Pengaruh Suhu
Pengaruh Suhu
Pengaruh Suhu
Respirasi dalam buah dan sayur-sayuran melibatkan banyak reaksi enzimatik. Laju reaksi ini,
dalam kisaran suhu fisiologis, meningkat secara eksponensial terhadap kenaikan temperatur.
Peningkatan reaksi karena kenaikan suhu ini disebut sebagai kuosien suhu (Q 10). Van’t Hoff,
ahli kimia Belanda, menyatakkan bahwa laju reaksi kimia meningkat dua kali setiap kenaikan
10 oC.
Q10 = (R2/R1)10(t2-t1) = konstan, sekitar 2
Dengan t2 dan t1 adalah temperatur (derajat Celsius) dan R2 dan R1 masing-masing laju.
Untuk proses-proses biologi, Q10 tidaklah selalu konstan pada kisaran fisiologis,
yaitu, bahwa Q10 merupakan fungsi suhu. Nilai Q10 pada umumnya paling tinggi antara 1 oC
dan 10 oC, mungkin sekitar 7, tetapi pada suhu di atas 10 oC umumnya bernilai antara 2 dan 3.
Konsep Q10 memungkinkan perhitungan laju respirasi yang belum diketahui dari laju
yang sudah diketahui. Namun, nilai Q10 untuk laju respirasi sayuran dapat beragam di antara
kisaran suhu (Tabel 9) sebagai berikut:
Dengan memanfaatkan informasi ini, pengaruh suhu pada laju respirasi sayuran dapat diduga,
seperti disajikan dalam Tabel 10.
Respon-respon Fisiologis
Perubahan nyata dapat terjadi pada suhu dingin dalam kecepatan relatif glikolisis dan
respirasi mitokondrial pada sayuran yang peka terhadap suhu dingin. Hal ini mengakibatkan
laju respirasi yang lebih tinggi pada suhu dingin daripada pada suhu yang tidak dingin pada
komoditas tertentu seperti okra dan mentimun. Gejala penting lain dari kerusakan karena
suhu dingin yaitu laju respirasi yang abnormal tinggi bila dipindahkan ke suhu yang bukan
dingin. Peningkatan terus menerus laju respirasi biasanya menunjukkan adanya kerusakan
yang bersifat tidak dapat balik. Peningkatan respirasi ini mungkin akibat usaha jaringan untuk
memperbaiki kerusakan sampai struktur membran dan sub-seluler dan atau menghilangkan
intermediat metabolik toksis yang mungkin terakumulasi selama perlakuan suhu dingin.
Seperti nampak dalam Tabel 10, kecepatan peningkatan laju respirasi menurun dengan
meningkatnya suhu sampai 40 oC. Di atas 40 oC nilai Q10 menjadi kurang dari 1 karena
jaringan itu mendekati titik kematian termalnya (sekitar 50—55 oC) saat protein enzim
mengalami denaturasi dan metabolisme menjadi tidak beraturan. Meskipun kebanyakan
sayuran segar mempunyai toleransi terhadap perlakuan sampai suhu setinggi itu untuk waktu
yang pendek (beberapa menit), namun perlakuan yang lebih lama mengakibatkan kerusakan
fisiologis dan menyebabkan kerusakan jaringan.
Aktivitas enzim-enzim pada buah dan sayur-sayuran menurun pada suhu di atas 30
o
C. Beberapa enzim masih aktif pada suhu 35 oC, tetapi sebagian besar inaktif pada suhu 40
o
C. Jika produk dikenai perlakuan di atas suhu 35 oC akan mengakibatkan metabolisme tidak
normal dan merusakkan integritas dan struktur membran, dengan kerusakan organisasi seluler
dan mempercepat kerusakan produk.
Batas bawah untuk metabolisme normal adalah titik beku jaringan, biasanya antara 0
o
C hingga –2 oC. Pada kondisi ini banyak air yang membeku di luar sel, dan menyebabkan
kerusakan sel secara permanen. Ekspansi air karena pembekuan juga mengakibatkan
kerusakan hebat pada sel.
Penurunan suhu akan menyebabkan penurunan laju perubahan beberapa parameter
seperti respirasi, perubahan tekstur atau kehilangan vitamin C. Namun, pengaruh penurunan
suhu tidak selalu sama pada penurunan seluruh parameter fisiologis. Gambar 10 menyatakan
pengaruh suhu terhadap pengendalian kerusakan mutu buah dan sayur. Penurunan suhu juga
akan memperpanjang umur simpan produk. Apel ‘Delicious’ tahan simpan hingga 6 bulan
pada suhu 1 oC, pada suhu yang sama pear ‘Barlett’ mampu disimpan dalam waktu 10
minggu (Gambar 11).
Gambar 10. Pengaruh suhu terhadap pengendalian mutu buah.
Umur Simpan
Umur simpan produk sangat bervariasi dapat diduga dari besarnya laju respirasi. Tabel 11
menyajika besarnya laju respirasi beberapa buah dan sayur. Untuk mempertahankan umur
simpan produk beberapa faktor penting yang harus dipertimbangkan adalah kemungkinan
munculnya chilling injury dan investasi jamur pada produk. Tabel 12 menyajikan
kemungkinan umur simpan beberapa buah dan sayur-sayuran pada berbagai suhu.
(Diadaptasi dari Hall, E. G., 1973: Mixed storage of foodstuffs, CSIRO, Sydney. Food
Research Circular. No. 9.)
Pertanyaan: