Penetapan Prioritas Penanganan Pantai Berdasarkan Pemilihan Jenis Bangunan Pada Proyek-Proyek Konstruksi Balai Wilayah Sungai Sulawesi-I (BWSS-I)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 19

Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.

3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334

Penetapan Prioritas Penanganan Pantai Berdasarkan Pemilihan Jenis Bangunan Pada


Proyek-Proyek Konstruksi Balai Wilayah Sungai Sulawesi-I (BWSS-I).

Deddy R. G. Ratulangi1, Fabian .J.Manoppo2, Debby Willar3


1)
Mahasiswa Program studi Teknik Sipil Pasca Sarjana Unsrat
2),3)
Staf Pengajar Program studi Teknik Sipil Pasca Sarjana Unsrat

e-mail: ratulangid@gmail.com

ABSTRACT
The eastern outskirts of North Sulawesi province areas are areas of local government
development. Its geographical position which almost entirely consist of coastal areas are
ultimately requires protection in the framework of synergy for the holistic government policy.
An alternative way to protect the beach is by construct a beach shoreline structures. Coastal
protection building type if structurally reviewed consists of 4 (four) main type of building that
is Seawall, Groin, Jetty, and Breakwater. These types of coastal protection buildings can be
combined. The beaches in the eastern region of North Sulawesi province for this research are
Rumbia beach, Walensorit beach, Bukit Tinggi beach, Parentek beach, Atep Oki beach, and
Kament beach.
The aims of this research are to examine the extent of damage, vulnerability and coastal
virtues on the beaches of the eastern ring road of North Sulawesi province and to conduct the process
of selecting the type of security building on the eastern coastal beaches of North Sulawesi province if
viewed in a priority scale of interest and also to determine the most dominant type of coastal security
building to be built on the eastern coastal coasts of North Sulawesi province.
In this study, data were analized by using Analytical Hierarchy Process, AHP.
Based on the research results obtained, for the type of coastal protection building that is
generated are as follows: Rumbia beach: Seawall (24.142%), Breakwater (20.510%), and
Seawall + Breakwater (17.965%); Walensorite beaches: Groin (17,671%), Jetty (17,033),
and Seawall + Groin (14,528); Bukit Tinggi beaches: Seawall (15.349%), Jetty (12.674%),
and Groin (12.609%); Parentek beaches: Seawall (13.149%), Groin (13.132%), and Seawall
+ Jetty (10,437%); Atep Oki beach: Groin (19.234%), Jetty (15.430%), Seawall + Groin
(14.44%); And Kamenti beaches: Seawall (12.763%), Seawall + Breakwater (11.283%), and
Breakwater (10.960%). For the type and condition of the eastern coastal shore, the most
dominant type of coastal safety building is the Seawall and Groin beach type safety
structures. Both types of buildings are very appropriate for large erosion, abrasion and wave
rates. While the difference between these two types of coastal safety buildings is the level of
sedimentation, which for Seawall is suitable for low sedimentation levels, while Groin is
suitable for large sedimentation levels.

Keywords: Coastal Protection Structure, AHP, Seawall, Groin, Jetty, Breakwater

827
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334

PENDAHULUAN dengan adanya penelitian ini maka


diharapkan dapat memberikan kontribusi
Latar Belakang yang penting bagi pemerintah daerah dalam
rangka penanganan pengamanan pantai
Pantai merupakan bagian dari suatu jalur lingkar timur ini.
daerah yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai
tujuan. Secara alami, elemen ini berfungsi Tujuan dan Manfaat Penelitian
sebagai pembatas antara darat dan laut, tempat
hidup biota pantai dan tempat sungai bermuara. Tujuan dari penelitian ini adalah:
Dalam perkembangannya fungsi pantai 1. Meneliti tingkat kerusakan, kerawanan, dan
mengalami perubahan sesuai kebutuhan keutamaan pantai pada pantai-pantai
manusia, antara lain : sebagai tempat saluran kawasan jalur lingkar timur propinsi
bermuara (tambak), tempat peralihan kegiatan Sulawesi Utara.
hidup di darat dan di laut (pelabuhan, 2. Melakukan proses pemilihan tipe bangunan
pelayaran), tempat hunian nelayan, tempat pengamanan pada pantai-pantai kawasan
wisata, tempat usaha, tempat budi daya pantai lingkar timur propinsi Sulawesi Utara jika
(tambak, pertanian), sumber bahan bangunan ditinjau dalam skala prioritas kepentingan.
(pasir, batu karang), dan kawan industri (pabrik, 3. Menentukan tipe bangunan pengamanan
dan lain-lain). pantai yang paling dominan untuk dibangun
Sulawesi Utara merupakan daerah yang pada pantai-pantai kawasan lingkar timur
memiliki wilayah pantai yang cukup luas. Hal propinsi Sulawesi Utara.
ini disebabkan karena daerah ini dikelilingi
kira-kira 85% oleh garis pantai. Jika ditinjau
secara posisi geografis maka ibu kota propinsi, STUDI LITERATUR
yakni kota Manado serta daerah sekitarnya
merupakan daerah yang cukup dekat dengan Pantai
garis pantai.
Saat ini pemerintah telah mulai melakukan Tinjauan Umum dan Definisi
pengembangan infrastruktur jalan pantai Timur Menurut Yuwono (1992), Pantai adalah
sebagai salah satu program pengembangan tata jalur yang merupakan batas antara darat dan
ruang propinsi. laut, diukur pada saat pasang tertinggi dan surut
Dengan adanya peningkatan aktivitas terendah, dipengaruhi oleh fisik laut dan sosial
oleh karena meningkatnya volume aktivitas ekonomi bahari, sedangkan ke arah darat
serta masyarakat pada kawasan garis pantai ini, dibatasi oleh proses alami dan kegiatan manusia
maka resiko kerusakan pantai sudah barang di lingkungan darat.
tentu semakin besar. Sesuai data-data yang ada,
tingkat kerusakan pantai di kawasan lingkar Penanganan masalah pantai yaitu
timur sudah cukup besar. perlindungan pantai, shore protection,
Sampai pada saat penelitian ini merupakan satu hal yang sangat penting untuk
dilakukan, belum pernah ada penelitian- dilakukan. Untuk mewujudkan sistem
penelitian sebelumnya yang topiknya perlindungan pantai maka tentu sangatlah
diperlukan tindakan-tindakan konkrit yang
merupakan pengamanan pantai-pantai pada
biasanya diawali dengan studi dan pengamatan
kawasan jalur lingkar timur Propinsi yang mendalam dari berbagai pihak. Tindakan
Sulawesi Utara dengan cara membangun awal ini diperlukan untuk menentukan sistem
bangunan pengaman pantai. Sehingga

828
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334

pengaman dan pengendalian daerah pantai yang Tingkat kerusakan yang ditinjau meliputi
paling tepat sesuai kondisi lokasi studi tersebut. kualitas air laut, keadaan terumbu karang,
serta keadaan pesisir pantai yang
Studi Kerusakan Pantai berhubungan dengan kealamian pantai.
Proses kerusakan pantai yang berupa
abrasi pantai dapat terjadi karena sebab alamiah Keseluruhan faktor-faktor ini setelah diolah
dan juga sebab buatan. Pemahaman akan sebab nantinya akan memberikan pengaruh secara
abrasi merupakan dasar yang penting didalam proporsional terhadap pemilihan sistem
perlindungan pantai. Perlindungan yang baik bangunan untuk pengamanan pantai.
seharusnya bersifat komprehensif, selain itu
diharapkan perlindungan tersebut efektif untuk Pengamanan Pantai
menanggulangi permasalahan kerusakan yang Berdasarkan peraturan Menteri Pekerjaan
ada. Hal itu akan dapat tercapai apabila Umum 09/PRT/M/2010 mengenai pedoman
penyebab kerusakan di pantai dapat diketahui. pengamanan pantai maka oleh karena pantai
Pada umumnya sebab-sebab kerusakan pantai merupakan garis pertemuan darat dan laut,
merupakan gabungan dari beberapa faktor di mempunyai peran yang penting, baik sebagai
atas. Agar penanganan masalah abrasi pantai pusat pertumbuhan, pelabuhan, perdagangan,
dapat dilakukan dengan baik, maka permukiman masyarakat maupun ekosistem
penyebabnya harus diidentifikasi terlebih alam tempat berkembangnya berbagai biota
dahulu. Secara umum, gaya yang menyebabkan pantai dan perikanan; juga secara alami
terjadinya kerusakan pantai (abrasi) adalah gelombang laut dapat berpotensi
gelombang angin. mengakibatkan erosi, abrasi, dan akresi
perusakan yang dapat dipicu oleh kegiatan
Di dalam penetapan pengaman pantai maka manusia atau bencana alam; dan juga demi
terdapat faktor-faktor yang mengakibatkan untuk melindungi dan mengamankan
kondisi pantai terganggu. Faktor-faktor ini pada masyarakat yang tinggal di sepanjang pantai,
penelitian ini akan dijadikan sebagai dasar ekosistem pantai, fasilitas umum, fasilitas sosial
penetapan pemilihan jenis bangunan pengaman dan kawasan yang mempunyai nilai ekonomi
pada pantai-pantai tinjauan penelitian. Faktor- tinggi, atau nilai sejarah dari perusakan yang
faktor yang dimaksud antara lain : diakibatkan kegiatan manusia atau akibat
bencana alam, maka perlu dilakukan
Gelombang pengamanan pantai.
Yang diamati pada faktor ini yakni riwayat
gelombang, kerawanan daya gelombang, Bangunan Pengaman Pantai
dan kemungkinan terjadinya gelombang Bangunan pantai digunakan untuk
pasang pada periode tertentu. melindungi pantai terhadap kerusakan karena
Erosi serangan gelombang dan arus. Beberapa cara
Faktor ini digunakan dengan melihat yang dapat dilakukan untuk melindungi pantai
perubahan garis pantai, gerusan dan yaitu :
panjang pantai itu sendiri. 1. Memperkuat atau melindungi pantai agar
Abrasi mampu menahan serangan gelombang
Peninjauan pada faktor ini mencakup area 2. Mengubah laju transpor sedimen sepanjang
luasan yang terabrasi. pantai
Sedimentasi 3. Mengurangi energi gelombang yang sampai
Faktor ini sangat berhubungan erat dengan ke pantai
waktu dimana proses tertutupnya muara 4. Reklamasi dengan menambah suplai
sungai, serta pengaruhnya terhadap daerah sedimen ke pantai atau dengan cara lain.
pesisir pantai. (Triatmodjo,, 1999).
Lingkungan Sesuai dengan fungsinya, bangunan pantai
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu :
829
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334

1. Konstruksi yang dibangun di pantai dan


sejajar dengan garis pantai, misalnya dinding
pantai (revetment) dan tembok laut (Seawall)
2. Konstruksi yang dibangun kira-kira tegak
lurus pantai dan tersambung ke pantai, misalnya
Groin dan Jetty.
3. Konstruksi yang dibangun di lepas pantai dan
kira-kira sejajar garis pantai,
misalnya pemecah gelombang (Breakwater).
(Triatmodjo, Hal.202, 1999).

1. Tembok Laut (Sea Wall) dan Revetment.


Tembok laut biasanya dipergunakan Gambar. Contoh Tembok Laut dan Revetment.
untuk melindungi pantai atau tebing dari
gempuran gelombang laut sehingga tidak terjadi 2. Groin
erosi atau abrasi. Agar fasilitas yang ada dibalik Groin adalah bangunan pelindung pantai
tembok laut dapat aman biasanya tembok laut yang biasanya dibuat tegak lurus pantai dan
direncanakan tidak boleh overtopping. Tembok berfungsi untuk menahan transport sedimen
laut ada dua macam yaitu tembok laut massif sepanjang pantai sehingga bisa mengurangi atau
dan tidak massif. Tembok laut massif biasanya menghentikan erosi yang terjadi. Groin hanya
dibuat dari konstruksi beton atau pasangan batu bisa menahan transpor sediman sepanjang
sedangkan tembok laut tidak massif berupa pantai. (Triatmodjo, 1999).
tumpukan batu (rubble mound). Konstruksi
tembok laut dapat dilihat pada gambar : Ilustrasi sketa penentuan jarak bangunan
pengaman pantai berjenis Groin dapat dilihat
pada gambar :

Gambar. Sketsa Tembok Laut (Sea Wall)

Revetment adalah bangunan yang memisahkan


daratan dan perairan pantai, yang terutama Gambar . Sketsa penentuan jarak Groin.
berfungsi sebagai pelindung pantai terhadap
erosi dan limpasan gelombang (overtopping) ke 3. Jetty
darat. Daerah yang dilindungi adalah daratan Jetty adalah bangunan tegak lurus
tepat di belakang bangunan. Dinding pantai pantai yang diletakkan pada kedua sisi muara
biasanya berbentuk dinding vertikal, sedang sungai yang berfungsi untuk mencegah
revetmen mempunyai sisi miring. Bangunan ini pendangkalan di muara dalam kaitannya dengan
ditempatkan sejajar atau hampir sejajar dengan pengendalian banjir.
garis pantai, dan bisa terbuat dari pasangan 4. Pemecah gelombang (Break Water)
batu, beton, tumpukan pipa beton, turap, kayu
atau tumpukan batu. (Triatmodjo, 1999). Pemecah gelombang lepas pantai
Ilustrasi mengenai revetment dapat dilihat pada merupakan salah satu alternatif yang dapat
gambar berikut: dipakai sebagai pengamanan pantai jika
angkutan sedimen tegak lurus pantai dominan.

830
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334

Tipe ini lebih disukai di daerah pantai wisata kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki
dimana Groin atau revetment dianggap sehingga permasalahan akan tampak lebih
mengganggu pemandangan dan membatasi terstruktur dan sistematis. AHP sering
ruang gerak wisatawan. digunakan sebagai metode pemecahan masalah
dibanding dengan metode yang lain karena
Pemecah gelombang lepas pantai alasan-alasan sebagai berikut :
mereduksi sebagian besar energi gelombang
datang, dan menghasilkan kondisi perairan yang a. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi
tenang di belakangnya. Sebagian energi dari kriteria yang dipilih, sampai pada
gelombang ditransfer dalam arah lateral melalui subkriteria yang paling dalam.
celah pemecah gelombang dan gelombang yang b. Memperhitungkan validitas sampai dengan
terdifraksi di belakang pemecah gelombang batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria
akan merubah bentuk pantai yang semula relatif dan alternatif yang dipilih oleh pengambil
lurus menjadi bentuk tonjolan (salient) atau keputusan.
tombolo. c. Memperhitungkan daya tahan output analisis
sensitivitas pengambilan keputusan.

Ilustrasi mengenai jenis bangunan ini dapat . Kelebihan dan Kelemahan AHP
dilihat pada gambar : Layaknya sebuah metode analisis, AHP
pun memiliki kelebihan dan kelemahan dalam
system analisisnya. Kelebihan-kelebihan
breakwater
gap analisis ini yaitu :
gap a. Kesatuan (Unity)
AHP membuat permasalahan yang luas dan
tombolo tidak terstruktur menjadi suatu model yang
salient salient
fleksibel dan mudah dipahami.
original shoreline b. Kompleksitas (Complexity)
erosion AHP memecahkan permasalahan yang
kompleks melalui pendekatan sistem dan
Gambar. Sketsa penempatan Break Water pengintegrasian secara deduktif.
c. Saling ketergantungan (Inter Dependence)
AHP dapat digunakan pada elemen-elemen
Analytical Hierarchy Process (AHP) sistem yang saling bebas dan tidak memerlukan
hubungan linier.
Pengertian AHP ( Analitycal Hierarchy d. Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring)
Process ) AHP mewakili pemikiran alamiah yang
AHP merupakan suatu model cenderung mengelompokkan elemen sistem ke
pendukung keputusan yang dikembangkan oleh level-level yang berbeda dari masing-masing
Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan level berisi elemen yang serupa.
ini akan menguraikan masalah multi faktor atau e. Pengukuran (Measurement)
multi kriteria yang kompleks menjadi suatu AHP menyediakan skala pengukuran dan
hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki metode untuk mendapatkan prioritas.
didefinisikan sebagai suatu representasi dari f. Konsistensi (Consistency)
sebuah permasalahan yang kompleks dalam AHP mempertimbangkan konsistensi logis
suatu struktur multi level dimana level pertama dalam penilaian yang digunakan untuk
adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, menentukan prioritas.
sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga g. Sintesis (Synthesis)
level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan
suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan mengenai seberapa diinginkannya masing-
ke dalam kelompok-kelompoknya yang masing alternatif.
831
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334

h. Trade Off intensitas yang berbeda-beda. Hirarki


AHP mempertimbangkan prioritas relatif dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin
faktor-faktor pada sistem sehingga orang diperlukan).
mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan c. Membuat matrik perbandingan berpasangan
tujuan mereka. yang menggambarkan kontribusi relatif atau
i. Penilaian dan Konsensus (Judgement and pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau
Consensus) kriteria yang setingkat di atasnya.
AHP tidak mengharuskan adanya suatu Matriks yang digunakan bersifat
konsensus, tapi menggabungkan hasil penilaian sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk
yang berbeda. kerangka konsistensi, mendapatkan informasi
j. Pengulangan Proses (Process Repetition) lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua
AHP mampu membuat orang menyaring perbandingan yang mungkin dan mampu
definisi dari suatu permasalahan dan menganalisis kepekaan prioritas secara
mengembangkan penilaian serta pengertian keseluruhan untuk perubahan pertimbangan.
mereka melalui proses pengulangan. Sedangkan Pendekatan dengan matriks mencerminkan
kelemahan metode AHP adalah sebagai berikut: aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi
k. Ketergantungan model AHP pada input dan didominasi. Perbandingan dilakukan
utamanya. Input utama ini berupa persepsi berdasarkan judgment dari pengambil
seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan keputusan dengan menilai tingkat kepentingan
subyektifitas sang ahli selain itu juga model suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
menjadi tidak berarti jika ahli tersebut Untuk memulai proses perbandingan
memberikan penilaian yang keliru. berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level
l. Metode AHP ini hanya metode matematis paling atas hirarki misalnya K dan kemudian
tanpa ada pengujian secara statistik sehingga dari level di bawahnya diambil elemen yang
tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran akan dibandingkan misalnya E1,E2,E3,E4,E5.
model yang terbentuk d. Melakukan Mendefinisikan perbandingan
berpasangan sehingga diperoleh jumlah
Tahapan AHP penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2]
Dalam metode AHP dilakukan langkah- buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang
langkah sebagai berikut (Kadarsyah Suryadi dibandingkan.
dan Ali Ramdhani, 1998) : Hasil perbandingan dari masing-masing
a. Mendefinisikan masalah dan menentukan elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9 yang
solusi yang diinginkan. menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan
Dalam tahap ini kita berusaha suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam
menentukan masalah yang akan kita pecahkan matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri
secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9
masalah yang ada kita coba tentukan solusi telah terbukti dapat diterima dan bisa
yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. membedakan intensitas antar elemen. Hasil
Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih perbandingan tersebut diisikan pada sel yang
dari satu. Solusi tersebut nantinya kita bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan.
kembangkan lebih lanjut dalam tahap Skala perbandingan perbandingan berpasangan
berikutnya. dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty
b. Membuat struktur hierarki yang diawali bisa dilihat di bawah. Intensitas Kepentingan 1
dengan tujuan utama. = Kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen
Setelah menyusun tujuan utama sebagai mempunyai pengaruh yang sama besar 3 =
level teratas akan disusun level hirarki yang Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada
berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang elemen yanga lainnya, Pengalaman dan
cocok untuk mempertimbangkan atau menilai penilaian sedikit menyokong satu elemen
alternatif yang kita berikan dan menentukan dibandingkan elemen yang lainnya 5 = Elemen
alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai yang satu lebih penting daripada yang lainnya,
832
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334

Pengalaman dan penilaian sangat kuat bagian secara hierarki. Tujuan didefinisikan
menyokong satu elemen dibandingkan elemen dari yang umum sampai khusus. Dalam bentuk
yang lainnya 7 = Satu elemen jelas lebih mutlak yang paling sederhana struktur akan
penting daripada elemen lainnya, Satu elemen dibandingkan tujuan, kriteria dan level
yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam alternatif. Tiap himpunan alternatif mungkin
praktek. 9 = Satu elemen mutlak penting akan dibagi lebih jauh menjadi tingkatan yang
daripada elemen lainnya, Bukti yang lebih detail, mencakup lebih banyak kriteria
mendukung elemen yang satu terhadap elemen yang lain. Level paling atas dari hirarki
lain memeliki tingkat penegasan tertinggi yang merupakan tujuan yang terdiri atas satu elemen.
mungkin menguatkan. 2,4,6,8 = Nilai-nilai Level berikutnya mungkin mengandung
antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan beberapa elemen, di mana elemen-elemen
yang berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada tersebut bisa dibandingkan, memiliki
dua kompromi di antara 2 pilihan Kebalikan = kepentingan yang hampir sama dan tidak
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka memiliki perbedaan yang terlalu mencolok. Jika
dibanding dengan aktivitas j , maka j perbedaan terlalu besar harus dibuatkan level
mempunyai nilai kebalikannya dibanding yang baru.
dengan i b. Perbandingan penilaian/pertimbangan
e. Menghitung nilai eigen dan menguji (comparative judgments). Dengan prinsip ini
konsistensinya. akan dibangun perbandingan berpasangan dari
Jika tidak konsisten maka pengambilan data semua elemen yang ada dengan tujuan
diulangi. menghasilkan skala kepentingan relatif dari
f. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh elemen. Penilaian menghasilkan skala penilaian
tingkat hirarki. yang berupa angka. Perbandingan berpasangan
g. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks dalam bentuk matriks jika dikombinasikan akan
perbandingan berpasanganyang merupakan menghasilkan prioritas.
bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas c. Sintesa Prioritas. Sintesa prioritas dilakukan
elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah dengan mengalikan prioritas lokal dengan
sampai mencapai tujuan. Penghitungan prioritas dari kriteria bersangkutan di level
dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap atasnya dan menambahkannya ke tiap elemen
kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari dalam level yang dipengaruhi kriteria. Hasilnya
kolom dengan total kolom yang bersangkutan berupa gabungan atau dikenal dengan
untuk memperoleh normalisasi matriks, dan prioritasglobal yang kemudian digunakan untuk
menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan memboboti prioritas lokal dari elemen di level
membaginya dengan jumlah elemen untuk terendah sesuai dengan kriterianya. AHP
mendapatkan rata-rata. didasarkan atas 3 aksioma utama yaitu :
h. Memeriksa konsistensi hirarki. a. Aksioma Resiprokal
Yang diukur dalam AHP adalah rasio Aksioma ini menyatakan jika PC
konsistensi dengan melihat index konsistensi. (EA,EB) adalah sebuah perbandingan
Konsistensi yang diharapkan adalah yang berpasangan antara elemen A dan elemen B,
mendekati sempurna agar menghasilkan dengan memperhitungkan C sebagai elemen
keputusan yang mendekati valid. Walaupun parent, menunjukkan berapa kali lebih banyak
sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio properti yang dimiliki elemen A terhadap B,
konsistensi diharapkan kurang dari atau sama maka PC (EB,EA)= 1/ PC (EA,EB). Misalnya
dengan 10 %. jika A 5 kali lebih besar daripada B, maka
B=1/5 A.
Prinsip Dasar dan Aksioma AHP b. Aksioma Homogenitas
AHP didasarkan atas 3 prinsip dasar Aksioma ini menyatakan bahwa elemen
yaitu : yang dibandingkan tidak berbeda terlalu jauh.
a. Dekomposisi Dengan prinsip ini struktur Jika perbedaan terlalu besar, hasil yang
masalah yang kompleks dibagi menjadi bagian- didapatkan mengandung nilai kesalahan yang
833
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334

tinggi. Ketika hirarki dibangun, kita harus


berusaha mengatur elemen-elemen agar elemen
tersebut tidak menghasilkan hasil dengan
akurasi rendah dan inkonsistensi tinggi. Prosedur di atas merupakan proses
iterasi yang pertama. Pada iterasi kedua, maka
c. Aksioma Ketergantungan matriks A’ij dikuadratkan. Matriks hasil kuadrat
Aksioma ini menyatakan bahwa ini selanjutnya disebut matriks A”ij. Selanjutnya
prioritas elemen dalam hirarki tidak bergantung dilakukan proses perhitungan b, c, dan d.
pada elemen level di bawahnya. Aksioma ini Prosedur iterasi akan berhenti apabila selisih
membuat kita bisa menerapkan prinsip nilai eigen (Nilai Eigen adalah Bb dari matriks
komposisi hirarki. stokastik) sebelum dan sesudah sudah tidak
Dalam penyusunan hierarki atau berbeda sampai 4 (empat) angka desimal.
struktur keputusan dilakukan dengan CR merupakan parameter yang
menggambarkan elemen sistim atau alternatif digunakan dalam teknik AHP untuk memeriksa
keputusan dalam suatu abstraksi sistim hierarki apakah perbandingan berpasangan telah
keputusan. dilakukan dengan konsekuen atau tidak. Perlu
Uraian Perhitungan Manipulasi Matriks. diketahui bahwa ratio yang dianggap baik yaitu
Adapun langkah-langkah untuk perhitungan apabila CR  0,1 dimana CR merupakan
manipulasi matriks yakni sebagai berikut : perbandingan antara CI dan RI.
Nilai RI merupakan nilai random
1) Kuadrat dari matriks A. indeks yang dikeluarkan oleh Oarkridge
A dikuadratkan menjadi A’ij. Elemen Laboratory .
A’ij jika ditulis secara matematis adalah
m Untuk menentukan Consistency Ratio
a’ij =  (a
i 1, j1
ij .a ji ) (CR) dihasilkan dengan mengalikan matriks
perbandingan berpasangan awal dengan nilai
............................(1)
eigen pada iterasi terakhir, atau dalam ekspresi
2) Perhitungan jumlah bobot dalam baris matematik dapat ditulis :
A’ij.  1 A12 ... A1 j 
1 / A 1 ... A2 j 
m
{CR}m x 1 =  12
 
Bb =  a' i  
i 1 ......................................(2) 1 / A1i 1 / A2i ... 1 
 Bbn1  (2)
3) Perhitungan Jumlah dari jumlah bobot  n 
dalam baris A’ij.  Bb 2 
 
 
m m
 Bbm
n 
BT =  a'
j1 i 1
i ................................(3)  ............................................................(5)

4) Matriks Stokastik (normalisasi)


dihasilkan dengan merubah jumlah dimana n menandakan tingkat prosedur iterasi.
bobot baris A’ij. Selanjutnya dilakukan perhitungan vektor
m konsistensi (Consistency Vector).
i 1
 a' i
B’b = m m

 a'
j1 i 1
i
...............................(4)

834
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334

 CR1 / Bbn1  d. Kualitas lingkungan berada dalam


 n 
interval rendah – sedang
CR2 / Bb 2  e. Proses sedimentasi di muara rendah
{CV} =   3. Jetty
 
CRm / Bbin  a. Terdapat sungai
........................(6) b. Keadaan gelombang berada dalam
interval rendah – sedang
c. Tingakt erosi dan abrasi berada dalam
interval rendah – sedang (6)
Nilai rata-rata (p) dari vektor konsistensi dapat d. Kualitas lingkungan berada dalam
ditulis : interval rendah – tinggi
m
e. Proses sedimentasi di muara besar
 CV
i 1
i 4. Break Water
p= a. Tidak terdapat sungai
m ......................................(7) b. Keadaan gelombang berada dalam
interval sedang – besar (7)
Nilai Konsistensi Indeks (CI) dapat dihitung c. Tingakt erosi dan abrasi berada dalam
sebagai berikut : interval sedang – besar
m d. Kualitas lingkungan berada dalam
pm
 CV i  m2 interval rendah – tinggi
CI =  i 1
e. Proses sedimentasi di muara sedang
m 1 m2  m .........................(8) 5. Seawall + Jetty
a. Keadaan sungai (8) relatif, ada dan tidak
Setelah nilai CI didapat maka nilai Consistency ada
Ratio (CR) dapat dihitung menjadi b. Keadaan gelombang besar
c. Tingakt erosi dan abrasi besar
CR = CI / RI .....................................(9) d. Kualitas lingkungan rendah
e. Proses sedimentasi
(9) di muara besar
dimana RI ditentukan berdasarkan banyaknya 6. Seawall + Break Water
alternatif, ”m”. a. Tidak terdapat sungai
Persyaratan Bangunan Pengaman Pantai b. Keadaan gelombang sedang - besar
Berdasarkan uraian faktor-faktor yang c. Tingakt erosi dan abrasi sedang - besar
menjadi kriteria dari penilaian pantai maka d. Kualitas lingkungan rendah - tinggi
persyaratan penentuan jenis pengaman pantai e. Proses sedimentasi di muara rendah
harus ditinjau terkait dengan faktor-faktor ini. 7. Seawall + Groin
Adapun persyaratan yang ditetapkan untuk tipe- a. Keadaan sungai relatif, ada dan tidak
tipe bangunan pengaman pantai yakni sebagai ada
berikut : b. Keadaan gelombang besar
1. Seawall c. Tingakt erosi dan abrasi besar
a. Tidak ada sungai d. Kualitas lingkungan rendah
b. Keadaan gelombang besar e. Proses sedimentasi di muara besar
c. Keadaan lingkungan berkualitas rendah 8. Groin + Jetty
d. Tingkat erosi dan abrasi besar a. Terdapat sungai
e. Proses sedimentasi di muara rendah b. Keadaan gelombang sedang
2. Groin c. Tingakt erosi dan abrasi besar
a. Keadaan sungai relatif, ada dan tidak d. Kualitas lingkungan berada dalam
ada interval rendah - sedang
b. Keadaan Gelombang sedang e. Proses sedimentasi di muara besar
c. Tingkat erosi dan abrasi besar 9. Groin + Break Water

835
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334

a. Keadaan sungai relatif, ada dan tidak untuk pemilihan bangunan pengaman
ada pantai dimana pada pantai Wori,
b. Keadaan gelombang sedang - besar penerapan metode ini menghasilkan
c. Tingakt erosi dan abrasi sedang - besar keputusan untuk membangun Seawall.
d. Kualitas lingkungan rendah - tinggi
e. Proses sedimentasi di muara rendah Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya
10. Jetty + Break Water di atas bahwa penelitian pemilihan bangunan
a. Keadaan sungai relatif, ada dan tidak pengaman pantai telah dilakukan pada area
ada pantai Utara Provinsi Sulawesi Utara. Pada
b. Keadaan gelombang rendah - besar penelitian ini maka akan dilakukan penelitian
c. Tingakt erosi dan abrasi rendah - besar mengenai pemilihan bangunan pengaman pantai
d. Kualitas lingkungan rendah - tinggi pada daerah kawasan lingkar Timur Provinsi
e. Proses sedimentasi di muara sedang Sulawesi Utara. Hal ini dilakukan karena
sampai pada saat ini, penelitian dalam rangka
Penelitian-penelitian Sebelumnya penanganan pengaman pantai kawasan lingkar
Adapun penelitian-penelitian sebelumnya Timur belum pernah dilakukan.
yang pernah dilakukan dalam rangka untuk
pengamanan suatu pantai antara lain sebagai Metode-metode Untuk Menetapkan Skala
berikut : Prioritas
Cara pemilihan prioritas terdiri dari
1. Stefanny Kumaat pada tahun 2016
berbagai macam, namun dapat digolongkan
melakukan penelitian mengenai
menjadi 2 (dua) bagian yakni Scoring
Pemilihan Tipe Bangunan Pengaman
Technique dan Non-Scoring Technique. Apabila
Pantai Dengan Kearifan Lokal Di Pulau
tidak tersedia data maka cara menetapkan
Bunaken. Metode analisa dilakukan
prioritas masalah yang lazim digunakan yakni
menggunakan metode AHP yang
Non-Scoring Technique dimana pada teknik ini
membantu memecahkan persoalan
terdapat beberapa metode yang sering dipakai
kompleks dengan menstruktur suatu
antara lain yakni metode Delbeq, metode
hirarki riteria, pihak yang
Delphi, dan metode Bryant. Metode Delbeq
berkepentingan, hasil dan dengan
yakni metode untuk menetapkan prioritas
menarik berbagai pertimbangan guna
masalah dengan cara diskusi kelompok namun
mengembangkan bobot atau prioritas.
peserta diskusi memiliki keahlian yang tidak
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa
sama, sehingga untuk nantinya akan diminta
perkembangan daerah pantai menjadi
pendapat berdasarkan persepsi dari masing-
daerah pemukiman di Pulau Bunaken
masing keahlian peserta. Cara-cara yang
menimbulkan permasalahan pantai
dipakai pada metode ini yakni sebagai berikut :
sehingga menjadi prioritas penanganan.
1. Peringkat masalah ditentukan oleh
Pengambilan keputusan untuk memilih
sekelompok ahli yang berjumlah antara 6
tipe bangunan pengaman pantai untuk
sampai 8 orang.
bangunan pengamat pantai yang
2. Mula-mula dituliskan pada white board
memiliki kearifan local adalah dengan
masalah apa yang akan ditentukan
cara membangun Sand Dune.
peringkat prioritasnya.
2. Rizky Reine Plangiten pada tahun 2013 3. Kemudian masing-masing orang tersebut
meneliti tentang Pemilihan Sistem menuliskan peringkat urutan prioritas
Pengamanan Pantai Dengan untuk setiap masalah yang akan ditentukan
Menggunakan Metode AHP untuk Studi prioritasnya.
Kasus : Pantai Wori Kecamatan Wori 4. Penulisan tersebut dilakukan secara
Kabupaten Minahasa Utara. Dengan tertutup.
menerapkan metode AHP pada
kuantitatif dapat diterima dan digunakan
836
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334

5. Kemudian kertas dari masing-masing Apabila metode-metode ini diterapkan untuk


orang dikumpulkan dan hasilnya dituliskan penentuan prioritas penanganan pantai maka
dibelakang setiap masalah. faktor-faktor untuk menentukan kriteria-kriteria
6. Nilai peringkat untuk setiap masalah tingkat kerusakan pantai, seperti erosi, abrasi,
dijumlahkan, jumlah paling kecil berarti sedimentasi, gelombang, dan lain-lain akan
mendapat peringkat tertinggi (prioritas bersifat kualitatif saja. Pada penelitian ini maka
tinggi). digunakan metode AHP yang merupakan
Scoring Technique, dimana data-data yang ada
Kelemahan dari metode ini yakni : merupakan hasil pemberian skor dan untuk
proses penentuan prioritas penanganan pantai
1. Menentukan siapa yang seharusnya ikut
didasarkan pada perhitungan secara kuantitatif
dalam menentukan peringkat prioritas
yang berupa analisa matriks.
tersebut.
2. Penentuan peringkat bias sangat ANALISIS, HASIL DAN PEMBAHASAN
subjektif.
3. Cara ini lebih bertujuan mencapai Analisis
konsensus dari interest yang berbeda Berdasarkan uraian landasan teori maka
dan tidak untuk menentukan prioritas langkah-langkah proses analisis yang dilakukan
atas dasar fakta. dimulai sebagai berikut :

1. Penetapan kriteria-kriteria
Kriteria-kriteria ditetapkan berdasarkan
Untuk metode Delphi, masalah-masalah indikator-indikator yang dianggap sangat
didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempengaruhi kondisi pantai, baik untuk
mempunyai keahlian yang sama. Melalui tingkat kerusakannya, tingkat kerawanannya,
diskusi tersebut akan menghasilkan prioritas serta tingkat keutamaan/nilai kepentingannya.
masalah yang disepakati bersama. Pemilihan Setelah kriteria-kriteria yang mempengaruhi
prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan sebuah pantai ditetapkan, selanjutnya
khusus. Setiap perserta yang sama keahliannya ditetapkan sub kriteria-sub kriteria yang
dimintakan untuk mengemukakan beberapa dianggap dominan berpengaruh terhadap
masalah pokok, masalah yang paling banyak masing-masing kriteria. Selanjutnya ditetapkan
dikemukakan adalah prioritas masalah yang faktor penting, dengan penilaian secara
dicari. menyeluruh meliputi seluruh komponen-
Untuk metode Bryant, terdapat komponen yang ada, baik kriteria-kriteria yang
beberapa kriteria yang harus dipenuhi, antara mempengaruhi kondisi sebuah pantai dalam
lain : Prevelance, yang berarti besarnya rangka perencanaan pengamanan pantai,
masalah yang dihadapi; Seriousness, yang maupun sub kriteria – sub kriteria yang
berarti pengaruh buruk yang diakibatkan oleh merupakan indikator penentu dari peninjauan
suatu masalah dalam masyarakat dan dilihat sebuah kriteria.
dari besarnya angka dari faktor yang ditinjau; Untuk penelitian ini, maka kriteria-
Manageability, yang berarti kemampuan untuk kriteria, sub kriteria-sub kriteria, dan faktor
mengelola dan berkaitan dengan sumber daya. penting-faktor penting, yang menjadi dasar
Penerapan metode-metode ini (Non- penilaian untuk memperoleh skor penetapan
Scoring Technique) memerlukan data-data yang kondisi sebuah pantai, dapat dilihat pada Tabel
bersifat kualitatif misalnya karakteristik berikut ini:
bangunan pengaman pantai, perilaku dan
keinginan dari penduduk setempat, dan lain Tabel .Kriteria-kriteria pantai dan faktor
sebagainya, sehingga untuk penentuan skala penting
prioritasnya hanya akan didasari pada
pengalaman serta pendapat dari para ahli.
837
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334

berpasangan kategori kriteria, untuk masing-


Faktor
No. Kriteria / Sub Kriteria
Penting
Kode masing pantai. Berdasarkan proses analisis yang
dilakukan (terlampir) maka matriks
1. Erosi perbandingan berpasangan yang terbentuk
Perubahan Garis Pantai 7 E1
untuk masing-masing pantai dapat dilihat pada
tabel-tabel berikut:
Gerusan 3 E2
Panjang Pantai 10 E3 Tabel . Matriks Perbandingan berpasangan
2. Abrasi pantai Rumbia
Lebar Terabrasi 6 A1
P.
Erosi Abrasi Sedimentasi Gelombang Lingkungan
Ruang
Panjang Terabrasi 8 A2
Erosi 1/1 1/3 1/2 1/5 1/2 1/2
3. Sedimentasi
Abrasi 3/1 1/1 2/1 1/3 5/1 5/1
Lama Tertutup 7 S1
Sedimentasi 2/1 1/2 1/1 1/5 2/1 2/1
Presentase Muara Tertutup 6 S2
Gelombang 5/1 3/1 5/1 1/1 7/1 9/1
Pengaruh 3 S3
Lingkungan 2/1 1/5 1/2 1/7 1/1 2/1
4. Gelombang
P. Ruang 2/1 1/5 1/2 1/9 1/2 1/1
Riwayat 2 G1
Kerawanan 5 G2
Tabel . Matriks Perbandingan berpasangan
Ancaman Maksimum 8 G3 pantai Walensorit
Probabilitas 4 G4 P.
Erosi Abrasi Sedimentasi Gelombang Lingkungan
Ruang
5. Lingkungan Erosi 1/1 3/1 5/1 3/1 7/1 9/1

Kerusakan Pada 5 L1
Abrasi 1/3 1/1 3/1 2/1 5/1 7/1
Permukiman dan Fasilitas
Umum Sedimentasi 1/5 1/3 1/1 1/5 3/1 2/1

Kualitas Mangrove 2 L2 Gelombang 1/3 1/2 5/1 1/1 5/1 7/1

Kualitas Terumbu Karang 2 L3 Lingkungan 1/7 1/5 1/3 1/5 1/1 1/2

Rob pada Kawasan Pesisir 7 L4 P. Ruang 1/9 1/7 1/2 1/7 2/1 1/1

6. Pemanfaatan Ruang
Negara 3 P1
Tabel . Matriks Perbandingan berpasangan
pantai Bukit Tinggi
Provinsi 2 P2 P.
Erosi Abrasi Sedimentasi Gelombang Lingkungan
Ruang
Kabupaten 1 P3
Erosi 1/1 1/3 5/1 1/6 1/2 2/1
Lokal (Penduduk dan
5 P4
Ekonomi) Abrasi 3/1 1/1 7/1 1/3 3/1 4/1
Lokal (Pertanian dan
3 P5 Sedimentasi 1/5 1/7 1/1 1/7 1/3 1/3
Perkebunan)
Tidak ada kepentingan
1 P6 Gelombang 6/1 3/1 7/1 1/1 3/1 5/1
tertentu
Lingkungan 2/1 1/3 3/1 1/3 1/1 3/1

Penetapan alternatif-alternatif P. Ruang 1/2 1/4 3/1 1/5 1/3 1/1


Untuk alternatif-alternatif ditetapkan
berupa tipe bangunan pengaman pantai, yakni
Seawall, Groin, Jetty, dan Breakwater, serta Tabel Matriks Perbandingan berpasangan
kombinasi berganda dari tipe-tipe yang ada. pantai Parentek
Analisis Kriteria Erosi Abrasi Sedimentasi Gelombang Lingkungan
P.
Ruang
Prosedur selanjutnya yang dilakukan
Erosi 1/1 1/3 2/1 1/5 1/2 1/2
yakni dengan melakukan pembentukan matriks
838
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334

Abrasi 3/1 1/1 3/1 1/3 3/1 2/1

Sedimentasi 1/2 1/3 1/1 1/5 1/2 1/3

Gelombang 5/1 3/1 5/1 1/1 7/1 5/1

Lingkungan 2/1 1/3 2/1 1/7 1/1 1/3

P. Ruang 2/1 1/2 3/1 1/5 3/1 1/1

Tabel . Matriks Perbandingan berpasangan


pantai Atep Oki
P.
Erosi Abrasi Sedimentasi Gelombang Lingkungan
Ruang

Erosi 1/1 1/2 5/1 1/5 1/2 3/1

Abrasi 2/1 1/1 5/1 1/3 2/1 3/1


Gambar. Skor Penilaian masing-masing pantai
Sedimentasi 1/5 1/5 1/1 1/7 1/3 1/3
Untuk tingkat pengaruh relatif, pada setiap
Gelombang 5/1 3/1 7/1 1/1 3/1 5/1 kriteria, untuk masing-masing pantai, dapat
Lingkungan 2/1 1/2 3/1 1/3 1/1 3/1 dilihat pada Gambar :
P. Ruang 1/3 1/3 3/1 1/5 1/3 1/1

Adapun nilai Consistency Ratio dari


matriks berpasangan kategori kriteria di atas,
untuk masing-masing pantai, dapat dilihat pada
Gambar :

Gambar. Prosentase Relatif masing-masing


sub kriteria relatif terhadap nilai
maksimumnya untuk tiap-tiap
kriteria pantai-pantai tinjauan

2. Prosentase Nilai Eigen Alternatif Terhadap


Kriteria
Gambar. Consistency Ratio Matriks Berdasarkan proses analisis maka
Perbandingan Berpasangan dihasilkan nilai Eigen alternatif, untuk tipe-tipe
masing-masing pantai bangunan pengaman pantai beserta
kombinasinya, dalam hubungannya dengan
Hasil kriteria. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada
1. Skor Penilaian tabel-tabel di bawah ini.
Untuk skor penilaian tingkat kerusakan,
kerawanan, dan keutamaan pantai, dari masing- a. Pantai Rumbia
masing pantai tinjauan, dapat dilihat pada
Gambar : Tabel. Tingkat prioritas Bangunan Pengaman
untuk Pantai Rumbia

839
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334

(Bw)
Pantai Pemanfaatan
Erosi Abrasi Sedimentasi Gelombang Lingkungan
Rumbia Ruang 23,39
S+G 8,65% 14,91% 6,63% 8,56% 12,80%
%

Seawall (S) 6,78% 30,36% 19,02% 25,17% 22,93% 20,14%S + J 8,07% 3,88% 5,01% 14,10% 4,61% 19,09%

S+ 16,86
Groin (G) 4,61% 9,03% 7,18% 4,10% 10,22% 9,81%Bw 1,56% 3,32% 3,79% 17,23% 2,63%
%

Jetty (J) 2,93% 2,06% 3,05% 1,54% 2,50% 2,36%G + J 7,02% 1,87% 9,70% 12,35% 2,29% 8,34%

Breakwater G+ 16,09
24,81% 19,37% 19,02% 19,33% 21,85% 30,12%Bw 5,19% 15,40% 6,46% 5,55% 5,31%
(Bw) %
J+ 11,04
S+G 4,02% 8,65% 7,18% 11,59% 8,56% 4,52%Bw 2,74% 7,29% 9,81% 4,26% 12,55%
%

S+J 10,87% 3,88% 4,51% 3,98% 4,61% 5,72%

S + Bw 16,72% 16,86% 19,02% 19,33% 17,23% 13,39%


d. Pantai Parentek
G+J 2,56% 1,87% 2,07% 2,03% 2,29% 1,85%

G + Bw 14,25% 5,19% 7,18% 10,09% 5,55% 8,53% Tabel. Tingkat prioritas Bangunan Pengaman
J + Bw 12,44% 2,74% 11,77% 2,83% 4,26% 3,57%
untuk Pantai Parentek
Pema
nfaata
Pantai Sedime Lingku
Erosi Abrasi Gelombang n
Parentek ntasi ngan
Ruan
b. Pantai Walensorit g

Seawall (S) 2,78% 24,77% 3,34% 10,07% 22,93% 2,93%

Tabel. Tingkat prioritas Bangunan Pengaman Groin (G) 23,39% 9,97% 15,06% 14,72% 10,24% 5,56%
untuk Pantai Walensorit
Jetty (J) 5,11% 2,18% 21,45% 10,08% 2,51% 27,06%

Breakwater
Pemanf 1,56% 20,23% 3,61% 5,06% 21,67% 3,72%
Sedim Gelomb Lingku (Bw)
Pantai
Erosi Abrasi aatan
Walensorit entasi ang ngan
Ruang S+G 23,39% 9,38% 15,06% 7,84% 8,58% 12,80%

Seawall (S) 2,78% 2,79% 3,32% 3,55% 2,27% 2,93% S+J 8,07% 4,17% 5,24% 15,91% 4,62% 19,09%

14,91 19,95 S + Bw 1,56% 18,54% 3,44% 5,85% 17,26% 2,63%


Groin (G) 23,39% 21,45% 16,75% 5,56%
% %
22,84 G+J 7,02% 2,02% 9,83% 12,16% 2,34% 8,34%
Jetty (J) 5,11% 5,12% 24,48% 8,06% 27,06%
%
Breakwater G + Bw 16,09% 5,69% 15,57% 8,47% 5,56% 5,31%
1,56% 1,62% 3,32% 3,55% 3,07% 3,72%
(Bw)
14,91 19,95 J + Bw 11,04% 3,06% 7,39% 9,84% 4,28% 12,55%
S+G 23,39% 25,28% 5,87% 12,80%
% %
11,78
S+J 8,07% 8,06% 5,01% 16,75% 19,09%
%

S + Bw 1,56% 1,62% 3,32% 3,55% 3,64% 2,63%


e. Pantai Atep Oki
G+J 7,02% 7,02% 9,70% 11,16% 6,99% 8,34%

G + Bw 16,09% 16,02%
15,40
5,69%
12,14
5,31% Tabel. Tingkat prioritas Bangunan
% %

J + Bw 11,04% 11,02% 7,29% 8,66%


12,14
12,55%
Pengamanuntuk Pantai Atep Oki
%

Pantai Atep Pemanfaatan


Erosi Abrasi Sedimentasi Gelombang Lingkungan
Oki Ruang

c. Pantai Bukit Tinggi


Seawall (S) 3,19% 3,15% 3,30% 3,53% 2,44% 3,31%

Tabel. Tingkat prioritas Bangunan Pengaman Groin (G) 22,31% 21,35% 17,81% 19,87% 19,66% 5,68%
untuk Pantai Bukit Tinggi
Jetty (J) 5,18% 5,21% 20,28% 21,65% 8,13% 24,91%

Breakwater
Pantai Pemanf 1,55% 1,62% 3,30% 3,53% 3,09% 4,46%
Sedime Gelomb Lingkun (Bw)
Bukit Erosi Abrasi aatan
ntasi ang gan
Tinggi Ruang S+G 23,51% 25,15% 14,87% 5,84% 19,56% 13,00%

Seawa 30,36 S+J 8,17% 8,20% 4,97% 16,72% 11,86% 19,30%


2,78% 3,32% 11,94% 22,93% 2,93%
ll (S) %
Groin 23,39 S + Bw 1,55% 1,62% 3,30% 3,53% 3,76% 2,61%
9,03% 14,91% 14,10% 10,22% 5,56%
(G) %
Jetty G+J 7,12% 7,15% 9,63% 11,09% 7,05% 8,53%
5,11% 2,06% 22,84% 17,04% 2,50% 27,06%
(J)
Break 19,37 G + Bw 16,24% 15,34% 15,35% 5,66% 12,22% 5,44%
1,56% 3,32% 3,79% 21,85% 3,72%
water %

840
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334

J + Bw 11,17% 11,20% 7,20% 8,58% 12,22% 12,75% Gambar. Prosentase Seawall

f. Pantai Kamenti b. Groin

Tabel. Tingkat prioritas Bangunan Pengaman


untuk Pantai Kamenti
Pema
nfaat
Pantai
Erosi Abrasi Sedimentasi Gelombang Lingkungan an
Kamenti
Ruan
g
Seawall (S) 3,24% 24,52% 3,33% 9,18% 22,89% 3,39%

Groin (G) 16,97% 9,15% 14,29% 10,36% 10,42% 6,39%

Jetty (J) 5,88% 2,19% 20,57% 9,23% 2,56% 17,97%

Breakwater
3,94% 20,05% 3,90% 7,10% 21,61% 6,52%
(Bw)

S+G 21,96% 10,97% 12,83% 8,03% 8,72% 9,85%

S+J 8,74% 4,11% 5,37% 16,39% 4,72% 18,33%


Gambar . Prosentase Groin
S + Bw 3,94% 18,39% 6,58% 8,58% 16,13% 10,43%

G+J 7,83% 2,00% 9,95% 12,45% 2,80% 8,78%

G + Bw 15,96% 5,60% 15,47% 8,44% 5,79% 5,62% c. Jetty


J + Bw 11,53% 3,02% 7,70% 10,24% 4,36% 12,73%

Perbandingan Tipe Alternatif untuk


Pantaipantai Tinjauan

Selanjutnya akan disajikan


perbandingan setiap tipe alternatif untuk
keseluruhan pantai. Gambar-gambar yang
memperlihatkan perbandingan tersebut dapat
dilihat berikut ini
Gambar. Prosentase Jetty

a. Seawall
d. Breakwater

841
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334

Gambar. Prosentase Breakwater S+G 9,17% 14,53% 9,70% 10,41%


14,46
% 10,36%
12,38
S+J 4,59% 12,34% 9,57% 10,44% % 10,64%

S+
e. Seawall + Groin BW 17,97% 2,86% 7,94% 9,25% 2,86% 11,28%

G+J 2,04% 9,17% 7,97% 7,95% 9,18% 8,20%


G+ 10,45
BW 8,27% 10,62% 7,65% 8,65% % 8,63%

J + BW 4,64% 9,76% 7,50% 7,61% 9,79% 7,85%

Pembahasan

Penentuan Matriks Perbandingan


Berpasangan

Adapun langkah-langkah untuk


menentukan matriks perbandingan berpasangan
yakni sebagai berikut, berdasarkan Tabel 3,
Gambar . Prosentase Seawall + Groin ditentukan skor penilaian kondisi masing-
masing pantai. Total penilaian kriteria untuk
masing-masing pantai selanjutnya, berdasarkan
f. Seawall + Jetty data-data lapangan, dihitung prosentase relatif
terhadap total penilaian maksimum untuk setiap
kriteria. Langkah berikutnya yaitu dengan
mengatur perbandingan berdasarkan prosentase
yang ada dari setiap kriteria untuk masing-
masing pantai, Tabel 5 sampai Tabel 4.11.
Untuk menguji tingkat konsistensi dari matriks
perbandingan berpasangan, dalam hal ini
kategori kriteria, pada masing-masing pantai,
maka dilakukan prosedur dari metode
Analytical Hierarchy Process, seperti yang
tertera pada Gambar 27. Tingkat konsistensi
yang dihasilkan dari pembentukan matriks
perbandingan berpasangan, seperti yang terlihat
pada Gambar 27, untuk pantai Rumbia
Gambar . Prosentase Seawall + Jetty menempati urutan teratas dengan tingkat
konsistensi sebesar 1,198%. Selanjutnya pantai
Parentek 4,795%, pantai Atep Oki 5,059%,
5. Rekapitulasi Akhir pantai Bukit Tinggi 5,063%, pantai Walensorit
5,072%, dan terakhir pantai Kamenti sebesar
Tabel . Rekapitulasi Akhir Tipe Bangunan 5,854%.
Pengaman Pantai
Jadi secara umum, dari pembahasan
Pantai Rumbia
Walensori Bukit Parente Atep
Kamenti
mengenai keseluruhan pantai-pantai tinjauan,
t Tinggi k Oki
dikarenakan kondisi geografis dan geologi area
pantai-pantai ini maka untuk penanganan
S 24,14% 3,14% 15,35% 13,15% 3,28% 12,76%
19,23
pengamanan pantai-pantai timur Sulawesi
G 6,62% 17,67% 12,61% 13,13% % 10,68% Utara, tipe bangunan pengaman pantai yang
15,43
J 2,07% 17,03% 12,67% 9,61% % 8,63% paling dominan untuk digunakan, berdasarkan
BW 20,51% 2,88% 9,03% 9,80% 2,92% 10,96%
hasil penelitian yang telah dilakukan yakni

842
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334

Seawall dan Groin. Hal yang membedakan dari pengaman pantai ini yakni tingkat
kedua tipe bangunan pengaman pantai ini sedimentasi, dimana untuk Seawall cocok
terletak pada kondisi sedimentasi yang terdapat untuk tingkat sedimentasi rendah,
pada pantai-pantai tinjauan ini. sedangkan Groin cocok untuk tingkat
sedimentasi besar.
KESIMPULAN DAN SARAN
B. Saran
Penelitian-penelitian mengenai kondisi
Kesimpulan
pantai-pantai jalur lingkar Timur diharapkan
Berdasarkan analisis, hasil, dan
lebih ditingkatkan dengan melakukan kajian-
pembahasan yang telah dilakukan maka, untuk
kajian yang lebih mendalam mengingat jalur
penelitian ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai
lingkar Timur merupakan salah satu dari tiga
berikut :
jalur arteri yang menghubungkan ibukota
1. Total skor penilaian berdasarkan tingkat
provinsi dengan daerah-daerah kota/kabupaten
kerusakan, kerawanan, dan keutamaan
lainnya.
pantai pada kawasan jalur lingkar timur
propinsi Sulawesi Utara, berturut-turut
sebagai berikut, pantai Kamenti sebesar 774 DAFTAR PUSTAKA
(kategori Tinggi), pantai Atep Oki sebesar
Aldin, M., 2014, “Perencanaan Alternatif
766 (kategori Tinggi), pantai Parentek
Bangunan Pengaman Pantai Namrole
sebesar 685 (kategori Sedang), pantai Bukit
Kecamatan Buru Selatan – Maluku”,
Tinggi sebesar 679 (kategori Sedang),
Jurnal, Makasar, Ujung Pandang.
pantai Rumbia sebesar 557 (kategori
Sedang), dan pantai Walensorit sebesar 440 Arga, B., 2014, “Perencanaan Bangunan
(kategori Sedang). Pengaman Pantai Tipe Groin (Pantai
2. Tipe bangunan pengaman pantai yang Pasir Parupuk Raya Padang Utara”,
menempati tiga urutan teratas berdasarkan Jurnal Teknik Sipil Vol.1 No.2 (2014).
penerapan metode Analytical Hierarchy
Process, untuk masing-masing pantai yakni Chao, C., Y., Huang, Y., Wang, M., 2006 , An
pantai Rumbia : Seawall (24,142%), application of the Analytic Hierarchy
Breakwater (20,510%), dan Process (AHP) for a competence
Seawall+Breakwater (17,965%); pantai analysis of technology managers from
Walensorit : Groin (17,671%), Jetty the manufacturing industry in Taiwan,
(17,033), dan Seawall+Groin (14,528); World Transactions on Engineering
pantai Bukit Tinggi : Seawall (15,349%), and Technology Education, Vol.5, No.1.
Jetty (12,674%), dan Groin (12,609%);
pantai Parentek : Seawall (13,149%), Groin Dinas Pekerjaan Umum, 2010, “Peraturan
(13,132%), dan Seawall+Jetty (10,437%); Menteri Pekerjaan Umum Nomor
pantai Atep Oki : Groin (19,234%), Jetty 09/PRT/M/2010 : Pedoman
(15,430%), Seawall+Groin (14,464%); Pengamanan Pantai”, Jakarta
serta pantai Kamenti : Seawall (12,763%),
Seawall+Breakwater (11,283%), dan Diposaptono, S., 2001, “Erosi Pantai dan
Breakwater (10,960%). Klasifikasinya”, BPPT. Prosiding
3. Untuk tipe dan kondisi pantai-pantai lingkar Konferensi Esdal
timur maka tipe bangunan pengaman pantai
yang paling dominan yaitu bangunan Direktorat Rawa dan Pantai, Ditjen Pengairan,
pengaman pantai tipe Seawall dan Groin. 2009, “Pedoman Perencanaan
Kedua tipe bangunan ini sangatlah tepat Bangunan Pengaman Pantai di
digunakan untuk tingkat erosi, abrasi, dan Indonesia”, Jakarta
gelombang yang besar. Sedangkan yang Dundu, A., K., T., 2013, “Pengamanan Daerah
membedakan kedua tipe bangunan Pantai Dengan Menggunakan Kearifan
843
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334

Lokal Di Batu Putih Kota Bitung


Manado, Jurnal Ilmiah Media Plangiten, R., R., 2013,”Pemilihan Sistem
Engineering, Vol.4 No.2 Pengamanan Pantai Dengan
Menggunakan Metode Analytical
Durgappa H.R., 2008, Coastal Protection Hierarchy Process (Studi Kasus :
Works, Proceedings of COPEDEC VII, Pantai Wori di Kecamatan Wori
Dubai, UAE. Kabupaten Minahasa Utara”, Jurnal
GP007-A, 2011, “Garis Panduan Perancangan Sipil Statik Vol. 1 No. 8 ISSN :
Pemeliharaan dan Pembangunan 2337-6732.
Kawasan Pesisiran Pantai”, Malaysia
Saaty, T., L., 1993,”Pengambilan Keputusan
Kumaat, S., 2016, “Pemilihan Tipe Bangunan Bagi Para Pemimpin : Proses Hirarki
Pengaman Pantai Dengan Kearifan Analitik untuk Pengambilan
Lokal di Pulau Bunaken”, Jurnal Ilmiah Keputusan dalam Situasi yang
Media Engineering, Vol.6 No.2, ISSN : Kompleks”,Pustaka Binaman
2087-9334. Pressindo, Jakarta.

Laporan Akhir LIPI, 2010, “Morfologi Pantai


Pasir dan Pola Arus di kawasan Pantai Samah, M., A., Latifah, 2008, Application of
Ciamis, Jawa Barat”, Jakarta the Analytical Hierarchy Process
(AHP): Assigning weights for selecting
Marimin, 2004, “Teknik dan Aplikasi : an appropriate solid waste treatment
Pengambilan Keputusan Kriteria technology, International Conference on
Majemuk”, Grasindo, Jakarta. Environmental Research and
Technology (ICERT 2008).
Menteri Kelautan dan Perikanan, 2002,
“Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 10/Men/2002 Soeharto, I., 1995,”Manajemen Proyek : Dari
Tentang Pedoman Umum Perenca-naan Konseptual Sampai Operasional”,
Pengelolaan Pesisir Terpadu”, Jakarta Erlangga, Jakarta.

Menteri Pekerjaan Umum, 2007, “Modul Syamsudin, Kardana, 1997, “Rehabilitasi


Terapan : Pedoman Perencanaan Tata Pantai/Zona Pesisir”, P3P Departemen
Ruang Kawasan Reklamasi Pantai”, Pekerjaan Umum.
Jakarta
Olga, P., dkk, 2013, “Analisa Stabilitas Struktur Tawas, H., J., 2011, “Metode Pelaksanaan
Pelindung Pantai Batu Bronjong”, Pembangunan Pengaman Pantai Girian
Jurnal Teknik Sipil Vol.9 No.1 April Bawah Kota Bitung Sulawesi Utara
2013. Indonesia”, Jurnal Ilmiah Media
Engineering, Vol.1 No.1 Maret 2011
Peraturan Pemerintah Nomor 42, 2008, ISSN : 2087 – 9334.
“Pengelolaan Sumber Daya Air
(Lembaran Negara Republik Indonesia Triatmodjo, B., 1999, “Teknik Pantai”, Beta
Nomor 82 Tahun 2008, Tambahan Offset, Yogyakarta
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 48”, Jakarta Triatmojo, B., 2008, “Pelabuhan”, Yogyakarta:
Beta Offset

Pilcher, R., 1992, Principles of Construction Triatmojo, B., 2012, “Bangunan Pengaman
Management, McGraw-Hill, London. Pantai”, Yogyakarta: Beta Off

844
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.7 No.3, September 2017 (827-845) ISSN: 2087-9334

Yuwono, N., 1992, “Dasar-dasar Perencanaan Zografos, K., 2007, Analytic Hierarchy Process
Bangunan Pantai”, Volume 2, (AHP) : ITS APPLICATION IN FTS
Laboratorium Hidrolika dan Hidrologi, BUSINESS MODEL ASSESSMENT,
PAU-IT-UGM, Yogyakarta. Athens University, Yunani.

845

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy