasar yang penting didalam proporsional terhadap pemilihan sistem
perlindungan pantai. Perlindungan yang baik bangunan untuk pengamanan pantai.
seharusnya bersifat komprehensif, selain itu
diharapkan perlindungan tersebut efektif untuk Pengamanan Pantai
menanggulangi permasalahan kerusakan yang Berdasarkan peraturan Menteri Pekerjaan
ada. Hal itu akan dapat tercapai apabila Umum 09/PRT/M/2010 mengenai pedoman
penyebab kerusakan di pantai dapat diketahui. pengamanan pantai maka oleh karena pantai
Pada umumnya sebab-sebab kerusakan pantai merupakan garis pertemuan darat dan laut,
merupakan gabungan dari beberapa faktor di mempunyai peran yang penting, baik sebagai
atas. Agar penanganan masalah abrasi pantai pusat pertumbuhan, pelabuhan, perdagangan,
dapat dilakukan dengan baik, maka permukiman masyarakat maupun ekosistem
penyebabnya harus diidentifikasi terlebih alam tempat berkembangnya berbagai biota
dahulu. Secara umum, gaya yang menyebabkan pantai dan perikanan; juga secara alami
terjadinya kerusakan pantai (abrasi) adalah gelombang laut dapat berpotensi
gelombang angin. mengakibatkan erosi, abrasi, dan akresi
perusakan yang dapat dipicu oleh kegiatan
Di dalam penetapan pengaman pantai maka manusia atau bencana alam; dan juga demi
terdapat faktor-faktor yang mengakibatkan untuk melindungi dan mengamankan
kondisi pantai terganggu. Faktor-faktor ini pada masyarakat yang tinggal di sepanjang pantai,
penelitian ini akan dijadikan sebagai dasar ekosistem pantai, fasilitas umum, fasilitas sosial
penetapan pemilihan jenis bangunan pengaman dan kawasan yang mempunyai nilai ekonomi
pada pantai-pantai tinjauan penelitian. Faktor- tinggi, atau nilai sejarah dari perusakan yang
faktor yang dimaksud antara lain : diakibatkan kegiatan manusia atau akibat
bencana alam, maka perlu dilakukan
Gelombang pengamanan pantai.
Yang diamati pada faktor ini yakni riwayat
gelombang, kerawanan daya gelombang, Bangunan Pengaman Pantai
dan kemungkinan terjadinya gelombang Bangunan pantai digunakan untuk
pasang pada periode tertentu. melindungi pantai terhadap kerusakan karena
Erosi serangan gelombang dan arus. Beberapa cara
Faktor ini digunakan dengan melihat yang dapat dilakukan untuk melindungi pantai
perubahan garis pantai, gerusan dan yaitu :
panjang pantai itu sendiri. 1. Memperkuat atau melindungi pantai agar
Abrasi mampu menahan serangan gelombang
Peninjauan pada faktor ini mencakup area 2. Mengubah laju transpor sedimen sepanjang
luasan yang terabrasi. pantai
Sedimentasi 3. Mengurangi energi gelombang yang sampai
Faktor ini sangat berhubungan erat dengan ke pantai
waktu dimana proses tertutupnya muara 4. Reklamasi dengan menambah suplai
sungai, serta pengaruhnya terhadap daerah sedimen ke pantai atau dengan cara lain.
pesisir pantai. (Triatmodjo,, 1999).
Lingkungan Sesuai dengan fungsinya, bangunan pantai
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu :
829
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334
830
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334
Tipe ini lebih disukai di daerah pantai wisata kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki
dimana Groin atau revetment dianggap sehingga permasalahan akan tampak lebih
mengganggu pemandangan dan membatasi terstruktur dan sistematis. AHP sering
ruang gerak wisatawan. digunakan sebagai metode pemecahan masalah
dibanding dengan metode yang lain karena
Pemecah gelombang lepas pantai alasan-alasan sebagai berikut :
mereduksi sebagian besar energi gelombang
datang, dan menghasilkan kondisi perairan yang a. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi
tenang di belakangnya. Sebagian energi dari kriteria yang dipilih, sampai pada
gelombang ditransfer dalam arah lateral melalui subkriteria yang paling dalam.
celah pemecah gelombang dan gelombang yang b. Memperhitungkan validitas sampai dengan
terdifraksi di belakang pemecah gelombang batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria
akan merubah bentuk pantai yang semula relatif dan alternatif yang dipilih oleh pengambil
lurus menjadi bentuk tonjolan (salient) atau keputusan.
tombolo. c. Memperhitungkan daya tahan output analisis
sensitivitas pengambilan keputusan.
Ilustrasi mengenai jenis bangunan ini dapat . Kelebihan dan Kelemahan AHP
dilihat pada gambar : Layaknya sebuah metode analisis, AHP
pun memiliki kelebihan dan kelemahan dalam
system analisisnya. Kelebihan-kelebihan
breakwater
gap analisis ini yaitu :
gap a. Kesatuan (Unity)
AHP membuat permasalahan yang luas dan
tombolo tidak terstruktur menjadi suatu model yang
salient salient
fleksibel dan mudah dipahami.
original shoreline b. Kompleksitas (Complexity)
erosion AHP memecahkan permasalahan yang
kompleks melalui pendekatan sistem dan
Gambar. Sketsa penempatan Break Water pengintegrasian secara deduktif.
c. Saling ketergantungan (Inter Dependence)
AHP dapat digunakan pada elemen-elemen
Analytical Hierarchy Process (AHP) sistem yang saling bebas dan tidak memerlukan
hubungan linier.
Pengertian AHP ( Analitycal Hierarchy d. Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring)
Process ) AHP mewakili pemikiran alamiah yang
AHP merupakan suatu model cenderung mengelompokkan elemen sistem ke
pendukung keputusan yang dikembangkan oleh level-level yang berbeda dari masing-masing
Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan level berisi elemen yang serupa.
ini akan menguraikan masalah multi faktor atau e. Pengukuran (Measurement)
multi kriteria yang kompleks menjadi suatu AHP menyediakan skala pengukuran dan
hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki metode untuk mendapatkan prioritas.
didefinisikan sebagai suatu representasi dari f. Konsistensi (Consistency)
sebuah permasalahan yang kompleks dalam AHP mempertimbangkan konsistensi logis
suatu struktur multi level dimana level pertama dalam penilaian yang digunakan untuk
adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, menentukan prioritas.
sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga g. Sintesis (Synthesis)
level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan
suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan mengenai seberapa diinginkannya masing-
ke dalam kelompok-kelompoknya yang masing alternatif.
831
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334
Pengalaman dan penilaian sangat kuat bagian secara hierarki. Tujuan didefinisikan
menyokong satu elemen dibandingkan elemen dari yang umum sampai khusus. Dalam bentuk
yang lainnya 7 = Satu elemen jelas lebih mutlak yang paling sederhana struktur akan
penting daripada elemen lainnya, Satu elemen dibandingkan tujuan, kriteria dan level
yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam alternatif. Tiap himpunan alternatif mungkin
praktek. 9 = Satu elemen mutlak penting akan dibagi lebih jauh menjadi tingkatan yang
daripada elemen lainnya, Bukti yang lebih detail, mencakup lebih banyak kriteria
mendukung elemen yang satu terhadap elemen yang lain. Level paling atas dari hirarki
lain memeliki tingkat penegasan tertinggi yang merupakan tujuan yang terdiri atas satu elemen.
mungkin menguatkan. 2,4,6,8 = Nilai-nilai Level berikutnya mungkin mengandung
antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan beberapa elemen, di mana elemen-elemen
yang berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada tersebut bisa dibandingkan, memiliki
dua kompromi di antara 2 pilihan Kebalikan = kepentingan yang hampir sama dan tidak
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka memiliki perbedaan yang terlalu mencolok. Jika
dibanding dengan aktivitas j , maka j perbedaan terlalu besar harus dibuatkan level
mempunyai nilai kebalikannya dibanding yang baru.
dengan i b. Perbandingan penilaian/pertimbangan
e. Menghitung nilai eigen dan menguji (comparative judgments). Dengan prinsip ini
konsistensinya. akan dibangun perbandingan berpasangan dari
Jika tidak konsisten maka pengambilan data semua elemen yang ada dengan tujuan
diulangi. menghasilkan skala kepentingan relatif dari
f. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh elemen. Penilaian menghasilkan skala penilaian
tingkat hirarki. yang berupa angka. Perbandingan berpasangan
g. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks dalam bentuk matriks jika dikombinasikan akan
perbandingan berpasanganyang merupakan menghasilkan prioritas.
bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas c. Sintesa Prioritas. Sintesa prioritas dilakukan
elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah dengan mengalikan prioritas lokal dengan
sampai mencapai tujuan. Penghitungan prioritas dari kriteria bersangkutan di level
dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap atasnya dan menambahkannya ke tiap elemen
kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari dalam level yang dipengaruhi kriteria. Hasilnya
kolom dengan total kolom yang bersangkutan berupa gabungan atau dikenal dengan
untuk memperoleh normalisasi matriks, dan prioritasglobal yang kemudian digunakan untuk
menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan memboboti prioritas lokal dari elemen di level
membaginya dengan jumlah elemen untuk terendah sesuai dengan kriterianya. AHP
mendapatkan rata-rata. didasarkan atas 3 aksioma utama yaitu :
h. Memeriksa konsistensi hirarki. a. Aksioma Resiprokal
Yang diukur dalam AHP adalah rasio Aksioma ini menyatakan jika PC
konsistensi dengan melihat index konsistensi. (EA,EB) adalah sebuah perbandingan
Konsistensi yang diharapkan adalah yang berpasangan antara elemen A dan elemen B,
mendekati sempurna agar menghasilkan dengan memperhitungkan C sebagai elemen
keputusan yang mendekati valid. Walaupun parent, menunjukkan berapa kali lebih banyak
sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio properti yang dimiliki elemen A terhadap B,
konsistensi diharapkan kurang dari atau sama maka PC (EB,EA)= 1/ PC (EA,EB). Misalnya
dengan 10 %. jika A 5 kali lebih besar daripada B, maka
B=1/5 A.
Prinsip Dasar dan Aksioma AHP b. Aksioma Homogenitas
AHP didasarkan atas 3 prinsip dasar Aksioma ini menyatakan bahwa elemen
yaitu : yang dibandingkan tidak berbeda terlalu jauh.
a. Dekomposisi Dengan prinsip ini struktur Jika perbedaan terlalu besar, hasil yang
masalah yang kompleks dibagi menjadi bagian- didapatkan mengandung nilai kesalahan yang
833
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334
a'
j1 i 1
i
...............................(4)
834
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334
835
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334
a. Keadaan sungai relatif, ada dan tidak untuk pemilihan bangunan pengaman
ada pantai dimana pada pantai Wori,
b. Keadaan gelombang sedang - besar penerapan metode ini menghasilkan
c. Tingakt erosi dan abrasi sedang - besar keputusan untuk membangun Seawall.
d. Kualitas lingkungan rendah - tinggi
e. Proses sedimentasi di muara rendah Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya
10. Jetty + Break Water di atas bahwa penelitian pemilihan bangunan
a. Keadaan sungai relatif, ada dan tidak pengaman pantai telah dilakukan pada area
ada pantai Utara Provinsi Sulawesi Utara. Pada
b. Keadaan gelombang rendah - besar penelitian ini maka akan dilakukan penelitian
c. Tingakt erosi dan abrasi rendah - besar mengenai pemilihan bangunan pengaman pantai
d. Kualitas lingkungan rendah - tinggi pada daerah kawasan lingkar Timur Provinsi
e. Proses sedimentasi di muara sedang Sulawesi Utara. Hal ini dilakukan karena
sampai pada saat ini, penelitian dalam rangka
Penelitian-penelitian Sebelumnya penanganan pengaman pantai kawasan lingkar
Adapun penelitian-penelitian sebelumnya Timur belum pernah dilakukan.
yang pernah dilakukan dalam rangka untuk
pengamanan suatu pantai antara lain sebagai Metode-metode Untuk Menetapkan Skala
berikut : Prioritas
Cara pemilihan prioritas terdiri dari
1. Stefanny Kumaat pada tahun 2016
berbagai macam, namun dapat digolongkan
melakukan penelitian mengenai
menjadi 2 (dua) bagian yakni Scoring
Pemilihan Tipe Bangunan Pengaman
Technique dan Non-Scoring Technique. Apabila
Pantai Dengan Kearifan Lokal Di Pulau
tidak tersedia data maka cara menetapkan
Bunaken. Metode analisa dilakukan
prioritas masalah yang lazim digunakan yakni
menggunakan metode AHP yang
Non-Scoring Technique dimana pada teknik ini
membantu memecahkan persoalan
terdapat beberapa metode yang sering dipakai
kompleks dengan menstruktur suatu
antara lain yakni metode Delbeq, metode
hirarki riteria, pihak yang
Delphi, dan metode Bryant. Metode Delbeq
berkepentingan, hasil dan dengan
yakni metode untuk menetapkan prioritas
menarik berbagai pertimbangan guna
masalah dengan cara diskusi kelompok namun
mengembangkan bobot atau prioritas.
peserta diskusi memiliki keahlian yang tidak
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa
sama, sehingga untuk nantinya akan diminta
perkembangan daerah pantai menjadi
pendapat berdasarkan persepsi dari masing-
daerah pemukiman di Pulau Bunaken
masing keahlian peserta. Cara-cara yang
menimbulkan permasalahan pantai
dipakai pada metode ini yakni sebagai berikut :
sehingga menjadi prioritas penanganan.
1. Peringkat masalah ditentukan oleh
Pengambilan keputusan untuk memilih
sekelompok ahli yang berjumlah antara 6
tipe bangunan pengaman pantai untuk
sampai 8 orang.
bangunan pengamat pantai yang
2. Mula-mula dituliskan pada white board
memiliki kearifan local adalah dengan
masalah apa yang akan ditentukan
cara membangun Sand Dune.
peringkat prioritasnya.
2. Rizky Reine Plangiten pada tahun 2013 3. Kemudian masing-masing orang tersebut
meneliti tentang Pemilihan Sistem menuliskan peringkat urutan prioritas
Pengamanan Pantai Dengan untuk setiap masalah yang akan ditentukan
Menggunakan Metode AHP untuk Studi prioritasnya.
Kasus : Pantai Wori Kecamatan Wori 4. Penulisan tersebut dilakukan secara
Kabupaten Minahasa Utara. Dengan tertutup.
menerapkan metode AHP pada
kuantitatif dapat diterima dan digunakan
836
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334
1. Penetapan kriteria-kriteria
Kriteria-kriteria ditetapkan berdasarkan
Untuk metode Delphi, masalah-masalah indikator-indikator yang dianggap sangat
didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempengaruhi kondisi pantai, baik untuk
mempunyai keahlian yang sama. Melalui tingkat kerusakannya, tingkat kerawanannya,
diskusi tersebut akan menghasilkan prioritas serta tingkat keutamaan/nilai kepentingannya.
masalah yang disepakati bersama. Pemilihan Setelah kriteria-kriteria yang mempengaruhi
prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan sebuah pantai ditetapkan, selanjutnya
khusus. Setiap perserta yang sama keahliannya ditetapkan sub kriteria-sub kriteria yang
dimintakan untuk mengemukakan beberapa dianggap dominan berpengaruh terhadap
masalah pokok, masalah yang paling banyak masing-masing kriteria. Selanjutnya ditetapkan
dikemukakan adalah prioritas masalah yang faktor penting, dengan penilaian secara
dicari. menyeluruh meliputi seluruh komponen-
Untuk metode Bryant, terdapat komponen yang ada, baik kriteria-kriteria yang
beberapa kriteria yang harus dipenuhi, antara mempengaruhi kondisi sebuah pantai dalam
lain : Prevelance, yang berarti besarnya rangka perencanaan pengamanan pantai,
masalah yang dihadapi; Seriousness, yang maupun sub kriteria – sub kriteria yang
berarti pengaruh buruk yang diakibatkan oleh merupakan indikator penentu dari peninjauan
suatu masalah dalam masyarakat dan dilihat sebuah kriteria.
dari besarnya angka dari faktor yang ditinjau; Untuk penelitian ini, maka kriteria-
Manageability, yang berarti kemampuan untuk kriteria, sub kriteria-sub kriteria, dan faktor
mengelola dan berkaitan dengan sumber daya. penting-faktor penting, yang menjadi dasar
Penerapan metode-metode ini (Non- penilaian untuk memperoleh skor penetapan
Scoring Technique) memerlukan data-data yang kondisi sebuah pantai, dapat dilihat pada Tabel
bersifat kualitatif misalnya karakteristik berikut ini:
bangunan pengaman pantai, perilaku dan
keinginan dari penduduk setempat, dan lain Tabel .Kriteria-kriteria pantai dan faktor
sebagainya, sehingga untuk penentuan skala penting
prioritasnya hanya akan didasari pada
pengalaman serta pendapat dari para ahli.
837
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334
Kerusakan Pada 5 L1
Abrasi 1/3 1/1 3/1 2/1 5/1 7/1
Permukiman dan Fasilitas
Umum Sedimentasi 1/5 1/3 1/1 1/5 3/1 2/1
Kualitas Terumbu Karang 2 L3 Lingkungan 1/7 1/5 1/3 1/5 1/1 1/2
Rob pada Kawasan Pesisir 7 L4 P. Ruang 1/9 1/7 1/2 1/7 2/1 1/1
6. Pemanfaatan Ruang
Negara 3 P1
Tabel . Matriks Perbandingan berpasangan
pantai Bukit Tinggi
Provinsi 2 P2 P.
Erosi Abrasi Sedimentasi Gelombang Lingkungan
Ruang
Kabupaten 1 P3
Erosi 1/1 1/3 5/1 1/6 1/2 2/1
Lokal (Penduduk dan
5 P4
Ekonomi) Abrasi 3/1 1/1 7/1 1/3 3/1 4/1
Lokal (Pertanian dan
3 P5 Sedimentasi 1/5 1/7 1/1 1/7 1/3 1/3
Perkebunan)
Tidak ada kepentingan
1 P6 Gelombang 6/1 3/1 7/1 1/1 3/1 5/1
tertentu
Lingkungan 2/1 1/3 3/1 1/3 1/1 3/1
839
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334
(Bw)
Pantai Pemanfaatan
Erosi Abrasi Sedimentasi Gelombang Lingkungan
Rumbia Ruang 23,39
S+G 8,65% 14,91% 6,63% 8,56% 12,80%
%
Seawall (S) 6,78% 30,36% 19,02% 25,17% 22,93% 20,14%S + J 8,07% 3,88% 5,01% 14,10% 4,61% 19,09%
S+ 16,86
Groin (G) 4,61% 9,03% 7,18% 4,10% 10,22% 9,81%Bw 1,56% 3,32% 3,79% 17,23% 2,63%
%
Jetty (J) 2,93% 2,06% 3,05% 1,54% 2,50% 2,36%G + J 7,02% 1,87% 9,70% 12,35% 2,29% 8,34%
Breakwater G+ 16,09
24,81% 19,37% 19,02% 19,33% 21,85% 30,12%Bw 5,19% 15,40% 6,46% 5,55% 5,31%
(Bw) %
J+ 11,04
S+G 4,02% 8,65% 7,18% 11,59% 8,56% 4,52%Bw 2,74% 7,29% 9,81% 4,26% 12,55%
%
G + Bw 14,25% 5,19% 7,18% 10,09% 5,55% 8,53% Tabel. Tingkat prioritas Bangunan Pengaman
J + Bw 12,44% 2,74% 11,77% 2,83% 4,26% 3,57%
untuk Pantai Parentek
Pema
nfaata
Pantai Sedime Lingku
Erosi Abrasi Gelombang n
Parentek ntasi ngan
Ruan
b. Pantai Walensorit g
Tabel. Tingkat prioritas Bangunan Pengaman Groin (G) 23,39% 9,97% 15,06% 14,72% 10,24% 5,56%
untuk Pantai Walensorit
Jetty (J) 5,11% 2,18% 21,45% 10,08% 2,51% 27,06%
Breakwater
Pemanf 1,56% 20,23% 3,61% 5,06% 21,67% 3,72%
Sedim Gelomb Lingku (Bw)
Pantai
Erosi Abrasi aatan
Walensorit entasi ang ngan
Ruang S+G 23,39% 9,38% 15,06% 7,84% 8,58% 12,80%
Seawall (S) 2,78% 2,79% 3,32% 3,55% 2,27% 2,93% S+J 8,07% 4,17% 5,24% 15,91% 4,62% 19,09%
G + Bw 16,09% 16,02%
15,40
5,69%
12,14
5,31% Tabel. Tingkat prioritas Bangunan
% %
Tabel. Tingkat prioritas Bangunan Pengaman Groin (G) 22,31% 21,35% 17,81% 19,87% 19,66% 5,68%
untuk Pantai Bukit Tinggi
Jetty (J) 5,18% 5,21% 20,28% 21,65% 8,13% 24,91%
Breakwater
Pantai Pemanf 1,55% 1,62% 3,30% 3,53% 3,09% 4,46%
Sedime Gelomb Lingkun (Bw)
Bukit Erosi Abrasi aatan
ntasi ang gan
Tinggi Ruang S+G 23,51% 25,15% 14,87% 5,84% 19,56% 13,00%
840
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334
Breakwater
3,94% 20,05% 3,90% 7,10% 21,61% 6,52%
(Bw)
a. Seawall
d. Breakwater
841
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334
S+
e. Seawall + Groin BW 17,97% 2,86% 7,94% 9,25% 2,86% 11,28%
Pembahasan
842
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334
Seawall dan Groin. Hal yang membedakan dari pengaman pantai ini yakni tingkat
kedua tipe bangunan pengaman pantai ini sedimentasi, dimana untuk Seawall cocok
terletak pada kondisi sedimentasi yang terdapat untuk tingkat sedimentasi rendah,
pada pantai-pantai tinjauan ini. sedangkan Groin cocok untuk tingkat
sedimentasi besar.
KESIMPULAN DAN SARAN
B. Saran
Penelitian-penelitian mengenai kondisi
Kesimpulan
pantai-pantai jalur lingkar Timur diharapkan
Berdasarkan analisis, hasil, dan
lebih ditingkatkan dengan melakukan kajian-
pembahasan yang telah dilakukan maka, untuk
kajian yang lebih mendalam mengingat jalur
penelitian ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai
lingkar Timur merupakan salah satu dari tiga
berikut :
jalur arteri yang menghubungkan ibukota
1. Total skor penilaian berdasarkan tingkat
provinsi dengan daerah-daerah kota/kabupaten
kerusakan, kerawanan, dan keutamaan
lainnya.
pantai pada kawasan jalur lingkar timur
propinsi Sulawesi Utara, berturut-turut
sebagai berikut, pantai Kamenti sebesar 774 DAFTAR PUSTAKA
(kategori Tinggi), pantai Atep Oki sebesar
Aldin, M., 2014, “Perencanaan Alternatif
766 (kategori Tinggi), pantai Parentek
Bangunan Pengaman Pantai Namrole
sebesar 685 (kategori Sedang), pantai Bukit
Kecamatan Buru Selatan – Maluku”,
Tinggi sebesar 679 (kategori Sedang),
Jurnal, Makasar, Ujung Pandang.
pantai Rumbia sebesar 557 (kategori
Sedang), dan pantai Walensorit sebesar 440 Arga, B., 2014, “Perencanaan Bangunan
(kategori Sedang). Pengaman Pantai Tipe Groin (Pantai
2. Tipe bangunan pengaman pantai yang Pasir Parupuk Raya Padang Utara”,
menempati tiga urutan teratas berdasarkan Jurnal Teknik Sipil Vol.1 No.2 (2014).
penerapan metode Analytical Hierarchy
Process, untuk masing-masing pantai yakni Chao, C., Y., Huang, Y., Wang, M., 2006 , An
pantai Rumbia : Seawall (24,142%), application of the Analytic Hierarchy
Breakwater (20,510%), dan Process (AHP) for a competence
Seawall+Breakwater (17,965%); pantai analysis of technology managers from
Walensorit : Groin (17,671%), Jetty the manufacturing industry in Taiwan,
(17,033), dan Seawall+Groin (14,528); World Transactions on Engineering
pantai Bukit Tinggi : Seawall (15,349%), and Technology Education, Vol.5, No.1.
Jetty (12,674%), dan Groin (12,609%);
pantai Parentek : Seawall (13,149%), Groin Dinas Pekerjaan Umum, 2010, “Peraturan
(13,132%), dan Seawall+Jetty (10,437%); Menteri Pekerjaan Umum Nomor
pantai Atep Oki : Groin (19,234%), Jetty 09/PRT/M/2010 : Pedoman
(15,430%), Seawall+Groin (14,464%); Pengamanan Pantai”, Jakarta
serta pantai Kamenti : Seawall (12,763%),
Seawall+Breakwater (11,283%), dan Diposaptono, S., 2001, “Erosi Pantai dan
Breakwater (10,960%). Klasifikasinya”, BPPT. Prosiding
3. Untuk tipe dan kondisi pantai-pantai lingkar Konferensi Esdal
timur maka tipe bangunan pengaman pantai
yang paling dominan yaitu bangunan Direktorat Rawa dan Pantai, Ditjen Pengairan,
pengaman pantai tipe Seawall dan Groin. 2009, “Pedoman Perencanaan
Kedua tipe bangunan ini sangatlah tepat Bangunan Pengaman Pantai di
digunakan untuk tingkat erosi, abrasi, dan Indonesia”, Jakarta
gelombang yang besar. Sedangkan yang Dundu, A., K., T., 2013, “Pengamanan Daerah
membedakan kedua tipe bangunan Pantai Dengan Menggunakan Kearifan
843
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334
Pilcher, R., 1992, Principles of Construction Triatmojo, B., 2012, “Bangunan Pengaman
Management, McGraw-Hill, London. Pantai”, Yogyakarta: Beta Off
844
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334
Yuwono, N., 1992, “Dasar-dasar Perencanaan Zografos, K., 2007, Analytic Hierarchy Process
Bangunan Pantai”, Volume 2, (AHP) : ITS APPLICATION IN FTS
Laboratorium Hidrolika dan Hidrologi, BUSINESS MODEL ASSESSMENT,
PAU-IT-UGM, Yogyakarta. Athens University, Yunani.
845