KEL 1 RESIN KUPU - KUPU-dikonversi
KEL 1 RESIN KUPU - KUPU-dikonversi
KEL 1 RESIN KUPU - KUPU-dikonversi
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Taksonomi Invertebrata oleh Rahmadina,
M. Pd
Oleh :
KELOMPOK I
- NURLAYLA ZAINI (0704192005)
- RIZKI MAISYARAH (0704192005)
- SRI RAHAYU (0704192008)
- FADILA S (0704193085)
PRODI BIOLOGI
MEDAN
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas dari Mata Kuliah
Taksonomi Invertebrata. Penulisan ini kami sajikan secara ringkas dan sederhana sesuai dengan
kemampuan yang kami miliki. Taklupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Rahmadina,
M. Pd Selaku dosen pengampu mata kuliah Taksonomi Invertebrata karena telah memberikan
bimbingan kepada kami untuk menyelesaikan tugas laporan ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca
bilamana hendak mencari referensi mengenai pembuatan resin atau awetan kupu - kupu.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kesalahan dan kekurangan dalam tulisan ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah serta pembelajaran kita
pada kali ini.
2
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
BAB V Penutup
1. Kesimpulan …………………………………………………..10
2. Saran ………………...……………………………………….10
3
BAB I
1. Latar Belakang
Pengawetan Hewan untuk Sarana Pembelajaran Mungkin kebanyakan dari kita belum
mengetahui taxidermy. Taxidermy adalah seni pemasangan atau kegiatan mereproduksi
hewan yang sudah mati untuk dijadikan trofi berburu dan sumber belajar. Istilah
taxidermy berasal dari bahasa Yunani yang artinya "penataan kulit". Taxidermy dapat
dilakukan pada semua spesies vertebrata dari hewan, termasuk mamalia, ikan, burung,
amfi bi, dan reptil. Orang yang mereproduksi dan ahli mengisi kulit hewan disebut
taxidermist. Para taxidermist dapat berlatih secara profesional untuk museum atau
sebagai bisnis untuk kebutuhan para pemburu dan nelayan, atau sebagai amatir.
Mereka harus mengerti tentang anatomi, patung, lukisan, dan penyamakan. Kegiatan
mengumpulkan hewan yang sudah dibekukan (taxidermy) mungkin pernah kita temui
ketika berkunjung ke museum atau ke rumah seorang kolektor. Biasanya hewan-hewan
tersebut menjadi hiasan. Sekilas terlihat seperti hewan yang masih hidup, tetapi
sebenarnya telah mati. Memang sebenarnya mereka adalah hewan yang dikeraskan
(dibekukan), tubuhnya asli, bukan buatan manusia. Tetapi, kebanyakan hewan taxidermy
diletakkan pada museum-museum karena hewan-hewan yang dibekukan itu digunakan
untuk belajar, sebagai media ilmu pengetahuan tentang anatomi tubuh hewan. Pada masa
pemerintahan Victoria, taxidermy merupakan objek desain dan seni dekorasi yang
mengacu pada pandangan kaum Barat terhadap dominasi manusia atas hewan. Hampir
setiap kota memiliki bisnis penyamakan pada abad ke-18. Kemudian, pada abad ke-19,
para pemburu binatang membawa hasil buruan mereka ke toko kain pelapis jok. Di situ,
para pekerja pelapis kain jok benar-benar akan menjahit kulit hewan dan barang-barang
mereka dengan kain dan kapas. Istilah "barang isian" atau "boneka" berevolusi dari
bentuk kasar taxidermy. Para ahli yaxidermy lebih memilih memasang dan mengisi
dengan kapas yang terbungkus tubuh kawat dengan jahitan pada kulit yang masih bagus.
Dalam sebuah artikel "Nouveau Dictionnaire d'histoire Naturelle" (1803-1804) yang
dipopulerkan Arsenical Soap, Louis Dufresne adalah ahli mengisi binatang di museum
nasional d'Histoire Naturelle dari tahun 1793. Teknik itu memungkinkan untuk
membangun museum koleksi terbesar burung di dunia. Seni taxidermy mulai
4
berkembang pada awal abad ke-20 oleh artis Carl Akeley, James L Clark, William T
Hornaday, Coleman Jonas, Fredrick, William Kaempfer, serta Leon Bardoa. Di bawah
pimpinan mereka, seni taxidermy berkembang menjadi bentuk modern.
5
BAB II
PROSEDUR KERJA
2 Selotip
3 Bingkai
4 Ranting kecil
5 Kapas
6 Alkohol 70%
6
2. Cara Pembuatan
Pengawetan. Hewan yang telah diawetkan disebut spesimen tidak akan mengalami
pengkerutan atau rusaknya penyusunnya karena terbebas dari bakteri dan jamur.
Pengawetan hewan dan tumbuhan Pengawetan hewan dan tumbuhan diperlukan terutama
untuk memenuhi kebutuhan pada masa yang akan datang dan juga sebagai alat peraga
dan eksperimen dalam kegiatan belajar mengajar. Cara pembuatannya adalah sebagai
berikut:
1. Terelebih dahulu tangkap kupu-kupu atau hewan yang akan diawetkan
2. Setelah didapatkan hewannya maka hewan tersebuat akan dimasukkan kedalam
wadah tertutup yang didalamnya sudah terisi kapas yang telah diberi alkohol 70%
tujuannya adalah untuk mematikan hewan tersebut agar proses pengawetan lebih
mudah dan tidak menghancurkan tubuh dari hewan tersebut
3. Setelah hewan tersebut dibius maka hewan tersebut diletakkan didalam bingkai kaca
yang telah dihias dengan renting pohon
4. Letakkan beberapa ekor kupu – kupu agar mempercantik hiasan
5. Proses pengawetan pun selesai dan tahan lama.
7
BAB III
HASIL
8
BAB IV
Biologi adalah suatu ilmu tentang kehidupan.. Untuk mengenal hakekat hidup, serta dalam
kehidupan tersebutdiperlukan suatu cara atau metode. Pengawetan tumbuhan dan hewan sangat
diperlukan terutama untuk memenuhi kebutuhan pada masa yang akan datang, "dalam
membantu" perkembangan ilmu. Awetan rangka dan anatomi tumbuhan maupun hewan sering
diperlukan sebagai alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar biologi di kelas. Adanya awetan
yang dibuat sendiri sangat membantu pengadaan alat peraga dan koleksi. Tanpa adanya
pengawetan yang baik,tumbuhan dan hewan yang ditemukan dan dikoleksikan maka akan
mengalami kerusakan,misalnya pengerutan atau pembusukan. Selain itu awetan juga berfungsi
sebagai tempat pengoleksi hewan tapi dalam ranah pendidikan dan dilakukan dengan cara yang
tepat, awetan juga berfungsi sebagai penyimpanan fosil hewan sebagai media pembelajaran dan
juga sebagai bukti kekayaan hewan suatu daerah agar tidak terlupakan.
9
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Banyak macam media pembelajaran biologi yang dapat digunakan oleh mahasiswa agar
menambah pengetahuannya tentang biologi secara mendalam . Masing- masing jenis
media mempunyai kelebihan dan kekurangan. Salah satu alternatif media pembelajaran
biologi yang dapat digunakan oleh mahasiswa adalah spesimen awetan dalam blok resin.
Apapun media yang menjadi pilihan mahasiswa, diharapkan sesuai dengan tujuan
pembelajaran, dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar, serta dapat
mengoptimalkan daya nalar mahasiswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
2. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Penerbit Bumi Aksara
11